2. Teori Sosial
a. Teori ktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social
b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda
yakni :
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontrol sosial
3) Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan
demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan,
akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang
harus dipertahankan atau dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia. Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang
berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan
tersebut tercapai.
b. Teori individual jung
Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan
yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan
sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar
atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan
antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling
penting bagi kesehatan mental
C. Batasan usia lanjut
1. Pra usia lanjut (prasenilis).
Seorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Usia lanjut
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap masa tua dalam
perkembangan individu (usia 60 tahun ke atas). Sedangkan lanjut usia adalah sudah
berumjujr atau tua.
3. Usia lanjut resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorng yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan
4. Usia lanjut potensial
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
menghasilkan barang/jasa.
5. Usia lanjut tidak potensial
Usia lanjut yang tidak berdaya mencarinafkah sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.
D. Tipe usia lanjut
Beberapa tipe pada usia lanjut bergantung pada karakter, pengalaman hidup , lingkungan,
kondisi fisik, mental, social dan ekonomi.
Tipe tersebut antara lain:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan kikwa,pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahn zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,sederhana, dermawan,memenuhi undangan dan
menjadi panutan
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
teman bergaul dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak penuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan kaki, pekerjaan
apa saja dilakukan.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,menyesal, pasif dan acuh tan
acuh.
Penyakit infeksi
Keganasan
Mekanisme Inflamasi
Diagnosa Keperawatan :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Resiko tinggi infeksi
Kerusakan mobilitas fisik
Nyeri
Resiko cedera
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA
A. Pengertian
Asuhan keperawataan lanjut usia suatu rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang
ditunjukkan kepada usia lanjut
C. Sasaran
Sasaran asuhan keperawatan pada lansia adalah klien usia lanjut yang beradah dikeluarga,
panti (sebagai individu ataau kelompok) maupun kelompok masyarakat.
D. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam menjalinn hubungan dengan lansia.
1. Lingkungan (fisik dan psikologis)
a. Siapkan space (area) yang adekuat contoh:klien dikursi rodah
b. Suasana tenang (tidak rebut,/bising) contoh:suara TV dikecilkan
c. Nyaman, tidak panas
d. Privacy harus dijaga
e. Rencanakan apa yang dikaji
f. Perhatikan tanda-tanda kelelahan (mengeluh, respon menjadi lambat, mengerut dan
mudah tersinggung).
g. Tempatkan pada posisis yang nyaman bila berganti posisi atau Tanyakan apakah
ingin tidur
h. Sabar dan rileks serta tidak terburuh-buruh, beri waktu klien utnutk menjawab
pertanyaan.
i. Gunakan cahaya redup, hindari cahaya langsung
j. Melakukan pengkajian pada saat energy klien meningkat contoh:sehabis makan
2. Intervensi (sikap perawat: perasaan, nilai, kepercayaan)
1. Mitor-mitor seputar lansia harus disadari
2. Menjelaskan tujuan wawancaraa
3. Menggunakan berbagai tekstur untuk meengimbangi kebutuhan pengumpulan data
dengan kepeentingan klien
4. Mencatat data harus seizing klien
5. Padaa wawwal interaksi perawaat harus merencanaakaan bersama klien cara efektif
dan nyamaan
6. Menggunakan sentuhan
7. Sesuaikan situasi dan kondisi wawancara
3. Klien
Beberapa kultur yueng mempengaruhi kemampuan klien untuk berpartisipasi sangat
berarti dalam wawancara.
Tugas tumbuh kembang lansia
a. Penyesuaian terhadap ketahanan fisik dan pension
b. Penyesuaian terhadap menurunnya pendapatan dan penyesuaian di tinggal pasangan
c. Membina hubungan serasi dengan lingkungan
d. Peran serta dalam organisasi social.
DAFTAR PUSTAKA
Ermawati & Sudarji, S., 2013. Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lanjut Usia.
Hayati, R. & Nurviyandari, D., 2014. Depresi Ringan pada Lansia Setelah
Kaharingan, E., Bidjuni, H. & Karundeng, M., 2015. Pengaruh Penerapan Terapi
A. Definisi
Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Akibat dari
masalah ini seringkali tidak di sadari oleh masyarakat, para ahli, bahkan oleh para lanjut usia
sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan, para lanjut usia sering kali kehilangan rasa percaya
diri, berkurangnya keinginan untuk pergi keluar, untuk lebih aktif bergerak ke sana kemari.
Mereka akan kehilangan kemampuan untuk membaca atau melihat televisi. Kesemua itu akan
menurunkan aspek sosialisasi dari para lanjut usia; mengisolasi mereka dari dunia luar yang pada
gilirannya akan menyebabkan depresi dengan berbagai akibatnya.
Treatment
Ketika tanda dan gejala sudah muncul segera lakukan pemeriksaan alatnya berupa tanometer )
Penangananya berupa :
a. Tetes mata : cara ini merupakan cara umum dan sering dan harus dilakukan, sebagian
klien dapat mendaptkan respon yang bagus dari obat namun beberapa juga tidak ada
respon pemberian obat harus sesuai dengan tipe glaukoma.
b. Bedah laser : ( trabukulopasty) ini dilakuka jika obat tetes mata tidak menghentikan
glaukoma. Walaupun sudah dilaser obat harus diberikan
c. Pembedahan (trabekulectomy) sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan caira keluar,
tindkan ini dapat menyelamatkan sisa penglihtan yang ada.
d. Obat yang diperlukan :
1) Pilocarpine atau timololmalat
Yaitu untuk mencegah keparahan glaukoma dan menurunkan produk cairan
yang yang menyebabkan gangguan pulmo dan detak jantung menurun. Betaxolol
( betotik ) direkomendasi bagi klien yang ,enderita asma atau eapisima, pilocarpine
menyebabkan miosis ( kontriksi ) pupil tetapi mempu menormalkan tekanan boal mata,
obat lain seperti : Brimohidrine, untuk menurinkan aquous humor.
2) Oral karbonik anhydrase inhibitor seperti acitamolamide (diamox ) yaitu untuk
mengurangi cairan., obat ini menyebabkan depresi, fatique latorgy.
4. Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan da fokusing terganggu
(retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55 tahun.
Tanda dan gejalanya berupa : Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca /
beraktifitas memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam hari,
penglihatan ganda.
Penanganna yang tepat adalah pembenahan untuk memperbaiki lensa mata yang rusak
pembedahan dilakukan bila katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu
tidak perlu dilakukan pembedahan.
5. Entropi dan eutropi
Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tida menyebabkan gangguan
penglihatan namun menyebabkan gangguan kenyamanan. Entropi adalh kelopak mata yang
terbuka lebar ini menyebabkan mata memerah entropi terjadikarena adanya kelemahan pada
otot konjungtifa.ektropi adalah penyempitan konjungtifa
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN
Atas dasar penelitian yang dilakukan WHO penyakit Gangguan Penglihatan pada lansia
sangat sering terjadi. Berdasarkan survei yang dilakukan di Amerika pada tahun 2004 sekitar
10-12,5% lansia Amerika mengalami gangguan pada sistem penglihatan hanya saja mereka
kurang menyadari penyakit yang mereka rasakan.
A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Makanan / Cairan :
Mual, muntah
3. Neurosensori :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan
bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang
gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan
tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda :
Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan penyebab katarak mata.
4. Nyeri / Kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala.
5. Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena),
ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan sensori/status
organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman.
2. Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit
4. Resiko tinggi terhadap cidera b.d Keterbatasan penglihatan.
DX
NO NOC NIC
Keperawatan
1 Gangguan persepsi sensori- Setelah dilakukan tindakan NEUROLOGIK
perseptual keperawatan selama ..........x 24 MONITORING :
penglihatan b.d Gangguan jam, diharapakan gangguan 1
penerimaan sensori/status persepsi sensori teratasi. 1. monitor tingkat neurologid
organ indera ditandai Kriteria hasil: Sensori function : 2. Monitor fungsi neurologis
dengan menurunnya ketajaman vision klien
Menunjukan tanda dan gejala 3. Monitor respon neurologis
persepsi dan sensori baik : 4. Monitor reflek-reflek
penglihatan baik. meningeal
Mampu mengungkapkan fungsi 5. Monitor fungsi sensori
persepsi dan sensori dengan tepat dan persepsi : penglihatan,
penciuman, pendengaran,
pengecapan, rasa
6. Monitor tanda dan gejala
penurunan neurologis
klien
EYE CARE :
1. Kaji fungsi penglihatan
klien
2. Jaga kebersihan mata
3. Monitor penglihatan mata
4. Monitor tanda dan gejala
kelainan penglihatan
5. Monitor fungsi lapang
pandang, penglihatan,
visus klien
MONITORING VITAL
SIGN :
1. Monitor TD, Suhu, Nadi
dan pernafasan klien
2. Catat adanya fluktuasi TD
3. Monitor vital sign saat
pasien berbaring, duduk
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, RR
sebelum dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas Nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, brakikardi,
peningkatan sistolik)
DAFTAR PUSTAKA
Barat. 2013.
Dinas Kesehatan Kota Padang. Laporan LB 1 Penyakit Katarak dinas
Menkes RI. Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan: Infodatin. Pusat Data