Disusun oleh :
Kelompok 9
Ronaldo C1AA18100
KELAS 4B
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
pada Lansia dengan Perubahan Spiritual” sebagai tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada jungjungan besar Nabi kita
Muhammad SAW beserta sahabat, kerabat dan keluarga beliau hingga akhir zaman, karena
beliaulah yang membawa kita dari zaman kegelapan ke jalan yang terang benderang ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Iwan Permana, SKM.,S.Kep.,M.Kep yang telah bersedia menerima makalah ini
meskipun banyak terdapat kekurangan di dalamnya.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca dan khususnya kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Konsep Lansia...........................................................................................
B. Teori Spiritual ...........................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia yang
tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu yang berusia panjang.
Pada tahap ini akan terjadi perubahan atau penurunan struktur dan fungsi seluruh
sistem dalam tubuh yang disebut dengan proses degeneratif, yang akan menimbulkan
terjadinya berbagai masalah kesehatan baik masalah fisik, psikologis, maupun sosial
(Miller, 2004).
Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari
dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan – lahan (gradual) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap cedera, termasuk adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai berlangsung
sejak seorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada
otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit
(Mubarak, 2009). Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik
secara biologis, mental, maupun sosial. Semakin lanjut usia seseorang, maka
kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran – peran sosialnya (Tember, 2012) dalam Fitriyah (2017)
Menurut Notoatmodjo dalam (Ummah, 2016) spiritual yang sehat tercermin
dari cara seseorang mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan kepada
Tuhan, selain itu juga perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.26
Burkhardt menguraikan karakteristik spiritual yang meliputi hubungan dengan diri
sendiri, alam dan Tuhan.
Kesehatan spiritual adalah kondisi yang dalam pandangan sufistik disebut
sebagai terbebasnya jiwa dari berbagai penyakit ruhaniah, seperti syirik (polytheist),
kufur (atheist), nifaq atau munafik (hypocrite), dan fusuq (melanggar hukum).
Kondisi spiritual yang sehat terlihat dari hadirnya ikhlas (ridha dan senang menerima
pengaturan Illahi), tauhid (meng-Esa-kan Allah), tawakal (berserah diri sepenuhnya
kepada Allah). (Yusuf dkk, 2016)
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya
kehidupan keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan
yang terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual
yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif
dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam
kehidupan. (Ummah, 2016)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual
lansia adalah dengan melibatkan peran keluarga sebagai orang terdekat, diharapkan
keluarga mampu untuk mencurahkan segala perhatiannya bagi kesejahteraan lansia,
khususnya kesejahteraan spiritual mereka. Kebutuhan spiritual pada usia lanjut
adalah kebutuhan untuk memenuhi kenyamanan, mempertahankan fungsi tubuh dan
membantu untuk menghadapi kematian dengan tenang dan damai. Lingkup asuhannya
berupa preventif dan caring. Preventif merupakan upaya yang dilakukan dengan
mengadakan penyegaran dan pengajian. Caring merupakan suatu upaya yang
dilakukan dalam kegiatan spiritual lansia untuk saling belajar menerima keadaan, dan
memberikan dukungan, spirit untuk bisa menerima ketika menghadapi kematian.
Kebutuhan keperawatan gerontik adalah memperoleh kesehatan optimal, memelihara
kesehatan, menerima kondisinya dan menghadapi ajal. (Ummah, 2016)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu bagaimana asuhan keperawatan pada lansia
dengan perubahan spiritual?
C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan perubahan spiritual
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Lansia
a. Definisi Lanjut Usia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu:
usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-
74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old)
diatas 90 tahun. Sedangkan pada Pasal 1 ayat 2, 3, 4, UU No.13 Tahun 1998
tentang kesehatan, dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.
b. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) Darmojo & Martono (2006)
dalam Ratnawati (2017) yaitu :
1) Usia
2) Jenis Kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan.
Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah
perempuan
3) Status Pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik
dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %) dan cerai
mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai
mati
sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang
berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup
perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki,
sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak
dan lansia
laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi.
4) Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat berkualitas
adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental
sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan
data Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia
sebagian besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah
tabungan, saudara atau jaminan sosial
5) Pendidikan Terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa
pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang
bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan diharapkan
akan menjadi lebih baik
6) Kondisi Kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016)
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat
kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat
kesehatan penduduk yang semakin baik.
Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya bahwa
dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit.
Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar lain hipertensi,
artritis, strok, diabetes mellitus
c. Perubahan Pada Lansia
Menua merupakan suatu proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Penuaan akan terjadi hampir pada semua sistem tubuh, namun tidak semua sistem
tubuh mengalami kemunduran fungsi pada waktu yang sama. Perubahan-
perubahan yang terjadi akibat proses penuaan adalah sebagai berikut:
1) Perubahan Fisik
2) Perubahan Mental
Perubahan dalam bidang mental atau psikis pada lanjut usia dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, serta bertambah pelit atau
tamak jika memiliki sesuatu. Hampir setiap lansia memiliki keinginan
berumur panjang dengan menghemat tenaga yang dimiliknya, mengharapkan
tetap diberikan peranan dalam masyarakat, ingin tetap berwibawa dengan
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin meninggal secara terhormat.
3) Perubahan Psikologis
4) Perubahan Spiritual
B. Teori Spiritual
a. Konsep Spiritual
Konsep spiritual memiliki arti yang berbeda dengan konsep religius.
Keduanya memang sering digunakan secara bersamaan dan saling berhubungan
satu sama lain. Konsep religius merupakan suatu sistem penyatuan yang spesifik
mengenai praktik yang berkaitan dengan bentuk ibadah tertentu seperti pada
pelaksanaan suatu kegiatan atau proses melakukan suatu tindakan. Emblen
mendefinisikan religi sebagai suatu sistem keyakinan dan ibadah terorganisasi
yang dipraktikan seseorang secara jelas yang dapat menunjukkan spiritualitas
mereka.
Konsep spiritual berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan kepercayaan
seseorang. Kepercayaan itu sendiri memiliki cakupan mulai dari atheisme
(penolakan terhadap keberadaan Tuhan) hingga agnotisme (percaya bahwa Tuhan
ada dan selalu mengawasi) atau theism (keyakinan akan Tuhan dalam bentuk
personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam Kristen dan Islam. Keyakinan
merupakan hal yang lebih dalam dari suatu kepercayaan seorang individu.
Keyakinan mendasari seseorang untuk bertindak atau berpikir sesuai dengan
kepercayaan yang ia ikuti.
Spiritual berasal dari kata spirit. Spirit mengandung arti semangat atau
sikap yang mendasari tindakan manusia. Spirit juga sering diartikan sebagai ruh
atau jiwa yang merupakan suatu bentuk energi yang hidup dan nyata. Meskipun
tidak terlihat oleh mata dan tidak memiliki badan fisik seperti manusia, spirit itu
ada dan hidup. Spirit dapat diajak berkomunikasi sama seperti kita berbicara
dengan manusia lain. Interaksi dengan spirit yang hidup itulah yang disebut
dengan spiritual. Oleh karena itu spiritual berhubungan dengan ruh atau spirit.
Spiritual mencakup nilai-nilai yang melandasi kehidupan manusia seutuhnya,
karena dalam spiritual ada kreativitas, kemajuan, dan pertumbuhan.
Taylor menjelaskan bahwa spiritual adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan hubungan seseorang dengan kehidupan nonmaterial atau kekuatan yang
lebih tinggi. Kemudian O’Brien dalam Blais mengatakan bahwa spiritual
mencakup cinta, welas asih, hubungan dengan Tuhan, dan keterkaitan antara
tubuh, pikiran, dan jiwa. Spiritual juga disebut sebagai keyakinan atau hubungan
dengan kekuatan yang lebih tinggi, kekuatan pencipta, Ilahiah, atau sumber
energi yang tidak terbatas.
Menurut Notoatmodjo, spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang
mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan kepada Tuhan, selain itu
juga perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat. Burkhardt
menguraikan karakteristik spiritual yang meliputi hubungan dengan diri sendiri,
alam dan Tuhan.
b. Kebutuhan Spiritual
1. Diri sendiri.
Diri seseorang dan jiwanya merupakan hal yang fundamental untuk
mendalami spiritualitas. Hubungan dengan diri sendiri merupakan
kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu
siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang
menyangkut kepercayaan pada diri-sendiri, percaya pada kehidupan atau
masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri-sendiri.
Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna
dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya
sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa
depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas
a) Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan keen kepercayaan
bersifat universal, dimana merupakan penerimaan individu
terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikran
yang logis. Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan kekuatan
bagi individu ketika mengalami kesulitan atau stress. Mempunyai
kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau
seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan
wawasan yang lebih luas.
b) Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian
dalam hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang
terbina melalui hubungan saling percaya dengan orang lain,
termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu
untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang menjadi
depresi dan lebih cenderung terkena penyakit.
c) Makna atau arti dalam hidup (Meaning of live). Puchalski
mengungkapkan, perasaan mengetahui makna hidup terkadang
diidentikan dengan perasaan dekat dengan Tuhan, merasakan hidup
sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan
tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh
harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh
orang lain.
2. Antar Manusia
Hubungan seseorang dengan sesama, sama pentingnya dengan diri
sendiri, salah satu bentuknya adalah menjadi anggota masyarakat dan
diakui sebagai bagian intinya. Hubungan ini terbagi atas harmonis dan
tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain. Kozier menyatakan
keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan sumber
secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang yang
sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Kondisi yang tidak
harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang
menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi, serta keterbatasan asosiasi.
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan
kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan
kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun
mengalami stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan
sosial
a) Maaf dan pengampunan (forgiveness). Menyadari kemampuan
untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri
seperti marah, mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung,
meyakini bahwa Tuhan sedang menghukum serta
mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari
suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan, seorang
individu dapat meningkatkan koping terhadap stres, cemas,
depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta
meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai.
b) Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support).
Keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar
manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta
kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan
dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit.
3. Tuhan
4. Lingkungan
Howard menambahkan satu faktor yang berhubungan dengan
spiritualitas. Young mengartikan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu
yang berada di sekitar seseorang. Hubungan dengan alam harmoni
merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi
pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan
berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut
a) Rekreasi (Joy). Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang
dalam menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan
dan cinta kasih. Puchalski menambahkan, dengan rekreasi seseorang
dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul
perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal yang
dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik,
olah raga dan lain-lain.
b) Kedamaian (Peace). Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan
kesatuan. Hamid menambahkan, dengan kedamaian seseorang akan
merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan.
Spiritualitas yang matang akan mengantarkan seseorang bisa
menempatkan diri pada tempat yang sesuai dan melakukan hal yang
seharusnya dilakukan, serta mampu menemukan hal-hal yang istimewa.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. P
Umur : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat :Kp. Cidadap Rt 02/01 Desa Muaradua Kec.Kadudampit Kab.
Sukabumi
Pekerjaan : Pensiunan
Tanggal Masuk RS : 22 Desember 2021
Tanggal Pengkajian : 22 Desember 2021
Diagnosa Medis : Kanker Serviks
No Rekam Medis :-
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. T
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat :Kp. Cidadap Rt 02/01 Desa Muaradua Kec.Kadudampit Kab.
Sukabumi
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. dengan pasien : Anak Kandung
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan bahwa pasien merasa putus asa serta merasa lelah terhadap penyakit yang
dideritanya selama 3 bulan ini.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS A Kota Sukabumi Bersama dengan anaknya karena pasien merasa lelah dan
putus asa dengan kondisinya saat ini yaitu mengalami perdarahan yang begitu banyak, lemas,
nyeri punggung bagian bawah serta panggul.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang sama dengan yang dialami selama 3
bulan ini, hanya saja pasien mempunyai Riwayat hipertensi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Belum ada keluarga yang mengalami hal yang sama dengan pasien.
Genogram
-------------------------------------------------------------------------------------
-----
Ket:
Laki-laki
Perempuan
Klien
Meninggal
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah klien mengalami sukar tidur ? √
2. Apakah klien merasa gelisah ? √
3. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ? √
4. Apakah klien sering was-was atau kuatir ? √
Lanjut ke tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “ya”
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ? √
2. Ada masalah atau banyak pikiran ? √
3. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ? √
4. Menggunakan obat tidur atau penenang sesuai anjuran dokter ? √
5. Cenderung mengurung diri ? √
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “ya”
Skor Kriteria
Interpretasi : Kategori F
Musim
√ Tanggal
√ Hari
√ Bulan
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
√ Negara
√ Propinsi
√ Kota
√ Kecamatan
√ Kelurahan
2 Registrasi 3 3 - Pena
- Meja
- Kursi
4 Mengingat 3 3 - Pena
- Meja
- Kursi
TOTAL NILAI 25
3. Bangun dari tempat duduk (dimasukan dalam analisis) dengan mata tertutup
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
0
mendorong tubuhnya keatas dengan tangan atau bergerak kebagian depan kursi
telebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.
10. Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil (misalnya
pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi, dan memerlukan 1
usaha-usaha yang keras untuk bangun.
Total 5
NO PERNYATAAN NILAI
4. Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien) Langkah tidak
1
simetris, terutama pada bagian yang sakit.
5. Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari samping
1
klien. Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi kesisi.
6. Berbalik. Berhenti sebelum memulai berbalik, berjalan sempoyongan,
1
bergoyang, memegang objek untuk dukungan.
Total 5
Imobilisasi 3 -
25
TOTAL SCORE
Resiko
KATEGORI RISIKO
tinggi
1. DS: Domain 10 :
Prinsip Hidup
- Pasien mengatakan bahwa pasien merasa putus asa dengan penyakit kanker nya serta merasa lelah
Kelas 3 :
terhadap penyakit yang dideritanya selama 3 bulan ini
- pasien mengatakan selama di rawat di RS belum pernah melaksanakan solat dan pasien merasa putus asa
Keselarasan nilai/keyakinan/tindakan
terhadap penyakitnya saat ini dan beranggapan bahwa sakitnya ini disebabkan karena dosanya yang begitu Diagnosa Keperawatan :
besar. (00066) Distress Spritual Pada Ny. P
- Pasien mengatakan sulit tidur karena takut Allah tidak mengampuni segala dosanya
DO:
120102 5. Mengungkapkan
kedamaian batin
6. Menunjukan semangat
120103
hidup
120106
120109
120111
Desember 2 kebutuhan
021
I:
E:
I:
- Mengunakan komunikasi terapeutik dalam
membangun hubungan saling percaya dan caring
- Memberikan privasi dan waktu-waktu yang tenang
untuk melakukan kegiatan spiritual
- Berdoa bersama individu
- Mempastikan perawat selalu ada untuk mendukung
pasien pada masa sakitnya
E:
- Pasien mengatakan bisa berdoa kembali
secara bertahap
- Pasien mengatakan gelisah sudah berkurang
I:
E:
A. Kesimpulan
Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia yang
tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu yang berusia
panjang. Pada usia lanjut, terjadi penurunan kemampuan fisik aktivitas menurun,
sering mengalami gangguan kesehatan, dan mereka cenderung kehilangan
semangat. Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik
secara biologis, mental, maupun sosial. Semakin lanjut usia seseorang, maka
kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran-peran sosialnya.
Spiritual menjadi salah satu masalah yang terjadi pada lansia. Perubahan
spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya kehidupan keagamaan
lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan yang terlihat dalam
pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang akan
membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan,
maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan.
Berdasarkan kegiatan spiritual, kondisi lanjut usia meliputi dua hal yaitu megenal
ibadah agama dan kegiatan di dalam organisasi sosial keagamaan.
Perawat dalam hal ini memiliki peran untuk membantu lansia dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya. Perawat berperan sebagai komunikator
perantarabila pasien menginginkan untuk bertemu dengan petugas rohaniawan
atau bila menurut perawat memerlukan bantuan rohaniawan dalam mengatasi
masalah spiritualnya. intervensi keperawatan dari diagnose distress spiritual salah
satunya adalah spiritual support dengan membantu pasien mencapai keadaan
seimbang dan merasa berhubungan dengan kekuatan Maha Besar.
B. Saran
Diharpkan mahasiswa dapat memahami peran perawat kepada lansia dengan
masalah spiritual dan menjadikan sumber materi ini sebagai salah satu acuan
pengetahuan dan menerapkannya dalam dunia kerja nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, A., Nihayati, H. E., Iswari, M. F., & Oktaviasanti, F. (2016). Kebutuhan
Spiritual Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan Keperawatan. Surabaya: Mitra Wacana
Media.