Anda di halaman 1dari 19

ODP DAN PDP COVID-19 DAN PEMERIKSAAN

YOLANDA REBECCA TAMBUNAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H ADAM MALIK MEDAN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada tanggal 31 Desember 2019, dilaporkan sejumlah kasus pneumonia dengan
penyebab yang tidak diketahui di Wuhan, Hubei, Cina (Huang et al., 2020). Pada 1
Januari 2020, otoritas kesehatan masyarakat Wuhan menutup Pasar Grosir Makanan
Laut Huanan, yang menjual hewan liar, karena diduga berkaitan dengan wabah yang
terjadi. Pada tanggal 7 Januari 2020, para peneliti mengisolasi virus corona jenis baru
(SARS-CoV-2, juga disebut sebagai 2019-nCoV) dari pasien pneumonia yang
terinfeksi (Jiang et al., 2020).
Pada tanggal 30 Januari 2020, World Health Organization (WHO)
mendeklarasikan COVID-19 (secara resmi dinamai COVID-19 pada 11 Februari
2020) sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan
mengumumkan terjadinya pandemi pada 11 Maret 2020. Pada 16 Maret 2020,
terdapat 153.517 kasus konfirmasi COVID-19 di seluruh dunia dan menyebabkan
5.735 kematian (CFR 3,7%) (Kemenkes, 2020). Di Indonesia, sampai 16 Maret 2020,
dari sejumlah 1.230 orang yang diperiksa, Kemenkes melaporkan 134 positif
terinfeksi COVID-19.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan definisi kasus COVID-
19 menjadi beberapa, yaitu pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan,
kasus probabel dan kasus konfirmasi. Hal ini penting dilakukan agar penyebaran
virus COVID-19 dapat terpantau sehingga pemerintah dan tenaga kesehatan dapat
dengan segera mendeteksi dan menangani pasien yang dicurigai menderita penyakit
ini sehingga dapat membatasi penularan COVID-19 lebih lanjut.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan
kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3 MANFAAT PENULISAN


Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan
pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan wawasan
kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang COVID-19.
BAB 2
COVID-19

2.1 KARAKTERISTIK CORONA VIRUS


CoV adalah virus RNA positif yang menyerupai bentuk mahkota jika
dilihat bawah mikroskop elektron (coronam adalah istilah Latin untuk
mahkota) karena adanya glikoprotein pada amplop virus tersebut. Virus ini
merupakan subfamili Orthocoronavirinae dari famili Coronaviridae (ordo
Nidovirales) yang diklasifikasikan ke dalam empat genus CoV:
Alphacoronavirus (alphaCoV), Betacoronavirus (betaCoV),
Deltacoronavirus (deltaCoV), dan Gammacoronavirus (deltaCoV).
Selanjutnya, genus betaCoV dibagi menjadi lima sub-genera atau garis
keturunan (Chan et al., 2013). Karakteristik genom menunjukkan bahwa
diduga kelelawar dan tikus merupakan sumber gen alphaCoVs dan betaCoVs.
Sebaliknya, spesies burung diduga menjadi sumber gen deltaCoVs dan
gammaCoVs.
Anggota keluarga besar virus ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan,
enterik, hati, dan neurologis pada berbagai spesies hewan, termasuk unta, sapi,
kucing, dan kelelawar. Sampai saat ini, tujuh human CoVs (HCV) - yang
mampu menginfeksi manusia - telah diidentifikasi. Human CoVs yang sering
dijumpai: HCoV-OC43, dan HCoV-HKU1 (betaCoVs dari garis keturunan
A); HCoV-229E, dan HCoV-NL63 (alphaCoVs). Virus-virus tersebut dapat
menyebabkan common colds dan infeksi saluran pernafasan atas yang bersifat
self-limiting pada individu yang imunokompeten. Pada subjek yang
immunocompromised dan pada usia lanjut, infeksi saluran pernapasan bagian
bawah dapat terjadi. Human CoVs lainnya: SARS-CoV, SARS-CoV-2, dan
MERS-CoV (betaCoVs dari garis keturunan B dan C, masing-masing). Virus-
virus ini menyebabkan epidemi dengan tingkat keparahan klinis bervariasi
dengan manifestasi pernapasan dan ekstra-pernapasan. Angka kematian
SARS-CoV dan MERS-CoV masing-masing mencapai 10% dan 35%.
SARS-CoV-2 termasuk dalam kategori betaCoVs. Virus ini memiliki
bentuk bulat atau elips maupun pleomorfik, dengan diameter sekitar 60-140
nm. Seperti CoV lainnya, virus ini sensitif terhadap sinar ultraviolet dan
panas. Lebih lanjut, virus-virus ini dapat secara efektif dinonaktifkan oleh
pelarut lipid termasuk eter (75%), etanol, desinfektan yang mengandung klor,
asam peroksiasetat dan kloroform kecuali klorheksidin (Cascella et al., 2020).
Dalam penelitian yang dilakukan Chan et al. telah membuktikan bahwa
genom HCoV baru, yang diisolasi dari kelompok pasien dengan pneumonia
atipikal setelah mengunjungi Wuhan, memiliki 89% identitas nukleotida bat
SARS-like-CoVZXC21 dan 82% human SARS-CoV. Untuk alasan ini, virus
baru itu bernama SARS-CoV-2. Genom RNA untai tunggal-nya mengandung
29891 nukleotida, yang mengkode 9860 asam amino. Meskipun asalnya tidak
sepenuhnya dipahami, analisis genom menunjukkan bahwa SARS-CoV-2
mungkin berevolusi dari strain yang ditemukan pada kelelawar (Cascella et
al., 2020).
SARS-CoV memasuki sel melalui reseptor angiotensin-converting
enzyme 2 (ACE2). SARS-Cov-2 terutama menginfeksi saluran nafas bagian
bawah dan berikatan dengan reseptor ACE2 pada sel epitel alveolar. Virus ini
merupakan penginduksi kuat dari sitokin inflamasi sehingga terjadi "Cytokine
storm" atau "cytokine cascade" yang akan menimbulkan kerusakan organ.
Virus mengaktifkan sel imun dan menginduksi sekresi sitokin dan kemokin
inflamasi ke dalam sel endotel vaskular paru (Jiang et al., 2020).

2.2 GEJALA KLINIS


Masa inkubasi diperkirakan 4 hari (2 hingga 7 hari). Beberapa penelitian
memperkirakan kisaran yang lebih luas untuk periode inkubasi (CDC, 2020).
Seperti halnya SARS CoV dan MERS CoV yang menyebabkan epidemi
dalam beberapa tahun terakhir, gejala pertama yang umumnya ditunjukkan
oleh pasien adalah demam, batuk, sesak napas (Sahin et al., 2020). Tanda dan
gejala pasien yang sering dilaporkan dirawat di rumah sakit meliputi demam
(77-98%), batuk (46% -82%), mialgia atau kelelahan (11-52%), dan sesak
napas (3-31%) saat onset penyakit. Gejala pernapasan lainnya yang jarang
dilaporkan antara lain sakit tenggorokan, sakit kepala, batuk dengan produksi
dahak dan / atau hemoptisis. Beberapa pasien mengalami gejala
gastrointestinal seperti diare dan mual sebelum mengalami demam dan
penurunan tanda dan gejala saluran pernapasan. Sejumlah laporan kasus
menjelaskan terjadinya infeksi asimptomatik atau subklinis berdasarkan
deteksi RNA SARS-CoV-2 atau virus hidup dari spesimen usap tenggorokan
dari orang yang berkontak dengan pasien yang terkonfirmasi infeksi SARS-
CoV-2. Faktor risiko untuk penyakit yang berat belum jelas, meskipun diduga
pasien yang berusia lebih tua dan yang memiliki kondisi medis kronis berisiko
lebih tinggi untuk terjadinya penyakit berat.
Kasus anak dengan COVID-19 dilaporkan lebih ringan daripada orang
dewasa, dengan sebagian besar pasien anak mengalami gejala demam, batuk,
hidung tersumbat, dan rinorea, dan terdapat satu laporan kasus dengan gejala
gastrointestinal (muntah dan diare) (CDC, 2020).

2.3 DEFINISI KASUS


2.3.1 Pasien dalam Pengawasan
1. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu
demam (≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda
penyakit pernapasan seperti: batuk/ sesak nafas/ sakit tenggorokan/
pilek/ /pneumonia ringan hingga berat. #
DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan
DAN
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu
kriteria berikut:
a. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang
melaporkan transmisi lokal*;
b. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di
Indonesia**

2. Seseorang dengan demam (≥38oC) atau riwayat demam atau ISPA


DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel COVID-19;

3. Seseorang dengan ISPA berat/ pneumonia berat*** di area


transmisi lokal di Indonesia** yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan.

Jika ditemukan pasien dalam pengawasan, kegiatan surveilans


dilakukan terhadap keluarga maupun petugas kesehatan yang
merupakan kontak erat.

2.3.2 Orang dalam Pemantauan


Seseorang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam;
atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk.
DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.
DAN
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu
kriteria berikut:
a. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang
melaporkan transmisi lokal*;
b. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di
Indonesia**

Orang dalam pemantauan wajib melakukan isolasi diri di rumah dan


dilakukan pengambilan spesimen (hari ke-1 dan hari ke-2).
Kegiatan surveilans terhadap orang dalam pemantauan dilakukan
berkala untuk mengevaluasi adanya perburukan gejala selama 14
hari. Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium
setempat yang berkompeten dan berpengalaman baik di fasyankes
atau lokasi pemantauan. Pengiriman spesimen disertai formulir
pemeriksaan ODP/PDP. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan positif
maka pasien di rujuk ke RS Rujukan. Begitu pula bila apabila orang
dalam pemantauan berkembang memenuhi kriteria pasien dalam
pengawasan dalam 14 hari terakhir maka segera rujuk ke RS rujukan
untuk tatalaksana lebih lanjut. Petugas kesehatan dapat melakukan
pemantauan melalui telepon namun idealnya melakukan kunjungan
secara berkala (harian) dan dicatat pada formulir pemantauan harian.
Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan
skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan
layanan primer dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat.
Orang dalam pemantauan yang sudah dinyatakan sehat dan tidak
bergejala, ditetapkan melalui surat pernyataan yang diberikan oleh
Dinas Kesehatan.

2.3.3 Kasus Probabel


Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk COVID-19 tetapi
inkonklusif (tidak dapat disimpulkan).
2.3.4 Kasus Konfirmasi
Seseorang yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan
laboratorium positif.

2.3.5 Kontak Erat


Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau
berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan
kasus pasien dalam pengawasan, probabel atau konfirmasi) dalam 2
hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus
timbul gejala. Kontak erat dikategorikan menjadi 2, yaitu:
1. Kontak erat risiko rendah
Bila kontak dengan kasus pasien dalam pengawasan.
Kegiatan surveilans dan pemantauan kontak erat ini dilakukan
selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan pasien dalam
pengawasan. Kontak erat ini wajib melakukan observasi. Observasi
yang dimaksud dalam pedoman ini adalah karantina. Kontak erat
risiko rendah tidak memerlukan pengambilan spesimen.
 Apabila pasien dalam pengawasan dinyatakan negatif COVID-19
maka kegiatan surveilans dan pemantauan terhadap kontak erat
dihentikan.
 Apabila pasien dalam pengawasan dinyatakan probabel/positif
COVID19 (konfirmasi) maka pemantauan dilanjutkan menjadi
kontak erat risiko tinggi.
2. Kontak erat risiko tinggi
Bila kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel.
Kegiatan surveilans terhadap kontak erat ini dilakukan selama 14
hari sejak kontak terakhir dengan probabel/ konfirmasi. Kontak
erat ini wajib dilakukan observasi dan dilakukan pengambilan
spesimen (hari ke-1 dan hari ke-14). Pengambilan spesimen
dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang berkompeten
dan berpengalaman di lokasi observasi. Pengiriman spesimen
disertai salinan formulir pemantauan harian kontak erat. Bila hasil
pemeriksaan laboratorium positif maka pasien dirujuk ke rumah
sakit rujukan.
Apabila kontak erat menunjukkan gejala demam (≥38⁰C) atau
batuk/pilek/nyeri tenggorokan dalam 14 hari terakhir maka
dilakukan isolasi rumah dan pengambilan spesimen pada hari ke-1
dan ke-2 oleh petugas kesehatan setempat yang berkompeten dan
berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi pemantauan. Apabila
hasil laboratorium positif, maka dilakukan rujukan ke RS rujukan
untuk isolasi di Rumah sakit. Petugas kesehatan melakukan
pemantauan melalui telepon, namun idealnya dengan melakukan
kunjungan secara berkala (harian). Pemantauan dilakukan dalam
bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian.
Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan layanan primer
dengan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Jika
pemantauan terhadap kontak erat sudah selesai maka dapat
diberikan surat pernyataan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.

Termasuk kontak erat adalah:


a. Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan
membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa menggunakan
APD sesuai standar.
b. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus
(termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala.
c. Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis
alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan
hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.

2.4 PEMERIKSAAN
Pengambilan spesimen dilakukan sebanyak dua kali berturut-turut (pada
hari berikutnya atau kondisi terjadi perburukan).
1.4.1 Jenis Spesimen
Tabel 2.1 Jenis Spesimen Pasien Novel Coronavirus

Bahan Suhu
Jenis Penyimpanan Keterangan
Spesimen Pengambilan Pengiri
man
 Usap Swab Dacron o
4C ≤5 hari: 4 °C Kedua WAJIB
nasofaring atau Flocked Swab harus DIAMBIL
ATAU ditempatkan
>5 hari: -70 °C di tabung
 Orofaring Swab + Virus yang sama
Transport untuk
Medium meningkatkan
(VTM) viral
load.
 Sputum Kontainer 4oC ≤48 jam: 4 °C Pastikan WAJIB
Steril >48 jam: –70 °C Sputum DIAMBIL
berasal dari
Saluran
Pernapasan
bawah
(BUKAN
Liur)
 Broncho- Kontainer 4oC ≤48 jam: 4 °C
alveolar Steril + Virus >48 jam: –70 °C
lavage Transport
Medium
(VTM)
 Tracheal Kontainer 4oC ≤48 jam: 4 °C
aspirate, Steril + Virus >48 jam: –70°C
nasophary Transport
ngeal Medium
aspirate (VTM)
atau nasal
wash
 Jaringan Kontainer 4oC ≤24 jam: 4 °C
biopsi Steril + Saline >24 jam: –70 °C
atau
autopsi
termasuk
dari
paru-
paru.
 Serum (2 Serum 4oC ≤5 hari: 4 °C Pengambilan 2 WAJIB
sampel separator >5 hari: -70 °C Sampel : DIAMBIL
yaitu akut tubes • Akut-
dan (Dewasa 3-5 minggu
konvalesen) ml whole pertama
untuk Blood) saat sakit
serologi • Konvalesen-
2 s.d. 3
minggu
setelahnya
1.4.2 Pengambilan Spesimen
Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus
memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan universal untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien ke paramedis maupun
lingkungan sekitar. Hal tersebut meliputi:
1. Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun/desinfektan SEBELUM
dan SESUDAH tindakan.
2. Menggunakan APD
Melihat situasi saat ini, mekanisme penularan masih dalam investigasi maka APD
yang digunakan untuk pengambilan spesimen adalah APD lengkap dengan
menggunakan masker minimal N95.

2.4.5 Konfirmasi Laboratorium

Spesimen yang tiba di laboratorium, akan segera diproses untuk dilakukan


pemeriksaan. Pemeriksaan laboratorium terhadap pasien dalam pengawasan COVID-
19 dilakukan dengan menggunakan metode RT-PCR dan sekuensing. Adapun
algoritma pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Alur Pemeriksaan Spesimen COVID-19

Apabila hasil pemeriksaan terdapat positif etiologi virus yang lain tetapi
negatif COVID19 dan memiliki hubungan epidemiologi yang kuat dengan kontak
erat atau riwayat perjalanan dari wilayah terjangkit maka harus dilakukan
pemeriksaan ulang. Karena kemungkinan terjadinya infeksi sekunder belum
diketahui.
Bila spesimen yang diperiksa di laboratorium regional menunjukkan hasil
positif maka akan dilakukan konfirmasi ulang oleh Laboratorium Pusat
Penyakit Infeksi Prof. Dr. Oemijati – Puslitbang Biomedis dan Teknologi
Dasar Kesehatan.
Seluruh hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksa harus dikirimkan ke
Badan Litbabangkes dan Dirjen P2P cq. PHEOC untuk kemudian diteruskan
ke Emergency Operation Center (EOC) Pusat Krisis Kesehatan. PHEOC
mengirimkan hasil pemeriksaan ke Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit yang
merawat kasus. Pelaporan satu pintu ini diharapkan dapat lebih memudahkan
berbagai pihak terkait agar dapat berkoordinasi lebih lanjut. Jika hasil pemeriksaan
laboratorium positif, IHR Nasional Fokal Poin memberikan notifikasi ke WHO
dalam 1x24 jam.
BAB 3
KESIMPULAN

COVID-19 merupakan jenis coronavirus yang baru dan pertama kali ditemukan di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina, pada tanggal 31 Desember 2019. Gejala klinis bervariasi dimulai dari gejala
non-spesifik mirip flu, sampai gejala saluran napas bawah seperti pneumonia, ARDS dan kemudian
dapat jatuh ke sepsis. Gejala klinis yang umum ditemukan menyerupai infeksi SARS-CoV dan
MERS-CoV, yakni demam, batuk, dan sesak nafas. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
menetapkan definisi kasus COVID-19 menjadi beberapa, yaitu pasien dalam pengawasan, orang
dalam pemantauan, kasus probabel dan kasus konfirmasi. Hal ini penting dilakukan agar
penyebaran virus COVID-19 dapat terpantau sehingga pemerintah dan tenaga kesehatan dapat
dengan segera mendeteksi dan menangani pasien yang dicurigai menderita penyakit ini sehingga
dapat membatasi penularan COVID-19 lebih lanjut.
LAMPIRAN

TABEL RINCIAN KATEGORI PASIEN DALAM PENGAWASAN


DAN ORANG DALAM PEMANTAUAN
KATEGORI PENGAWASAN
RIWAYAT PERJALANAN /
KEDATANGAN DI INDONESIA RIWAYAT PAPARAN DALAM 14 HARI
PADA 14 HARI TERAKHIR TERAKHIR
SEBELUM GEJALA
KONTAK KONTAK
BATUK PNEUMONIA / BEKERJA ATAU
DEMAM ERAT DG DENGAN
/ PILEK BRONKHITIS NEGARA MENGUNJUNGI
WUHAN/ KASUS ORANG
TERJANGKIT FASILITAS
PROVINSI CHINA KONFIRM DARI
(HUMAN TO KESEHATAN
HUBEI ATAU WUHAN /
HUMAN) YANG
PROBABLE PROVINSI
MERAWAT
COVID-19 HUBEI
1 + + + + - - - - -
2 + - + + - - - - -
3 - + + + - - - - -
4 + + + - + - - - -
5 + - + - + - - - -
6 - + + - + - - - -
7 + + + - - + - - -
8 + - + - - + - - -
9 - + + - - + - - -
10 + + + - - - + - -
11 + - + - - - + - -
12 - + + - - - + - -
13 + + + - - - - + -
14 + - + - - - - + -
15 - + + - - - - + -
16 + + + - - - - - +
17 + - + - - - - - +
18 - + + - - - - - +
19 + + - + - - - - -
20 + - - + - - - - -
21 - + - + - - - - -
22 + + - - + - - - -
23 + - - - + - - - -
24 - + - - + - - - -
25 + + - - - - + - -
26 + - - - - - + - -
27 - + - - - - + - -
28 + + - - - - - + -
29 + - - - - - - + -
30 - + - - - - - + -
31 + + - - - - - - +
32 + - - - - - - - +
33 - + - - - - - - +
- Rawat inap (HARUS ISOLASI)
- Ambil spesimen dan kirim ke Lab Rujukan
TINDAKAN - Kontak erat pasien juga dilakukan pemantauan kondisi
kesehatannya
KATEGORI PEMANTAUAN
RIWAYAT PERJALANAN / KEDATANGAN RIWAYAT PAPARAN DALAM 14 HARI
DI INDONESIA <= 28HARI/1 BULAN TERAKHIR
KONTAK
BATUK/ BEKERJA ATAU
DEMAM PNEUMONIA KONTAK DENGAN
PILEK MENGUNJUNGI
DENGAN ORANG
NEGARA FASILITAS
WUHAN/HUBEI CHINA ORANG DARI
TERJANGKIT KESEHATAN
DARI WUHAN /
YANG
WUHAN PROVINSI
HUBEI MERAWAT

1 + + - - - + - - -

2 + - - - - + - - -

3 - + - - - + - - -

4 - - - + - - - - -

- PASIEN BISA RAWAT BIASA / RAWAT JALAN


- TIDAK PERLU PEMERIKSAAN SPESIMEN
- Puskesmas melakukan PEMANTAUAN kondisi pasien SETIAP HARI
TINDAKAN
kurang lebih SELAMA 2 MINGGU (menggunakan form
pemantauan), APABILA mengalami PERBURUKAN (PNEUMONIA)
maka dibawa ke RS RUJUKAN

TIDAK ADA RIWAYAT PERJALANAN DALAM 14 HARI


TERAKHIR
DIKELUARKAN DARI
ATAU
KASUS
RIWAYAT PERJALANAN / KEDATANGAN DI
(RUMOR / DISCARD)
INDONESIA
>28HARI/1 BULAN
DAFTAR PUSTAKA

Cascella, M. Rajnik, M. Cuomo, A. Dulebohn, C. D. & Napoli, R. D. 2020, Features,


Evaluation, and Treatment Coronavirus 2019 (COVID-19) [Internet],
accessed 16 March 2020, Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2020, Coronavirus Disease 2019
(COVID-19): Interim Clinical Guidance for Management of Patients with
Confirmed Coronavirus Disease (COVID-19) [Internet], accessed 16 March
2020, Available at: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/clinical-
guidance-management-patients.html#foot31
Chan, J. F. Kok, K. Zhu, Z. Chu, H. To, K. K. Yuan, S. & Yuen, K. 2020, ‘Genomic
characterization of the 2019 novel human-pathogenic coronavirus isolated
from a patient with atypical pneumonia after visiting Wuhan’, Emerging
Microbes and Infections, vol. 9, issue 1, pp 221-236.
Chan, J. F. To, K. K. Tse, H. Jin, D. & Yuen, K. 2013, ‘Interspecies Transmission
and Emergence of Novel Viruses: Lessons from Bats and Birds’, Trends in
Microbiology, vol. 21, issue 10, pp. 544-555.
Huang, C. Wang, Y. Li, X. Ren, L. Zhao, J. & Hu, Y. 2020, ‘Clinical Features of
Patients Infected with 2019 Novel Coronavirus in Wuhan, China’, THE
LANCET, vol. 395, pp. 497-506.
Jiang, F., Deng, L., Zhang, L. et al. Review of the Clinical Characteristics of
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). J GEN INTERN MED (2020).
https://doi.org/10.1007/s11606-020-05762-w
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020, ‘Pedoman Kesiapsiagaan
Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19)’
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020, ‘Situasi Terkini Perkembangan
Coronavirus Disease (COVID-19) 16 Maret 2020’ [Internet], accessed 16
March 2019, Available at: https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-
emerging/info-corona-virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-
disease-covid-19-16-maret-2020/#.Xm-BhKgzbIV
Sahin, A. R. Erdogan, A. Agaoglu, P. M. Dineri, Y. Cakirci, A. Y. Senel, M. E.
Okyay, R. A. & Tasdogan, A. M. 2020, ‘2019 Novel Coronavirus (COVID-
19) Outbreak: A Review of the Current Literature’, Eurasian Journal of
Medicine and Oncology, vol. 4, pp. 1-7
World Health Organization (WHO). 2020, Rolling Updates on Coronavirus Disease
(COVID-19) [Internet], accessed 16 March 2020, Available at:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/events-as-
they-happen

Anda mungkin juga menyukai