Disusun Oleh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III dengan judul “Asuhan Keperawatan Luka Bakar”.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Tri Suwarto,S.Kep,Ners., M.Kep dosen
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah membimbing dan memberikan kuliah
demi lancarnya terselesaikan tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dan penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca.Tak ada gading yang tak retak,
begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Tim Penyusun
Daftar Isi
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Prinsip penanganan luka bakar adalah dengan menutup lesi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi dan mengurangi rasa sakit. Pencegahan trauma pada kulit yang vital
dan elemen didalamnya dan pembatasan pembentukan jaringan parut ( Kapita Selekta
Kedokteran, 2002).
Pada saat kejadian, hal yang pertama harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari
sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma
dengan bahan kimia, siram kulit dengan air yang mengalir. Proses koagulasi protein pada
sel di jaringan yang terpajan suhu yang tinggi berlangsung terus menerus walau api telah
dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Proses tersebut dapat dihentikan dengan
mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin pada jam pertama
setelah kejadian. Oleh karena itu, merendam bagian yang terkena selama lima belas
menit pertama sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan untuk luka bakar >10%,
karena akan terjadi hipotermia yang menyebabkan cardiac arrest.
Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas (airway), pernapasan
(breathing) dan sirkulasi (circulation).
2. Periksa jalan napas.
3. Bila dijumpai obstruksi jalan napas, buka jalan napas dengan pembersihan jalan
napas (suction dan lain sebagainya), bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi.
4. Berikan oksigen.
5. Pasang intravena line untuk resusitasi cairan, berikan cairan ringer laktat untuk
mengatasi syok.
6. Pasang kateter buli – buli untuk pemantau diuresis.
7. Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.
8. Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure/CVP) untuk
pemantauan sirkulasi darah, pada luka bakar ekstensif.
9. Periksa cedera seluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya cedera
inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan dapat
yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan lebih diindikasikan pada
luka bakar derajat 2 dan 3 dengan luas >25%, atau pasien tidak dapat minum. Terapi
cairan dapat dihentikan bila masukkan oral dapat menggantikan parenteral. Dua cara
yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar,
yaitu :
a. Cara Evans.
Untuk menghitung jumlah cairan pada hari pertama hitunglah :
1) Berat badan (kg) x % luka bakar x 1cc NaCl (1)
2) Berat badan (kg) x % luka bakar x 1cc larutan koloid (2)
3) 2000 cc glukosa 5% (3)
Separuh dari jumlah (1), (2) dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan cairan setengah dari hari pertama.
Pada hari ketiga berikan cairan setengah dari hari kedua. Sebagai monitoring pemberian
cairan lakukan penghitungan diuresis.
b. Cara Baxter.
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah cairan hari
pertama dihitung dengan rumus = %luka bakar x BB (kg) x 4cc. Separuh dari jumlah
cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya.
Hari pertama diberikan larutan ringer laktat karena terjadi hipotermi. Untuk hari kedua
di berikan setengah dari jumlah hari pertama
Prinsip penatalaksanaan luka bakar adalah :
1. Langkah – langkah perawatan luka bakar Derajat I adalah sebagai berikut :
a) Memberikan salam kepada klien dengan nada lembut dan senyum serta
menanyakan luka bakar di bagian tubuh sebelah mana.
b) Menjelaskan tujuan perawatan luka bakar untuk mencegah infeksi, mempercepat
penyembuhan luka serta mencegah kecacatan.
c) Menanyakan kepada klien apakah ada yang belum di mengerti mengenai
perawatan luka bakar dan menanyakan kesiapan klien untuk dilakukan tindakan luka
bakar ,jika klien siap maka dilanjutkan penandatanganan informed consent.
d) Mengatur posisi klien di bed tindakan supaya luka dapat terlihat jelas dan mudah
dilakukan perawatan luka oleh pemeriksa, misalnya apabila luka ada di tubuh sebelah
kiri maka tubuh klien miring ke kanan dan begitu juga sebaliknya dan posisi luka
menghadap ke atas.
e) Membuka peralatan medis dan meletakkan di samping kiri klien.
f) Bila luka bakar tertutup pakaian maka minta ijin untuk membuka pakaian
supaya luka terlihat jelas dan membuka pakaian dengan hati-hati, bila sulit basahi
dengan NaCl 0,9%.
g) Membersihkan luka bakar dengan cara mengirigasi yaitu dengan cara mengaliri
bagian luka menggunakan NaCl 0,9% dengan meletakan bengkok di bawah luka terlebih
dahulu.
h) Melakukan debridement bila terdapat jaringan nekrotik dengan cara memotong
bagian nekrotik dengan mengangkat jaringan nekrotik menggunakan pinset chirurgis
dan digunting dengan gunting chirurgis mulai dari bagian yang tipis menuju ke bagian
tebal , dan bila ada bula dipecah dengan cara ditusuk dengan jarum spuit steril sejajar
dengan permukaan kulit dibagian pinggir bula kemudian dilakukan pemotongan kulit
bula dimulai dari pinggir dengan menggunakan gunting dan pinset chirugis.
i) Mengeringkan luka dengan cara mengambil kasa steril dengan pinset
anatomis lalu kasa steril ditekankan pelan-pelan sehingga luka benar-benar dalam
kondisi kering.
j) Memberikan obat topical (silver sulfadiazin) sesuai luas luka dengan
menggunakan dua jari yang telah diolesi obat tersebut.
k) Menutup luka dengan kasa steril.
l) Memasang plester dengan digunting sesuai ukuran dan ditempelkan di atas
kasa steril.
m) Menjelaskan bahwa perawatan luka telah selesai.
n) Membersihkan alat medis
o) Membersihkan sampah medis
p) Membersihkan ruangan.
2. Langkah – langkah perawatan luka bakar Derajat II – III adalah memberikan tindakan
resusitasi cairan :
a) Pada orang dewasa, dengan luka bakar tingkat II-III 20 % atau lebih sudah ada
indikasi untuk pemberian infus karena kemungkinan timbulnya syok.Sedangkan pada
orang tua dan anak-anak batasnya 15%.
b) Formula yang dipakai untuk pemberian cairan adalah formula menurut Baxter.
Formula Baxter terhitung dari saat kejadian (orang dewasa) :
1). 8 jam pertama ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat.
2). 16 jam berikutnya ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat ditambah 500-
1000cc koloid.
c) Modifikasi Formula Baxter untuk anak-anak adalah:
1) Replacement : 2cc/ KgBB/ % luas luka bakar
2) Kebutuhan faali : Umur sampai 1 tahun 100cc/ KgBB
Umur 1-5 tahun 75cc/ KgBB
Umur 5-15 tahun 50cc/ Kg BB
d) Sesuai dengan anjuran Moncrief maka 17/20 bagian dari total cairan diberikan
dalam bentuk larutan Ringer Laktat dan 3/20 bagian diberikan dalam bentuk koloid.
Ringer laktat dan koloid diberikan bersama dalam botol yang sama. Dalam 8 jam
pertama diberikan ½ jumlah total cairan dan dalam 16 jam berikutrnya diberikan ½
jumlah total cairan.
3. Bila luka bakar Derajat II dalam, III atau lebih dari 25 % pasien dirujuk ke Rumah
Sakit.
B. DIAGNOSA
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhial;
oedema mukosa; kompresi jalan nafas
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema
3. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute
abnormal.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatic
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolik
C. INTERVENSI
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhial;
oedema mukosa; kompresi jalan nafas.
Ø Tujuan : Oksigenasi jaringan adekuat
Ø Kriteria Hasil:
- SP O2 > 95
Ø Intervensi :
PENUTUP
3.1 Simpulan
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan
disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api,
air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Saat terjadi
kontak dengan sumber termis (atau penyebab lainnya), berlangsung reaksi kimiawi yang
menguras energi dari jaringan sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan
(Moenadjat, 2009).
Luka bakar dapat terjadi pada setiap orang dengan berbagai factor penyebab
seperti panas, sengatan listrik, zat kimia, mapun radiasi. Penerita luka bakar memerlukan
penanganan yang serius secara holistic/menyeluruh dari berbagai aspek dan disiplin
ilmu.Pada penderita luka bakar yang luas dan dalam memerlukan perawatan luka bakar
yang lama dan mahal seerta mempunyai efek resiko kematian yang tinggi, dampak luka
bakar bagi penderita dapat menimbulkan bebagai masalh fisik, psikis dan social bagi
pasien dan juga keluarganya. Perawat sebagai tim yang paling banyak berhubungan
dengan pasien dituntut untuk terus meningktakan pengetahuan dan keterampilannya
sehingga mampu merawat pasien luka bakar secara komprehensif dan optimal.
3.2 Saran
d. Dapat mempertahankan tindakan tepat dan cepat pada saat menangani klien dengan
emergensi
e. Diharapkan tetap menjaga kesterilan dalam melakukan perawatan luka bakar untuk
mencegah terjadinya infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Moenadjat, Y. 2009. Luka bakar masalah dan tatalaksana. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hlm90-110
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2.Jakarta : CV. Sagung
Seto
Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep.Yogyakarta: Nuha Medika.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.
Arief Mansjoer, dkk. 2002. Askariasis. Dalam :Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1, Edisi 3.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI. Halaman : 416 –418.