Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 6

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
SCHISTOSOMIASIS

Frameswari Soraya. S (2013201002)


Nur Eki Tasari (2013201014)
Winda Revita (2013201044)
Nur Inaya (2013201032)
Aprillia Ridayani (2013201031)
Bayu Febriandi (2013201042)
APA ITU SCHISTOSOMIASIS?
● Schistosomiasis adalah salah satu penyakit parasit cacing dan penyakit tropis paling
menghancurkan ketiga di dunia, menjadi sumber utama morbiditas dan mortalitas bagi negara-
negara berkembang.

● Schistosomiasis merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang tergolong
dalam kelas trematoda, genus Schistosoma. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis sehingga
sumber penularan tidak hanya pada penderita manusia saja tetapi semua hewan mamalia yang
terinfeksi.

● Penyakit ini disebabkan oleh cacing (trematoda) dari genus Schistosoma. Ada lima spesies yang
secara medis penting: Schistosoma haematobium, S. mansoni, S. japonicum, S. mekongi, dan S.
intercalatum. Kebanyakan schistosomiasis manusia disebabkan oleh S. haematobium, S.
mansoni, dan S. japonicum.
BESARAN MASALAH PENYAKIT
SCHISTOSOMIASIS

• Secara global, ditemukan 200.000 kematian yang dikaitkan dengan


Schistosomiasis per tahun. Variasi dalam perkiraan prevalensi tergantung
pada karakter fokus dari epidemiologi. Distribusi umum mencakup wilayah
yang sangat besar, terutama di Afrika, tetapi juga di Timur Tengah, Amerika
Selatan dan Asia Tenggara.

• Sulawesi Tengah merupakan satusatunya provinsi dari 33 provinsi di


Indonesia yang endemis Schistosomiasis. Penyakit ini terdapat di 2
kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Tengah, tepatnya di Lembah Lindu
Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi, Lembah Napu Kecamatan Lore Utara,
Lore Timur, dan Lore Piore, Lembah Besoa Kecamatan Lore Tengah dan
Lembah Bada Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso.
BESARAN MASALAH PENYAKIT
SCHISTOSOMIASIS

• Pada tahun 2013 dari 4 desa yang disurvei di Lembah Lindu Kecamatan
Lindu Kabupaten Sigi dengan jumlah penduduk yang di periksa 3.788 jiwa,
yang mengumpulkan tinja 3.222 jiwa terdapat 23 jiwa yang positif
Schistosomiasis.

• Pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah kasus yang positif


Schistosomiasis yaitu berjumlah 52 kasus di Kecamatan Lindu. Dan dari 7
Desa di kecamatan Lindu Desa Puroo merupakan desa yang paling tinggi
jumlah kasusnya yaitu berjumlah 16 kasus.
Agent penyebab penyakit
Schistosomiasis

Skistosomiasis disebabkan oleh infeksi cacing parasit yang hidup


di air. Cacing tersebut antara lain:
 
● Schistosoma Haematobium
● Schistosoma Japonicum
● Schistosoma Mansoni
● Schistosoma Mekongi
● Schistosoma Intercalatum
Cara penularan penyakit Schistosomiasis

 
Penularan schistosomiasis terjadi dengan cara larva cacing Schistosoma
menembus kulit, masuk ke tubuh manusia dan tumbuh menjadi dewasa,
bertelur, lalu telurnya keluar bersama tinja. Jika penderita schistosoma buang
air besar sembarangan maka telur Schistosoma akan tersebar di tanah dan
lingkungan menetas menjadi larva dan masuk ke dalam tubuh keong
Oncomelania. Larva ini juga dapat masuk ke dalam tubuh hewan mamalia
seperti sapi, kerbau, kuda, dan anjing. Hewan-hewan ini dapat menjadi sumber
penularan dengan menyebarkan telur Schistosoma melalui tinjanya.
Tanda/gejala penyakit Schistosomiasis

FASE KRONIK
FASE AKUT
berkaitan dengan lokasi organ yang
Fase akut berlangsung selama 14 terinfeksi. Jika cacing parasit ini
hingga 84 hari, dengan gejala meliputi menyerang organ hati atau pencernaan,
gatal dan ruam (saat cacing pertama kali maka gejala yang timbul dapat berupa
masuk ke dalam kulit), demam, nyeri diare atau konstipasi, perdarahan pada
kepala, nyeri otot dan sendi, serta sesak tinja, tukak lambung dan usus, fibrosis
napas.  hati, hingga tekanan darah tinggi pada
vena porta dan seluruh pembuluh darah
pada sistem pencernaan.
Diagnosis/pemeriksaan laboratorium
penyakit Schistosomiasis
● Anamnesis
Pasien schistosomiasis akan mengalami keluhan abdominal dan urogenital. Gejala bersifat nonspesifik
seperti demam, malaise, myalgia, batuk nonproduktif, diare, dan hematuria.
 
● Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nyeri perut disertai hepatomegali dan splenomegali. Pada
kondisi penyakit yang lebih berat, dapat ditemukan cairan bebas di abdomen.
 
● Diagnosis Banding
Diagnosis banding schistosomiasis cukup luas karena gejala bisa sangat tidak spesifik. 
 
● Pemeriksaan Penunjang
Baku emas penegakkan diagnosis schistosomiasis adalah pemeriksaan mikroskopik. Diagnosis
ditegakkan dengan adanya telur Schistosoma pada feses atau urin. 
Riwayat alamiah/perjalanan
penyakit Schistosomiasis
Cara infeksi pada manusia adalah dengan jalan serkaria menembus kulit pada waktu manusia masuk
ke dalam air yang mengandung serkaria. Waktu yang diperlukan untuk menginfeksi adalah 5- 10
menit. Setelah serkaria menembus kulit terjadi perubahan menjadi bentuk schistosomula yang
kemudian masuk ke dalam kapiler darah, beredar mengikuti aliran darah masuk ke jantung kanan,
lalu ke paru dan kembali ke jantung kiri; yang kemudian akan masuk ke sistem peredaran darah
besar, cabang vena porta dan menjadi dewasa di hati (3-6 minggu). Setelah dewasa cacing ini
kembali ke vena porta dan vena usus atau vena vesica urinaria dan kemudian cacing betina bertelur
setelah berkopulasi

Telur dengan cangkang (kulit) yang keras dikeluarkan oleh cacing betina di dalam pembuluh darah.
Telur tersebut kemudian menembus endotel, membran basemen vena, masuk ke jaringan seperti usus
(S.mansoni dan S.japonicum) dan vesica urinaria (S.haematobium) dan akhirnya keluar bersama
tinja / urin. Beberapa penelitian imunologis menemukan bahwa jumlah telur yang keluar bersama
feses berhubungan dengan status imunologis hospes. .
Cara pencegahan dan pengobatan
penyakit Schistosomiasis
Belum ada vaksin atau obat yang dapat mencegah terjadinya penyakit schistosomiasis.
Jika sedang bepergian ke daerah dengan kasus schistosomiasis yang tinggi, sebaiknya
menghindari mendayung, mencuci, atau berenang di air tawar. Kamu juga dapat
menggunakan sepatu boots anti air jika harus melewati aliran air tawar atau sungai.
Apabila air minum berasal dari sumber air yang mungkin terkontaminasi, jangan lupa
untuk merebus dan menyaring air tersebut sebelum dikonsumsi.  

Pengendalian schistosomiasis didasarkan pada pengobatan skala besar pada kelompok


populasi berisiko, akses ke air bersih, sanitasi yang lebih baik, pendidikan higiene, dan
pengendalian siput. Strategi WHO untuk pengendalian schistosomiasis berfokus pada
pengurangan penyakit melalui pengobatan berkala yang ditargetkan dengan praziquantel
melalui pengobatan skala besar (kemoterapi pencegahan) dari populasi yang terkena
Kesimpulan
Schistosomiasis adalah penyakit zoonotik dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penyakit
ini berjalan kronis dan menimbulkan penderitaan
selama bertahun tahun, menurunkan kapasitas kerja,
dan dapat berakhir dengan kematian. Saat ini
dikenal 6 spesies yaitu schistosoma hematobium, S.
Mansoni, dan S. Intercalatum. Penyebaran
schistosomiasis sangat luas di daerah tropis maupun
subtropis. Pengobatan dapat dilakukan pada manusia
dan pengendalian dilakukan baik pada hewan yang
terinfeksi sebagai reservoir maupun pada siput
sebagai inang antara dan air sebagai sumber
pencemar.
Thanks
!

Anda mungkin juga menyukai