Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR (EPM)

VIRUS (COVID’19 DAN FLU BURUNG)

DOSEN PENGAMPU
Dr. M.Zen Rahfiludin

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Frameswari Soraya. S (2013201002)


Nur Eki Tasari (2013201014)
Muhammad Hekal akasa (2013201030)
Roviqoh safia husna (2013201004)
Bayu Febriandy (2013201042)
Nopi Rahmadani (201321027)
Nur Wahyuni Susanti (2013201015)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dalam mata kuliah Epidemiologi penyakit menular (EPM) yang
diampu oleh bapak Dr. M.Zen Rahfiludin

.Adapun penulis mengharapkan, makalah ini dapat memberikan


sumbangan pemikiran bagi pembaca pada umumnya dan penulis
khususnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Walaupun demikian semoga hasil dari makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki,


karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Bangkinang, 10 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan.................................................................................. 2

BAB II PERMASALAHAN… ……………………………………………………………. 1

A. Angka kesakitan dan kematian covid dan flu burung… ………. 1

BAB III PEMBAHASAN..................................................................... 3

A. Keluhan dan gejala penyakit covid dan flu burung................ 3


B. Pemeriksaan penunjang diagnostik….................................. 4
C. Etiologi……………....................................................................
5
D. Cara pencegahan.................................................................. 9
E. Cara pengobatan .................................................................. 12
F. Rehabilitasi........................................................................... 15
G. Prognosis. ………………………………………………………………………... 15

BAB IV PENUTUP............................................................................ 20

A. Kesimpulan........................................................................... 20
B. Saran.................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Latar belakang virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai


dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember
2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di
Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk
yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai
jenis tikus.

Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan


di pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga
dibawa kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia hingga
terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia
kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu
menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru.

Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan


SARS dan MERS, yang juga berkaitan dengan virus Corona.
Dengan latar belakang tersebut, virus Corona bukan kali ini saja
membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama-sama
mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan
infeksi lebih parah dan gagal organ.

1
2

Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang


disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah
menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena telah
mengakibatkan banyak korban baik unggas maupun manusia.
Pelaporan kasus pertama yang menginfeksi manusia terjadi di
Hongkong pada tahun 1997, yang kemudian menyebar ke Cina
(seluruh Asia) hingga Eropa dan Afrika. Secara global terdapat
sekitar 15 negara yang melaporkan kasus flu burung (H5N1) pada
manusia, 4 negara diantaranya berada di wilayah Asia Tenggara
yaitu Bangladesh, Myanmar, Indonesia dan Thailand (WHO,
2013a).
Berdasarkan laporan resmi World Health Organitation
(WHO) jumlah kasus flu burung pada manusia di wilayah Asia
Tenggara yang dilaporkan sejak awal tahun 2004 sampai 31
Desember 2013, sebanyak 228 kasus dengan 181 kematian atau
Case Fatallity Rate (CFR) sebesar 79,38%. Khusus tahun 2013
terdapat 4 kasus dengan 4 kematian flu burung pada manusia yang
dilaporkan ke WHO oleh negara Bangladesh dan Indonesia (WHO,
2013a).
Flu burung pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada
tahun 2003 melalui negara Vietnam, dengan dinyatakannya 3
orang yang menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal.
3

Kemudian pada tahun 2004 jumlah kasus meningkat menjadi 46


dengan 32 kematian (CFR = 69,56%).
Selain itu, negara Thailand juga telah terinfeksi virus H5N1
di Tahun 2004 (Kemenkes RI, 2013b)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keluhan, gejala covid dan flu burung?
2. Apa itu Penunjang diagnostik, etiologi, cara pengobatan dan
pencegahan?
3. Bagaimana cara rehabilitasi dan prognosis covid dan flu
burung?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gejala ,keluhan penyakit covid dan flu
burung
2. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan covid dan
flu burung
BAB II
PERMASALAHAN

1. Angka kesakitan dan kematian covid’19

total kasus kematian akibat virus corona Covid-19 di


Indonesia mencapai 139.682 orang. Jumlah tersebut
menempatkan jumlah kasus kematian Covid-19 di tanah air
menjadi yang terbanyak kedua di Asia. Peringkat pertama
masih dipegang India dengan total kematian corona
sebanyak 443.960 orang. Menurut data Worldometer,
proporsinya bahkan mencapai 40,8% dari total kasus
kematian akibat corona di Asia yang sebesar 1,08 juta orang.
Di bawah Indonesia ada Iran yang berada di posisi ketiga
sebagai negara yang memiliki jumlah kematian corona
terbanyak di Asia dengan total kasus kematian sebanyak
115.619 orang. Turki menyusul dengan kasus kematian
akibat virus corona dengan jumlah 60.641 orang. Kemudian,
Filipina juga masuk peringkat kasus kematian Covid-19
lima besar dengan kasus kematian sebanyak 35.742 kasus.
Berikutnya, Bangladesh, dan Pakistan memiliki jumlah
kasus kematian virus corona masing-masing sebesar 27.058
orang dan 26.938 orang. Sementara, total kasus kematian
akibat corona di Malaysia mencapai 22.009 orang. Salah
satu langkah menekan angka kematian adalah meredam laju
penularan corona. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai
masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.

2. Angka kesakitan dan kematian flu burung

4
5

Kalau dibandingkan dengan Covid-19, flu burung itu tidak


ada apa-apanya.
Lebih lanjut,bahwa yang mengerikan dari flu burung adalah
angka kematian (fatality rate) yang sangat tinggi.
Angka kematian di dunia sebesar 60 persen, sementara di
Indonesia mencapai 80 persen.
dalam penanganan penyakit flu burung pemerintah
Indonesia mengambil langkah cepat dengan membentuk
Komnas FBPI sejak awal terdekesinya flu burung di
Indonesia.
Komnas FBPI kemudian melancarkan strategi yang akhirnya
dapat meredam dampak wabah Flu Burung.
Bicara mengenai dampak ekonomi, dalam penanganan kasus
flu burung, unggas yang berpotensi terinfeksi harus
dimusnahkan dengan cara dibakar.
Padahal di sisi lain ayam dan unggas lainnya memiliki nilai
ekonomi yang tinggi bagi masyarakat.

BAB III
PEMBAHASAN
6

A. Keluhan dan gejala penyakit covid’19 dan Flu burung


a. Keluhan dan gejala penyakit covid’19
infeksi COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam,
pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah
itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat.
Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam
tinggi, batuk berdahak atau berdarah, sesak napas, dan nyeri
dada. Gejala-gejala tersebut di atas muncul ketika tubuh
bereaksi melawan virus COVID-19.
Secara umum, ada tiga gejala umum yang bisa menandakan
seseorang terinfeksi COVID-19, yaitu:
1. Demam (suhu tubuh di atas 38°C)
2. Batuk kering
3. Sesak napas

Selain gejala di atas, ada beberapa gejala lain yang jarang


terjadi, tetapi juga bisa muncul pada infeksi COVID-19, yaitu:
1. Mudah lelah
2. Nyeri otot
3. Nyeri dada
4. Sakit tenggorokan
5. Sakit kepala
6. Mual atau muntah
7. Diare
7

8. Pilek atau hidung tersumbat


9. Menggigil
10.Bersin-bersin
11. Hilangnya kemampuan
12. mengecap rasa
14. Hilangnya kemampuan mencium bau (anosmia)

Gejala COVID-19 bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu


setelah seseorang terinfeksi virus penyebabnya. Sebagian
pasien COVID-19 pun ada yang mengalami penurunan oksigen
tanpa adanya gejala apa pun. Kondisi ini disebut happy
hypoxia. Selain itu, beberapa laporan kasus juga menyebutkan
bahwa sebagian pasien COVID-19 dapat mengalami ruam kulit.
Untuk memastikan apakah gejala-gejala tersebut merupakan
gejala dari virus Corona, diperlukan rapid test atau PCR. Untuk
menemukan tempat melakukan rapid test atau PCR di sekitar
rumah Anda, klik di sini.
Pada beberapa penderita, COVID-19 dapat tidak menimbulkan
gejala sama sekali. Orang yang sudah terkonfirmasi positif
COVID-19 melalui pemeriksaan RT-PCR namun tidak
mengalami gejala disebut sebagai kasus konfirmasi
asimptomatik. Penderita ini tetap bisa menularkan COVID-19
ke orang lain.
8

b. Keluhan dan gejala penyakit flu burung


Gejala flu burung umumnya baru muncul setelah 3–5 hari
terpapar virus ini. Gejala yang timbul dapat berbeda-beda,
mulai dari yang ringan hingga parah. Meskipun kadang orang
yang terinfeksi virus flu burung bisa tidak merasakan gejala apa
pun, tetapi secara umum, penderita flu burung akan mengalami
gejala berupa:
1. Demam
2. Batuk
3. Sakit tenggorokan
4. Nyeri otot
5. Sakit kepala
6. Kelelahan
7. Hidung berair atau tersumbat
8. Sesak napas

Pada beberapa penderita, gejala lain yang juga dapat timbul


antara lain muntah, sakit perut, diare, gusi berdarah, mimisan,
nyeri dada, dan mata merah (konjungtivitis). Pada infeksi yang
berat, flu burung bahkan bisa menyebabkan pneumonia, acute
respiratory distress syndrome (ARDS), gagal napas, kejang, dan
gangguan sistem saraf.

B. Pemeriksaan penunjang diagnostik


9

a. Pemeriksaan penunjang diangnostik covid’19

Beberapa Pemeriksaan untuk Diagnosa Virus Corona


Tanda atau gejala dari COVID-19 dapat terlihat setelah dua
hingga 14 hari setelah paparan terjadi. Waktu saat seseorang
terpapar dan sebelum mengalami gejala disebut juga dengan
masa inkubasi. Pertanda yang paling umum sebelum seseorang
dapat mendapatkan diagnosa dari serangan virus corona adalah
demam, batuk, kelelahan, hingga tidak dapat mencium bau.
Namun, hal tersebut juga dapat terjadi pada beberapa penyakit
lainnya.
Beberapa gejala klinis dari COVID-19 tingkat sedang dan
parah, antara lain:
1. Sesak napas atau kesulitan untuk bernapas.
2. Nyeri otot.
3. Tubuh alami panas dan dingin.
4. Sakit kepala.
5. Nyeri pada dada.
6. Mual dan/atau muntah.
7. Diare.
8. Ruam.
Memang tingkat keparahan dari gejala klinis COVID-19 berada
di kisaran sangat ringan hingga parah. Bahkan, beberapa orang
hanya memiliki sedikit gejala atau tidak sama sekali. Di sisi
lain, seseorang juga bisa mengalami gejala yang lebih buruk,
10

seperti sesak napas yang parah dan pneumonia, yang timbul


seminggu setelah gejala awal dirasakan.

b. Flu burung

Diagnosis flu burung ditegakkan pada pasien dengan keluhan


flu-like symptoms dengan riwayat kontak, dan dikonfirmasi
melalui pemeriksaan isolasi atau biakan virus, PCR
(Polymerase Chain Reaction), dan uji serologi. [3,20]
Anamnesis
Manifestasi klinis flu burung tergantung pada subtipe virus
yang menginfeksi, mulai dari tanpa gejala hingga pneumonia
dengan gagal organ multipel.

Manifestasi klinis awal dapat berupa Penyakit Serupa Influenza


(PSI) dengan gejala demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek,
nyeri otot, sakit kepala, dan lesu. Gangguan pernapasan berat
dapat terjadi sekitar 5 hari setelahnya.

Masa inkubasi dari paparan unggas yang terinfeksi terhadap


manusia sekitar ≤ 7 hari, sedangkan penularan dari manusia ke
manusia berkisar 3-5 hari.

Gejala lainnya yang terjadi, seperti adanya konjungtivitis, diare,


muntah, nyeri dada, nyeri abdomen, serta terdapat dua kasus di
Vietnam dengan gejala ensefalitis. Adanya sesak napas
11

menandakan kelainan saluran napas bawah yang dapat


memburuk dengan cepat. [2,3,20]

C. Etiologi/penyebab virus covid’19 dan flu burung


1. Penyebab virus covid’19
Penyebab Virus Corona (COVID-19)
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh
coronavirus, yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem
pernapasan. Pada sebagian besar kasus, coronavirus hanya
menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang,
seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari
hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus
Corona juga menular dari manusia ke manusia.
Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara,
yaitu:
Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang
keluar saat penderita COVID-19 batuk atau bersin
12

Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih


dulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah
penderita COVID-19
Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19
Virus Corona juga bisa menular melalui benda-benda yang
sering disentuh, misalnya uang, gagang pintu, atau
permukaan meja.
Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya
akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada
orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit
tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya
lemah, misalnya pada penderita kanker.
2. Penyebab flu burung
Flu burung disebabkan oleh infeksi virus influenza tipe A
yang berasal dari burung. Sebagian besar jenis virus flu
burung hanya dapat menyerang dan menular pada unggas,
baik unggas liar maupun unggas peternakan, seperti ayam,
bebek, angsa, dan burung. Namun, ada beberapa jenis virus
flu burung yang bisa menginfeksi manusia, yaitu H5N1,
H5N6, H5N8, dan H7N9.

Di tahun 2021, pemerintah China juga melaporkan bahwa


terdapat penularan virus flu burung jenis baru, yaitu jenis
H10N3.
13

Virus flu burung dapat menginfeksi manusia jika terjadi


kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi virus ini.
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi
virus flu burung adalah:
1. Menyentuh unggas yang terinfeksi, baik yang masih
hidup atau sudah mati
2. Menyentuh kotoran, air liur, dan lendir, dari unggas yang
terinfeksi
3. Menghirup percikan cairan saluran pernapasan (droplet)
yang mengandung virus
4. Mengonsumsi daging atau telur unggas terinfeksi yang
mentah dan tidak matang
5. Penularan antarmanusia diduga juga dapat terjadi, tetapi
belum jelas mekanisme dan cara penularannya. Seseorang
lebih berisiko terinfeksi virus flu burung jika memiliki
faktor-faktor berikut ini:

1. Bekerja sebagai peternak unggas


2. Bekerja sebagai tim medis yang merawat penderita flu
burung
3. Memiliki anggota keluarga yang menderita flu burung
4. Pergi ke daerah atau tempat terjadinya infeksi flu burung
5. Berada dekat dengan unggas yang terinfeksi
14

6. Sering mengonsumsi daging atau telur unggas yang tidak


matang

D. Pencegahan virus covid’19 dan flu burung


1. Pencegahan virus covid’19
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah
penularan virus ini adalah:
1. Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh
tetap prima dan sistem imunitas / kekebalan tubuh
meningkat.
2. Mencuci tangan dengan benar secara teratur
menggunakan air dan sabun atau hand-rub berbasis alkohol.
3. Mencuci tangan sampai bersih selain dapat membunuh
virus yang mungkin ada di tangan kita, tindakan ini juga
merupakan salah satu tindakan yang mudah dan murah.
Sekitar 98% penyebaran penyakit bersumber dari tangan.
Karena itu, menjaga kebersihan tangan adalah hal yang
sangat penting.
4. Jaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang lain. Jika
anda terlalu dekat, anda dapat menghirup droplet dari orang
yang mungkin menderita COVID-19.
15

5. Ketika batuk dan bersin, tutup hidung dan mulut Anda


dengan tisu atau lengan atas bagian dalam (bukan dengan
telapak tangan).
6. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut (segitiga
wajah). Tangan menyentuh banyak hal yang dapat
terkontaminasi virus. Jika kita menyentuh mata, hidung dan
mulut dengan tangan yang terkontaminasi, maka virus dapat
dengan mudah masuk ke tubuh kita.
6. Gunakan masker dengan benar hingga menutupi mulut
dan hidung ketika Anda sakit atau saat sedang keluar rumah.
7. Buang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat
sampah dengan benar, lalu cucilah tangan Anda.
8. Tetap dirumah, hindari kontak dengan orang lain dan
bepergian ke tempat umum.
9. Hindari bepergian ke luar rumah saat Anda merasa kurang
sehat, terutama jika Anda merasa demam, batuk dan sulit
bernapas. Segera hubungi petugas kesehatan terdekat, dan
mintalah bantuan mereka.Sampaikan pada petugas jika
dalam 14 hari sebelumnya Anda pernah melakukan
perjalanan terutama ke negara atau wilayah terjangkit, atau
pernah kontak erat dengan orang yang memiliki gejala yang
sama. Ikuti arahan dari petugas kesehatan setempat.
10. Menunda perjalanan ke wilayah/ negara dimana virus ini
ditemukan.
16

2. Pencegahan virus flu burung


Cara terbaik yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi
flu burung adalah dengan mencegah penularannya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

1. Menghindari kontak langsung dengan unggas


2. Menghindari kontak langsung dengan orang sakit
3. Menerapkan etika batuk, yaitu dengan menutup mulut dan
hidung dengan tisu atau lipat siku saat batuk atau bersin
4. Menjaga kebersihan dan mencuci tangan secara rutin
5. Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut, sebelum cuci
tangan
6. Tidak mengonsumsi daging atau telur unggas yang belum
matang
7. Melakukan isolasi mandiri saat mengalami demam atau
gejala flu yang ringan, untuk mencegah penularan virus
kepada orang-orang sekitar
8. Tidak mengunjungi daerah atau tempat terjadinya wabah
flu burung

E. Cara pengobatan virus covid’19 dan flu burung


1. Pengobatan virus covid’19
17

Belum ada obat yang benar-benar efektif untuk mengatasi


infeksi virus Corona atau COVID-19. Namun, beberapa obat
seperti favipirapir dan remdesivir sudah bisa digunakan pada
kasus COVID-19 sedang hingga berat. Sementara itu, obat-
obatan lain, seperti molnupiravir, masih diteliti efektivitas
dan manfaatnya sebagai pengobatan COVID-19.

Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi pasien


dan tingkat keparahannya. Beberapa pasien dengan gejala
ringan atau tanpa gejala akan di sarankan untuk melakukan
protokol isolasi mandiri di rumah sambil tetap melakukan
langkah pencegahan penyebaran infeksi virus Corona.

Selain itu, dokter juga bisa memberikan beberapa beberapa


langkah untuk meredakan gejalanya dan mencegah
penyebaran virus corona, yaitu:

1. Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani


perawatan dan karatina di rumah sakit rujukan
2. Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman
dan sesuai kondisi penderita
3. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan
isolasi mandiri dan istirahat yang cukup
18

4. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum


air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh

2. Pengobatan virus flu burung

Pengobatan yang dilakukan untuk menangani flu burung


dapat berbeda-beda, tergantung dari gejala yang dialami.
Pasien yang telah terbukti menderita flu burung biasanya
akan dirawat di ruang isolasi di rumah sakit untuk mencegah
penularan dengan pasien lain.

Obat-obatan antivirus merupakan obat utama yang


digunakan untuk mengatasi flu burung. Beberapa obat
antivirus yang biasanya diberikan adalah oseltamivir dan
zanamivir.

Obat antivirus dapat meredakan gejala, mencegah terjadinya


komplikasi, serta meningkatkan peluang pasien untuk
sembuh. Obat ini perlu dikonsumsi secepatnya dalam waktu
2 hari setelah gejala muncul.

Selain untuk pengobatan, oseltamivir dan zanamivir juga


bisa digunakan sebagai obat untuk mencegah flu burung.
Oleh karena itu, obat ini terkadang diberikan kepada orang
19

yang melakukan kontak langsung dengan pasien, seperti


para petugas medis yang menangani pasien serta anggota
keluarga dan kerabat pasien.

F. Rehabilitasi covid’19

Sebagian besar pasien yang sudah sembuh dari infeksi COVID-19


nyatanya masih memiliki beberapa gejala infeksi meskipun mereka
telah dinyatakan negatif. Beberapa gejala tersebut di antaranya
adalah masih sering mengalami sesak nafas, dada berdebar, nyeri
kepala, nyeri sendi, kemampuan indra penciuman yang masih
belum juga membaik, cepat lelah, serta rasa ketakutan dan
kecemasan berlebih. Berbagai gejala fisik tersebut disebabkan oleh
sisa infeksi COVID-19 berupa jaringan parut (fibrosis) pada area
paru-paru pasien. Pada kasus SARS dan MERS, umumnya
jaringan parut tersebut baru bisa hilang setelah sekitar 12-24 bulan.
Proses menghilangnya jaringan parut pada paru-paru pasien juga
bergantung pada kondisi mereka masing-masing. Maka,
rehabilitasi sangat diperlukan agar gejala sisa infeksi COVID-19
hilang sepenuhnya sehingga pasien dapat beraktivitas seperti
sediakala. Menurut dr. Novaria Puspita, Sp.KFR (Spesialis Rehab
Medik RS EMC Sentul), rehabilitasi pasca COVID-19 ini
dilakukan secara bertahap, terencana, terukur, dan teratur oleh
bimbingan dan saran dokter. Sebelum rehabilitasi dilakukan,
20

dokter akan merencanakan program rehabilitasi sesuai dengan


kebutuhan dan kondisi masing-masing pasien. Hal-hal yang
menjadi pertimbangan dokter adalah apakah efek dari infeksi
COVID-19 yang dialami pasien tergolong ringan, sedang, atau
berat. Tahap selanjutnya adalah menilai gejala pasca COVID-19
yang muncul pada pasien sekaligus menilai kebugaran jantung,
paru-paru, otot, keseimbangan, gangguan fungsi, serta pernafasan.

G. Prognosis virus covid’19 dan flu burung


1. Prognosis virus corona
Prognosis COVID-19 umumnya tergantung gejala, usia, dan
komorbid pasien. Komplikasi dapat terjadi akut atau
berlangsung dalam jangka waktu panjang, dipengaruhi
faktor risiko pada pasien.
Komplikasi Akut
Komplikasi COVID-19 paling umum adalah acute
respiratory distress syndrome (ARDS). Selain itu, beberapa
komplikasi lain adalah syok septik dan rabdomiolisis.
1. Komplikasi syok septik
Komplikasi syok sepsis adalah kegagalan organ. Kegagalan
organ yang dapat antara lain gagal jantung, infark miokard,
gagal napas, stroke, gagal ginjal akut, gangguan fungsi
hepar, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC),
hingga kematian.8 Jan 2021
21

2. Rabdomiolisis
Gangguan jaringan otot yang melepaskan protein yang
merusak ke dalam darah.
Kerusakan jaringan otot ini menyebabkan pelepasan protein
(myoglobin) ke dalam darah. Mioglobin dapat merusak
ginjal.
2. Prognosis virus flu burung
Prognosis dari penyakit flu burung tergantung dari
progresivitas perjalanan penyakit. Deteksi dan
penatalaksanaan secara dini dapat menurunkan terjadinya
komplikasi dan risiko mortalitas.

Komplikasi
Komplikasi adalah penyebab mortalitas pada pasien flu
burung. Atipikal pneumonia adalah komplikasi yang sering
timbul pada infeksi highly pathogenic avian influenza.
Atipikal pneumonia dapat dengan segera berkembang
menjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dan
gagal napas. Risiko komplikasi dapat dicegah dengan
penggunaan antivirus sesegera mungkin, tata laksana
suportif, dan lung protective ventilation.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Virus corona meruupakan virus yang sangat berbahaya yang
menyerang sistem pernafasan, virus ini di sertai gejala gajala, baik
yang ringan maupun berat, dampak yang paling berat ialah
kematian, virus ini muda menyebar sehingga masyarakat harus
lebih selektif dalam berkontak langsung dengan orang-orang,
dalam penanganan covid 19 banyak melibatkan peran milenial
sebagai motor penggerak bangsa, dengan dorongan pemerintah
milenial berkontribusi dalam penanganan covid 19 sehingga
memudahkan pemerintah setempat untuk mengelolah keadaan,
pemanfaatan kinerja milenial memberikan energi yang positif
dengan semangat yang begitu tinggi, respon timbal balik sangat
diperlukan antara pemerintah Dan milenial, untuk mencapai hasil
yang diiginkan. Dalam memperbaiki kondisi indonesia ke arah
ayng lebih baik, kebijakan-kebijakan diambil oleh pemerintah
bertujuan untuk memulihkan keadaan di tanah air, walaupun
masyarakat harus hidup dalam kondisi yang baru.
Penyebab flu burung di Indonesia adalah virus influenza tipe A
subtipe H5N1.
2. Tingkat kematian flu burung tinggi (CFR 76%) tetapi di
Indonesia belum ditemukan adanya kasus pada manusia.

22
23

3. Perlu kewaspadaan pada kelompok berisiko tinggi (pekerja di


peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas
lainnya), dengan memperhatikan cara pencegahan.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan, kesalahan, dan masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan ktritik dan saran yang
membangun agar kedepannya penulis bisa lebih baik lagi dalam
pembuatan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, D. S. (2014). Kebijakan Publik (2nd ed.). Bandung: CV. Pustaka Setia.
Retrieved from http://digilib.uinsgd.ac.id/11004/1/8. Buku Kebijakan Publik.pdf

Anderson, James E. (1970). Public Policy Making. New York: Reinhart and Wiston.

Bakry, U. S. (2016). Metode Penelitian Hubungan Internasional. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Burt, R.S. (1992). Excerpt from The Sosial Structure of Competition, in Structure
Holes: The Social Structure of Competition. Cambridge and London: Harvard
University.

Dunn, W. N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: GMUP.

Dye, Thomas R. (2011). Understanding Public Policy. Singapore: Longman.

Michael Q. Patton, M. C. (2002). A Guide to Using Qualitative Research


Methodology. Geneva:
Medicins Sans Frontieres.

Nugroho, Dian. (2003). Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.


Jakarta: Gramedia.

Akoso, BT. 2009. Waspada Flu Burung Penyakit Menular Pada Hewan dan
Manusia. Yogyakarta : Kanisius.

Beach, R. H., Poulos C., Pattanayak S.K. 2006. Prepared for presentation at the
CAES-FLP-CATPRN Joint Workshop 2006;Crises in Agricultural and
Resource Sectors Workshop: Analysis of Policy Responses October 1517,
2006.

Budiarto E dan Anggreini D. 2003. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGC.

24
Budiman dan Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Budiman. 2009. Kajian Peranan Lingkungan Sebagai Faktor Risiko Kejadian Luar
Biasa (KLB) Penyakit Flu Burung Pada Manusia. Tesis. Institus Pertanian
Bogor.

Budiman 2014. Penyakit Flu Burung: Riwayat Alamiah dan Pencegahannya.


Diunduh : 9 Mei 2014.

http://e-journal.kopertis4.or.id/file.php?file=karyailmiah&id=74

Candra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai