POLIOMIELITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “KEPERAWATAN ANAK”
Dosen Pengajar: Mulyati, M. Kep
Disusun Oleh
Kelompok 4:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah asuhan
keperawatan ini.
Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Keperawatan anak.
Pembuatan makalah ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada
yang terhormat : Ibu Mulyati, M. Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan anak.
Makalah yang penulis buat ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik atau pun masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis, mudah- mudahan Makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya,
KATA PENGATAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
2.1 Definisi..............................................................................................
2.2 Etiologi.............................................................................................
2.3 klasifikasi.........................................................................................
2.4 pathway............................................................................................
2.5 Patofisiologi.....................................................................................
2.6 manifestasi klinis.............................................................................
2.7 Penularan..........................................................................................
2.8 Komplikasi........................................................................................
2.9 penatalaksanaan..............................................................................
2.10 pencegahan....................................................................................
4.1 Kesimpulan.......................................................................................
DAFTAR PUSAKA……
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
polio.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
polio.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
polio.
c. Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada klien dengan
polio.
d. Mampu melakukan pelaksanaan keperawatan pada klien dengan
polio.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan polio.
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada klien
dengan polio.
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4 Pathway
2.1.5 Patofisiologi
Virus Polio. Neuropati poliomyelitis dan penyakit paralisis lain
disebabkan oleh enterovirus nonpolio karena penghancuran seluler
langsung. Cedera sekunder mungkin karena mekanisme imunologis.
Gejala-gejala lain disebabkan oleh lisis virus sel hospes termasuk penyakit
neonates tersebar, meningitis aseptic, ensefalitis, dan penyakit saluran
pernafasan akut. Pada poliomyelitis, lesi neuron terjadi pada:
1. Medulla spinalis (terutama sel-sel kornu-anterior dan pada tingkat
yang lebih ringan kornu intermedius dan dorsalis serta ganglia radiks
dorsalis);
2. Medulla (nucleus vestibuler, nucleus saraf cranial, dan
formasiretikularis, yang berisi pusat-pusat vital);
3. Serebellum (hanya nucleus pada atap dan vermis)
4. Otak tengah (terutama substansia abu-abu tetapi juga substansia nigra
dan kadang-kadang nucleus merah);
5. Talamus dan hipotalamus
6. Pallidum
7. Korteks serebri (korteks motoris)
Daerah-daerah yang terselamatkan:
a. Korteks seluruh otak kecuali daerah motorik
b. Serebellum kecuali vermis dan nucleus linea mediana dalam
c. Substansi alba medulla spinalis
Enterovirus terdeteksi pada beberapa kasus mioperikarditis.
Pathogenesis nefritis, miositosis, poliradikulitis, pancreatitis, hepatitis,
pneumonitis, dan sindrom lain terkait enterovirus tidak jelas. Gangguan
ini mungkin karena respon rdanag terhadapa antigen virus atau cedera
jaringan akibat virus. Rangkaian RNA enterovirus telah diperagakan pada
jaringan jantung dari penderita dengan kardiomiopati, tetapi hubungan
sebab akibat belum ditegakkan. Beberapa rangakain peptide yang
menyusun epitop virus dimiliki bersama oleh jaringan hospes, yang dapat
menyediakan mekanisme untuk reaksi autoimun pada infeksi enterovirus.
2.1.6 Manifestasi Klinis
1. Infeksi virus polio
a. Poliomielitis Absortif.
Sakit demam singkat terjadi dengan satu atau lebih gejala-gejala
berikut : malaise, anoreksia, mual, muntah, nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, konstipasi, dan nyeri perut. Koryza, batuk, eksudat
faring, diare, dan nyrei perut local serta kekauan jarang. Demam
jarang melebihi 39,5°C (103°F), dan faring biasanya menunjukan
sedikit perubahan walaupun sering ada keluhan nyeri tenggorok.
b. Poliomielitis Nonparalitik.
Gejala-gejalanya seperti gejala poliomyelitis abortif, kecuali
bahwa nyeri kepala, mual, dan muntah lebih parah, dan ada nyaeri
dan kekauan oto leher posterior, badan dan tungkai. Paralisis
kandung kencing yang cepat menghilang sering dijumpai, dan
konstipasi sering ada.
c. Poliomielitis Paralitik.
Manifestasinya adalah manifestasi poliomielitis nonparalitik yang
disebutkan satu persatu ditambah dengan satu atau lebih kelompok
otot, skelet atau cranial. Gejala-gejala ini dapat disertai dengan
jeda tanpa gejala beberapa hari dan kemudian pada puncak
berulang dengan paralisis. Paralisis kandung kencing lamanya 1-3
hari pada sekitar 20% penderita dan atoni usus besar adalah lazim,
kadang-kadang sampai mengarah pada ileus paralitikus.
d. Infeksi Enterovirus Nonpolio
Infeksi koksakivirus dan ekovirus sangat lazim, dan spectrum
penyakit adalah mudah berubah. Karena banyak hubungan klinis-
viriologis yang didasarkan pada jumlah kasus yang terbatas dan
karena enterovirus sering tanpa gejala dalam saluran cerna,
beberapa dari penyakit yang diamati yang secara bersamaan
ditemukan virus mungkin tidak mempunyai hubungan sebab
akibat. Namun pengamatan ulang telah meperkuat beberapa
hubungan virus penyakit, walaupun kejadiannya sporadic. Lebih
dari 90% infeksi yang disebabkan oleh enterovirus nonpolio tidak
bergejala atau menyebabkan sakit demam tidak spesifik. Beberapa
sindrom klinis sangat tinggi tetapi tidak selalu terkait dengan
serotype tertentu.
e. Infeksi Tidak Bergejala
Koksakivirus dan ekovirus sering dapat ditemukan dari tinja anak
sehat, tetapi ada beberapa data frekuensi infeksi enterovirus
nonpolioyang tidak bergejala
f. Penyakit Demam Nonspesifik
ini adalah manifestasi infeksi enterovirus yang paling lazim.
Semua tipe virus menimbulkan tanda klinis ini, tetapi sering sangat
bervariasi antara masing-masing virus. Mulainya penyakit
biasanya mendadak dan tanpa gejala yang mendahului. Pada anak
lebih muda awal adalah demam dan malaise terkait. Pada anak
yang lebih tua biasanya juga ditemukan nyeri kepala dan mialgia.
g. Manifestasi pernapasan
Faringitis, tonsillitis, tonsilofaringitis, dan nasofaringitis
h. Manifestasi Saluran Cerna
1) Muntah, tetapi bukan merupakan keluhan utama penderita atau
orangtua
2) Diare
3) Nyeri perut
i. Konjungtivitis Hemoragik akut
Konjungtivitis hemoragik akut mulai mendadak yang disertai
dengan nyeri mata berat dan disertai fotofobia, pandangan kabur,
lakrimasi, eritema dan kongesti mata, serta palpebra edema dan
kemosis. Ada perdarahan subkonjungtiva dari berbagai ukuran dan
seringkali keratitis epithelial pungktata sementara, folikel
konjungtiva, dan linfadenopati preaurikuler. Kotoran mata pada
mulanya serosa tetapi menjadi mukopurulen dengan infeksi bakteri
sekunder. Gejala-gejala sistemik termasuk demam jarang.
j. Perikarditis dan miokarditis
k. Manifestasi genitourinarius
1) Orkitis
2) Epidedimitis
3) Glomerulonefritis akut
4) Glomerulonefritis mesangiolitik mesangiolitik pada bayi
dengan imunodefisiensi
5) Sindrom hemolitik-uremik
6) Gagal ginjal akut
7) Piuria
8) Hematuria
9) Proteinuria
10) Sistitis hemoragis
11) Lesi ulseratif vagina
l. Miositis dan arthritis
m. Manifestasi Kulit
1) Eksatem
2) Ruam pada kulit
3) Lesi intraoral
4) Lesi pada bokong, tangan dan kaki
n. Manifestasi Neurologis
1) Meningitis aseptic
2) Kekauan atau spasme otot menyeluruh
3) Tanda kernig dan brudzinski positif
2.1.7 Penularan
Masa inkubasi polio terjadi pada 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari.
Manusia merupakan satu-satunya recervoir dan media penularan. Virus
ditularkan melalui rute oro/fecal. Penularan melalui secret faring terjadi
apabila keadaan agent sanitasinya baik sehingga dapat memutuskan rantai
penularan.
Pada akhir masa inkubasi dan awal gejala, penderita polio berpotensial
menularkan penyakit. Setelah terpapar dari penderita, virus polio dapat
ditemukan pada secret tenggorkan 36 jam kemudian. Bahkan bias bertahan
sampai 1 minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam atau lebih.
2.1.8 Komplikasi
Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun
kemudian akan menampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan otot,
penurunan kemampuan beraktifitas sehari-hari, dan/ atrofi otot. Gejala ini
didefinisikan sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut. Manifestasi lain
dari post-polio sindrom termasuk nyeri otot, deformitas tulang, kelelahan
dankram. Perkembangan kemunduran otot pada post-polio sindrom
umumnya lambat dan pada beberapa kasus tidak bisa dilihat hanya dalam
1-2 tahun. Beberapa komplikasi lain yang mungkin terjadi, diantaranya:
1. Deformitas Tulang disebabkan oleh kelemahan otot, deformitas tulang
mungkin akan terjadi disebabkan oleh positioning yang salah.
2. Abnormalitas NeurologisSaraf yang terjepit mungkin terjadi pada
pasien pengidap polio dan menyebabkan eksaserbasi atropi otot dan
kelemahan.
3. Komplikasi respiratorySkoliosis dan atropi otot dapat menyebabkan
penyakit paru. Penyakit paru tersebutakan berakibat pada insufisiensi
pernafasan dan core pulmonale. (Springer, 2012)
2.1.9 Penatalaksanaan
Mendukung untuk menurunkan nyeri dan khawatir dengan
menggunakan analgetik. Untuk meningkatkan status pernafasan artifisial
ventilasi mungkin dibutuhkan dan untuk mendukung status nutrisi
digunakan NGT atau TPN. Latihan ROM aktif dan pasif mungkin
dibutuhkan untuk mencegah kontraktur dan deformitas.
2.1.10 Pencegahan
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan adalah:
1. Peningkatan hygiene
Karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung
virus, maka hygiene makanan atau minuman sangat penting.
2. Imunisasi polio
Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap
penyakit polio dengan mempergunakan vaksin polio oral (opv)
maupun injeksi (ivp). Ovp sangat bermanfaat pada saat klb, karena
selain menimbulkan kekebelan humoral dan local pada usus resipien
juga mempunyai “ community effect” yaitu virus vaksin yang berbiak
di usus akan ikut menyebar ke anak sekitarnya, sehingga jangkauan
imunisasi makin meluas. Selain itu virus vaksin yang berbiak akan
menutup PVR(polio virus reseptor) diusus selama 100 hari, sehingga
virus polio liar tidak dapat menempel dan menimbulkan infeksi.
Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan IV)
dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio ulangan
diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat masuk
sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).
Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu vaksin Salk (berisi virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan secara suntik) dan vaksin Sabin (berisi
vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil
atau cairan, di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabon. Vaksin ini
diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kemasannya yang dibuat oleh Pasteur-Merriux Serums & Vaccins,
Perancis untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan 1 pipet.
Kandungan vaksin ini terdiri dari virus polio tipe 1, 2, dan 3 hidup
yang dilemahkan, asam amino, antibiotik dan calf serum yang
distabilkan dengan magnesium chlorida dan fenol merah sebagai
indikator. Secara fisik beruapa cairan kemerahan jernih yang cepat
sekali rusak biala terkena panas (cahaya matahari). Vaksin disimpan
dalam lemari es suhu 2-8 0C (masa kadaluarsa 1 tahun) atau dalam
freezer suhu -20 sampai -25 0C (masa kadaluarsa 2 tahun).
BAB III
2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mempunyai
kebiasaan makan dengan baik. Dengan porsi makan 3x/hari. Menu
yang biasanya di berikan kepada pasien adalah dengan porsi nasi,
sayur, dan lauk. Kebiasaan minum pasien juga baik. Pasien biasanya
minum dengan susu, air putih, dan jus buah. ( BB : 18,8 kg)
Selama sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa selama sakit, pasien kurang nafsu
makan. Dengan porsi 1x/hari dengan menu nasi dan sayur. Makan
hanya setengah porsi. Pasien sering mual dan muntah-muntah.(BB
turun : 11,2 kg)
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma
terapik.
BAK : normal, warna kunimg, aromatik.
Selama sakit :
BAB : konstipasi
BAK : normal, warna kuning, aromatik.
4) Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 1 2 3 4 5
Kemampuan melakukan ROM √
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur √
Kemampuan makan/minum √
Kemampuan toileting √
Kemampuan Mandi √
Kemampuan berpindah √
Kemampuan berpakaian √
Keterangan:
1 = Tergantung Penuh
2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Dibantu alat
5 = Mandiri
5) Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidur dengan nyenyak. Pasien
tidur 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam.
Selama sakit:
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien saat tidur sering terbangun.
Pasien tidak bisa tidur nyenyak
6) Sensori, Persepsi dan Kognitif
7) Konsep diri
Pasien belum mampu memaparkan konsep dirinya karena klien
masih berusia 4tahun.
8) Sexual dan Reproduksi
Pasien seorang laki-laki, berusia 3 tahun.
9) Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit: ibu klien mengatakan bahwa pasien interaksi dengan
keluarga, teman sekitar, dan lingkungan secara baik.
Selama sakit: pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga,
teman, dan lingkungan. Pasien sering menangis.
10) Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit : Baik.
Selama sakit : pasien belum mampu memaparkan secara tepat
keadaan jiwanya karena klien masih balita, klien dibantu dengan
orang tua (ibu) untuk menyelesaikan masalahnya.
11) Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : pasien beragama Islam.
Selama sakit. :pasien tidak pernah melaksanakan sholat karena
keterbatasan aktivitas akibat nyeri sendi.
d. Pemeriksaan Fisik
- suhu 38,9°C
DS : ibu pasien Polio virus Defisit nutrisi
mengatakan bahwa
pasien
- mual Melalui fekal-fekal oral
- muntah
- makan hanya setengah
porsi Bermutipilkasi
DO : pasien tampak
- lemas
- porsi makan hanya
setengah porsi Orofaring
- BB sebelum sakit
(18,8kg) BB sesudah
sakit menjadi (11,2kg) Infeksi
Sulit menelan
Defisit nutrisi
DS : ibu pasien Sistem saraf pusat (SSP) gangguan mobilitas
mengatakan bahwa fisik
pasien Penyerangan sel-sel
- badan pasien lemas yang mengendalikan
disekujur tubuhnya otot
- tungkai kanan sulit
digerakkan Melemahnya otot
DO : : pasien tampak
- lemas paralysis
- tungkai kanan sulit
digerakkan Otot tungkai falccid
paralysis
Terhambatnya
mobilitas fisik
Gangguan mobilitas
fisik
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, RE, dkk. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Cetakan 2010. Jakarta: EGC
Carpenito & Juall, L. 2007, Handbook of Nursing Diagnosis Ed.10, Alih
Bahasa, Yasmin Asih, EGC, Jakarta.
Nurarif, Amin Hudan & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction Publishing
Penyakit Polio. Diakses dari http://medicastore.com tanggal 15 September 2014