Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis fight or flight dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun. Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental. Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan atau menghindar . Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi. 2). Reaksi Resistance (Melawan) Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi gejala stress menurun atau normal tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
3). Reaksi Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut. Pengkajian Pada Klien Dengan Respon Psikofisiologi 1. Fisiolgis Untuk melihat gejala fisik atau faktor yang mempengaruhi kondisi fisik, yang meliputi : - Kardiovaskuler : angina, hipertensi, sakit kepala - Musculoskeletal : LBP (low back pain), arthritis - Pernafasan : asma, hiperventilasi - Pencernaan : anoreksia, peptic ulcer,colitis, obesitas - Kulit : eczema, puritus, neurodermatitis - Genitourinari : impotensi, PMS - Endokrinologi : diabetes, hipertiroid 2. Psikologis Pada individu mungkin terdapat gejala fisik tapi tidak ada kelainan organik (somatoform disorder). Terdiri dari: - Somatization disorder. Banyak keluhan tentang keadaan fisik tapi tidak ditemui adanya kelainan fisik. Misal palpitasi, sakit kepala dll. - Conversion disorder, yaitu seseorang merasa kehilangan atau mengalami perubahan fungsi fisik - Hipokondriasis. Dipenuhi oleh rasa takut bahwa dirinya menderita penyakit parah berdasar penafsiran yang salah terhadap gejala tubuh - Kelainan dismorfik tubuh, yaitu seseorang dengan penampilan normal merasa mengalami cacat fisik - Pain disorder, faktor psikologis mempunyai peranan penting dalam awitan maupun keparahan nyeri. 3. Faktor Prediposisi a) Faktor biologis -Keseimbangan hormonal mempengaruhi emosi seseorang - Faktor genetic b) Faktor psikologis Kepribadian tipe A. Penyakit fisik bisa disertai dengan kelainan organik dan ada pula yang tanpa ada kelainan organik. c) Faktor sosial - Keparahan gejala dipengaruhi aspek lingkungan sosial - Konsep peran sakit dalam lingkungan sosial. Menjadi sakit adalah peran sosial dimana masyarakat menempatkan kepercayaan & harapan pada individu 4. Faktor Presipitasi Yaitu adanya stimulus yang meningkat dari lingungan internal atau eksternal yang diterima individu yang melebihi sumber koping yang dimiliki dan membahayakan dirinya. Respon psikofisiologis yang muncul akibat stimulus tetsebut dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam menginterpretasi keadaan stressful. Misal: diare menjelang ujian. Akumulasi dari stressor kecil. 5. Sumber Koping Perlu dikaji kebiasaan koping pasien, support sistem dari keluarga, teman, pemberi layanan kesehatan. 6. Mekanisme Koping Kelainan psikofisiologi dipandang sebagai upaya untuk mengatasi ansietas akibat stres yang berlebihan. Mekanisme defensif yang berkaitan antara lain : a) Represi perasaan, konflik dan impuls yang tidak dapat diterima. Dalam hal ini pengalaman yang menyakitkan, kenangan yang tidak diharapkan pikiran dan impuls yang tidak menyenangkan dikeluarkan dari kesadaran. Atau dalam arti lain represi adalah menekan semua pengalaman yang menyakitkan, kenangan yang tidak diharapkan, impuls yang tidak menyenagkan kealam tak sadar secara tidak sadar. contoh:seorang anak yang semasa kecilnya sering mendapat perlakuan kasar ia akan melupakan semua kejadian tersebut secara tidak sadar, tetapi smeua kenangan tersebut akan terakumulasi di alam bawah sadarnya. b) Menyangkal masalah (Denial) Mengingkari pikiran keinginan, fakta dan kesedihan yang tidak dapat ditoleransi contoh:pasien kanker,menyatakan dokter salah diagnosa. c) Kompensasi Proses dimana seseorang menutupi kekurangannya dengan menekan segi lain yang dianggap menjadi kelebihannya. contoh: seorang siswa yang dalam prestasi belajarnya maka ia akan menutupinya dengan pandai bermain musik. Seorang yang sakit dan tidak mampu beraktivitas secara fisik maka dia akan berupaya memaksimalkan aktivitas yang lain misal dengan menulis. d) Regresi Yaitu suatu mekanisme dimana saat sakit individu kembali ke tingkat perkembangan sebelumnya. Missal seorang anak yang biasanya sudah bisa mandiri dalam ADL saat sakit menjadi ngompol, selalu minta dilayani e) Supresi Menekan secara sadar pikiran, impuls dan perasaan yang tidak menyenang kealam tak sadar. contoh: seorang siswa pergi menonton film bersama teman dekatnya,maka pada saat belajar dikelas dia berusaha untuk melupakan kejadian tersebut untuk lebih konsentrasi mengikuti pelajaran. f) Identifikasi Proses dimana seseorang meniru cara berfikir dan berperilaku dari seseorang yang dikagumi. contoh: seorang anak SMA yang mengidolakan Agnes Monica meniru cara berpakaian dan model rambut seperti Agnes Monica g) Reaksi formasi Mengembangkan pola sikap dan perilaku tertentu yang disadari berlawanan dengan perasaan dan keinginannya. contoh: seseorang marah pada temannya tapi malah bersikap baik dan meminjamkan catetan kuliah dengan sikap yang manis. h) Rasionalisasi Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai hasil pemikiran yang logis. contoh: tidak punya uang untuk beli kendaran, dikatakan bahwa jalan kaki lebih sehat dari pada naik kendaraan.
Gangguan Mental Organik
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat
suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler, intoksifikasi obat). Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya skizofrenia dan depresi). Dari sejarahnya, bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut organik dan psikiatri dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional.
Didalam DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan
organik dan fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang disebut Gangguan Mental Organik dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan
jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh.
PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan
Mental Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom (gejala) psikologik atau perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang etiologinya (diduga) jelas Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau Sindrom Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala atau lamanya penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut ialah kesadaran yang menurun (delirium) dan sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia. Etiologi Gangguan Mental Organik Etiologi primer berasal dari suatu penyakit di otak dan suatu cedera atau rudapaksa otak atau dapat dikatakan disfungsi otak. Sedangkan etiologi sekunder berasal dari penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh.
Istilah organik merupakan sindrom yang diklasifikasikan dapat berkaitan
dengan gangguan/penyakit sistemik/otak yang secara bebas dapat didiagnosis. Sedangkan istilah simtomatik untuk gangguan mental organik yang pengaruhnya terhadap otak merupakan akibat sekunder dari gangguan / penyakit ekstra serebral sitemik seperti zat toksik berpengaruh pada otak bisa bersifat sesaat/jangka panjang.