Anda di halaman 1dari 24

POLIO

HESTI YUNINGRUM, SKM.,MPH


DEFINISI
Poliomyelitis (bhs Yunani); polio = abu-2, myelon =
saraf perifer  penyakit akut yang menyerang sistem
saraf perifer

Poliomielitis (polio) adalah penyakit yang sangat


menular yang disebabkan oleh virus polio. Ini
menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan
kelumpuhan atau bahkan kematian dalam hitungan
jam
• Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan
Human Enterovirus yang bereplikasi di usus dan
dikeluarkan melalui tinja.
• Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde),
strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family
Picornaviridae.
• Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan
kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari
sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.
Gejala, Tanda dan Masa Inkubasi
Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari,
dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.
Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau
gejala yang sangat ringan dan biasanya tidak dikenali.
Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit
kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.
Gejala, Tanda dan Masa Inkubasi
Adapun gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Polio non-paralisis dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam,
meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher
dan punggung terasa kaku dan sakit
Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan
lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit
berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan
bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.
PENYEBARAN VIRUS POLIO DI LINGKUNGAN
VIRUS POLIO
ANAK TERINFEKSI MASUK KE
VIRUS POLIO, BAB ANAK LAIN
MELALUI
MULUT

ANAK
SAKIT
POLIO
MAK-MIN
TIDAK CUCI TERKONTAMINA
TANGAN DENGAN SI
BAIK SETELAH
BAB
Faktor Risiko terhadap Kelumpuhan
• Tidak ada yang tahu mengapa hanya sebagian kecil infeksi
menyebabkan kelumpuhan.
• Beberapa faktor risiko utama yang diidentifikasi yang
meningkatkan kemungkinan kelumpuhan pada seseorang
yang terinfeksi polio, seperti diantaranya defisiensi imun,
kehamilan, pengangkatan amandel (tonsilektomi), suntikan
intramuscular misalnya obat-obatan, olahraga berat dan
cedera.
Informasi Laboratorium
Specimen AFP (Acute Flaccid Paralysis) berupa tinja yang diambil pada
kasus AFP yang lama lumpuhnya belum lebih dari 2 bulan
Specimen adekuat adalah 2 spesimen dapat dikumpulkan dengan
tenggang waktu minimal 24 jam
Waktu pengumpulan ke 2 spesimen tidak lebih dari 14 hari sejak terjadi
kelumpuhan
Masing-masing spsimen minimal 8 gram (sebesar satu ruas ibu jari orang
dewasa), atau 1 sendok makan bila penderita diare.
Specimen pada saat diterima di laboratorium dalam keadaan :
2 spesimen tidak bocor
2 spesimen volumenya cukup
Suhu dalam speseimen karier 2-8⁰C
2 spesimen tidak rusak (kering,dll)
Treatment/penatalaksanaan
Tidak ada obat untuk polio, yang ada hanya perawatan
untuk meringankan gejala.
Terapi fisik digunakan untuk merangsang otot dan obat
antispasmodic diberikan untuk mengendurkan otot-otot
dan meningkatkan mobilitas tapi tidak dapat mengobati
kelumpuhan polio permanen.

Apabila sudah terkena Polio, tindakan yang dilakukan


yaitu tatalaksana kasus lebih ditekankan pencegahan
terjadinya cacat,
CARA PENCEGAHAN
 Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif
dalam mencegah penyakit polio.
 Vaksin polio yang diberikan berkali-kali dapat
melindungi seorang anak seumur hidup.
 Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pemberian imunisasi polio pada anak-anak.
 Selain itu mencegah pencemaran lingkungan (fecal-
oral) dan pengendalian infeksi dengan menerapkan
buang air besar di jamban dan mengalirkannya ke
septic tank.
Pencegahan dengan Vaksin Polio
Ada 4 jenis vaksin Polio, yaitu :

1. Oral Polio Vaccine (OPV), untuk jenis vaksin ini aman, efektif
dan memberikan perlindungan jangka panjang sehingga
sangat efektif dalam menghentikan penularan virus. Vaksin
ini diberikan secara oral.
Pencegahan dengan Vaksin Polio
2. Monovalent Oral Polio Vaccines (mOPV1 and mOPV3),
Vaksin polio ini memberikan kekebalan hanya pada satu jenis
dari tiga serotipe OPV, namun tidak memberikan
perlindungan terhadap dua jenis lainnya. OPV Monovalen
untuk virus Polio tipe 1 (mopV1) dan tipe 3 (mOPV3)
dilisensikan lagi pada tahun 2005 dan akhirnya mendapatkan
respon imun melawan serotipe yang lain.
Pencegahan dengan Vaksin Polio
3. Bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV), setelah April 2016, vaksin
virus Polio Oral Trivalen diganti dengan vaksin virus Polio
Oral Bivalen (bOPV). Bivalen OPV hanya mengandung virus
serotipe 1 dan 3 yang dilemahkan, dalam jumlah yang sama
seperti pada vaksin trivalen. Bivalen OPV menghasilkan
respons imun yang lebih baik terhadap jenis virus Polio tipe 1
dan 3 dibandingkan dengan OPV trivalen, namun tidak
memberikan kekebalan terhadap serotipe 2.
Pencegahan dengan Vaksin Polio
4. Inactivated Polio Vaccine (IPV), sebelum bulan April 2016,
vaksin virus Polio Oral Trival (topV) adalah vaksin utama
yang digunakan untuk imunisasi rutin terhadap virus Polio.
tOPV terdiri dari campuran virus polio hidup dan dilemahkan
dari ketiga serotipe tersebut. tOPV tidak mahal, efektif dan
memberikan perlindungan jangka panjang untuk ketiga
serotipe virus Polio. Vaksin Trivalen ditarik pada bulan April
2016 dan diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen
(bOPV), yang hanya mengandung virus dilemahkan vaksin
tipe 1 dan 3.
SUMBER
• Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular.
Penerbit:TIM:Jakarta
https://www.slideshare.net/najmahusman/bab-4-polio
• Media Informasi Resmi Terkini Penyakit Infeksi.
2019.Poliomyelitis (Penyakit Virus Polio)
Emerginghttps://covid19.kemkes.go.id/penyakit-virus/poli
omyelitis-penyakit-virus-polio/#.XxUhXigzbIV

Anda mungkin juga menyukai