Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 8 kmb 1

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Penyakit CA BULI

Anggota:
SABILUS SAADAH (P032114401034)
SANDEA ALIF AZIZA (P032114401035)
SILJA FATIMAH (P032114401036)
ULVA YAUMIL CHAIER (P032114401039)
YUNISHA PUTRI A (P032114401042)
Tinjauan teoritis kanker buli-buli
A. Ginjal

Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna tulang belakang antara T12 dan L3. Ginjal
kiri terletak agak lebih superior dibanding ginjal kanan. Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh lambung,
pankreas, jejunum, dan sisi fleksi kolon kiri. Permukaan superior setiap ginjal terdapat kelenjar adrenalin (Muttaqin
dan Sari, 2011: 3).

B. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil ang berfungsi mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam
kandung kemih. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20 cm. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi
oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik
(berkontraksi) guna mengeluarkan urine ke kandung kemih (Muttaqin dan Sari, 2011: 17).
Ureter terdiri dari dua bagian yaitu pars abdominalis (ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen) dan pars
pelvina (sebagian terletak dalam rongga pelvis). Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinary) panjangnya 25-30cm dengan penampang 0,5cm (Haryono, 2013: 14).
C. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme
miksi (berkemih). Saat kosong, kandung kemih terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di
atas simfisis sehingga dapat dipalapasi dan diperkusi. Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2-3 cm,
dan dindingnya terdiri atas otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah besar jaringan elastik (Muttaqin dan
Sari, 2011: 18).

D. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari kandung kemih melalui proses miksi. Secara anatomis
uretra dibagi menjadi dua bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam
menyalurkan cairan mani. Uretra diperlengkapi dengan sfringter uretra interna yang terletak pada perbatasan
kandung kemih dan uretra, serta sfringter eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Pada
saat BAK, sfringter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan urine. Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5
cm, sedangkan uretra pria dewasa kurang lebih 23-25 cm (Muttaqin dan Sari, 2011: 19)
Pengertian

Kanker kandung kemih adalah suatu infiltrasi sel-sel ganas di dinding atau dalam lapisan kandung kemih (Muttaqin
dan Sari, 2011:215) Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang berusia diatas 50 tahun
dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita

Kanker kandung kemih adalah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel heterogen yang
pertumbuhannya tidak terkontrol di kandung kemih. Kanker kandung kemih adalah kanker genitourinari kedua yang
paling umum. Meskipun superfisial, stadium awal kanker kandung kemih membawa risiko minimal jika diobati
dengan segera, kanker kandung kemih dapat menjadi keganasan agresif yang rentan terhadap kekambuhan,
perkembangan cepat, dan metastasis.
etiologi
A. Etiologi menurut Broker (2009)

Penyebab pasti dari kanker vesika urinaria belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang
meningkatkan resiko kejadian kanker vesika urinaria, yaitu merokok, inflamasi vesika urinaria, paparan bahan
kimia, dan obat-obatan.Penyebab pasti masih belum diketahui, 80% dari kasus kanker kandung kemih berhubungan
dengan paparan lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa kanker kandung kemih secara potensial dapat dicegah.
Merokok adalah faktor yang paling sering dikaitkan dengan menyumbang 50% dari semua penyebab kanker
kandung kemih. Kanker kandung kemih juga berhubungan dengan paparan industri untuk amina aromatik di
pewarna, cat, pelarut debu tinta, produk pembakaran, karet dan tekstil. Meskipun tidak ada bukti yang meyakinkan
ada untuk fator keturunan dalam perkembangan kanker kandung kemih, kelompok keluarga kanker kandung kemih
telah dilaporkan. Beberapa mutasi genetic telah diidentifikasi pada kenker kandung kemih (Muttaqin dan Sari,
2011:216).
B. Etiologi menurut (Suharyanto dan Majid, 2008:261) adalah: 12 Penyebab kanker kandung kemih tidak diketahui
secara pasti. Faktor resiko kanker kandung kemih yaitu:

a. Zat karsinogen dalam lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet, bahan kulit, tinta atau cat.
b. Infeksi bakteri kambuhan atau kronis pada saluran kemih
c. Kebiasaan merokok. Kanker kandung kemih dua kali lebih banyak menyerang perokok daripada yang bukan
perokok.
d. Kebiasaan minum kopi. Terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan minum kopi dan kanker kandung
kemih
e. Skistosomiasis (infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih).
patofisiologi
A. Tumor urothelial, lebih dari 90% adalah karsinoma sel transisional. Namun, sampai dengan 5% kanker kandung
kemih berasal dari sel skuamosa dan 2% adalah adenokarsinoma. Nonurothelial tumor kandung kemih primer
sangat langka dan mungkin termasuk karsinoma sel kecil, carcinosarcoma, limfoma primer dan sarkoma.
Kanker kandung kemih sering digambarkan sebagai mutasi poliklonial yang berpotensi tinggi untuk
transformasi ganas. Namun, kanker kandung kemih juga implantasi dan imigrasi dari kanker lain. Setelah
muncul riwayat, 55-60% pasien biasanya dirawat secara konservatif dengan reseksi transurethral dan cytoscopy
berkala. Sebanyak 40-45% pasien biasanya diperlakukan kistektomi radikal (Muttaqin da Sari, 2011:217)
Berbagai prekursor telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Initi dari penyakit kanker adalah adanya
perubahan struktur anatomi fisiologis dai sebuah organ atau jaringan. Kanker pada vesika urinari dengan
stadium awal biasanya tidak menimbulkan manifestasi klinis yang berarti. Seiring dengan pertumbuhan
jaringan sekitarnya sehingga menimbulkan beberapa tanda dan gejala (nyeri, hematuri). Pada kondisi inilah
klien akan merasakan pada pola eliminasinya
patoflowdiagram
Manifestasi Klinis
 Spasme vesika urinaria
Penekanan jaringan tumor pada jaringa vesika dan sekitarnya akan
meningkatkan iritabilitas jaringan otot. Hal ini akan memicu adanya regangan
konstaksi otot (spasme).
 Spasme vesika urinaria
Penekanan jaringan tumor pada jaringa vesika dan sekitarnya akan
meningkatkan iritabilitas jaringan otot. Hal ini akan memicu adanya regangan
konstaksi otot (spasme).
 Nyeri
Biasanya nyeri jaringan sekali timbul (10%), kecuali iritabilitas meningkan dan
mengenai ujung saraf sensoris pada vesika urinaria.
 Frekuensi dan urgensi
Frekensi dan urgensi kadang-kadang terjadi pada klien kanker vesika urinaria
 Infeksi
Gejala sistemik ini terjadi karena luka pada jaringan vesika urinaria dan
terkontimasi bakteri pathogen yang bisa berasal dari eksternal atau dari urine.
Pemeriksaan
penunjang
• Sitologi urin
Untuk melihat adanya jaringan abnormal yang ikut dalam aliran urine(mukosa/ epitel dari
jaringan tumor).
IVU (intravenous Urethrography)
Dilakukan dan sangat menguntungkan jika tumor berada pada bagian atas (superior) yang tidak
mampu dilihat.
Sistouretroskopi
Menggunakan optik dan efektif untuk melihat secara jelas jaringan internal vesika urinaria di
superfisial.
 DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Mengetahui adanya internal bleeding di rongga peritoneal. Biasanya pada klien kanker vesika
urinari terjadi anemia.
Ureum kreatinin dan elektrolit
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal.
USG (Ultrasonografii)
Melihat adanya karakteristik jaringan, estimasi ukuran dan ada/ tidaknya obstruksi.
CT Scan
Pemeriksaan yang lebih detil dan akrat untuk mengetahui invasi lokal jaringan kanker dan
melihat adanya metastase yang jauh.
Konsep asuhan keperawatan pasien dengan penyakit ca buli
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan nya adalah:
a. Identitas
Kanker buli-buli (kanker vesika urinari) biasanya diderita oleh laki-laki (laki-laki : wanita; 3:1)
b. Keluhan utama
Biasanya keluham yang dialami adalah hematuria intermitten, disuria, urgency, frekuensi, nokturia, nyeri supra pubik,
kelemahan, dan nyeri pinggang.
c. Pola Nutrisi dan Metabolik
Klien dengan kanker biasanya mengalami hipermetabolisme, sehingga sering terjadi kelemahan, anoreksia, nausea dan
vomiting. Selain itu, berat badan sering mengalami penurunan akibat asupan (intake) yang tidak adekuat dan peningkatan
energi sel.
d. Pola eliminasi
Eliminasi urin terjadi gangguan berupa hematuri (gross hematurial microscopic), disuria, dan anuria.
e. Pola aktivitas istirahat
Klien sering mengalami kelemahan, masa otot mengecil, dan intoleransi aktivitas. Klien sulit mengalami tidur karena
adanya kecemasan akan kanker/ tindakan supportif pada penyakitya.
f. Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan Tanda- tanda vital biasanya ditemukan suhu badan sedikit meningkat, tekanan darah relatif normal,
nadi relatif normal (kecuali ada kecemasn) dan penapasan normal. Dari inspeksi regio hipogastric ditemukan adana
pembesaran suprapubik. Palpasi menunjukan adanya masa suprapubic dan hasil pemeriksaan rectal toucher/ vaginal
toucher ditemukan adanya sensasi rabaan tumor pada vesika urinaria.
Diagnosa keperawatan
. 1.Nyeri akut (00123)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international Association for the study of pain), awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantsipasi atau prediksi dan berlangsung < 6
bulan .
Batasan Krakteristik:
- Perubahan selera makan
- Perubahan tekanan darah
- Perubahan frekuensi jantung
- Perubahan frekuensi pernapasan
- Laporan isyrat
- Diaforesis
- Prilaku distraksi
- Mengekspresikan prilaku 20
- Masker wajah (misalnya: mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
- Sikap melindungi area nyeri
- Fokus menyempit (misalnya, gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan interaksi denagan orang dan
lingkungan)
- Indkasi nyeri yang dapat diamati
- Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
- Sikap tubuh melindungi
- Dilatasi pupil
- Melaporkan nyeri secara verbal
- Fokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur
Faktor yang berhungan:
- Agen cidera ( misalnya biologis, fisik, psikologis)  
Diagnosa keperawatan
. 2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik:
- Kram abdomen dan nyeri abdomen
- Menghindari makanan
- Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal atau
penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
- Kerapuhan kapiler
- Diare
- Kehilangan rambut berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang makanan dan kurang informasi
- Kurang minat terhadap makanan 21
- Membran mukosa pucat
- Ketidakmampuan memakan makanan
- Tonus otot menurun
- Mengeluh gangguan sensasi rasa
- Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (Recommended Daily Allowance)
- Sariawan rongga mulut
- Steatore
- Kelemahan otot pengunyah dan otot untuk menelan Faktor yang berhubungan:
- Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Ketidakmampuan menelan makana
- Faktor psikologis
Diagnosa keperawatan
.3 Gangguan Eliminasi Urine (00016)
Definisi: Disfungsi pada eliminasi Urine.
Batasan Krakteristik:
- Disuria
- Sering berkemih
- Inkontinensia
- Nokturia
- Retensi
- Dorongan
Faktor yang berhubungan:
- Ostruksi anatomik
- Penyebab multipel
- Gangguan sensori motorik

4. Resiko Infeksi (00004)


Definisi: mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.22 Faktor resiko:
- Periksa kronis
- Pengetahuan ynag tidak cukup untuk menghindari pemajanan patogen
- Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (misalnya gangguan peristaltik, kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi
pH, Penurunan kerja siliaris, pecah ketuban dini, pecah ketuban lama, meroko, statis cairan tubuh, trauma jaringan)
- Ketidakadekuatan pertahan sekunder ( misalnya: penurunan hemoglobin, imunosupresi, leukopenia, spresi respon
inflamsi)
- Vaksinasi tidak adekuat
- Pemajanan terhadap patogen lingkungan menigkat (wabah)
- Malnutrasi
Intervensi keperawatan
. Nyeri akut
Berhubungan dengan agen cidera ( biologi, fisik, dan psikologis Setelah dilakukan tintakan keperawatan selama ...x 24 jam, klien akan:
- 1605. Pain Control
- 2102. Pain Level
- 2101. Pain : Disruptive Effects yang dibuktikan dengan indikator
(1: Berat Sekali, 2: Berat, 3: Sedang, 4: Ringan, 5: Tidak ada)
Kriteria Hasil:
- Mampu mengenali serangan nyeri akut dan melaporkan faktor penyebab terjadinya nyeri.
- Melakukan tabulasi gejala setiap saat yang terkait denagan nyeri untuk menuntukan langkah penjegahans erangan nyeri 23
- Mampu menggunakan langkah non farmakologis untuk mengatasi nyeri dan menggunakan obat-obatan (analgesik) sesuai dengan
anjuran
- Melaporkan perubahan tingkatan nyeri (skal, intensitas, awitan, krakteristik)
- Menunjukan rasa nyaman dengan perbaikan istirahat dan aktivitas
- Tanda-tanda vital dalam batas Rentang normal Nursing Intervention Classification (NIC): 1400.
Pain Management Aktivitas Keperawatan:
- Lakukan pengkajian secra komprehensif terhadap nyeri, meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
tingkat keparahan dari nyeri dan faktor pencetus dari nyeri.
- Observasi respon non verbal dari rasa ketidak nyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk berkomunikasi ynag efekstif
- Gunakan komunikasi ynag teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan respon dari nyeri pada klien
- Kaji tentang pengetahuan dan kepercayaan klien akan nyeri yang terjadi
- Pertimbangkan budaya klien ynag mampu mempengaruhi respon terhadap nyeri
- Tenutukan dampak dari nyeri terhadap kualitas hidup (tidur, nafsu makan, aktifitas, pengetahuan, motivasi, interaksi sosial dan lain
sebagainya)
- Kaji tentang faktor pada pasien ynag mampu meringankan atau memperburuk nyeri
- Evaluasi dengan klien dan tim kesehatan lainnya untuk menentukan teknik dalam mengatasinya24
- Evaluasi denagan klien dan tim kesehatan lainnya untuk menetukan teknik dalam mengatasi nyeri yang bisa digunakan
- Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
Intervensi keperawatan
. Ketidakseimbangan nutrisi:
Kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien, ketidakmampuan untuk mencerna makanan,
ketidakmampuan menelan makanan, faktor psikologis Nursing Outcome Classification (NOC):Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x 24jam
Kriteria Hasil:
- Intake makanan perorak (spontan/ naso feeding) adekuat
- Intake cairan (per oral/ parenteral) adekuat
- Nutrisi parenteral adekuat
- Menyatakan nafsu makan baik
- Menyiapkan makanan dengan baik
- Menyantap makanan dengan maksimal dan mengunyah dengan baik
- Menghabiskan porsi makanan tanpa ada gangguan
- Tidak ada gangguan selama proses makan (mual/muntah)
- Berat badan ideal
- Masa otot triceps, biceps dan subskapularis memadai
- Lemak pada panggul (wanita) memadai
- Lemak di leher (pria) memadai
- Lingkar kepala memadai dalam standar normal (anak)
- Proporsi antara tinggi badan dan berat badan normal (anak)
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji status nutrisi klien dan kemampuan untuk pemenuhan nutrisi klien
- Identifikasi klien tentang riwayat alergi makanan dan kaji makanan kesuskaan klien
- Intruksikan kepada klien tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal (misalnya dengan pelaksanan diet sesuai anjuran)26
- Hitung kebutuhan kalori klien setiap hari sediakan aneka ragam makanan sesuai dengan keinginan klien
- Anjurkan klien/ keluarga untuk membantu klien melakukan perawatan rongga mulut (sikat gigi) sebelum dan sesudah makan untuk meningkatkan
kenyamanan
- Rencanakan pemberian obat untuk mengatasi gejala ynag menggangu nafsu makan (nyeri, mual dan muntah)
- Sajikan makanan dengan menarik dan suhu hangat
- Atur diet makanan klien sesuai kondisi penyakit (indikasi dan kontraindikasi)
- Berikan nutrisi tinggi serat untuk memperlancar proses pencernaan
- Monitoring asupan nutrisi dan kalori tiap hari
- Monitoring trend penigkatan/ penurunan berat badan tiap hari 1120. Nutrition Therapy
Intervensi keperawatan
Ganguan eliminasi urine
Ynag berhubungan gengan ganguan anatomik, penyebab multiple, gangguan sensori motorikNursing outcome classification (NOC)28 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x24 jam, klien akan:
0502. Urinary continence
0503. Urinary elimination yang dibuktikan dengan indikator
(1: Tidak pernah, 2: Jarang, 3: Kadang-kadang, 4: Sering, 5: Selalu)
Kriteria Hasil:
- Kemampuan untuk menahan urine baik
- Pola BAK normal
- Haluaran urine sesuai dengan nilai normal
- Kemampuan mengeluarkan urine di toilet sewaktu ada keinginan untuk miksi
- Mampu menahan urine > 150 cc setiap kali berkemih
- Mampu memulai miksi danmenghentikan secara tiba-tiba dengan baik
- Pengosongan bladder komplet
- Asupan cairan adekuat
- Tidak adanya tetesan urine setelah berhenti miksi
- Tidak adanya tetesan urine dengan proses mengejan dan kontraksi abdomen
- Pola eliminasi normal
- Karakteristik urine (bau, jumlah, warna, sendimentasi) sesuai batas normal
- Tidak ada darah dalam urine
- Tidak ada endapan dalam urine
- Tidak ada rasa nyeri pada waktu miksi
- Tidak ada rasa terbakar pada waktu miksi
- Tidak ada hesistansi/ frekuensi/ urgensi/ retensi/ nokturia/
Aktifitas keperawatan:
- Tentukan kemampuan untuk menahan kemih
- Dorong klien untuk mengatur pola berkemih
- Bantu klien jika terjadi inkontinensia urine
- Tetapkan interval miksi dengan pembuatan jadwal
- Gunakan kekuatan mengejan ketika melakukan kemih
- Hindari klien berada ditoilet lebih dari 5 menit
- Tingkatkan interval toilet training setiap 1 jam jika pasien tidak mengalami inkontinensia selama 3 hari
- Ajari klien untuk menahan kencing sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
0590. Urinary elimination Management
Intervensi keperawatan
Resiko infeksi ynag berhubungan dengan penyakit kronis
Nursing Outcome Classification (NOC)
Setelah dilakukakn tindakan keperawatan selama ...x 24jam, klien
akan:
Infection Severity yang dibuktikan dengan indikator (1: Berat Sekali, 2: Berat, 3: Sedang, 4: Ringan, 5: Tidak Ada)
Kriteria Hasil:
- Bau Urine yang busuk
- Pengeluaran cairan purulen
- Demam
- Ketidakstabilan temperatur tubuh
- Nyeri
- Linfadenopati
- Malaise
- Latergi
- Koloni bakteri kulture darah
- Koloni bakteri kultur urine
- Peningkatan/ penurunan leukosit
Nursing Intervention Classification (NIC)
6540. Infection Control
Aktivitas Keperawatan:
- Jaga kebersihan lingkungan sekitar pasien
- Lakukan perawatan pasien sesuai dengan prosedur Safety yang berlaku
- Batasi pengunjung atau keluar masuk keluarga terhadap pasien
- Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak/ merawat pasien dengan menggunakan antiseptik
- Anjurkan klien untuk cuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah melakukan aktifitas
- Terapkan universal precaution dalam perawatan klien
Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010). Implementasi keperawatan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
evaluasi keperawatan
 Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi
ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang
dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.

 Evaluasi sumatif (hasil)


Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses keperawatan selesai
dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara
pada akhir pelayanan, menanyakan respon pasien dan keluarga terkai pelayanan keperawatan,
mengadakan pertemuan pada akhir layanaan
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan keperawatan, yaitu :
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi
2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian
3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratas

Anda mungkin juga menyukai