Anda di halaman 1dari 6

Slide 1

Virus polio dpt menyebabkan tjdnya kelumpuhan permanen, terutama pd anak2 yg belum
mendapat imunisasi
Polio disebabkan virus polio
Penularan terutama melalui fekal oral -> lingkungan / air yang terkontaminasi oleh tinja yang
mengandung virus polio
Virus akan berkembang di dalam saluran pencernaan
Virus menyerang system saraf

Slide 2
Polio ada 3 tipe

Polio tetes bopv bivalent oral polio vaccine (bayi usia 0-4 bln) -> tipe 1 dan 2
Sblmnya totv trivalent utk 1 2 3 tipe 2 gadipake lagi??
Polio suntik ipv (inactivated polio vaccine) usia 4 bln
Bulan 4 opv ipv barengan trs booster ipv usia 9 bln barengan campak rubella

Cakupan opv dan ipv di tingkat kab/kota diseluruh indo tergolong rendah
2021 opv 80%, ipv 66%
30 provinsi di Indonesia masuk dalam kriteria risiko tinggi utk terjadinya klb polio

Anak 7 tahun 2 bulan dengan kelumpuhan di kaki kiri, mulai sakit tgl 6, biasa ada panas flu sbg
gejala awal..
Positif polio tipe 2 dan tipe 3
Tjd pengecilan pd otot paha dan betis kiri
Tdk ada riw imunisasi

Gaada septic tank

Bkpk / litbang dulunya

Eradikasi tipe 2

2016 topv -> bopv

Vaccine derived polio virus

Eradikasi polio dunia 2026

Polio 1 2 3?

4 anak sehat positif di desa yg sama tp bukan kontak erat


Cvdpv2 -> circulating /menyebar

Anak mf : dinkes melakukan surveilans aktif rs ; nopv2 1x blm bs memberikan perlindungan


optimal hrsnya 2putaran??? Hrs 2 dosis

Novel oral polio vacc tipe 2

Ipv -> polio 2 , smantara skrg klb p2

Advokasi -> audiensi ke pemerintahan u/ mendapatkan dukungan terkait eradikasi polio

Topv p1 p2 p3

Bopv 0-59 bln ipv 4-59 bln

Topv->bopv switching pd 2016

Bopv p1 p2 , + ipv p1 p2 p3

Nopv2 hanya untuk respon thd klb, tidak pakai rutin, dan pengeluaran vaksin butuh izin dari
who global dan harus 2 putaran

When it multiplies in the nervous system, the virus can destroy nerve cells (motor
neurons) which activate skeletal muscles. These nerve cells cannot regenerate, and the
affected muscles lose their function due to a lack of nervous enervation - a condition
known as acute flaccid paralysis (AFP)

Bervariasi dari monoplegia / quadriplegia / gagal nafas


Lebih sering kaki disbanding tangan

Most acute poliomyelitis patients receiving physiotherapy had improved


or stable muscle strength at their final evaluation. These descriptive
results highlight the need for further research into the potential benefits
of physiotherapy in polio affected patients.

Pasien juga harus menjalani fisioterapi ringan pada otot yang mengalami lumpuh layu
untuk mencegah/meminimalisir kontraktur otot dan ankilosis sendi, serta supaya fungsi
otot dapat dipertahankan senormal mungkin.

Pcv pneumococcal conjugate vaccine pneumonia dan meningitis

Rotavirus vaksin oral 2 ml


Jev radang otak -> di bali, Kalbar & selanjutnya diy hny daerah endemis

Herd immunity adalah ketika sebagian besar populasi kebal terhadap penyakit menular tertentu
sehingga memberikan perlindungan tidak langsung atau kekebalan kelompok bagi mereka yang tidak
kebal terhadap penyakit menular tersebut.

Misalnya, jika 80% populasi kebal terhadap suatu virus, empat dari setiap lima orang yang bertemu
seseorang dengan penyakit tersebut tidak akan sakit dan tidak akan menyebarkan virus tersebut lebih
jauh. Dengan cara ini, penyebaran penyakit tersebut dapat dikendalikan. Bergantung pada seberapa
menular suatu infeksi, biasanya 70% hingga 90% populasi membutuhkan kekebalan untuk mencapai
kekebalan kelompok.

Kemenkes memaparkan, cakupan imunisasi polio di Indonesia menurun sejak


munculnya pandemi COVID-19. Karenanya, 30 provinsi yang mencakup 415 kabupaten
kota berisiko tinggi terkena polio.
Berdasarkan data Kemenkes, terjadi penurunan cakupan vaksin polio, baik OPV
maupun IPV sejak 2 tahun terakhir.
Pada tahun 2020 misalnya, cakupan vaksinasi OPV mencapai 86,8 persen, kemudian
menurun pada tahun 2021 menjadi 80,2 persen. Tidak dipungkiri pula, banyak daerah
dengan cakupan vaksinasi yang kurang dari 50 persen sejak tahun 2020

Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon),

VDVP merupakan virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan
kelumpuhan. VDPV diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu 1). Immunodeficient-related VDPV
(iVDPV) berasal dari pasien imunodefisiensi, 2). Circulating VDPV (cVDPV) ketika ada bukti
transmisi orang ke orang dalam masyarakat, dan 3). Ambiguous VDPV (aVDPV) apabila tidak dapat
diklasifikasikan sebagai cVDPV atau iVDPV.

Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan
nyeri di tungkai. Adapun gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

 Polio non-paralisis dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih,
sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan
sakit
 Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa
lemah, dan kehilangan refleks tubuh.

 Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi,


lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah dan
massa otot tubuh menurun

Tidak ada yang tahu mengapa hanya sebagian kecil infeksi menyebabkan kelumpuhan. Beberapa
faktor risiko utama yang diidentifikasi yang meningkatkan kemungkinan kelumpuhan pada
seseorang yang terinfeksi polio, seperti diantaranya defisiensi imun, kehamilan, pengangkatan
amandel (tonsilektomi), suntikan intramuscular misalnya obat-obatan, olahraga berat dan cedera.

Virus polio memasuki tubuh melalui mulut, dalam air atau makanan yang telah terkontaminasi
dengan bahan feses dari orang yang terinfeksi. Virus berkembang biak di usus dan diekskresikan oleh
orang yang terinfeksi di faeses, yang dapat menularkan virus ke yang lain

Gejala awal polio adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri pada
anggota badan

IPV bekerja dengan cara menghasilkan antibodi di dalam darah untuk


menangkal tiga jenis virus polio. Tujuannya, untuk melindungi tubuh dari
kondisi paralytic poliomyelitis.

Jika virus menjangkiti tubuh, antibodi tersebut mencegah virus menyebar


ke sistem saraf pusat. Oleh karena itu, tubuh pun terlindung dari
kelumpuhan akibat polio.

Sementara, OPV mengandung virus yang dilemahkan. Virus ini mampu


berproses (bereplikasi) di dalam usus. Namun, ukuran virus di dalam
vaksin ini 10 ribu lebih sedikit daripada virus polio liar.

Karena jumlahnya yang sedikit, virus tidak mampu menjangkiti sistem


saraf pusat. Oleh karena itu, hal ini membuat kekebalan tubuh mampu
menangkal virus polio. Vaksinasi ini pun digunakan untuk memberantas
virus polio yang ada di suatu daerah.

Pada kasus tertentu, ada efek samping serius yang ditemukan setelah
pemberian virus OPV, yaitu kelumpuhan atau vaccine-associated paralytic
poliomyelitis (VAPP). Hal ini dikarenakan vaksin OPV terbuat dari virus
polio yang telah dilemahkan.

Sayangnya, pada anak yang menderita masalah kekebalan tubuh, virus


yang dilemahkan ini mampu menimbulkan kasus VAPP.

Meski demikian, kasus ini hanya terjadi sebanyak 2-4 dari satu juta
pemberian vaksinasi. Bahkan, risiko terjadi polio akibat belum
mendapatkan vaksin jauh lebih besar daripada kasus VAPP.

Untuk itu, pada orang dengan masalah kekebalan tubuh, pemberian IPV
lebih dipertimbangkan daripada OPV.

Menurut penelitian yang diterbitkan jurnal Cochrane Library,


pertimbangan lainnya adalah OPV merupakan vaksin yang lebih
diutamakan di daerah endemik yang masih terdapat virus polio.
Sementara, IPV lebih digunakan di negara-negara dengan kondisi virus
polio yang telah terberantas.

Dibandingkan vaksin OPV, vaksin suntik mampu meningkatkan kekebalan tubuh


yang cukup baik bagi sebagian besar orang. Terlebih, karena tidak mengandung
virus yang dilemahkan, maka tidak ada risiko berupa kelumpuhan akibat VAPP.
Meski demikian, IPV menghasilkan tingkat kekebalan yang sangat rendah di usus.
Akibatnya, jika seseorang yang diberi vaksin IPV terinfeksi virus polio liar, virus
tersebut masih menginfeksi dan berkembang biak di usus. Lalu, virus tersebut
keluar melalui tinja. Hal ini meningkatkan risiko penyebaran virus polio.

IPV protects people against all three types of poliovirus. IPV does not contain
live virus and cannot cause disease. It protects people from polio disease but
does not stop transmission of the virus.

Anak yang terinfeksi polio mengekskresikan virus polio melalui feses selama 14 hari,

Imunisasi Td sering kali disebut sebagai imunisasi tambahan, sebab bekerja untuk meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap ketiga jenis penyakit infeksi di atas – difteri, tetanus, dan batuk rejan.
Selain itu, dosis obat imunisasi Td lebih sedikit ketimbang imunisasi Dt.

Surv lingkungan u/ memonitor sirkulasi dari polio

Anda mungkin juga menyukai