Anda di halaman 1dari 17

Keperawatan Anak

HYDROCEPHALUS

Elfira Awalia R,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An


Febi Rahayu Putri Indah Deviana Yordhan Permana Putra
22055 22071 22083
Definisi
Hidrosefalus adalah penyakit bedah saraf yang sering disebabkan oleh
perdarahan intrakranial, tumor, infeksi intrakranial dan cedera otak
(Dermawaty and Oktaria, 2017).
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak.
Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga
tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidrosefalus merupakan kondisi penumpukan carian serebrospinal (CSS)
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan juga penekanan
jaringan normal sekitar (Permana, 2018).
Etiologi
Menurut Darsono (2012) dalam Trilestari (2018), Cairan Serebrospinal merupakan
cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan
ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis
untuk memberikan perlindungan serta nutrisi CSS yang dibentuk dalam sistem
ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler
dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP).
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah
Kelainan Bawaan (Kognengital) dan disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau
penyakit perdarahan
Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada sistem ventrikuler atau pada ruangan subarakhnoid, ventrikel serebri
melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengerut dan menyobek garis
ependimal. Substansia alba di bawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada bayi dan anak kecil, sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan masa kranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup, maka fontanel ini tidak akan
berkembang dan terasa tegang pada perabaan. Klien dengan tipe hydrocephalus di atas akan
mengalami pembesaran serebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional. Pada orang yang lebih tua, sutura kranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, akibatnya gejala peningkatan tekanan intrakranial terjadi sebelum ventrikel
serebri menjadi sangat membesar . Kerusakan dalam absorpsi dan sirkulasi cairan serebrospinal
pada hydrocephalus tidak komplet.
Penatalaksanaan
Tata laksana utama
pada hydrocephalus adalah teknik Alternatif pembedahan untuk tata laksana
pembedahan, yaitu hydrocephalus, selain shunting di antaranya pungsi
pemasangan shunting yang berfungsi lumbal berulang, choroid plexus cauterization (CPC),
sebagai drainage. Tindakan ini bukan untuk pembukaan aqueductal stenosis, serta pengangkatan
menyembuhkan, tetapi untuk mengontrol tumor penyebab. Pungsi lumbal berulang, dapat
gejala akibat peningkatan tekanan dilakukan pada kasus hydrocephalus pasca perdarahan
intrakranial. Pada hydrocephalus kongenital, intraventrikular, karena kondisi ini dapat sembuh
pembedahan pada bayi berpotensi secara spontan maka tidak diperlukan shunting. Hanya
komplikasi sehingga ahli bedah saraf dapat dilakukan untuk kasus hydrocephalus
mungkin menunda melakukannya (terutama communicating, dan kontradiksi apabila ada tanda
bayi prematur). peningkatan tekanan intracranial.
Farmako Terapi

Terapi farmakologis untuk pasien hydrocephalus hanya


diberikan sementara, misalnya untuk hydrocephalus
pasca perdarahan pada neonatus, normal pressure
hydrocephalus (NPH), atau pada pasien yang tidak
mungkin dilakukan tindakan operasi. Tujuan terapi
untuk mencegah komplikasi sensorik maupun
gangguan intelektual. Obat-obatan yang dapat
digunakan meliputi agen osmotik, carbonic anhydrase
inhibitors (CAI) seperti acetazolamide, glukokortikoid,
dan digoxin.
Non Farmako Terapi
Belum ada terapi non-farmakologis yang spesifik
untuk hydrocephalus. Pasien yang baru menjalankan
intervensi operasi akan dirawat di ruang perawatan intensif
selama beberapa hari tergantung klinis. Beberapa ahli bedah
menyarankan pasien post-shunting untuk berada pada posisi
terlentang selama 1-2 hari setelah operasi untuk
meminimalisir kemungkinan mengalami
hematoma subdural. Sedangkan pada pasien dengan normal
pressure hydrocephalus (NPH) disarankan untuk tetap
melakukan mobilisasi bertahap post-operasi.
Konsep Askep
Pengkajian Keperawatan Hidrosefalus
Anamnesa
Riwayat penyakit / keluhan utama Muntah, gelisah, nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
Riwayat Perkembangan Kelahiran prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau
tidak. Kekejangan: Mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Anak dapat melihat keatas atau tidak, pembesaran kepala dan dahi menonjol dan mengkilat. Sertas
pembuluh darah terlihat jelas.
Palpasi: Ukur lingkar kepala (kepala semakin membesar) dan fontanela keterlamabatan penutupan fontanela
anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
Pemeriksaan mata: Akomodasi, gerakan bola mata, luas lapang pandang konvergensi, dan didapatkan hasil: alis
mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas -Stabismus, nystagmus, atropi optic.
Observasi tanda-tanda vital didapatkan data-data sebagai
berikut: peningkatan sistole tekanan darah, penurunan nadi /
bradicardia dan peningkatan frekuensi pernapasan.

Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi
dari pengumpulan cairan abnormal (Transsimulasiterang).
Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “Crakedpot”.
Opthalmoscopy: edema pupil.
CT Scan Memperlihatkan (non-invasive) type hidrocephalus dengan
nalisisikomputer.
Radiologi: Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.
Diagnosa Keperawatan
Penurunan Kapasitas Resiko Gangguan
Adaptif Intrakranial b/d Pertumbuhan b/d
Obstruksi aliran cairan penyakit kronis
serebrospinalis (D.0066). (D.0108).

01 02 03 04
Risiko Infeksi b/d Efek Ansietas b/d kurang terpapar
prosedur Invasif (D. 0142). informasi (D.0080).
DX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Penurunan Tujuan: Kapasitas Adaptif 1. Identifikasi penyebab 1. Minimalkan stimulus dengan
Intrakranial Meningkat (L.06049) peningkatan TIK. menyediakan lingkungan yang
Kapasitas Adaptif Kriteria Hasil: 2. Monitor tanda / Gejala tenang.
Intrakranial b/d 1. Tingkat kesadaran dan fungsi peningkatan TIK. 2. Cegah terjadinya kejang.
kognitif meningkat 3. Monitor MAP jika perlu. 3. Pertahankan suhu tubuh
Obstruksi aliran 2. Sakit kepala, gelisah, agitasi, 4. Monitor CPP jika perlu. normal.
cairan muntah, dan papil edema 5. Monitor ICP jika tersedia. 4. Hindari manuver valsava.
serebrospinalis menurun. 6. Monitor status pernafasan.
3. Tekanan intrakranial, refleks 7. Monitor intake dan output
(D0066). neurologis, respon pupil, dan Cairan.
pola nafar membaik. 8. Monitor Cairan
serebrospinalis
9. Kolaborasi pemberian
sedasi dan antikonvulsan,
jika perlu.
10. Kolaborasi pemberian
diuretic, jika perlu.
11. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu.
Risiko Infeksi b/d Tujuan: 1. Monitor tanda dan 1. Batasi jumlah
Tingkat Infeksi Menurun gejala infeksi lokal pengunjung
Efek prosedur (L.14137). dan sistemik.
2. Cuci tangan sebelum dan
Invasif (D.0142). Kriteria hasil: 2. Berikan perawatan sesudah kontak dengan
1. Demam, kemerahan,
kulit pada area luka. pasien dan lingkungan
nyeri dan bengkak
pasien.
menurun. 3. Jelaskan tanda dan
2. Drainase purulen, gejala infeksi. 3. pertahankan teknik
periode malaise, aseptik pada psien
4. Ajarkan cara
letargi, dan gangguan beresiko tinggi
memeriksa kondisi
kognitif menurun.
luka atau luka
3. Kadar sel darah putih
operasi.
dan kultur
membaik. 5. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi.
Resiko Tujuan: 1. Identifikasi status 1. Berikan suplemen
Status Pertumbuhan nutrisi. makanan.
Gangguan Meningkat (L.10102).
2. Identifikasi alergi dan 2. Diet yang diprogramkan.
Pertumbuhan b/d Kriteria hasil: intoleransi makanan.
1. Berat badan sesuai 3. Hentikan pemberian
penyakit kronis usia. 3. Identifikasi makanan melalui selang
(D.0108) 2. Panjang badan sesuai kebutuhan kalori dan nasogastrik jika asupan
usia. jenis nutrient. oral dapat ditoleransi.
3. Lingkar kepala sesuai
4. Monitor asupan
usia.
makanan.
4. Indeks massa tubuh
meningkat. 5. Monitor berat badan.
5. Asupan nutrisi 6. Ajarkan diet yang
meningkat. diprogramkan.
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi.
Ansietas b/d kurang Tujuan: 1. Identifikasi saat tingkat 1. Ciptakan suasana terapiutik
terpapar informasi Tingkat Ansietas Menurun ansietas berubah. yang menumbuhkan
(D.0080) (L.09093). kepercayaan.
2. Identifikasi kemampuan
Kriteria hasil:
mengambil keputusan. 2. Jika memungkinkan temani
1. Verbalisasi kebingungan
pasien untuk menumbuhkan
dan khawatir akibat 3. Monitor tanda-tanda
kepercayaan.
kondisi yang di hadapi ansietas verbal dan non
menurun. verbal. 3. Dengarkan dengan penuh
2. Perilaku gelisah dan perhatian.
4. Jelaskan prosedur,
tegang menurun.
termasuk hal yang 4. Informasikan secara faktual
3. Tremor dan pucat
mungkin dialami. mengenai diagnosis,
menurun.
pengobatan, dan prognosis.
4. Konsentrasi, pola tidur, 5. Anjurkan keluarga untuk
orientasi, dan perasaan tetap bersama pasien
ketidakberdayaan jika perlu.
membaik.
6. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
7. Latih teknik relaksasi.
Kesimpulan
Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang secara aktif dan berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subrachnoid yang dapat
menyebabkan dilatasi system ventrikel otak dimana keadaan patologis otak
yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal, disebabkan baik
oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau
pernah disertai tekanan intracranial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran di ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinal.
Terima kasih
Ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai