Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

POLIOMIELITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “KEPERAWATAN ANAK”
Dosen Pengajar: Mulyati, M. Kep

Disusun Oleh
Kelompok 4:

Yayah fitriyah (3022041158)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah asuhan
keperawatan ini.

Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Keperawatan anak.
Pembuatan makalah ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada
yang terhormat : Ibu Mulyati, M. Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan anak.

Makalah yang penulis buat ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik atau pun masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis, mudah- mudahan Makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya,

Serang, 3 Oktober 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGATAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................

1.1 Latar belakang.................................................................................


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................
1.4 Manfaat............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................

2.1 Definisi..............................................................................................
2.2 Etiologi.............................................................................................
2.3 klasifikasi.........................................................................................
2.4 pathway............................................................................................
2.5 Patofisiologi.....................................................................................
2.6 manifestasi klinis.............................................................................
2.7 Penularan..........................................................................................
2.8 Komplikasi........................................................................................
2.9 penatalaksanaan..............................................................................
2.10 pencegahan....................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................................

3.1 Aplikasi Kasus..................................................................................

BAB IV PENUTUP ...............................................................................................

4.1 Kesimpulan.......................................................................................

DAFTAR PUSAKA……
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini,sebuah virus yang polio
virus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini
dapat memasuki darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Poliomielitis).
Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini menular
melalui air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan selalu
menyerang anak balita. Dua puluh tahun silam, polio melumpuhkan 1.000
anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tetapi pada tahun 1988 muncul
Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya 1.266 kasus
polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia.
Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul kasus polio pertama
selama satu dasawarsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio yang
disandang selama 10 tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan di
Jawa Barat terjangkit penyakit ini. Menurut analisa, virus tersebut dibawa dari
sebelah utara Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa daerah di
Indonesia dan menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi. Polio bisa
mengakibatkan kelumpuhan dan kematian. Virusnya cenderung menyebar dan
menular dengan cepat apalagi di tempat-tempat yang kebersihannya buruk.
Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio
secara global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan segera
tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara tetangga
terutama daerah yang angka cakupan imunisasinya masih rendah.
Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus
tersebut. Banyak pihak khawatir tingginya kasus polio di Indonesia akan
menjadikan Indonesia menjadi pengekspor virus ke Negara-negara lain,
khususnya di Asia Timur. Wabah polio yang baru saja terjadi di Indonesia
dapat dipandang sebagai sebuah krisis kesehatan dengan implikasi global
http://www.unicef.org/indonesia/id/health_nutrition_3136.html
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk membuat makalah
tentang polio.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang
penulis buat adalah bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan
polio.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
polio.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
polio.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
polio.
c. Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada klien dengan
polio.
d. Mampu melakukan pelaksanaan keperawatan pada klien dengan
polio.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan polio.
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada klien
dengan polio.
1.4 Manfaat

Menambah ilmu pengetahuan dalam penatalaksanaan asuhan


keperawatan pada klien dengan polio.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP TEORI


2.1.1 Definisi
Poliomyelitis adalah penyakit kelumpuhan yang disebabkan oleh
infeksi virus yang bisa dicegah dengan pemberian vaksinasi. Polio virus
termasuk dalam kelompok enterovirus dan mempunyai tiga tipe 1,2,dan 3.
Paling banyak infeksi polio virus disebabkan oleh tipe 1, dimana infeksi
didapat dari vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan tipe 3. (Elzouki,
2012)
Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan
virus polio. Kerusakan pada motor neuron medulla spinalis dapat
mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat flaksid, sehingga nama lain
poliomyelitis adalah infantile paralysis, acute anterior poliomyelitis.
Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala sampai adanya gejala kelumpuhan total dan atropi otot, pada
umumnya mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris, dan dapat
menetap selamanya sampai dengan kematian. Penyakit polio pertama kali
ditulis secara klinik oleh Heine pada tahun 1840 dan diuraikan secara
epidemiologis oleh Medine pada tahun 1891, sehingga penyakit ini
disebut juga Heine-Medine disease. Kata polio berasal dari bahasa Yunani
berarti grey (abu-abu) dan myelitis berasal dari myelon (marrow). Artinya
predileksi virus ini pada sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang
dan init motorik batang otak. Penyakit ini hanya menyerang manusia dan
dapat menimbulkan kejadian luar biasa endemi dan epidemic. (Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2011)
Polio is a contagious viral illness that in its most severe form causes
paralysis, difficulty breathing and sometimes death
(http://kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/polio.html).
Polio (poliomielitis) adalah infeksi virus yang sangat menular dan
kadang berakibat fatal. Virus ini mempengaruhi sarar dan dapat
menyebabkan kelemahan otot yang menetap, kelumpuhan, dan gejala-
gejala lainnnya (http://medicastore.com/).
Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun. Bahkan
ada benda-benda Mesir yang melukiskan individu-individu dengan fitur-
fitur khusus dari kelumpuhan setelah polio. Polio telah disebut dengan
banyak nama-nama yang berbeda, termasuk kelumpuhan anak-anak,
kelemahan dari anggota-anggota tubuh bagian bawah (kaki-kaki dan
tangan-tangan), dan spinal paralytic paralysis. Virus dan penyakit polio
adalah kependekan untuk poliomyelitis dan mempunyai asal usul Yunani:
polios (abu-abu), myelos (sumsum), dan itis (peradangan)
(http://growupclinic.com/2012/05/20/infeksi-polio-manifestasi-klinis-dan-
penegakkan-diagnosis-terkini/).
2.1.2 Etiologi
Poliomyelitis disebabkan oleh Enterovirus. Enterovirus adalah virus
RNA yang termasuk family pikornaviridae. Subkelompok enterovirus asli
koksakivirus, ekovirus, dan poliovirus dibedakan dibedakan oleh
pengaruhnya pada biakan jaringan dan binatang
2.1.3 Klasifikasi
Poliomielitis dibagi atas empat macam, yaitu :
1. Poliomielitis Asimtomatis: Masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat
tanda dan gejala karena daya tahan tubuh yang cukup baik, maka tidak
terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis Abortif: Timbul mendadak langsung beberapa jam
sampai beberapa hari. Gejala yang timbul berupa infeksi virus seperti
malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri tenggorokan nyeri abdomen,
nyeri kepala, dan konstipasi.
3. Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik yang timbul hampir sama
dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah
lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang diikuti penyembuhan
sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk ke dalam fase
ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia,
mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan
kolumna posterior.
4. Poliomielitis Paralitik: Gejala yang timbul sama pada poliomyelitis
non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet
atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis
fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya
antara lain :
a. Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher,
abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
b. Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak
dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan
sirkulasi.
c. Bentuk bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara bentuk
spinal dan bentuk bulbar.
d. Kadang ensepalitik: Dapat disertai gejala delirium, kesadaran
menurun, tremor dan kadang kejang.

2.1.4 Pathway
2.1.5 Patofisiologi
Virus Polio. Neuropati poliomyelitis dan penyakit paralisis lain
disebabkan oleh enterovirus nonpolio karena penghancuran seluler
langsung. Cedera sekunder mungkin karena mekanisme imunologis.
Gejala-gejala lain disebabkan oleh lisis virus sel hospes termasuk penyakit
neonates tersebar, meningitis aseptic, ensefalitis, dan penyakit saluran
pernafasan akut. Pada poliomyelitis, lesi neuron terjadi pada:
1. Medulla spinalis (terutama sel-sel kornu-anterior dan pada tingkat
yang lebih ringan kornu intermedius dan dorsalis serta ganglia radiks
dorsalis);
2. Medulla (nucleus vestibuler, nucleus saraf cranial, dan
formasiretikularis, yang berisi pusat-pusat vital);
3. Serebellum (hanya nucleus pada atap dan vermis)
4. Otak tengah (terutama substansia abu-abu tetapi juga substansia nigra
dan kadang-kadang nucleus merah);
5. Talamus dan hipotalamus
6. Pallidum
7. Korteks serebri (korteks motoris)
Daerah-daerah yang terselamatkan:
a. Korteks seluruh otak kecuali daerah motorik
b. Serebellum kecuali vermis dan nucleus linea mediana dalam
c. Substansi alba medulla spinalis
Enterovirus terdeteksi pada beberapa kasus mioperikarditis.
Pathogenesis nefritis, miositosis, poliradikulitis, pancreatitis, hepatitis,
pneumonitis, dan sindrom lain terkait enterovirus tidak jelas. Gangguan
ini mungkin karena respon rdanag terhadapa antigen virus atau cedera
jaringan akibat virus. Rangkaian RNA enterovirus telah diperagakan pada
jaringan jantung dari penderita dengan kardiomiopati, tetapi hubungan
sebab akibat belum ditegakkan. Beberapa rangakain peptide yang
menyusun epitop virus dimiliki bersama oleh jaringan hospes, yang dapat
menyediakan mekanisme untuk reaksi autoimun pada infeksi enterovirus.
2.1.6 Manifestasi Klinis
1. Infeksi virus polio
a. Poliomielitis Absortif.
Sakit demam singkat terjadi dengan satu atau lebih gejala-gejala
berikut : malaise, anoreksia, mual, muntah, nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, konstipasi, dan nyeri perut. Koryza, batuk, eksudat
faring, diare, dan nyrei perut local serta kekauan jarang. Demam
jarang melebihi 39,5°C (103°F), dan faring biasanya menunjukan
sedikit perubahan walaupun sering ada keluhan nyeri tenggorok.
b. Poliomielitis Nonparalitik.
Gejala-gejalanya seperti gejala poliomyelitis abortif, kecuali
bahwa nyeri kepala, mual, dan muntah lebih parah, dan ada nyaeri
dan kekauan oto leher posterior, badan dan tungkai. Paralisis
kandung kencing yang cepat menghilang sering dijumpai, dan
konstipasi sering ada.
c. Poliomielitis Paralitik.
Manifestasinya adalah manifestasi poliomielitis nonparalitik yang
disebutkan satu persatu ditambah dengan satu atau lebih kelompok
otot, skelet atau cranial. Gejala-gejala ini dapat disertai dengan
jeda tanpa gejala beberapa hari dan kemudian pada puncak
berulang dengan paralisis. Paralisis kandung kencing lamanya 1-3
hari pada sekitar 20% penderita dan atoni usus besar adalah lazim,
kadang-kadang sampai mengarah pada ileus paralitikus.
d. Infeksi Enterovirus Nonpolio
Infeksi koksakivirus dan ekovirus sangat lazim, dan spectrum
penyakit adalah mudah berubah. Karena banyak hubungan klinis-
viriologis yang didasarkan pada jumlah kasus yang terbatas dan
karena enterovirus sering tanpa gejala dalam saluran cerna,
beberapa dari penyakit yang diamati yang secara bersamaan
ditemukan virus mungkin tidak mempunyai hubungan sebab
akibat. Namun pengamatan ulang telah meperkuat beberapa
hubungan virus penyakit, walaupun kejadiannya sporadic. Lebih
dari 90% infeksi yang disebabkan oleh enterovirus nonpolio tidak
bergejala atau menyebabkan sakit demam tidak spesifik. Beberapa
sindrom klinis sangat tinggi tetapi tidak selalu terkait dengan
serotype tertentu.
e. Infeksi Tidak Bergejala
Koksakivirus dan ekovirus sering dapat ditemukan dari tinja anak
sehat, tetapi ada beberapa data frekuensi infeksi enterovirus
nonpolioyang tidak bergejala
f. Penyakit Demam Nonspesifik
ini adalah manifestasi infeksi enterovirus yang paling lazim.
Semua tipe virus menimbulkan tanda klinis ini, tetapi sering sangat
bervariasi antara masing-masing virus. Mulainya penyakit
biasanya mendadak dan tanpa gejala yang mendahului. Pada anak
lebih muda awal adalah demam dan malaise terkait. Pada anak
yang lebih tua biasanya juga ditemukan nyeri kepala dan mialgia.
g. Manifestasi pernapasan
Faringitis, tonsillitis, tonsilofaringitis, dan nasofaringitis
h. Manifestasi Saluran Cerna
1) Muntah, tetapi bukan merupakan keluhan utama penderita atau
orangtua
2) Diare
3) Nyeri perut
i. Konjungtivitis Hemoragik akut
Konjungtivitis hemoragik akut mulai mendadak yang disertai
dengan nyeri mata berat dan disertai fotofobia, pandangan kabur,
lakrimasi, eritema dan kongesti mata, serta palpebra edema dan
kemosis. Ada perdarahan subkonjungtiva dari berbagai ukuran dan
seringkali keratitis epithelial pungktata sementara, folikel
konjungtiva, dan linfadenopati preaurikuler. Kotoran mata pada
mulanya serosa tetapi menjadi mukopurulen dengan infeksi bakteri
sekunder. Gejala-gejala sistemik termasuk demam jarang.
j. Perikarditis dan miokarditis
k. Manifestasi genitourinarius
1) Orkitis
2) Epidedimitis
3) Glomerulonefritis akut
4) Glomerulonefritis mesangiolitik mesangiolitik pada bayi
dengan imunodefisiensi
5) Sindrom hemolitik-uremik
6) Gagal ginjal akut
7) Piuria
8) Hematuria
9) Proteinuria
10) Sistitis hemoragis
11) Lesi ulseratif vagina
l. Miositis dan arthritis
m. Manifestasi Kulit
1) Eksatem
2) Ruam pada kulit
3) Lesi intraoral
4) Lesi pada bokong, tangan dan kaki
n. Manifestasi Neurologis
1) Meningitis aseptic
2) Kekauan atau spasme otot menyeluruh
3) Tanda kernig dan brudzinski positif
2.1.7 Penularan
Masa inkubasi polio terjadi pada 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari.
Manusia merupakan satu-satunya recervoir dan media penularan. Virus
ditularkan melalui rute oro/fecal. Penularan melalui secret faring terjadi
apabila keadaan agent sanitasinya baik sehingga dapat memutuskan rantai
penularan.
Pada akhir masa inkubasi dan awal gejala, penderita polio berpotensial
menularkan penyakit. Setelah terpapar dari penderita, virus polio dapat
ditemukan pada secret tenggorkan 36 jam kemudian. Bahkan bias bertahan
sampai 1 minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam atau lebih.
2.1.8 Komplikasi
Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun
kemudian akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan otot,
penurunan kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot. Gejala ini
didefinisikan sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut. Manifestasi lain
dari post-polio sindrom termasuk nyeri otot, deformitas tulang, kelelahan
dankram. Perkembangan kemunduran otot pada post-polio sindrom
umumnya lambat dan pada beberapa kasus tidak bisa dilihat hanya dalam
1-2 tahun. Beberapa komplikasi lain yang mungkin terjadi, diantaranya:
1. Deformitas Tulang disebabkan oleh kelemahan otot, deformitas tulang
mungkin akan terjadi disebabkan oleh positioning yang salah.
2. Abnormalitas NeurologisSaraf yang terjepit mungkin terjadi pada
pasien pengidap polio dan menyebabkan eksaserbasi atropi otot dan
kelemahan.
3. Komplikasi respiratorySkoliosis dan atropi otot dapat menyebabkan
penyakit paru. Penyakit paru tersebutakan berakibat pada insufisiensi
pernafasan dan core pulmonale. (Springer, 2012)
2.1.9 Penatalaksanaan
Mendukung untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan
menggunakan analgetik. Untuk meningkatkan status pernafasan artifisial
ventilasi mungkin dibutuhkan dan untuk mendukung status nutrisi
digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM aktif dan pasif mungkin
dibutuhkan untuk mencegah kontraktur dan deformitas.
2.1.10 Pencegahan
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan adalah:
1. Peningkatan hygiene
Karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung
virus, maka hygiene makanan atau minuman sangat penting.
2. Imunisasi polio
Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap
penyakit polio dengan mempergunakan vaksin polio oral (opv)
maupun injeksi (ivp). Ovp sangat bermanfaat pada saat klb, karena
selain menimbulkan kekebelan humoral dan local pada usus resipien
juga mempunyai “ community effect” yaitu virus vaksin yang berbiak
di usus akan ikut menyebar ke anak sekitarnya, sehingga jangkauan
imunisasi makin meluas. Selain itu virus vaksin yang berbiak akan
menutup PVR(polio virus reseptor) diusus selama 100 hari, sehingga
virus polio liar tidak dapat menempel dan menimbulkan infeksi.
Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan IV)
dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio ulangan
diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat masuk
sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).
Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu vaksin Salk (berisi virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan secara suntik) dan vaksin Sabin (berisi
vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil
atau cairan, di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabon. Vaksin ini
diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kemasannya yang dibuat oleh Pasteur-Merriux Serums & Vaccins,
Perancis untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan 1 pipet.
Kandungan vaksin ini terdiri dari virus polio tipe 1, 2, dan 3 hidup
yang dilemahkan, asam amino, antibiotik dan calf serum yang
distabilkan dengan magnesium chlorida dan fenol merah sebagai
indikator. Secara fisik beruapa cairan kemerahan jernih yang cepat
sekali rusak biala terkena panas (cahaya matahari). Vaksin disimpan
dalam lemari es suhu 2-8 0C (masa kadaluarsa 1 tahun) atau dalam
freezer suhu -20 sampai -25 0C (masa kadaluarsa 2 tahun).

BAB III

Contoh Kasus Poliomielitis :


An.S berumur 4 tahun dibawa oleh ibunya ke RS. Ibu pasien menyatakan bahwa
anaknya tiba-tiba merasa lemas dan tungkai kanan susah digerakkan. Gejala awal
panas selama dua hari, kemudian mual-mual dan muntah disertai pusing sejak
semalam.

A. Asuhan Keperawatan pada Pasien Poliomyelitis Berdasarkan Pola Fungsional


Gordon:
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : An. S
Usia : 4 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Tgl MRS : 16/9/2014
Jam MRS : 09.00 WIB
Diagnosa : Poliomyelitis
2) Identitas Penanggung Jawab :
Nama : Ny. D
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan/ pekerjaan: SLTP/ wiraswasta
Hubungan dg klien : Ibu Pasien

b. R iwa yat Kesehat an Keper awaat n


Keluhan Utama : ibu pasien mengatakan pasien merasa lemas di
tubuhnya dan tungkai kanan susah untuk digerakan. Ibu pasien mengatakan
bahwa anak nya panas selama 2 hari, mual, muntah-muntah, serta pusing.
Pasien rewel dan menangis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien menyatakan bahwa anaknya tiba-tiba merasa lemas di
sekujur tubuhnya, dengan gejala awal panas sejak 2 hari (Suhu 38,9
C), kemudian disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu berdiri
dan berjalan. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya belum pernah
mendapatkan imunisasi polio
b. Riwayat Penyakit sebelumnya
Riwayat Tumbuh Kembang anak :
a) Imunisasi: Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir,
BCG diberikan saat lahir, Polio oral belum pernah diberikan.
b) Status Gizi: Baik Tahap perkembangan anak menurut teori
psikososial : Klien An. S mencari kebutuhan dasarnya seperti
kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan dari orang
tua sendiri.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti, HT, DM, Asma, dan
Penyakit jantung.
c. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11
Pola)
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Ibu pasien mengatakan bahwa keluarga khawatir dengan kondisi
anaknya karena anaknya belum pernah mendapatkan vaksin polio
sejak kecil, Persepsi keluarga tentang penyakit anaknya itu karena
cobaan Tuhan.

2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mempunyai
kebiasaan makan dengan baik. Dengan porsi makan 3x/hari. Menu
yang biasanya di berikan kepada pasien adalah dengan porsi nasi,
sayur, dan lauk. Kebiasaan minum pasien juga baik. Pasien biasanya
minum dengan susu, air putih, dan jus buah. ( BB : 18,8 kg)
Selama sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa selama sakit, pasien kurang nafsu
makan. Dengan porsi 1x/hari dengan menu nasi dan sayur. Makan
hanya setengah porsi. Pasien sering mual dan muntah-muntah.(BB
turun : 11,2 kg)
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma
terapik.
BAK : normal, warna kunimg, aromatik.
Selama sakit :
BAB : konstipasi
BAK : normal, warna kuning, aromatik.
4) Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 1 2 3 4 5
Kemampuan melakukan ROM √
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur √
Kemampuan makan/minum √
Kemampuan toileting √
Kemampuan Mandi √
Kemampuan berpindah √
Kemampuan berpakaian √
Keterangan:
1 = Tergantung Penuh
2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Dibantu alat
5 = Mandiri
5) Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidur dengan nyenyak. Pasien
tidur 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam.
Selama sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien saat tidur sering terbangun.
Pasien tidak bisa tidur nyenyak
6) Sensori, Persepsi dan Kognitif
7) Konsep diri
Pasien belum mampu memaparkan konsep dirinya karena klien
masih berusia 4tahun.
8) Sexual dan Reproduksi
Pasien seorang laki-laki, berusia 3 tahun.
9) Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit: ibu klien mengatakan bahwa pasien interaksi dengan
keluarga, teman sekitar, dan lingkungan secara baik.
Selama sakit: pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga,
teman, dan lingkungan. Pasien sering menangis.
10) Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit : Baik.
Selama sakit : pasien belum mampu memaparkan secara tepat
keadaan jiwanya karena klien masih balita, klien dibantu dengan
orang tua (ibu) untuk menyelesaikan masalahnya.
11) Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : pasien beragama Islam.
Selama sakit. :pasien tidak pernah melaksanakan sholat karena
keterbatasan aktivitas akibat nyeri sendi.
d. Pemeriksaan Fisik

1) Tanda- tanda vital


RR : RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan.
tekanan darah : normal
Suhu : 38,9°C panas selama hari
Nadi : 110 x/menit
2) Mata : palpebra kehitaman
3) Rambut : bersih
4) Dada
Inspeksi : warna kulit putih, tak ada lesi
Palpasi : pergerakan pernapasan dada sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara paru vaskuler
5) Abdomen
Inspeksi : warna kulit putih, tak ada lesi
Auskultasi : suara peristaltik usus 12 x/menit
Palpasi : tak ada nyeri tekan
Perkusi : suara tympani
6) Ekstremitas
Kekuatan otot
Tangan kanan :4
Tangan kiri : 4
Kaki kiri :4
Kaki kanan :2
7) Genetalia : bersih
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan sampel feses: ditemukan adanya Poliovirus. Pada
pemeriksaan serum ditemukan adanya peningkatan antibody.
Pada pemeriksaan sampel darah: ditemukan adanya leukosit
meningkat dari nilai normalnya.
f. Analisa Data
Nama kilen : An. S
Ruang Rawat : Rumah Sakit
Diagnosa medik : Poliomyelitis
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : ibu pasien polio virus hipertermi
mengatakan bahwa
pasien Sistem saraf pusat
- panas selama 2 hari (SSP)
- lemas
DO : pasien tampak Peningkatan suhu tubuh
- lemas
- rewel menangis Hipertermi

- suhu 38,9°C
DS : ibu pasien Polio virus Defisit nutrisi
mengatakan bahwa
pasien
- mual Melalui fekal-fekal oral
- muntah
- makan hanya setengah
porsi Bermutipilkasi
DO : pasien tampak
- lemas
- porsi makan hanya
setengah porsi Orofaring
- BB sebelum sakit
(18,8kg) BB sesudah
sakit menjadi (11,2kg) Infeksi

Sulit menelan

Defisit nutrisi
DS : ibu pasien Sistem saraf pusat (SSP) gangguan mobilitas
mengatakan bahwa fisik
pasien Penyerangan sel-sel
- badan pasien lemas yang mengendalikan
disekujur tubuhnya otot
- tungkai kanan sulit
digerakkan Melemahnya otot
DO : : pasien tampak
- lemas paralysis
- tungkai kanan sulit
digerakkan Otot tungkai falccid
paralysis

Terhambatnya
mobilitas fisik

Gangguan mobilitas
fisik

g. Diagnosa keperawatan sesuai perioritas


1) Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien
3) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
penurunan kendali otot
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Hipertermi yang Pasien mampu menunjukkan Suhu Manajemen hipertermia
berhubungan dengan tubuh dalam batas normal selama 2 Tindakan
proses infeksi x 24 jam Observasi
Kriteria hasil :  Identifikasi penyebab hipertermia (misal dehidrasi,
- Suhu normal membaik terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
- suhu kulit membaik  Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluan urine
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapetik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis atau keringat berlebih
 Lakukan pendinginan eksternal misal selimut
hipotermia atau kompres dingin dengan dahi, leher,
dada, abdomen, aksila
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
jika perlu
2. Defisit nutrisi Pasien mampu menunjukan nutrisi Manajemen nutrisi
berhubungan dengan yang baik selama 3x 24 jam Tindakan
ketidakmampuan Kriteria Hasil : Observasi
mengabsorbsi nutrien - porsi makanan yang dihabiskan  Identifikasi status nutrisi
meningkat  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- berat badan membaik  Identifikasi makanan disukai
- nafsu makan membaik  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogestrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogetrik jika asupan oral telah ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk jika perlu
 Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal
pereda nyeri, antilematik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
3. Gangguan mobilitas Pasien mampu melaksanakan Manajemen nutrisi
fisik yang berhubungan aktivitas fisik sesuai dengan Tindakan
dengan penurunan kemampuannya selama waktu 3 x Observasi
kendali otot 24 jam,. Kriteria hasil :  Identifikasi status nutrisi
- pergerakan ekstremitas meningkat  Identifikasi alergi atau intoleransi makanan
- kekuatan otot meningkat  Identifikasi makanan disukai
-rentang gerak sendi (ROM)
meningkat  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- cemas menurun  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogestrik
- gerakan terbatas menurun  Monitor asupan makanan
- kelemahan fisik menurun  Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet misal piramida
makanan
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan jika perlu
 Hentikan pemberian makanan melalui selang
nasogetrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk jika perlu
 Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan misal
pereda nyeri antlemetik jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan jika perlu

CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI


Nama Pasien : An. S No. RM : -
Umur : 4 tahun Dx Medis : Poliomyelitis
Hari/Tgl Dx. Keperawatan Jam Implementasi Hari/Tgl Jam Evaluasi TTD/
Nama
Selasa, Hipertermi yang 08.00 - mengukur suhu tubuh Kamis 08.00 S : ibu pasien mengatakan: Husna
16/9/14 berhubungan dengan WIB pasien 18/9/14 WIB - tidak demam lagi
proses infeksi - melakukan kompres hangat O : S: 37°c
DS : ibu pasien - memantau suhu tubuh A : pasien mampu
mengatakan bahwa pasien menunjukan suhu tubuh
pasien - menganjurkan untuk secara normal
- panas selama 2 minum air putih yang P : Lanjutkan asuhan
hari banyak keperawatan
- lemas - membantu memberikan
DO : pasien tampak minum obat
- lemas
- rewel menangis
- suhu 38,9°C
Selasa, Nutrisi kurang dari 09.00 - Mengkaji pola makan Kamis 09.00 S : ibu pasien mengatakan Mute
16/9/14 kebutuhan tubuh WIB anak 18/9/14 WIB bahwa
dari yang - Berkolaborasi dengan - Pasien tidak mual
berhubungan dengan ahli gizi dalam - Pasien tidak muntah
mual dan muntah pemberian nutrisi - makan dengan porsi
DS : ibu pasien - Memberikan makanan yang cukup
mengatakan bahwa - Menimbang berat badan - nafsu makan meningkat
pasien - Memberikan makanan O:
- mual kesukaan anak - porsi makan meningkat
- muntah - Memberikan makanan A : pasien mampu
- nafsu makan porsi sedikit tapi sering menunjukan nutrisi yang
berkurang baik
- makan hanya P : lanjutkan asuhan
setengah porsi keperawatan
DO : pasien tampak
- lemas
- porsi makan hanya
setengah porsi
Selasa, Gangguan mobilitas 10.00 - menentukan aktivitas Kamis 10.00 S : ibu pasien mengatakan Laily
16/9/14 fisik yang WIB - mencatat dan terima 18/9/14 WIB pasien
berhubungan dengan keadaan kelemahan - Masih lemas
paralysis (kelelahan yang ada). - Tungkai kanan sulit
DS : ibu pasien - mengindetifikasi digerakkan
mengatakan bahwa factor-faktor yang O : pasien tampak
pasien mempengaruhi - Badan lemas
- badan pasien kemampuan untuk aktif - tungkai kanan sulit
lemas disekujur seperti pemasukan digerakkan
tubuhnya makanan yang tidak A : pasien belum mampu
- tungkai kanan adekuat. melaksanakan aktivitas fisik
sulit digerakkan - mengevaluasi P : lanjutkan asuhan
DO : pasien tampak kemampuan keperawatan
- lemas untuk melakukan
- tungkai kanan mobilisasi secara aman
sulit digerakkan - Kolaborasi dengan
fisioterapis
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan virus


polio. Poliomyelitis disebabkan oleh Enterovirus. Enterovirus adalah virus
RNA yang termasuk family pikornaviridae. Virus ditularkan melalui rute
oro/fecal. Penularan melalui secret faring terjadi apabila keadaan agent
sanitasinya baik sehingga dapat memutuskan rantai penularan.
Poliomielitis dibagi atas empat macam, yaitu Poliomielitis
Asimtomatis, Poliomielitis Abortif, Poliomielitis Non Paralitik, dan
Poliomielitis Paralitik.
Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun kemudian
akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan otot, penurunan
kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot. Gejala ini didefinisikan
sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut. Manifestasi lain dari post-polio
sindrom termasuk nyeri otot, deformitas tulang, kelelahan dankram.
Perkembangan kemunduran otot pada post-polio sindrom umumnya lambat
dan pada beberapa kasus tidak bisa dilihat hanya dalam 1-2 tahun. Beberapa
komplikasi lain yang mungkin terjadi, diantaranya deformitas tulang,
abnormalitas neurologis saraf, komplikasi respiratory skoliosis dan atropi otot.
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan
adalah: peningkatan hygiene, dan imunisasi polio. Sedangkan penatalaksanaan
polio untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan menggunakan analgetik.
Untuk meningkatkan status pernafasan artifisial ventilasi mungkin dibutuhkan
dan untuk mendukung status nutrisi digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM
aktif dan pasif mungkin dibutuhkan untuk mencegah kontraktur dan
deformitas.

DAFTAR PUSTAKA
Behrman, RE, dkk. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Cetakan 2010. Jakarta: EGC
Carpenito & Juall, L. 2007, Handbook of Nursing Diagnosis Ed.10, Alih
Bahasa, Yasmin Asih, EGC, Jakarta.

Disease Conditions Polio Basic Definition. Diakses dari


http://www.mayoclinic.org tanggal Accessed 15Sepetember 2014.

Elzouki, Abdelaziz Y. 2012. Text book of Clinical Pediatric second edition.


Lipincott Williams & Wilkins.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. Kapita Selekta Kedokteran


Cetakan 2008. FKUI: Media Aesculapius

Ikatan Dokter anak Indonesia. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Badan


Penerbit Ikatan Dokter anak Indonesia

Infeksi Polio Manifestasi Klinis dan Penegakkan Diagnosis Terkini. 2012.


Diakses dari http://growupclinic.com tanggal 15 September 2014

Nurarif, Amin Hudan & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction Publishing
Penyakit Polio. Diakses dari http://medicastore.com tanggal 15 September 2014

Polio. Diakses dari http://kidshealth.org tanggal 15 September 2014

Poliomielitis. Diakses dari http://www.id.wikipedia.org/wiki tanggal 15


September 2014

Anda mungkin juga menyukai