Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN STROKE

A. PENGERTIAN
Gangguan peredaran darah di otak atau dikenal dengan CVA (Cerebro
Vaskular Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh
ganguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau
tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu. (Harsono, 2006 : 67).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata
disebabakan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. (Mansjoer,
Arif, 2000 : 17)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. (Smeltzer C.
Suzzane, 2002 : 2131).
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United
State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada
usia antara 75-85 tahun. (Long C, Barbara, 1996 : 176).
B. KLASIFIKASI
Secara klinis stroke dibagi menjadi :
1. Serangan iskemik sepintas atau TIA (Transient Ischemia Attack).
Gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa
detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20menit), tapi kurang dari 24
jam.
2. Stroke iskemik (Stroke non Hemoragic)
Merupakan defisit neurologis yang timbul secara mendadak/subakut,
didahului gejala prodomal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi
dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali embolus cukup besar.
Biasanya terjadi pada usia > 50 tahun.

1
Stroke iskemik atau non hemoragic dibagi menjadi :
a. Stroke Trombotik : proses terbentuknya
trombus yang membuat penggumpalan
b. Stroke Embolik : tertutupnya pembuluh
darah arteri oleh bekuan darah.
c. Hipoperfusion Sistemik : berkurangnya
aliran darah ke seluruh bagian tubuh
kerena adanya gangguan denyut
jantung.
3. Stroke Hemoragic
Stroke jenis ini terjadi karena terjadinya perdarahan.
Menurut WHO, dalam
International Statistical
Classification of Diseases
and Related Health Problem
10th Revision, stroke
hemoragic dibagi atas
menjadi :
a. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodomal yang tidak jelas,
kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali siang
hari, saat aktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat
sekali. Mual muntah sering terdapat pada permulaan serangan.
Hemiparises/hemiplegi biasa terjadi sejak permulaan serangan.
b. Perdarahan Sub Arakhnoid (PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodomal berupa nyeri
kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat
bervariasi. Ada gejala/tanda rangsang meningeal.
4. Gangguan pembuluh darah otak lain.
(Harsono, 2000 : 84) dan (Mansjoer, Arif, : 2000 : 18)

2
C. ETIOLOGI
Penyebab-penyebabnya antara lain :
1. Infark otak (80%)
2. Perdarahan Intraserebral (15%)
3. Perdarahan Subarakhnoid (5%)
4. Penyebab lain,
a. Trombisis sinius dura
b. Diseksi arteri karotis atau
vertebralis
c. Vaskulitis sistem saraf pusat
d. Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial yang progresif)
e. Migren
f. Kondisi hiperkoagualsi
g. Penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin)
h. Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia, atau leukemia)
i. Miksoma atrium
(Mansjoer, Arif, 2000 : 17)
D. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko terjadinya stroke diantaranya :
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif.
3. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
4. Kolesterol tinggi
5. Obesitas
6. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
7. Kontrasepasi oral (khususnya yang disertai hipertensi, merokok, dan kadar
estrogen tinggi)
8. Penyalahgunaan obat (kokain)
9. Konsumsi alkohol
(Smeltzer C. Suzanne, 2002 : 2131)

3
E. PATOFISIOLOGI

Embolisme Trombosis Perdarahan otak

Penekanan jaringan
Menyumbat bagian
arteri-arteri kecil yang
sempit
Peningkatan TIK Edema jaringan

Penurunan aliran darah


ke otak atau terhenti Nekrosis jaringan

Gangguan aliran darah Defisit neurologis

Gangguan perfusi
jaringan

Kerusakan Gangguan pada nervus


neuromuskular Defisit neurologis Trigeminus,
Glosofaringeus, Vagus

Kerusakan menelan

Kehilangan tonus Pemenuhan nutrisi


otot/kontrol otot kurang dari kebutuhan
fasialis

Kerusakan artikulasi Transmisi Disorientasi waktu, Perubahan


impulsterganggu tempat dan orang ketajaman sensorik

Disartria Kelemahan otot Konsentrasi buruk Perubahan rasa


kecap/penciuman

Gangguan Gangguan
komunikasi verbal mobilisasi Defisit perawatan Perubahan persepsi
diri sensori

4
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Kehilangan motorik
Terjadi disfungsi motorik : Hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi),
Hemiparisis (kelemahan salah satu sisi tubuh), ataksia (berjalan tidak
mantap/tegak, tidak mampu menyatukan kaki), disfagia (kesulitan
menelan)
2. Kehilangan komunikasi
a. Afasia (kesulitan berbicara) ditunjukan dengan bicara yang sulit
dimengerti disebabkan oleh paralisis otot.
b. Disatria atau bafasia (kehilangan bicara)
c. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya)
3. Gangguan Persepsi
a. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang
b. Diplopia (penglihatan ganda)
c. Kehilangan penglihatan perifer (kesulitan melihat pada malam hari,
tidak menyadari objek/batas objek)
d. Kerusakan fungsi kognitif dan psikososial
e. Kehilangan memori jangka panjang dan pendek
f. Penurunan lapang perhatian
g. Kerusakan kemampuan untuk berkosentrasi
h. Alasan abstrak buruk
i. Perubahan peniliain
j. Kehilangan kontrol diri
k. Labilitas emosional
l. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
m. Menarik diri
n. Depresi
o. Rasa takut bermusuhan dan marah
p. Perasaan isolasi

5
G. PERBEDAAN GEJALA STROKE BERDASARKAN PROSES
PATOLOGIS
Untuk membedakan antara infark dan perdarahan otak
Gejala (anamnesa) Infark Perdarahan
Permulaan Subakut Sangat akut
Waktu Bangun pagi Lagi aktif
Nyeri kepala Tidak ada Ada
Kejang Tidak ada ++
Kesadaran menurun Kadang-kadang/sedikit +++ hebat sampai koma
Gejala (objektif)
Koma +/- ++
Kaku kuduk Tidak ada ++
Kernigs sign Tidak ada +
Papil edema Tidak ada +
Poerdarahan retina Tidak ada +
Laboratorium
Darah pada LP Tidak ada +
X-foto schedul Normal Kemungkinan adanya
pergeseran glandula pineal
Angiografi Didapat adanya Didapat adanya
oklusi/stenosis aneurisma,spasme,perdarahan
CT scan Dessitas berkurang Adanya massa di intra kranial,
densitas bertambah

Untuk membedakan antara infark akibat trombosis dengan emboli dan


perdarahan akibat PIS dengan PSA

Gambaran Trombosisi Emboli


Evolusi Intermitten Tiba-tiba
Completed stroke Completed stroke
Onset Gradual Saat tidur
Kesadaran Sadar Sadar
TIA Tidak ada
Kejang Tidak ada Tidak ada
CSF Normal Normal
Defisit neurologi Nyeri kepala, gangguan Paralise dan afasia
bicara, penglihatan, bingung
Gejala PIS PSA
Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat
Kejang Umum Sering fokal
Kesadaran Menurun Menurun
Tanda rangsang meningen + /tidak ada Sementara
Hemiparise ++ +++
Gangguan saraf otak + + /tidak ada

6
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan : Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan
adanya infark
2. Angiografi serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi/ruptur.
3. Pungsi Lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal atau tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan subarakhnoid intrakranial. Kadar protein total meningkat pada
kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi
arteiovena (MAV)
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(Doenges E, Marilynn, 2000 : 292)

I. PENATALAKSANAAN
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002 : 2131)

J. KOMPLIKASI
1. Hipoksia Serebral
2. Penurunan darah serebral
3. Luasnya area cedera
(Smeltzer C. Suzanne, 2002 : 2131)

K. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk

7
2) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi/aspirasi
3) Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
b. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan Istirahat
Data Subyektif :
- Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
- Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
Data Obyektif :
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia),
kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif :
- Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial), polisitemia.
Data Obyektif :
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas Ego
Data Subyektif :
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

8
Data obyektif :
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan,
kegembiraan
- kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif :
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya
suara usus (ileus paralitik)
5. Makan/minum
Data Subyektif :
- Nafsu makan hilang
- Nausea/vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif :
- Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan
faring)
- Obesitas (faktor resiko)
6. Sensori Neural
Data Subyektif :
- Pusing/syncope (sebelum CVA/sementara selama TIA)
- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman

9
Data obyektif :
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan/paraliysis (kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek
tendon dalam (kontralateral)
- Wajah: paralisis/parese (ipsilateral)
- Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/kesulitan berkata kata, reseptif/kesulitan berkata kata
komprehensif, global/kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada
sisi ipsi lateral
7. Nyeri/kenyamanan
Data Subyektif :
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif :
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif :
- Perokok (factor resiko)
9.Keamanan
Data obyektif :
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali

10
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi social
Data obyektif :
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
(Doenges E, Marilynn,2000 : 292)

L. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d. terputusnya aliran darah,


perdarahan, spasme pembuluh darah serebral atau edema serebral.
Ditandai dengan :
- Perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori
- Perubahan respon sensori/motorik, kegelisahan
- Defisit sensori, bahasa, intelektual dan emosional
- Perubahan tanda-tanda vital
Kriteria Hasil :
- Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi
sensori/motorik
- Menampakan stabilisasi tanda-tanda vital dan tidak ada peningkatan
TIK
- Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran/kekambuhan
Intervensi :
a. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi individu
mengenai penyebab koma/penurunan perfusi serebral dan potensial
peningkatan TIK
b. Monitor dan catat status neurologis secara teratur
c. Monitor tanda-tanda vital
d. Evaluasi pupil (ukuran,bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya)
e. Pertahankan tirah baring, sediakan lingkungan yang tenang

11
f. Bantu meningkatkan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami
gangguan fungsi
Kolaborasi :
a. Berikan oksigen sesuai indikasi
b. Berikan medikasi sesuai indikasi, misalnya ; antifibrolitik,
antihipertensi, vasidilator perifer dan manitol

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. kerusakan refleks batuk,


ketidakmampuan mengatasi akumulasi sekret
Tujuan : Bersihan jalan napas efektif
Kriteria Hasil :
- Pasien memperlihatkan kepatenan jalan nafas
- Ekspansi dada simetris
- Bunyi nafas bersih saat auskultasi
- Tidak terdapat tanda distres pernafasan
- AGD dan tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
a. Kaji dan pantau pernafasan, refleks batuk dan sekresi lendir.
b. Lakukan penghisapan sekret sesuai kebutuhan
c. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan nafas setiap 4 jam
d. Berikan oksigenasi sesuai advis
e. Kolaborasi dalam pemberian medikasi seperti bronkodilator

3. Pola nafas tidak efektif b.d. adanya depresan pusat pernafasan atau
obstruksi jalan nafas akibat akumulasi sekret
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria Hasil :
- Frekuensi nafas 18-20 x/menit
- Ekspansi dada dalam rentang normal
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan
b. Auskultasi bunyi nafas
c. Pantau penurunan/perubahan bunyi nafas

12
d. Pertahankan patensi jalan nafas
e. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
f. Atur posisi yang nyaman, semi fowler atau head up 300
g. Ajarkan latihan nafas dalam bila memungkinkan

4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. terganggunya


refleks menelan, hilang rasa ujung lidah.
Ditandai dengan :
- Keluhan asupan makan tidak adekuat
- Kehilangan sensasi kecap
- Rongga mulut terinflamsi
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk
merangsang nafsu makan
- BB stabil
- Pasien mengungkapkan asupan makan adekuat
Intervensi :
a. Pantau asupan makanan setiap hari
b. Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
c. Dorong pasien untuk diit tinggi kalori kaya nutrien sesuai program
d. Idebtifikasi pasien yang mengalami mual muntah
Kolaborasi :
a. Pemberian anti emetik sesuai advis
b. Rujukan ahli gizi
c. Pasang/pertahankan selang NGT untuk pemberian makanan enteral

5. Kerusakan mobilitas fisik b.d. kelemahan atau kerusakan


neuromuskular dan kehilangan keseimbangan koordinasi
Ditandai dengan :
Ketikmampuan dalam bergerak pada lingkungan fisik ; kelemahan,
koordinasi, keterbatasan rentang gerak sendi, penurunan kekuatan otot.

13
Tujuan/Kriteria Hasil :
- Tidak ada kontraktur, foot drop
- Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi
dari bagian tubuh
- Menampakan kemampuan perilaku/teknik aktivitas sebagaimana
permulaanya
- Terpeliharanya integritas kulit
Intervensi :
a. Rubah posisi tiap 2 jam
b. Muali latihan aktif/pasif rentang gerak sendi pada semua ekstrimitas
c. Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi
d. Bantu meningkatkan keseimbangan duduk
e. Awasi bagian kulit dibagian tonjolan tulang
Kolaborasi :
a. Konsul bagian fisioterafi
b. Bantu dalam memberikan stimulasi elektrik
c. Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi

6. Gangguan komunikasi verbal b.d. gangguan sirkulasi serebral,


gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial/mulut.
Ditandai dengan :
- Gangguan artikulasi
- Tidak mampu berbicara/ataksia
- Ketikamampuan wicara, mengenal kata, mengidebtifikasi objek
- Ketidakmampuan berbicara atau menulis secara komprehensip
Tujuan/Kriteria Hasil :
- Pasien mampu memahami problem komunikasi
- Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi
- Menggunakan sumber bantuan dengan tepat
Intervensi :
a. Bantu menentukan derajat disfungsi
b. Bedakan antara afasia dengan disfungsi

14
c. Sediakan bel khususu jika diperlukan
d. Sediakan metode nkomunikasi alternatif
e. Antisipasi dan sediakan kebutuhan pasien
f. Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas
g. Bicara dengan nada normal
h. Kolaborasi dengan terapi wicara

7. Perubahan persepsi sensori b.d. perubahan sensori transmisi,


perpaduan (trauma/penurunan neurologi), tekanan psikologis
(penyempitan lapang persepsi disebabkan oleh kecemasan).
Ditandai dengan :
- Disorientasi waktu, tempat, orang
- Perubahan pola tingkah laku
- Konsentrasi jelek, perubahan proses fikir
- Ketikmampuan untuk mengatakan letak organ tubuh
- Perubahan pola komunikasi
- Ketidakmampuan mengkoordinasi kemampuan motorik
Tujuan/kriteria Hasil :
- Dapat mempertahankan level kesadaran dan fungsi persepsi pada level
biasanya
- Perubahan pengatahuan dan mampu terlibat
- Mendemonstrasikan perilaku untuk kompensasi
Intervensi :
a. Kaji patologi kondisi individual
b. Evaluasi penurunan visual
c. Sederhanakan lingkungan
d. Bantu pemahaman sen sori
e. Beri stimulasi terhadap sisa rasa sentuhan
f. Lindungi pasien dari temperatur ekstrim
g. Pertahankan kontak mata saaat berhubungan
h. Validasi persepsi pasien

15
8. Kurang perawatan diri b.d. kerusakan neuromuskuler, kehilangan
kontrol/koordinasi otot.
Ditandai dengan :
Kerusakan kemampuan melakuakan aktivitas sehari-hari misalnya
ketidakmampuan makan,mandi,berpakaian.
Kriteria Hasil :
- Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
- Mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas dalam memberikan
bantuan sesuai kebutuhan
- Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan
sehari-hari
b. Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien
sendiri, tapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
c. Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan pada
kebiasaan pola normal tersebut. Kadar makanan yang berserat,
anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan aktivitas.
d. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan
atau keberhasilannya
e. Kolaborasi dengan ahli pisioterafi/okupasi
(Doenges E, Marilynn, 2000 : 293-305).

16
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta, Media


Aesculapius : 2000.
Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran : 1996.
Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC : 1993.
Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta,
Depkes : 1996.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Jakarta, EGC : 2002.
Marilynn E, Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,
EGC : 2000.
Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada University
Press : 2006.
Harsono ED. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada UP : 2006.

17
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh swt. bahwasannya


penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah asuhan
keperawatan kritis pada pasien stroke ini tepat pada waktunya.
Makalah asuhan keperawatan kritis pada pasien stroke ini diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah perawatan kritis.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun penulis akan berusaha dengan
segala kemampuan yang ada demi tersusunnya makalah ini seperti yang
diharapkan.
Penulis berharap makalah yang berupa asuhan keperawatan kritisnpada
pasien stroke ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin ...

Banjar, 04 Januari 2018

Penulis

18

Anda mungkin juga menyukai