Anda di halaman 1dari 34

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN POLIO

Nama anggota :

M.Asmaul Husna.W (22063)

Puteri Hawa Novita (22070)

Rizka Aulia (22074)

Dosen Pengampu :

Tioma Naibaho,Ns.,M.Kep

D3 KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah " Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Polio”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah keperawatan medikal bedah yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Jakarta, 24 Maret 2024

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
TINJAUAN TEORI .............................................................................................................................. 5
A. Pengertian ................................................................................................................................... 5
B. Etiologi........................................................................................................................................ 5
C. Patofisiologi ................................................................................................................................ 6
D. Manifestasi klinis ........................................................................................................................ 7
E. Komplikasi .................................................................................................................................. 9
F. Penatalaksanaan medis dan keperawatan .................................................................................... 9
G. Pencegahan ........................................................................................................................... 10
H. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................................... 10
BAB III................................................................................................................................................. 17
TINJAUAN KASUS............................................................................................................................ 17
A. Pengkajian ................................................................................................................................. 17
B. Diagnosa keperawatan .............................................................................................................. 24
C. Intervensi Keperawatan............................................................................................................ 24
D. Implementasi ............................................................................................................................. 27
E. Evaluasi ..................................................................................................................................... 29
BAB IV ................................................................................................................................................. 33
PENUTUP ............................................................................................................................................ 33
Kesimpulan ...................................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 34

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Polio, suatu penyakit virus yang pernah menjadi penyebab utama kelumpuhan pada
anak-anak di seluruh dunia, hampir berhasil diberantas. Sejak tahun 1988, angka kasus
polio menurun hingga 99 persen. Namun, untuk memberantas polio sepenuhnya, setiap
anak harus divaksinasi, dan saat ini masih ada ribuan anak yang belum menerima vaksin
polio. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini termasuk terhentinya kampanye
vaksinasi dan kegiatan imunisasi akibat pandemi COVID-19, serta kesulitan dalam
menjangkau anak-anak yang tinggal di daerah terpencil, rapuh, atau terkena dampak
konflik.
Populasi migran dan pengungsi yang masif, kesalahan dalam kampanye vaksinasi, dan
informasi yang salah tentang vaksin juga mempersulit upaya pemberantasan polio.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan wabah polio di beberapa negara yang
sebelumnya sudah bebas dari penyakit polio selama beberapa dekade. Kondisi ini
menjadi pengingat bahwa sampai semua bentuk polio benar-benar terhapus, anak-anak
di seluruh dunia tetap berisiko.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan poliomyelitis?
2. Bagaimana terjadinya poliomyelitis?
3. Apakah poliomyelitis dapat dicegah?
4. Kondisi klinis apa yang akan terjadi pada penderita poliomyelitis?
5. Bagimana konsep asuhan keperawatan yang akan diberikan?

C. Tujuan
1. Untuk memahami apa itu poliomyelitis
2. Agar mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi poliomyelitis
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada penderita
poliomyelitis
4. Untuk mengetahui perjalanan terjadinya poliomyelitis
5. Untuk mengetahui kondisi klinis yang akan terjadi pada penderita poliomyelitis

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Poliomyeilitis atau sering disebut polio adalah penyakit akut yang menyerang sistem
saraf perifer yang disebabkan oleh virus polio. Gejala utama penyakit ini adalah
kelumpuhan. Kelumpuhan biasanya dapat menetap setelah 60 hari yang akan
menyebabkan kecacatan. (Widoyono, 2011).

Poliomielitis merupakan penyakit infeksi akut oleh sekelompok virus ultramikroskop


yang bersifat neurotrofik yang awalnya menyerang saluran pencernaan dan pernafasan
yang kemudian menyerang susunan saraf pusat melalui peredaran darah (Huda, 2016).

Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan virus polio.
Kerusakan pada motor neuron medulla spinalis dapat mengakibatkan kelumpuhan yang
bersifat flaksid, sehingga nama lain poliomyelitis adalah infantile paralysis, acute
anterior poliomyelitis. Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi mulai dari
tanpa gejala sampai adanya gejala kelumpuhan total dan atropi otot, pada umumnya
mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris, dan dapat menetap selamanya sampai
dengan kematian. Penyakit polio pertama kali ditulis secara klinik oleh Heine pada
tahun 1840 dan diuraikan secara epidemiologis oleh Medine pada tahun 1891, sehingga
penyakit ini disebut juga Heine-Medine disease. Kata polio berasal dari bahasa Yunani
berarti grey (abu-abu) dan myelitis berasal dari myelon (marrow). Artinya predileksi
virus ini pada sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang dan init motorik batang
otak. Penyakit ini hanya menyerang manusia dan dapat menimbulkan kejadian luar
biasa endemi dan epidemic. (Rudianto et al., 2020)

B. Etiologi

Menurut Widoyono (2011), Virus Polio termasuk genus enterovirus. Di alam bebas
virus polio dapat bertahan hingga 48 jam pada musim kemarau dan 2 minggu pada
musim hujan. Di dalam usus manusia virus dapat bertahan hidup sampai 2 bulan. Virus

5
polio tahan terhadap sabun, detergen, alkohol, eter, kloroform, tetapi virus ini akan mati
dengan pemberian formaldehida 0,3%, klorin, pemanasan, dan sinar ultraviolet.

Poliomyelietis dapat disebabkan oleh virus yaitu sebagai berikut:

1. Tipe I Brunhilde: Sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas


2. Tipe II Lansing: Kadang menyebabkan kasus yang sporadik
3. Tipe III Leon : Epidemi ringan

Virus tersebut dapat hidup berbulan. bulan di dalam air, mati dengan pengeringan atau
oksidan. Virus tersebut hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu.
Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan
sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3 4 minggu sesudah timbul
gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis yaitu:

1. Medula spinalis terutama kornu anterior


2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti inti saraf kranial serta
formasioretikularis yang mengandung pusat vital
3. Sereblum terutama inti - inti virmis
4. Otak tengah " midbrain" terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-
kadang nucleus rubra
5. Talamus dan hipotalamus
6. Palidum
7. Korteks serebri, hanya daerah motoric

C. Patofisiologi

Virus Polio. Neuropati poliomyelitis dan penyakit paralisis lain disebabkan oleh
enterovirus nonpolio karena penghancuran seluler langsung. Cedera sekunder mungkin
karena mekanisme imunologis. Gejala-gejala lain disebabkan oleh lisis virus sel hospes
termasuk penyakit neonates tersebar, meningitis aseptic, ensefalitis, dan penyakit
saluran pernafasan akut. Pada poliomyelitis, lesi neuron terjadi pada:

1. Medulla spinalis (terutama sel-sel komu-anterior dan pada tingkat yang lebih
ringan kornu intermedius dan dorsalis serta ganglia radiks dorsalis);
2. Medulla (nucleus vestibuler, nucleus saraf cranial, dan formasiretikularis, yang
berisi pusat-pusat vital);

6
3. Serebellum (hanya nucleus pada atap dan vermis)
4. Otak tengah (terutama substansia abu-abu tetapi juga substansia nigra dan kadang-
kadang nucleus merah);
5. Talamus dan hipotalamus
6. Pallidum
7. Korteks serebri (korteks motoris) Daerah-daerah yang terselamatkan:

a. Korteks seluruh otak kecuali daerah motorik


b. Serebellum kecuali vermis dan nucleus linea mediana dalam
c. Substansi alba medulla spinalis

Enterovirus terdeteksi pada beberapa kasus mioperikarditis. Pathogenesis nefritis,


miositosis, poliradikulitis, pancreatitis, hepatitis, pneumonitis, dan sindrom lain terkait
enterovirus tidak jelas. Gangguan ini mungkin karena respon rdanag terhadapa antigen
virus atau cedera jaringan akibat virus. Rangkaian RNA enterovirus telah diperagakan
pada jaringan jantung dari penderita dengan kardiomiopati, tetapi hubungan sebab
akibat belum ditegakkan. Beberapa rangakain peptide yang menyusun epitop virus
dimiliki bersama oleh jaringan hospes, yang dapat menyediakan mekanisme untuk
reaksi autoimun pada infeksi enterovirus. (Sugiarto, 2016)

D. Manifestasi klinis

Penyakit poliomyelitis paling banyak pada anak - anak di bawah 5 tahun dan juga bisa
pada remaja. Kemungkinan gejala dicurigainya poliomyelitis pada anak adalah panas
disertai dengan sakit kepala, sakit pinggang, kesulitan menekuk leher dan punngung,
kekuatan otot yang diperjelas dengan tanda head drop, tanpa tripod saat duduk, tanda
tanda spinal, tanda brudzinsky atau kering. Infeksi virus polio dapat diklasifikasikan
menjadi minor illnesses (gejala ringan, seperti: asmtomatis / silent infection dan
poliomyelitis abortif) dan major illnesses (gejala berat, baik paralitik, maupun non-
paralitik) (Huda, 2016).

1. Minor Illnesses (Gejala Ringan)


Sangat ringan atau bahkan tanpa gejala
a. Nyeri tenggorokan dan perasaan tak enak diperut, gangguan gastrointestinal,
demam ringan, perasaan lemas, dan nyeri kepala

7
b. Terjadi selama 1-4 hari, kemudian menghilang dan jarang lebih dari 6 hari.
Selama waktu itu virus bereplikasi pada nasofaring dan saluran cerna bagian
bawah

2. Major Illnesses (Gejala Berat)

a. Poliomielitis non-paralitik
Gejala klinis sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan
muntah lebih berat. Gejala-gejala ini timbul 1-2 hari, kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk dalam fase
kedua dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini adalah adanya nyeri atau kaku
otot belakang leher, tubuh dan tungkai dengan hipertonia mungkin disebabkan
oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. Bila anak
berusaha duduk dari posisi tidur, maka ia akan menekuk kedua lutut ke atas
sedangkan kedua tangan menunjang kebelakang pada tempat tidur (Tripod sign)
dan terlihat kekakuan otot spinal oleh spasme, kaku kuduk terlihat secara pasif
dengan Kernig dan Brudzinsky yang positif. "Head drop" yaitu bila tubuh
penderita ditegakkan dengan menarik pada kedua ketiak sehingga menyebabkan
kepala terjatuh ke belakang. Refleks tendon biasanya tidak berubah dan bila
terdapat perubahan maka kemungkinan akan terdapat poliomyelitis paralitik.
b. Poliomielitis paralitik
Gejala poliomielitis paralitik sama dengan yang terdapat pada poliomyelitis
non-paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau
kranial, dan timbul paralisis akut. Pada bayi ditemukan paralisis vesika urinaria
dan atonia usus. Secara klinis dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk sesuai
dengan tingginya lesi pada susunan saraf yang terkena.
c. Bentuk spinal
Gejala kelemahan/paralysis/paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma,
toraks dan terbanyak ekstremitas bawah. Tersering otot besar, pada tungkai
bawah otot kuadrisep femoris, pada lengan otot deltoideus, dan sifat paralisis
adalah asimetris. Refleks tendon mengurang/menghilang serta tidak terdapat
gangguan sensibilitas.
d. Bentuk bulbar

8
Terjadi akibat kerusakan motorneuron pada batang otak sehingga terjadi
insufisiensi pernafasan, kesulitan menelan, tersedak, kesulitan makan,
kelumpuhan pita suara dan kesulitan bicara. Saraf otak yang terkena adalah saraf
V, IX, X, XI dan kemudian VII.
e. Bentuk bulbospinal
Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar
f. Bentuk ensefalitik
Dapat disertai gejala delirium, kesadaran yang menurun, tremor dan kadang-
kadang kejang.

E. Komplikasi

Menurut driyana, dkk (2013) Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien polio adalah
sebagai berikut:

1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis

F. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukkan untuk merdakan
gejala dan pengobatan spotif untuk meningkatkan stamina penderita. (Widoyono, 2011)

Menurut Reeves dalam Huda (2016) penatalaksanaan pengobatan pada penderita


poliomyelitis adalah simptomatis dan suportif. Adapun penatalaksanaan menurut
klasifikasi poliomyelitis yaitu sebagai berikut:

1. Infeksi tanpa gejala: istirahat total


2. Infeksi abortif: istirahat sampai beberapa hari setelah temperatur norma. Kalau
perlu dapat diberikan analgetik, sedatif. Jangan melakukan aktivitas selama 2

9
minggu, 2 bulan kemudian dilakukan pemeriksaan neuromuskuloskeletal untuk
mengetahui adanya kelainan.
3. Non Paralitik: sama dengan tipe abortif. Pemberian analgetik sangat efektif bila
diberikan bersamaan dengan pembalut hangat selama 15- 30 menit setiap 2-4 jam
dan kadang-kadang mandi air panas juga dapat membantu. Sebaiknya diberikan
foot board, papan penahan pada telapak kaki, yaitu agar kaki terletak pada sudut
yang sesuai terhadap tungkai. Fisioterapi dilakukan 3-4 hari setelah demam
hilang. Fisioterapi bukan mencegah atrofi otot yang timbul sebagai akibat
denervasi sel kornu anterior, tetapi dapat mengurangi deformitas yang terjadi.
4. Paralitik Harus di rawat di rumah sakit karena sewaktu waktu dapat terjadi
paralisis pernafasan, dan untuk ini harus diberikan pernafasan mekanis. Bila rasa
sakit telah hilang dapat dilakukan fisioterapi pasif dengan menggerakkan
kaki/tangan. Jika terjadi paralisis kandung kemih maka diberikan stimulan
parasimpatetik seperti bethanechol (Urecholine) 5-10 mg oral atau 2,5-5mg/SK.

G. Pencegahan
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1. Imunisasi
2. Jangan masuk daerah endemis
3. Jangan melakukan tindakan endemis

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,umur, tenpat
lahir, asal dan suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua dan
penghasilan orang tua (Wong, 2009).
Biasanya anak yang sering terkena penyakit polio adalah yang berusia di bawah
15 tahun (Widoyono, 2011).
Biasanya anak yang terkena risiko virus poliomyelitis pada daerahendemis dan
kepadatan penduduk, tingkat higienis, kualitas air, dan fasilitas pengolahan
limbah.

10
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama : keluarga pasien biasanya mengeluh aktivitas anaknya
terganggu karena kelemahan, kelelahan, serta kelumpuhan yang sifatnya
mendadak dan layuh.
Riwayat Keluhan Utama : Awalnya keluarga pasien mengeluh semakin hari
berat badan anaknya berkurang disertai dengan keluahan tidak nafsumakan,
mual muntah, kelemahan, kelelahan, serta kelumpuhan.
2) Keluhan yang biasanya dikeluhkan pasien pada saat pengkajian :
Keluarga pasien mengatakan bahwa akhir-akhir ini anaknyarewel 3 disertai
sakit kepala. Keluarga mengatakan bahwa pasien demam sudah 3 hari
yanglalu.
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita anak, biasanya sebelumnya anak
belum pernah mengalami penyakit poliomyelitis

b. Pemeriksaan Fisik
1.) Nyeri kepala
2.) Paralisis
3.) Refleks tendon berkurang
4.) Kaku kuduk
5.) Brudzinky

c. Mendeteksi Lumpuh Layuh


1) Bayi
a) Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai
menekuk pada lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkan
tungkai lemas dan lutut menyentuh tempat tidur.
b) Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan ujung
pensil pada telapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi
kelumpuhan.
c) Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan
gerakan kaki menekuk, pada bayi lumpuh tungkai tergantung lemas.
11
2) Anak besar
a) Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak
b) Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang mengalami
kelumpuhan tidak bisa melakukannya.
c) Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak bisa
melakukannya.
d) Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun
kembali. Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri
dengan berpegangan merambat pada tungkainya.
e) Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.

2. Diagnosa (USMAN, RESKY TUMONGLO, 2017)


a. Hipertermi b.d proses infeksi.
b. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh bd anoreksia, mual dan muntah.
c. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d
paralysis otot.
d. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
e. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
f. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.

3. Intervensi
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervesi/ Perencanaan
(PPNI, 2022) (PPNI, 2018)

1. Hipertermi b.d Proses Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Hipertermi (I.15506)


Infeksi keperawatan ... x 24 jam 1. Observasi
diharapkan masalah keperawatan a. Identifikasi penyebab
dapat diatasi dengan Kriteria hipertermia ( mis. Dehidrasi,
Hasil : terpapar lingkungan panas,
Termoregulasi (SLKI. L.14134) penggunaan inkubator)
a. Mengigil menurun b. Monitor suhu tubuh

12
b. Kulit merah menurun c. Monitor kadar elektrolit
c. Pucat menurun d. Monitor haluaran urine
d. Suhu tubuh menurun e. Monitor komplikasi akibat
e. Suhu kulit membaik hipertermia
f. Tekanan darah membaik 2. Teraputik
a. Sediakan lingkungan yang
dingin
b. Longgarkan atau lepaska
pakaian
c. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
d. Berikan cairan oral
e. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhdrosis (keringat
berlebih)
f. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
g. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
h. Berikan oksigen bila perlu,
jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
a. kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu

2. Perubahan nutrisi dari Setelah dilakukan Tindakan Manajeen Nutrisi ( I. 03119)


kebutuhan tubuh b.d keperawatan ... x 24 jam 1. Obeservasi

13
anoreksia, mual dan diharapkan masalah keperawatan a. Identifikasi status nutrisi
muntah. dapat diatasi dengan Kriteria b. Identifikasi makannan yang
Hasil : disukasi
a. Porsi makan yang c. Identifikasi kebutuhan kalori
dihabiskan meningkat dan jenis nutrien
b. Serum albumin meningkat d. Identifikasi perlunya
c. Berat badan membaik penggunaan selang nasogastrik
d. Indeks massa tubuh (IMT) e. Monitor asupan makanan
membaik f. Monitor berat badan
e. Frekuensi makan membaik 2. Teraputik
f. Mual menurun a. Lakukan oral hygiene sebelum
g. Muntah menurun makan, jika perlu
h. Nafsu makan meningkat b. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
c. Berikan makan yang tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
d. Berikan makan yang tinggi
kalori dan tinggi protein
e. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
b. Anjurkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah gizi

14
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Tindakan Dukungan Mobilisasi (L.05173)


fisik b.d paralysis keperawatan ... x 24 jam 1. Observasi
diharapkan masalah keperawatan a. Identifikasi adanya nyeri atau
dapat diatasi dengan Kriteria keluhan fisik lainnya
Hasil : b. Identifikasi adanya toleransi
Mobilitas Fisik (L.05042) fisik melakukan pergerakan
a. Pergerakan ekstremitas c. Monitor frekuensi jantung dan
menningkat tekanan daah sebelum
b. Kekuatan otot meningkat memulai moblisasi
c. Rentang gerak sendi d. Monitor kondisi umum selama
(ROM) meningkat melakukan mobilisasi
d. Nyeri menurun 2. Terapeutik
e. Kaku sendi menurun a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
f. Cemas menurun dengan alat bantu ( mis. Pagar
g. Gerakan tidak tepat tidur )
terkoordinasi menurun b. Fasilitasi melakukan
h. Gerakan terbatas pergerakan, jika perlu
menurun c. Libatkan keluarga untuk
i. Kelemahan fisik menurun membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
b. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
c. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
Duduk di tempat tidur, duduk

15
di sisi tempat tidur pindah dari
tempat tidur ke kursi

4. Implementasi
Menurut PPNI (2017) Tindakan keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikanintervensi keperawatan.
Implementasi merupakan suatu tindakan keperawatanoleh perawat yang sesuai dengan
intervensi yang sudah direncanakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatiakn dalam
melakukan implementasi kepada anak – anak, yaitu harus adanya trans supaya si anak
dapat kooperatif dan komunikasi efektif, dan libatkan orangtua si anak dalam
melakukan implementasi.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untukmenentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencanakeperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien

Nama : An. S

Usia: 4 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/bangsa: Minang

Alamat: Padang

Agama: Islam

Tanggal MRS: 6 Februari 2022

Tanggal pengkajian: 8 Februari 2022

No. MR: 20.11.30

Diagnosa: Poliomyelitis

b. Identitas penanggung jawab

Nama: Ny. D

Umur: 36 tahun

Jenis kelamin: Perempuan

Pendidikan/ pekerjaan: SLTP/wiraswasta

Hubungan dengan pasien klien: Ibu klien

17
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama ibu klien mengatakan klien merasa lemas, suhu tubuh tinggi, mual,
muntah.
a. Riwayat penyakit sekarang pada saat pengkajian ibu klien mengatakan anaknya
merasa lemas disekujur tubuh terutama di kaki kanan dan suhu tubuh tinggi yang
mengganggu aktivitasnya. Ibu klien mengatakan suhu anaknya tinggi sejak 2 hari
yang lalu. Pada saat diperiksa, suhu tubuh klien 38,°C. Ibu klien mengatakan
sudah melakukan kompres namun masih belum berhasil
b. Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada Riwayat tumbuh kembang anak:
1) Imunisasi: Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir,BCG diberikan
saat lahir, Polio oral belum pernah diberikan.
2) Status gizi: baik
3) Psikososial klien mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan,
dan minuman, serta kenyamanan dari orang tua sendiri
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu Klien Mengatakan Tidak memiliki riwayat penyakit polio dan penyakit
keturunan

3. Pemenuhan kebutuhan (biologis)


a. Pola nutrisi dan cairan
Sebelum sakit: normal, klien makan tiga kali sehari dengan nasi dan lauk pauk,
makan klien selalu habis, klien minum 8-12 gelas/hari, tidak memiliki alergi
Saat: nafsu makan berkurang, makan 3x sehari, klien hanya makan seperempat
porsi, makan klien tampak tidak habis, tidak ada alergi makanan dan minuman,
klien minum 6-8 gelas/hari.

b. Pola eliminasi
1.) Sebelum sakit:
BAB: normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma khas.
BAK: normal, warna kuning, bau pesing.
2.) Saat sakit:
BAB: konstipasi, bau khas, keras
BAK: normal, warna kuning, bau pesing, tidak ada keluhan

18
c. Pola Istirahat dan tidur
Sebelum sakit: ibu klien mengatakan bahwa klien tidur dengan nyenyak. Klien
tidur 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam.
Saat sakit: ibu klien mengatakan bahwa klien saat tidur sering terbangun, klien
tidak bisa tidur nyenyak.

d. Personal Hygiene
Sebelum sakit: ibu klien mengatakan bahwa klien tidur dengan nyenyak. Klien
tidur 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam.
Saat sakit: ibu klien mengatakan bahwa klien saat tidur sering terbangun, klien
tidak bisa tidur nyenyak

6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. TTV :
1) TD: 110/70 mmhg
2) Suhu: 38.9
3) RR: 20x/menit
4) N: 110x/menit
c. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala bentuk kepala bulat, tidak ada benjolan warna rambut hitam, bersih,
penyebaran merata, rambut tidak rontok, muka pasien tampak lesu, bentuk
mata bulat, konjungtiva berwarna merah muda, mata tidak ikterik,
pergerakan bola mata normal dan tidak memakai alat bantu, bentuk telinga
simetris, telinga bersih tidak ada kotoran, fungsi telinga masih normal,
bentuk hidung simetris, fungsi hidung normal, tidak ada secret, bibir tampak
pucat.
2) Integument: kulit pasien panas, kulit klien sawo matang, tidak ada
pembengkakan
3) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada nyeri tekan

19
4) Dada

I: bentuk dada simetris, warna kulit putih, tidak ada lesi

P: pergerakan pernapasan dada sama

P: sonor

A: suara paru vaskuler

5) Abdomen

I: warna kulit putih, tidak lesi

A: suara peristaltik usus 12x/m

P: tidak ada nyeri tekan

P: suara timpani

6) Ekstremitas
Atas: ekstremitas atas lengkap, tidak ada kelainan, gerakan simetris, kekuata
otot tangan kanan 4 dan kiri 4
Bawah: ekstremitas lengkap, kekuatan otot kaki kanan 2 dan kiri 4, bentuk
kaki ada kelainan, kesimetrisan gerak tidak sesuai, klien tampak kesulitan
menggerakkan tungkai kanannya
7) Genetalia: bersih
8) Neurologis
Tingkat kesadaran compos mentis eye (4), verbal (4) klien menangis dan
rewel, motorik (6)
9) Pemeriksaan nervus :
- Nervus Olfactorius (N I)
Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan kopi
- Nervus Optikus (N II)
Klien tidak ada kelainan pada mata, ketajaman penglihatan normal, lapang
pandang normal
- Nervus Oculomotorius, trochlearis, dan abdusen (N III, N IV, N VI)
Tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, reaksi pupil terhadap
cahaya normal, gerakan bola mata normal

20
- Nervus Trigemius (NV)
Pasien dapat merasakan kapas yang disentuhkan ke area wajah, pasien
dapat membedakan benda tajam dan tumpul, pasien dapat membedakan
panas dan dingin, pasien dapat merasakan getaran. Klien dapat
menyebutkan area wajah yang ditunjuk, klien dapat menggerakkan rahang
kiri dan kanan.
- Nervus Facialis (N VII)
Pasien dapat merasakan sensari rasa yang diberikan, klien mampu
menutup mata tetapi tidak bias, klien mampu menggembungkan pipi dan
menahan tahanan
- Nervus Vestibulocochlearis (N VIII)
Klien tidak mampu menjaga keseimbangan tubuh, klien kesulita berjalan,
klien mampu mendengar gesekan jari di telinga, klien dapat
mendengarkan graputala yang diletakkan pada dahi
- Nervus -Glosofaringeus dan Vagus (N IX dan X)
Pasien tidak mengalami gangguan fungsi menelan
- Nervus Assesorius (N XI)
Pasien dapat mengangkat bahu, kekutan daya dorong klien lemah, pasien
tidsk bisa menoleh ke kiri dan ke kanan karena kuduknya kaku
- Nervus Hipoglosus (N XII)
Pasien dapat mengerakkan lidah ke kiri dan ke kanan.

d. Pemeriksaan reflek
1) Bisep: normal
2) Trisep: normal
3) Brachioradialis: normal
4) Achilles: pada kaki kanan lemah
5) Patella: pada kaki kanan lemah
6) Babinski: normal
7) Haddock: normal
8) Gordon: pada kaki kanan lemah

21
e. Pengkajian psikososial dan spiritual
1) Psikologi
klien belum mampu memaparkan atau mengekspresikan perasaannya secara
tepat karena masih balita.
2) Hubungan social
Klien memiliki teman dan dapat berinteraksi dengan baik, interaksi klien
dengan keluarag juga baik
3) Spiritual
Klien beragama islam dan klien tidak sholat lima waktu karena masih kecil.

f. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan sampel feses ditemukan adanya poliovirus. Pada pemeriksaan
serum ditemukan adanya peningkatan antibodi. Pada pemeriksaan sampel darah
ditemukan adanya leukosit meningkat dari nilai normalnya.

g. Analisa data

Data Etiologi Masalah


Ds: Proses penyakit (infeksi) Hipertermia
• Ibu klien mengeluh bahwa
suhu anaknya tinggi
• Ibu klien mengatakan klien
merasa lemas
• Ibu klien mnegatakan suhu
kulit anaknya panas
Do :
• Klien tampak lemas
• Klien tampak rewel dan
menangis
• TTV:
TD: 110/70 mmhg
Suhu: 38.9

22
RR: 20x/menit

N: 110x/menit

Ds: Faktor psikologis Defisit nutrisi


• Ibu klien mengatakan nafsu (keenganan untuk
makan anaksnya menurun makan)
• Ibu klien mengatakan klien
lemas
• Ibu klien mengatakan klien
makan sedikit

Do;
• Klien tampak lemas
• Makanan klien tampak tidak
habis
• Klien hanya makan seperempat
porsi
Ds; Gangguan Gangguan mobilitas
• Ibu klien mengaakan klien muskuloskeletal fisik
merasa lemas
• Ibu klien mengatakan tungkai
anaknya sussah digerakan
• Ibu klien mengatakan aktivitas
anaknya terganggu
Do;
• Kekuatan otot:
4444+4444
2222+4444
• Tungkai klien tampak sulit
digerakan
• Aktivitas klien tampak dibantu

23
B. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan suhu
klien tinggi (38.9C) klien tampak lemas,rewel,menangis.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
ditandai dengan nafsu makan klien menurun,makan hanya setengah porsi dan klien
tampak lemas
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal ditandai
dengan badan klien lemas,tungkai sulit digerakan dan aktivitas klien tampak dibantu

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (SIKI)


hasil (SLKI)
1. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen hipertemia, Tindakan
berhubungan tindakan keperawatan a. Observasi :
dengan proses selama 1x24jam maka − Identifikasikan penyebab
penyakit (infeksi) diharapkan hipertemia(mis.dehidrasi,
termoreguasi membaik terpapar lingkungan panas,
Dengan kriteria hasil: penggunaan inkubator)
− Suhu tubuh − Monitor suhu tubuh
membaik − Monitor komplikasi akibat
− Suhu kulit hipertemia
membaik
b. Teraupeutik
− Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
− Basahi dan kipasi permukaan
tubuh - Berikan cairan oral
− Lakukan pendinginan
eksternal(mis. selimut hipotermia
atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila

24
c.Edukasi:
− Anjurkan tirah baring

d.Kolaborasi :
− Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi, Tindakan
berhubungan tindakan keperawatan a. Observasi :
dengan faktor selama 1x24jam maka − Identifikasi status nutrisi
psikologis diharapkan status − Identifikasi alergi dan intoleransi
nutrisi membaik makanan
Dengan kriteria hasil: − Identifikasi makanan disukai
− Porsi makan yang − Identifikasi kebutuhan kalori dan
dihabiskan jenis nutrisi
meningkat − Monitor asupan makanan
− Frekuensi makan − Monitor berat badan
membaik − Monitor hasil pemeriksaan
− Nafsu makan laboratorium
membaik

b.Teraupeutik:

− Lakukan oral hygiene sebelum


makan, jika perlu
− Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
− Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
− Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
− Berikan suplemen makanan, jika
perlu

25
c.Edukasi:
− Anjurkan posisi duduk, jika
mampu

d.Kolaborasi :
− Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan(mis. pereda
nyeri, antlemetik) jika perlu
− Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalor dan
jenis nutrien yang dibutuhkan.
3. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik tindakan keperawatan Tindakan
berhbungan selama 1x24jam maka
dengan diharapkan status a. Observasi:
gangguan nutrisi membaik − Identifikasi adanya nyeri atau
muskuloskeletal Dengan kriteria hasil: keluhan fisik lainnya
− Pergerakan − Identifikasi toleransi fisik
ektremitas melakukan pergerakan
− Kekuatan otot − Monitor frekuensi jantung dan
meningkat tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
− Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi

b.Teraupeutik:
− Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu(mis.pagar
tempat tidur)
− Fasilitasi nelakukan pergerakan,
jika perlu

c.Edukasi:

26
− Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
− Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
− Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan(mis. Duduk
di tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi).

D. Implementasi
Tgl/Jam No. Dx. Implementasi Paraf
08-02-2022 1 • Mengidentifikasikan penyebab
08.00 hipertemia(mis.dehidrasi, terpapar lingkungan
panas)
• Memonitor suhu tubuh
• Menyediakan lingkungan yang dingin
• Melonggarkan atau lepaskan pakaian
• Membasahi dan mengipasi permukaan tubuh
• Memberikan cairan oral
• Melakukan pendinginan eksternal(mis.
kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
• Menganjurkan tirah baring
• Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
08-02-2022 2 • Mengidentifikasi status nutrisi
10.00 • Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
makanan
• Menyajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
• Memberikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi

27
• Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
• Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
• Melakukan kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan(mis. pereda nyeri, antlemetik)
08-02-2022 3 • Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan
13.00 fisik lainnya
• Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
• Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu(mis. pagar tempat tidur)
• Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
• Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
• Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan(mis. Duduk di tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi).
09-02-2022 1 • Mengidentifikasikan penyebab
08.00 hipertemia(mis.dehidrasi, terpapar lingkungan
panas)
• Memonitor suhu tubuh
• Menyediakan lingkungan yang dingin
• Melonggarkan atau lepaskan pakaian
• Membasahi dan mengipasi permukaan tubuh
• Memberikan cairan oral
• Melakukan pendinginan eksternal(mis.
kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
• Menganjurkan tirah baring
• Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena

28
09-02-2022 2 • Mengidentifikasi status nutrisi
10.00 • Menyajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
• Memberikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
• Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
• Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
• Melakukan kolaborasipemberian medikasi
sebelum makan(mis. pereda nyeri, antiemetik)
09-02-2022 3 • Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan
13.00 fisik lainnya
• Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
• Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu(mis. pagar tempat tidur)
• Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
• Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan(mis. Duduk di tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi).

E. Evaluasi

No. Dx. Tanggal/ Jam Evaluasi Ttd


1 08-02-2022 S:
10.00 • Ibu klien mengeluh suhu anaknya tinggi
• Ibu klien mengatakan suhu kulit
anaknya panas
• Ibu klien mengatakan klien merasa
lemas
• T: 38,9°C
O:

29
• Klien tampak lemas
• Klien tampak rewel dan menangis.
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2 08-02-2022 S:
12.00 • Ibu klien mengatakan nafsu makan
anaknya turun
• ibu klien mengatakan klien mual dan
muntah
• Ibu klien mengatakan klien hanya
makan sedikit
O:
• Klien tampak lemas
• Makanan pasien tampak tidak habis
• Klien hanya makan setengah porsi
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3 08-02-2022 S:
• Ibu klien mengatakan klien lemas.
• sekujur tubuh
• Ibu klien mengatakan tungkai
• anaknya susah digerakkan
• Klien mengeluh nyeri saat
menggerakkan kaki
O:
• Klien tampak lemas
• Tungkai kaki klien tampak sulit
digerakkan
• Aktivitas klien tampak dibantu
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1 09-02-2022 S:

30
10.00 • Ibu klien mengeluh suhu anaknya tingg
• Ibu klien mengatakan suhu kulit
anaknya panas
• Ibu klien mengatakan klien merasa
lemas
O:
• T: 38, 5°C
• Klien tampak lemas
• Klien tampak rewel
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2 09-02-2022 S:
12.00 • Ibu klien mengatakan nafsu makan
anaknya turun
• Ibu klien mengatakan klien hanya
makan sedikit
O:
• Klien tampak lemas
• Makanan pasien tampak tidak habis
• Klien hanya makan setengah porsi
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3 09-02-2022 S:
15.00 • Ibu klien mengatakan klien lemas
sekujur tbuh
• Ibu klien mengatakan tungkai anaknya
susah digerakkan.
• Klien mengeluh nyeri saat
menggerakkan kaki
O:
• Klien tampak lemas

31
• Tungkai kaki klien tampak sulit
digerakkan
• Aktivitas klien tampak dibantu
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

32
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Poliomyeilitis atau sering disebut polio adalah penyakit akut yang menyerang sistem
saraf perifer yang disebabkan oleh virus polio. Virus ultramikroskop yang menyerang bersifat
neurotrofik yang awalnya menyerang saluran pencernaan dan pernafasan yang kemudian
menyerang susunan saraf pusat melalui peredaran darah.
Penyakit poliomyelitis paling banyak pada anak - anak di bawah 5 tahun dan juga bisa
pada remaja. Kemungkinan gejala dicurigainya poliomyelitis pada anak adalah panas disertai
dengan sakit kepala, sakit pinggang, kesulitan menekuk leher dan punngung, kekuatan otot
yang diperjelas dengan tanda head drop, tanpa tripod saat duduk, tanda tanda spinal, tanda
brudzinsky atau kering. Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Imunisasi
2. Jangan masuk daerah endemis
3. Jangan melakukan tindakan endemis

33
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. pokja S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi I (T. pokja S. D. PPNI (ed.)). Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. pokja S. D. (2022). Standar Luaran keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi I (T. pokja S. D. PPNI (ed.)). Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Rudianto, Andika, S., Batubara, O., & Dkk. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Polio. 2, 103–115.

Sugiarto. (2016). Asuhan Keperawatan Polio. 4(1), 1–23.

USMAN, RESKY TUMONGLO, Y. M. (2017). MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN POLIO. 1–18.

34

Anda mungkin juga menyukai