Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh :

1. Angelia Novita Putri


2. Arief Abdurrahman
3. Dian Fitria Agustina
4. Fera Ardelia
5. Ismaul Wijayatri
6. Nurunnajah Azzahra
7. Putri Nofitasari
8. Randi Irmawan
9. Tasya Alfionita
10. Panji Nur Prasetya Adi

S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
KONSEP MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN

Manajemen biasanya untuk mengatur beberapa hal secara baik dan sesuai dengan tujuan.
Pengaturan dilakukan agar hal hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (Nursalam,
2014). Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi, sedangkan
Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber untuk
mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi
organisasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien.

B. PRINSIP-PRINSIP YANG MENDASARI MANAJEMEN KEPERAWATAN

1) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan,


pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan pemecahan masalah yang afektif dan
terencana.

2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer


keperawatan menghargai waktu akan mperencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan berbagai situasi maupun


permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan
keputusan di berbagai tingkat manajerial.

4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer


keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan inginikan. Kepuasan
pasien merupakan point utama dari seluruh tujuan keperawatan. Manajemen keperawatan harus
terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan.

5) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses


pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.

6) Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi staf untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.

7) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif


akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian
diantara bawahan.

8) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya mempersiapkan perawat


pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.
9) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang
pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui
penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.

C. LINGKUP MANAJEMEN KEPERAWATAN

Manajer keperawatan yang efektif seharusnya memahami dan mampu memfasilitasi pekerjaan
perawat pelaksana meliputi : menggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan
keperawatannya, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditetapkan, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang
dilaksanakan oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek keperawatan. Seluruh
pelaksanaan kegiatan senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam
proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan
gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: Manajemen operasional/
menajemen layanan dan manajemen asuhan keperawatan.

1. Manajemen Layanan/Operasional

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga
tingkatan menajerial dan setiap tingkatan dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kompetensi
yang relevan. Tingkat manajerial tersebut yaitu : yang memimpin dalam tiap level manajerial
tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah:

Kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan, kemampuan peran sebagai


pemimpin, dan kemampuan melaksanakan fungsi manajemen.

2. Manajemen asuhan keperawatan

Konsep manajemen antara lain : perencanaan, pengorganisasan, implementasi, pengendalian dan


evaluasi. Manajemen asuha keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses keperawatan
dan hal ini melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan tugasnya harus
menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan pasien. Proses
Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yg menekankan pada pengambilan keputusan
tentang keterlibatan perawat sesuai yang dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri dari 5
tahapan yaitu : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi. Selanjutnya mari Anda pahami tentang tujuan manajemen keperawatan.

D. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tujuh prinsip manajemen yang harus Anda ketahui, yaitu:

1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam manajemen
(the first function of management). Semua fungsi manajemen tergantung dari perencanaan.
Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat keputusan
dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi kemasa depan dan
memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan (Swansburg &Swansburg, 1999).
Perencanaan yang baikakan meningkatkan capaian tujuan dan pembiayaan yang efektif.

2.Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu efektif


berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan
berjalannya roda organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan
kegiatan perawat dikendalikan.
3.Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau
keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa
alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk
mencapai tujuan melalui pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.

4.Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas mengatur manajemen


memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota menjalankan tugas dan wewenang
dengan baik. Adanya manajer yang mampu memberikan semangat, mengontrol dan mengajak
mencapai tujuan merupakan sumber daya yang sangat menentukan.

5.Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan ditetapkan
dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.

6.Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas untuk


mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan
supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg
& Swansburg, 1999).

7.Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya yang berbeda
dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam manajemen keperawatan perubahan
dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan Anda
layani.

E. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa yang tidak ingin mereka
lakukan dan menyukainya (Truman dalam Gillies, 1996). Kepemimpinan merupakan penggunaan
keterampilan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuannya (Sullivan & Decleur, 1989). Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan
untuk mempengaruhi anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan
(Baily, Lancoster & Lancoster, 1989). Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak
memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan
pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996). Menurut Ngalim Purwanto
(1993: 26). “Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang
orang tertentu, biasanya melalui ‘human relations’ dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya
rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting tulang memahami dan mencapai segala apa
yang menjadi tujuan-tujuan organisasi”.

F. Syarat Pemimpin

Pemimpin yang handal hatus mempunyai syarat-syarat (karakteristik) tertentu yang menunjukkan
kecakapan yaitu:

1) Kekuasaan : merupkaan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk


memimpin suatu kelompok
2) Kewibawaan : merupakan kelebihan, keunggulan yang dimiliki seseorang yang membuat
orang lain bersedia melakukan perbutaan tertentu
3) Kemampuan : merupakan kesanggupan, kecakapan yang dianggap melebihi kemampuan
anggota kelompok lainnya.

G. Peran Pemimpin

1) Interpersonal role : peranan yang berkiatan dengan hubungan antar pribadi


2) Information role : peranan yang berhubungan dengna informasi, baik informasi yang
diterima maupun harus disampaikan
3) Decisional role : peranan terkiat dengan pembuatan keputusan

H. Ciri-ciri pemimpin yang efektif

1) Menyusun tujuan dan mempunyai pandangan jauh kedepaan


2) Mengembangkan diri
3) Berfikir kritis
4) Menyelesaikan masalah
5) Menghormati individu
6) Mendengarkaan orang lain dan mempunyai keterampilan berkomunikasi
7)
I. Teori perilaku

Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang
manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari perilaku otoriter
ke demokratis atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut Vestal (1994), teori
perilaku ini dinamakan sebagai gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu organisasi. Gaya
diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau tersendiri. Gaya didefinisikan sebagai hak
istimewa tersendiri dari ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan.
Gillies (1996) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku
pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun
dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan memepengaruhi gaya
kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dan
berbeda-beda. Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan
dalam suatu organisasi antara lain sebagai berikut.

1. Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt.


Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan
melalui dua titik ekstrem yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan
kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh
faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi. Jika pemimpin
memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika
dibanding dengan kepentingan individu, maka pemimpin akan lebih
otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik
dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya
partisipasinya.
2. Gaya kepemimpinan menurut Likert. Likert dalam Nursalam (2002)
mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem.
a. Sistem Otoriter–Eksploitatif.
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya,
memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan bersifat satu arah
ke bawah (top-down).

b. Sistem Benevolent–Otoritatif (Authoritative).

Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan
ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu, dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan
keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.

c. Sistem Konsultatif.

Pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar terhadap bawahan. Pemimpin menggunakan
balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 488 kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman.
Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.

d. Sistem Partisipatif.

Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, selalu memanfaatkan ide


bawahan, serta menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi bersifat
dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

3. Gaya kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y.

Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960).
Dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan menjadi
dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu
tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak
perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Berdasarkan teori ini, gaya kepemimpinan
dibedakan menjadi empat macam.

a. Gaya kepemimpinan diktator.

Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman
dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.

b. Gaya kepemimpinan otokratis.

Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun
bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak
pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.

c. Gaya kepemimpinan demokratis.

Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan
dengan cara musyawarah. Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.

d. Gaya kepemimpinan santai.

Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan Teori Y (Azwar, 1996).
4. Gaya kepemimpinan menurut Robert House.

Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House mengemukakan empat gaya kepemimpinan.

a. Direktif.

Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini
mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.

b. Suportif.

Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.

c. Partisipatif.

Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka
pengambilan sebuah keputusan.

d. Berorientasi tujuan.

Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk
mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin.

5. Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard.


a. Instruksi:
1) Tinggi tugas dan rendah hubungan;
2) Komunikasi sejarah
3) Pengambilan Keputusan berada pada pimpinan dan peran bawahan sangat minimal

Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan
kminim

b. Konsultasi:
1) Tinggi tugas dan tinggi hubungan;
2) Komunikasi dua arah;
3) Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar,
bawahan diberi kesempatan untuk memberi masukan, dan menampung keluhan.
c. Partisipasi:
1) Tinggi hubungan tapi rendah tugas;
2) Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam pengambilan keputusan.
d. Delegasi:
1) Rendah hubungan dan rendah tugas;
2) Komunikasi dua arah, terjadi diskusi dan pendelegasian antara pemimpin dan bawahan
dalam pengambilan keputusan pemecahan masalah.
6. Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K. White.

Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu: otoriter, demokrasi, dan liberal
yang mulai dikembangkan di Universitas Iowa.

a. Otoriter.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:

1) Wewenang mutlak berada pada pimpinan


2) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
3) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawaket

4) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan
secara ketat
5) Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
6) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau
pendapat
7) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
8) Lebih banyak kritik daripada pujian pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan
tanpa ssyara
9) Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
10) Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman;
11) Kasar dalam bersikap
12) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan.
b. Demokratis.

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam memengaruhi orang lain agar bersedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:

1) Wewenang pimpinan tidak mutlak


2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
3) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
4) Komunikasi berlangsung timbal balik
5) Pengawasan dilakukan secara wajar
6) Prakarsa dapat datang dari bawahan
7) Banyak kesempatandari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
8) Tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada instruktif;
9) Pujian dan kritik seimbang
10) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masin
11) Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
12) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
13) Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan salingmenghargai
14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama.
c. Liberal atau Laissez Faire.

Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah kemampuan

Memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara lebih
banyak menyerahkan pelaksanaan berbagai kegiatan kepada bawahan.

Ciri gaya kepemimpinan ini antara lain:


1) Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
2) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
3) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
4) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawah
5) Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan;
6) Prakarsa selalu berasal dari bawahan
7) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
8) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
9) Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
10) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan
7. Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang.

Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan
menjadi empat.

a. Otoriter.

Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan
posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai
dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada kepentingan tugas. Motivasi
dilakukan dengan imbalan dan hukuman.

b. Demokratis.

Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan
kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk
menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi
diberikan seluas-luasnya dan terbuka.

c. Partisipatif.

Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil
analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Pemimpin
meminta saran dan kritik staf serta mempertimbangkan respons staf terhadap usulannya. Keputusan
akhir yang diambil bergantung pada kelompok.

d. Bebas tindak.

Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi
dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan
hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
RINGKASAN

Setelah selesai mempelajari topik di atas dapat kita simpulkan bahwa:

1. Manajemen keperawatan merupakan pengkhususan pengaturan di bidang


keperawatan, juga menggunakan dasar-dasar pengertian manajemen umum
2. Manajemen Keperawatan terdiri dari manajemen operasional dan manajemen
asuhan keperawatan
3. Manajemen keperawatan operasional digunakan untuk mengatur dan mengelola
staf keperawatan dan sumber daya lainnya, sedangkan manajemen asuhan
keperawatan diterapkan untuk mengatur dan mengelola pasien
4. Seorang manajer keperawatan diharapkan memiliki kemampuan leadership
(kepemimpinan )
5. Penggunaaan gaya kepemimpinan tidak sama pada masing-masing individu,
mempertimbangkan karakteristik pemimpin itu sendiri, orang yang dipimpin dan
situasi, sehingga pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda
6. Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang lain atau kelompok
dalam mencapai tujuan. Keberhasilan pemimpin menjalankan tugasnya tergantung
dengan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dalam upaya mempengaruhi
bawahannya. Pemimpin dalam menjalankan tugasnya diperlukan kepiawaian
menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat. Untuk itu seorang pemimpin harus
paham betul bagaimana sifat dan karakteristik bawahannya. Sehingga dapat dibuat
satu keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018. Standart Akreditasi nasional rumah sakit.
Jakarta : Komisi akreditasi rumah sakit (KARS)
Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan : Konsep dan Aplikasi . Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai