Nama anggota :
Dosen Pengampu :
Tioma Naibaho,Ns.,M.Kep
D3 KEPERAWATAN
2024/2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah " Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Polio”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah keperawatan medikal bedah yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Polio, suatu penyakit virus yang pernah menjadi penyebab utama kelumpuhan pada
anak-anak di seluruh dunia, hampir berhasil diberantas. Sejak tahun 1988, angka kasus
polio menurun hingga 99 persen. Namun, untuk memberantas polio sepenuhnya, setiap
anak harus divaksinasi, dan saat ini masih ada ribuan anak yang belum menerima vaksin
polio. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini termasuk terhentinya kampanye
vaksinasi dan kegiatan imunisasi akibat pandemi COVID-19, serta kesulitan dalam
menjangkau anak-anak yang tinggal di daerah terpencil, rapuh, atau terkena dampak
konflik.
Populasi migran dan pengungsi yang masif, kesalahan dalam kampanye vaksinasi, dan
informasi yang salah tentang vaksin juga mempersulit upaya pemberantasan polio.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan wabah polio di beberapa negara yang
sebelumnya sudah bebas dari penyakit polio selama beberapa dekade. Kondisi ini
menjadi pengingat bahwa sampai semua bentuk polio benar-benar terhapus, anak-anak
di seluruh dunia tetap berisiko.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan poliomyelitis?
2. Bagaimana terjadinya poliomyelitis?
3. Apakah poliomyelitis dapat dicegah?
4. Kondisi klinis apa yang akan terjadi pada penderita poliomyelitis?
5. Bagimana konsep asuhan keperawatan yang akan diberikan?
C. Tujuan
1. Untuk memahami apa itu poliomyelitis
2. Agar mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi poliomyelitis
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita
poliomyelitis
4. Untuk mengetahui perjalanan terjadinya poliomyelitis
5. Untuk mengetahui kondisi klinis yang akan terjadi pada penderita poliomyelitis
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Poliomyeilitis atau sering disebut polio adalah penyakit akut yang menyerang sistem
saraf perifer yang disebabkan oleh virus polio. Gejala utama penyakit ini adalah
kelumpuhan. Kelumpuhan biasanya dapat menetap setelah 60 hari yang akan
menyebabkan kecacatan. (Widoyono, 2011).
Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan virus polio.
Kerusakan pada motor neuron medulla spinalis dapat mengakibatkan kelumpuhan yang
bersifat flaksid, sehingga nama lain poliomyelitis adalah infantile paralysis, acute
anterior poliomyelitis. Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi mulai dari
tanpa gejala sampai adanya gejala kelumpuhan total dan atropi otot, pada umumnya
mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris, dan dapat menetap selamanya sampai
dengan kematian. Penyakit polio pertama kali ditulis secara klinik oleh Heine pada
tahun 1840 dan diuraikan secara epidemiologis oleh Medine pada tahun 1891, sehingga
penyakit ini disebut juga Heine-Medine disease. Kata polio berasal dari bahasa Yunani
berarti grey (abu-abu) dan myelitis berasal dari myelon (marrow). Artinya predileksi
virus ini pada sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang dan init motorik batang
otak. Penyakit ini hanya menyerang manusia dan dapat menimbulkan kejadian luar
biasa endemi dan epidemic. (Rudianto et al., 2020)
B. Etiologi
Menurut Widoyono (2011), Virus Polio termasuk genus enterovirus. Di alam bebas
virus polio dapat bertahan hingga 48 jam pada musim kemarau dan 2 minggu pada
musim hujan. Di dalam usus manusia virus dapat bertahan hidup sampai 2 bulan. Virus
5
polio tahan terhadap sabun, detergen, alkohol, eter, kloroform, tetapi virus ini akan mati
dengan pemberian formaldehida 0,3%, klorin, pemanasan, dan sinar ultraviolet.
Virus tersebut dapat hidup berbulan. bulan di dalam air, mati dengan pengeringan atau
oksidan. Virus tersebut hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu.
Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan
sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3 4 minggu sesudah timbul
gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis yaitu:
C. Patofisiologi
Virus Polio. Neuropati poliomyelitis dan penyakit paralisis lain disebabkan oleh
enterovirus nonpolio karena penghancuran seluler langsung. Cedera sekunder mungkin
karena mekanisme imunologis. Gejala-gejala lain disebabkan oleh lisis virus sel hospes
termasuk penyakit neonates tersebar, meningitis aseptic, ensefalitis, dan penyakit
saluran pernafasan akut. Pada poliomyelitis, lesi neuron terjadi pada:
1. Medulla spinalis (terutama sel-sel komu-anterior dan pada tingkat yang lebih
ringan kornu intermedius dan dorsalis serta ganglia radiks dorsalis);
2. Medulla (nucleus vestibuler, nucleus saraf cranial, dan formasiretikularis, yang
berisi pusat-pusat vital);
6
3. Serebellum (hanya nucleus pada atap dan vermis)
4. Otak tengah (terutama substansia abu-abu tetapi juga substansia nigra dan kadang-
kadang nucleus merah);
5. Talamus dan hipotalamus
6. Pallidum
7. Korteks serebri (korteks motoris) Daerah-daerah yang terselamatkan:
D. Manifestasi klinis
Penyakit poliomyelitis paling banyak pada anak - anak di bawah 5 tahun dan juga bisa
pada remaja. Kemungkinan gejala dicurigainya poliomyelitis pada anak adalah panas
disertai dengan sakit kepala, sakit pinggang, kesulitan menekuk leher dan punngung,
kekuatan otot yang diperjelas dengan tanda head drop, tanpa tripod saat duduk, tanda
tanda spinal, tanda brudzinsky atau kering. Infeksi virus polio dapat diklasifikasikan
menjadi minor illnesses (gejala ringan, seperti: asmtomatis / silent infection dan
poliomyelitis abortif) dan major illnesses (gejala berat, baik paralitik, maupun non-
paralitik) (Huda, 2016).
7
b. Terjadi selama 1-4 hari, kemudian menghilang dan jarang lebih dari 6 hari.
Selama waktu itu virus bereplikasi pada nasofaring dan saluran cerna bagian
bawah
a. Poliomielitis non-paralitik
Gejala klinis sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan
muntah lebih berat. Gejala-gejala ini timbul 1-2 hari, kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk dalam fase
kedua dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini adalah adanya nyeri atau kaku
otot belakang leher, tubuh dan tungkai dengan hipertonia mungkin disebabkan
oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. Bila anak
berusaha duduk dari posisi tidur, maka ia akan menekuk kedua lutut ke atas
sedangkan kedua tangan menunjang kebelakang pada tempat tidur (Tripod sign)
dan terlihat kekakuan otot spinal oleh spasme, kaku kuduk terlihat secara pasif
dengan Kernig dan Brudzinsky yang positif. "Head drop" yaitu bila tubuh
penderita ditegakkan dengan menarik pada kedua ketiak sehingga menyebabkan
kepala terjatuh ke belakang. Refleks tendon biasanya tidak berubah dan bila
terdapat perubahan maka kemungkinan akan terdapat poliomyelitis paralitik.
b. Poliomielitis paralitik
Gejala poliomielitis paralitik sama dengan yang terdapat pada poliomyelitis
non-paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau
kranial, dan timbul paralisis akut. Pada bayi ditemukan paralisis vesika urinaria
dan atonia usus. Secara klinis dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk sesuai
dengan tingginya lesi pada susunan saraf yang terkena.
c. Bentuk spinal
Gejala kelemahan/paralysis/paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma,
toraks dan terbanyak ekstremitas bawah. Tersering otot besar, pada tungkai
bawah otot kuadrisep femoris, pada lengan otot deltoideus, dan sifat paralisis
adalah asimetris. Refleks tendon mengurang/menghilang serta tidak terdapat
gangguan sensibilitas.
d. Bentuk bulbar
8
Terjadi akibat kerusakan motorneuron pada batang otak sehingga terjadi
insufisiensi pernafasan, kesulitan menelan, tersedak, kesulitan makan,
kelumpuhan pita suara dan kesulitan bicara. Saraf otak yang terkena adalah saraf
V, IX, X, XI dan kemudian VII.
e. Bentuk bulbospinal
Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar
f. Bentuk ensefalitik
Dapat disertai gejala delirium, kesadaran yang menurun, tremor dan kadang-
kadang kejang.
E. Komplikasi
Menurut driyana, dkk (2013) Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien polio adalah
sebagai berikut:
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis
Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukkan untuk merdakan
gejala dan pengobatan spotif untuk meningkatkan stamina penderita. (Widoyono, 2011)
9
minggu, 2 bulan kemudian dilakukan pemeriksaan neuromuskuloskeletal untuk
mengetahui adanya kelainan.
3. Non Paralitik: sama dengan tipe abortif. Pemberian analgetik sangat efektif bila
diberikan bersamaan dengan pembalut hangat selama 15- 30 menit setiap 2-4 jam
dan kadang-kadang mandi air panas juga dapat membantu. Sebaiknya diberikan
foot board, papan penahan pada telapak kaki, yaitu agar kaki terletak pada sudut
yang sesuai terhadap tungkai. Fisioterapi dilakukan 3-4 hari setelah demam
hilang. Fisioterapi bukan mencegah atrofi otot yang timbul sebagai akibat
denervasi sel kornu anterior, tetapi dapat mengurangi deformitas yang terjadi.
4. Paralitik Harus di rawat di rumah sakit karena sewaktu waktu dapat terjadi
paralisis pernafasan, dan untuk ini harus diberikan pernafasan mekanis. Bila rasa
sakit telah hilang dapat dilakukan fisioterapi pasif dengan menggerakkan
kaki/tangan. Jika terjadi paralisis kandung kemih maka diberikan stimulan
parasimpatetik seperti bethanechol (Urecholine) 5-10 mg oral atau 2,5-5mg/SK.
G. Pencegahan
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1. Imunisasi
2. Jangan masuk daerah endemis
3. Jangan melakukan tindakan endemis
10
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama : keluarga pasien biasanya mengeluh aktivitas anaknya
terganggu karena kelemahan, kelelahan, serta kelumpuhan yang sifatnya
mendadak dan layuh.
Riwayat Keluhan Utama : Awalnya keluarga pasien mengeluh semakin hari
berat badan anaknya berkurang disertai dengan keluahan tidak nafsumakan,
mual muntah, kelemahan, kelelahan, serta kelumpuhan.
2) Keluhan yang biasanya dikeluhkan pasien pada saat pengkajian :
Keluarga pasien mengatakan bahwa akhir-akhir ini anaknyarewel 3 disertai
sakit kepala. Keluarga mengatakan bahwa pasien demam sudah 3 hari
yanglalu.
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita anak, biasanya sebelumnya anak
belum pernah mengalami penyakit poliomyelitis
b. Pemeriksaan Fisik
1.) Nyeri kepala
2.) Paralisis
3.) Refleks tendon berkurang
4.) Kaku kuduk
5.) Brudzinky
3. Intervensi
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervesi/ Perencanaan
(PPNI, 2022) (PPNI, 2018)
12
b. Kulit merah menurun c. Monitor kadar elektrolit
c. Pucat menurun d. Monitor haluaran urine
d. Suhu tubuh menurun e. Monitor komplikasi akibat
e. Suhu kulit membaik hipertermia
f. Tekanan darah membaik 2. Teraputik
a. Sediakan lingkungan yang
dingin
b. Longgarkan atau lepaska
pakaian
c. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
d. Berikan cairan oral
e. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhdrosis (keringat
berlebih)
f. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
g. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
h. Berikan oksigen bila perlu,
jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
a. kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
13
anoreksia, mual dan diharapkan masalah keperawatan a. Identifikasi status nutrisi
muntah. dapat diatasi dengan Kriteria b. Identifikasi makannan yang
Hasil : disukasi
a. Porsi makan yang c. Identifikasi kebutuhan kalori
dihabiskan meningkat dan jenis nutrien
b. Serum albumin meningkat d. Identifikasi perlunya
c. Berat badan membaik penggunaan selang nasogastrik
d. Indeks massa tubuh (IMT) e. Monitor asupan makanan
membaik f. Monitor berat badan
e. Frekuensi makan membaik 2. Teraputik
f. Mual menurun a. Lakukan oral hygiene sebelum
g. Muntah menurun makan, jika perlu
h. Nafsu makan meningkat b. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
c. Berikan makan yang tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
d. Berikan makan yang tinggi
kalori dan tinggi protein
e. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
b. Anjurkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah gizi
14
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
15
di sisi tempat tidur pindah dari
tempat tidur ke kursi
4. Implementasi
Menurut PPNI (2017) Tindakan keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikanintervensi keperawatan.
Implementasi merupakan suatu tindakan keperawatanoleh perawat yang sesuai dengan
intervensi yang sudah direncanakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatiakn dalam
melakukan implementasi kepada anak – anak, yaitu harus adanya trans supaya si anak
dapat kooperatif dan komunikasi efektif, dan libatkan orangtua si anak dalam
melakukan implementasi.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untukmenentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencanakeperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : An. S
Usia: 4 tahun
Suku/bangsa: Minang
Alamat: Padang
Agama: Islam
Diagnosa: Poliomyelitis
Nama: Ny. D
Umur: 36 tahun
17
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama ibu klien mengatakan klien merasa lemas, suhu tubuh tinggi, mual,
muntah.
a. Riwayat penyakit sekarang pada saat pengkajian ibu klien mengatakan anaknya
merasa lemas disekujur tubuh terutama di kaki kanan dan suhu tubuh tinggi yang
mengganggu aktivitasnya. Ibu klien mengatakan suhu anaknya tinggi sejak 2 hari
yang lalu. Pada saat diperiksa, suhu tubuh klien 38,°C. Ibu klien mengatakan
sudah melakukan kompres namun masih belum berhasil
b. Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada Riwayat tumbuh kembang anak:
1) Imunisasi: Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir,BCG diberikan
saat lahir, Polio oral belum pernah diberikan.
2) Status gizi: baik
3) Psikososial klien mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan,
dan minuman, serta kenyamanan dari orang tua sendiri
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu Klien Mengatakan Tidak memiliki riwayat penyakit polio dan penyakit
keturunan
b. Pola eliminasi
1.) Sebelum sakit:
BAB: normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma khas.
BAK: normal, warna kuning, bau pesing.
2.) Saat sakit:
BAB: konstipasi, bau khas, keras
BAK: normal, warna kuning, bau pesing, tidak ada keluhan
18
c. Pola Istirahat dan tidur
Sebelum sakit: ibu klien mengatakan bahwa klien tidur dengan nyenyak. Klien
tidur 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam.
Saat sakit: ibu klien mengatakan bahwa klien saat tidur sering terbangun, klien
tidak bisa tidur nyenyak.
d. Personal Hygiene
Sebelum sakit: ibu klien mengatakan bahwa klien tidur dengan nyenyak. Klien
tidur 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam.
Saat sakit: ibu klien mengatakan bahwa klien saat tidur sering terbangun, klien
tidak bisa tidur nyenyak
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. TTV :
1) TD: 110/70 mmhg
2) Suhu: 38.9
3) RR: 20x/menit
4) N: 110x/menit
c. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala bentuk kepala bulat, tidak ada benjolan warna rambut hitam, bersih,
penyebaran merata, rambut tidak rontok, muka pasien tampak lesu, bentuk
mata bulat, konjungtiva berwarna merah muda, mata tidak ikterik,
pergerakan bola mata normal dan tidak memakai alat bantu, bentuk telinga
simetris, telinga bersih tidak ada kotoran, fungsi telinga masih normal,
bentuk hidung simetris, fungsi hidung normal, tidak ada secret, bibir tampak
pucat.
2) Integument: kulit pasien panas, kulit klien sawo matang, tidak ada
pembengkakan
3) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada nyeri tekan
19
4) Dada
P: sonor
5) Abdomen
P: suara timpani
6) Ekstremitas
Atas: ekstremitas atas lengkap, tidak ada kelainan, gerakan simetris, kekuata
otot tangan kanan 4 dan kiri 4
Bawah: ekstremitas lengkap, kekuatan otot kaki kanan 2 dan kiri 4, bentuk
kaki ada kelainan, kesimetrisan gerak tidak sesuai, klien tampak kesulitan
menggerakkan tungkai kanannya
7) Genetalia: bersih
8) Neurologis
Tingkat kesadaran compos mentis eye (4), verbal (4) klien menangis dan
rewel, motorik (6)
9) Pemeriksaan nervus :
- Nervus Olfactorius (N I)
Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan kopi
- Nervus Optikus (N II)
Klien tidak ada kelainan pada mata, ketajaman penglihatan normal, lapang
pandang normal
- Nervus Oculomotorius, trochlearis, dan abdusen (N III, N IV, N VI)
Tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, reaksi pupil terhadap
cahaya normal, gerakan bola mata normal
20
- Nervus Trigemius (NV)
Pasien dapat merasakan kapas yang disentuhkan ke area wajah, pasien
dapat membedakan benda tajam dan tumpul, pasien dapat membedakan
panas dan dingin, pasien dapat merasakan getaran. Klien dapat
menyebutkan area wajah yang ditunjuk, klien dapat menggerakkan rahang
kiri dan kanan.
- Nervus Facialis (N VII)
Pasien dapat merasakan sensari rasa yang diberikan, klien mampu
menutup mata tetapi tidak bias, klien mampu menggembungkan pipi dan
menahan tahanan
- Nervus Vestibulocochlearis (N VIII)
Klien tidak mampu menjaga keseimbangan tubuh, klien kesulita berjalan,
klien mampu mendengar gesekan jari di telinga, klien dapat
mendengarkan graputala yang diletakkan pada dahi
- Nervus -Glosofaringeus dan Vagus (N IX dan X)
Pasien tidak mengalami gangguan fungsi menelan
- Nervus Assesorius (N XI)
Pasien dapat mengangkat bahu, kekutan daya dorong klien lemah, pasien
tidsk bisa menoleh ke kiri dan ke kanan karena kuduknya kaku
- Nervus Hipoglosus (N XII)
Pasien dapat mengerakkan lidah ke kiri dan ke kanan.
d. Pemeriksaan reflek
1) Bisep: normal
2) Trisep: normal
3) Brachioradialis: normal
4) Achilles: pada kaki kanan lemah
5) Patella: pada kaki kanan lemah
6) Babinski: normal
7) Haddock: normal
8) Gordon: pada kaki kanan lemah
21
e. Pengkajian psikososial dan spiritual
1) Psikologi
klien belum mampu memaparkan atau mengekspresikan perasaannya secara
tepat karena masih balita.
2) Hubungan social
Klien memiliki teman dan dapat berinteraksi dengan baik, interaksi klien
dengan keluarag juga baik
3) Spiritual
Klien beragama islam dan klien tidak sholat lima waktu karena masih kecil.
f. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan sampel feses ditemukan adanya poliovirus. Pada pemeriksaan
serum ditemukan adanya peningkatan antibodi. Pada pemeriksaan sampel darah
ditemukan adanya leukosit meningkat dari nilai normalnya.
g. Analisa data
22
RR: 20x/menit
N: 110x/menit
Do;
• Klien tampak lemas
• Makanan klien tampak tidak
habis
• Klien hanya makan seperempat
porsi
Ds; Gangguan Gangguan mobilitas
• Ibu klien mengaakan klien muskuloskeletal fisik
merasa lemas
• Ibu klien mengatakan tungkai
anaknya sussah digerakan
• Ibu klien mengatakan aktivitas
anaknya terganggu
Do;
• Kekuatan otot:
4444+4444
2222+4444
• Tungkai klien tampak sulit
digerakan
• Aktivitas klien tampak dibantu
23
B. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan suhu
klien tinggi (38.9C) klien tampak lemas,rewel,menangis.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
ditandai dengan nafsu makan klien menurun,makan hanya setengah porsi dan klien
tampak lemas
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal ditandai
dengan badan klien lemas,tungkai sulit digerakan dan aktivitas klien tampak dibantu
C. Intervensi Keperawatan
24
c.Edukasi:
− Anjurkan tirah baring
d.Kolaborasi :
− Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi, Tindakan
berhubungan tindakan keperawatan a. Observasi :
dengan faktor selama 1x24jam maka − Identifikasi status nutrisi
psikologis diharapkan status − Identifikasi alergi dan intoleransi
nutrisi membaik makanan
Dengan kriteria hasil: − Identifikasi makanan disukai
− Porsi makan yang − Identifikasi kebutuhan kalori dan
dihabiskan jenis nutrisi
meningkat − Monitor asupan makanan
− Frekuensi makan − Monitor berat badan
membaik − Monitor hasil pemeriksaan
− Nafsu makan laboratorium
membaik
b.Teraupeutik:
25
c.Edukasi:
− Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
d.Kolaborasi :
− Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan(mis. pereda
nyeri, antlemetik) jika perlu
− Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalor dan
jenis nutrien yang dibutuhkan.
3. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik tindakan keperawatan Tindakan
berhbungan selama 1x24jam maka
dengan diharapkan status a. Observasi:
gangguan nutrisi membaik − Identifikasi adanya nyeri atau
muskuloskeletal Dengan kriteria hasil: keluhan fisik lainnya
− Pergerakan − Identifikasi toleransi fisik
ektremitas melakukan pergerakan
− Kekuatan otot − Monitor frekuensi jantung dan
meningkat tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
− Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
b.Teraupeutik:
− Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu(mis.pagar
tempat tidur)
− Fasilitasi nelakukan pergerakan,
jika perlu
c.Edukasi:
26
− Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
− Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
− Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan(mis. Duduk
di tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi).
D. Implementasi
Tgl/Jam No. Dx. Implementasi Paraf
08-02-2022 1 • Mengidentifikasikan penyebab
08.00 hipertemia(mis.dehidrasi, terpapar lingkungan
panas)
• Memonitor suhu tubuh
• Menyediakan lingkungan yang dingin
• Melonggarkan atau lepaskan pakaian
• Membasahi dan mengipasi permukaan tubuh
• Memberikan cairan oral
• Melakukan pendinginan eksternal(mis.
kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
• Menganjurkan tirah baring
• Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
08-02-2022 2 • Mengidentifikasi status nutrisi
10.00 • Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
makanan
• Menyajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
• Memberikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
27
• Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
• Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
• Melakukan kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan(mis. pereda nyeri, antlemetik)
08-02-2022 3 • Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan
13.00 fisik lainnya
• Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
• Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu(mis. pagar tempat tidur)
• Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
• Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
• Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan(mis. Duduk di tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi).
09-02-2022 1 • Mengidentifikasikan penyebab
08.00 hipertemia(mis.dehidrasi, terpapar lingkungan
panas)
• Memonitor suhu tubuh
• Menyediakan lingkungan yang dingin
• Melonggarkan atau lepaskan pakaian
• Membasahi dan mengipasi permukaan tubuh
• Memberikan cairan oral
• Melakukan pendinginan eksternal(mis.
kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
• Menganjurkan tirah baring
• Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
28
09-02-2022 2 • Mengidentifikasi status nutrisi
10.00 • Menyajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
• Memberikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
• Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
• Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
• Melakukan kolaborasipemberian medikasi
sebelum makan(mis. pereda nyeri, antiemetik)
09-02-2022 3 • Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan
13.00 fisik lainnya
• Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
• Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu(mis. pagar tempat tidur)
• Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
• Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan(mis. Duduk di tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi).
E. Evaluasi
29
• Klien tampak lemas
• Klien tampak rewel dan menangis.
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2 08-02-2022 S:
12.00 • Ibu klien mengatakan nafsu makan
anaknya turun
• ibu klien mengatakan klien mual dan
muntah
• Ibu klien mengatakan klien hanya
makan sedikit
O:
• Klien tampak lemas
• Makanan pasien tampak tidak habis
• Klien hanya makan setengah porsi
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3 08-02-2022 S:
• Ibu klien mengatakan klien lemas.
• sekujur tubuh
• Ibu klien mengatakan tungkai
• anaknya susah digerakkan
• Klien mengeluh nyeri saat
menggerakkan kaki
O:
• Klien tampak lemas
• Tungkai kaki klien tampak sulit
digerakkan
• Aktivitas klien tampak dibantu
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1 09-02-2022 S:
30
10.00 • Ibu klien mengeluh suhu anaknya tingg
• Ibu klien mengatakan suhu kulit
anaknya panas
• Ibu klien mengatakan klien merasa
lemas
O:
• T: 38, 5°C
• Klien tampak lemas
• Klien tampak rewel
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2 09-02-2022 S:
12.00 • Ibu klien mengatakan nafsu makan
anaknya turun
• Ibu klien mengatakan klien hanya
makan sedikit
O:
• Klien tampak lemas
• Makanan pasien tampak tidak habis
• Klien hanya makan setengah porsi
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3 09-02-2022 S:
15.00 • Ibu klien mengatakan klien lemas
sekujur tbuh
• Ibu klien mengatakan tungkai anaknya
susah digerakkan.
• Klien mengeluh nyeri saat
menggerakkan kaki
O:
• Klien tampak lemas
31
• Tungkai kaki klien tampak sulit
digerakkan
• Aktivitas klien tampak dibantu
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
32
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Poliomyeilitis atau sering disebut polio adalah penyakit akut yang menyerang sistem
saraf perifer yang disebabkan oleh virus polio. Virus ultramikroskop yang menyerang bersifat
neurotrofik yang awalnya menyerang saluran pencernaan dan pernafasan yang kemudian
menyerang susunan saraf pusat melalui peredaran darah.
Penyakit poliomyelitis paling banyak pada anak - anak di bawah 5 tahun dan juga bisa
pada remaja. Kemungkinan gejala dicurigainya poliomyelitis pada anak adalah panas disertai
dengan sakit kepala, sakit pinggang, kesulitan menekuk leher dan punngung, kekuatan otot
yang diperjelas dengan tanda head drop, tanpa tripod saat duduk, tanda tanda spinal, tanda
brudzinsky atau kering. Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Imunisasi
2. Jangan masuk daerah endemis
3. Jangan melakukan tindakan endemis
33
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. pokja S. D. (2022). Standar Luaran keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi I (T. pokja S. D. PPNI (ed.)). Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Rudianto, Andika, S., Batubara, O., & Dkk. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Polio. 2, 103–115.
34