Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN PERUBAHAN SPIRITUAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengajar : Iwan Permana, SKM.,S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 9

Deasy Dwi Yulianti C1AA18028

Kania Putri Aisyah C1AA18058

Lucy Azzahra Afrillia C1AA18062

Ronaldo C1AA18100

Sely Julistiani C1AA18104

Yutika Wiguna C1AA18124

KELAS 4B

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
pada Lansia dengan Perubahan Spiritual” sebagai tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada jungjungan besar Nabi kita
Muhammad SAW beserta sahabat, kerabat dan keluarga beliau hingga akhir zaman, karena
beliaulah yang membawa kita dari zaman kegelapan ke jalan yang terang benderang ini.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Iwan Permana, SKM.,S.Kep.,M.Kep yang telah bersedia menerima makalah ini
meskipun banyak terdapat kekurangan di dalamnya.

Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca dan khususnya kami.

Sukabumi, Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Konsep Lansia...........................................................................................
B. Teori Spiritual ...........................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia yang
tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu yang berusia panjang.
Pada tahap ini akan terjadi perubahan atau penurunan struktur dan fungsi seluruh
sistem dalam tubuh yang disebut dengan proses degeneratif, yang akan menimbulkan
terjadinya berbagai masalah kesehatan baik masalah fisik, psikologis, maupun sosial
(Miller, 2004).
Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari
dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan – lahan (gradual) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap cedera, termasuk adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai berlangsung
sejak seorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada
otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit
(Mubarak, 2009). Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik
secara biologis, mental, maupun sosial. Semakin lanjut usia seseorang, maka
kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran – peran sosialnya (Tember, 2012) dalam Fitriyah (2017)
Menurut Notoatmodjo dalam (Ummah, 2016) spiritual yang sehat tercermin
dari cara seseorang mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan kepada
Tuhan, selain itu juga perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.26
Burkhardt menguraikan karakteristik spiritual yang meliputi hubungan dengan diri
sendiri, alam dan Tuhan.
Kesehatan spiritual adalah kondisi yang dalam pandangan sufistik disebut
sebagai terbebasnya jiwa dari berbagai penyakit ruhaniah, seperti syirik (polytheist),
kufur (atheist), nifaq atau munafik (hypocrite), dan fusuq (melanggar hukum).
Kondisi spiritual yang sehat terlihat dari hadirnya ikhlas (ridha dan senang menerima
pengaturan Illahi), tauhid (meng-Esa-kan Allah), tawakal (berserah diri sepenuhnya
kepada Allah). (Yusuf dkk, 2016)
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya
kehidupan keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan
yang terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual
yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif
dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam
kehidupan. (Ummah, 2016)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual
lansia adalah dengan melibatkan peran keluarga sebagai orang terdekat, diharapkan
keluarga mampu untuk mencurahkan segala perhatiannya bagi kesejahteraan lansia,
khususnya kesejahteraan spiritual mereka. Kebutuhan spiritual pada usia lanjut
adalah kebutuhan untuk memenuhi kenyamanan, mempertahankan fungsi tubuh dan
membantu untuk menghadapi kematian dengan tenang dan damai. Lingkup asuhannya
berupa preventif dan caring. Preventif merupakan upaya yang dilakukan dengan
mengadakan penyegaran dan pengajian. Caring merupakan suatu upaya yang
dilakukan dalam kegiatan spiritual lansia untuk saling belajar menerima keadaan, dan
memberikan dukungan, spirit untuk bisa menerima ketika menghadapi kematian.
Kebutuhan keperawatan gerontik adalah memperoleh kesehatan optimal, memelihara
kesehatan, menerima kondisinya dan menghadapi ajal. (Ummah, 2016)

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu bagaimana asuhan keperawatan pada lansia
dengan perubahan spiritual?

C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan perubahan spiritual
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Lansia
a. Definisi Lanjut Usia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu:
usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-
74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old)
diatas 90 tahun. Sedangkan pada Pasal 1 ayat 2, 3, 4, UU No.13 Tahun 1998
tentang kesehatan, dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.
b. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) Darmojo & Martono (2006)
dalam Ratnawati (2017) yaitu :
1) Usia

Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia


adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun

2) Jenis Kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan.
Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah
perempuan
3) Status Pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik
dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %) dan cerai
mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai
mati
sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang
berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan hidup
perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki,
sehingga presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak
dan lansia
laki-laki yang bercerai umumnya kawin lagi.
4) Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat berkualitas
adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental
sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan
data Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia
sebagian besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah
tabungan, saudara atau jaminan sosial
5) Pendidikan Terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa
pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang
bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan diharapkan
akan menjadi lebih baik
6) Kondisi Kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016)
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat
kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan menunjukkan derajat
kesehatan penduduk yang semakin baik.
Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya bahwa
dari setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit.
Penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antar lain hipertensi,
artritis, strok, diabetes mellitus
c. Perubahan Pada Lansia
Menua merupakan suatu proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Penuaan akan terjadi hampir pada semua sistem tubuh, namun tidak semua sistem
tubuh mengalami kemunduran fungsi pada waktu yang sama. Perubahan-
perubahan yang terjadi akibat proses penuaan adalah sebagai berikut:
1) Perubahan Fisik

Perubahan fisik umum dialami lansia, misalnya perubahan sistem imun


yang cenderung menurun, perubahan sistem integumen yang menyebabkan
kulit mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada sistem kardiovaskular
yang dapat memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan metabolism
oleh hati dan ginjal, serta penurunan kemampuan penglihatan dan
pendengaran. Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan tersebut
akan menyebabkan berbagai gangguan secara fisik yang ditandai dengan
ketidakmampuan lansia untuk beraktivitas atau melakukan kegiatan yang
tergolong berat sehingga mempengaruhi kesehatan serta akan berdampak pada
kualitas hidup lansia.

2) Perubahan Mental
Perubahan dalam bidang mental atau psikis pada lanjut usia dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, serta bertambah pelit atau
tamak jika memiliki sesuatu. Hampir setiap lansia memiliki keinginan
berumur panjang dengan menghemat tenaga yang dimiliknya, mengharapkan
tetap diberikan peranan dalam masyarakat, ingin tetap berwibawa dengan
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin meninggal secara terhormat.
3) Perubahan Psikologis

Perubahan psikososial yaitu nilai pada seseorang yang sering diukur


melalui produktivitas dan identitasnya dengan peranan orang tersebut dalam
pekerjaan. Ketika seseorang sudah pensiun, maka yang dirasakan adalah
pendapatan berkurang, kehilangan status jabatan, kehilangan relasi dan
kehilangan kegiatan, sehingga dapat timbul rasa kesepian akibat pengasingan
dari lingkungan sosial serta perubahan cara hidup.

4) Perubahan Spiritual

Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya


kehidupan keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam
kehidupan yang terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari.
Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan
arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan.

B. Teori Spiritual
a. Konsep Spiritual
Konsep spiritual memiliki arti yang berbeda dengan konsep religius.
Keduanya memang sering digunakan secara bersamaan dan saling berhubungan
satu sama lain. Konsep religius merupakan suatu sistem penyatuan yang spesifik
mengenai praktik yang berkaitan dengan bentuk ibadah tertentu seperti pada
pelaksanaan suatu kegiatan atau proses melakukan suatu tindakan. Emblen
mendefinisikan religi sebagai suatu sistem keyakinan dan ibadah terorganisasi
yang dipraktikan seseorang secara jelas yang dapat menunjukkan spiritualitas
mereka.
Konsep spiritual berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan kepercayaan
seseorang. Kepercayaan itu sendiri memiliki cakupan mulai dari atheisme
(penolakan terhadap keberadaan Tuhan) hingga agnotisme (percaya bahwa Tuhan
ada dan selalu mengawasi) atau theism (keyakinan akan Tuhan dalam bentuk
personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam Kristen dan Islam. Keyakinan
merupakan hal yang lebih dalam dari suatu kepercayaan seorang individu.
Keyakinan mendasari seseorang untuk bertindak atau berpikir sesuai dengan
kepercayaan yang ia ikuti.
Spiritual berasal dari kata spirit. Spirit mengandung arti semangat atau
sikap yang mendasari tindakan manusia. Spirit juga sering diartikan sebagai ruh
atau jiwa yang merupakan suatu bentuk energi yang hidup dan nyata. Meskipun
tidak terlihat oleh mata dan tidak memiliki badan fisik seperti manusia, spirit itu
ada dan hidup. Spirit dapat diajak berkomunikasi sama seperti kita berbicara
dengan manusia lain. Interaksi dengan spirit yang hidup itulah yang disebut
dengan spiritual. Oleh karena itu spiritual berhubungan dengan ruh atau spirit.
Spiritual mencakup nilai-nilai yang melandasi kehidupan manusia seutuhnya,
karena dalam spiritual ada kreativitas, kemajuan, dan pertumbuhan.
Taylor menjelaskan bahwa spiritual adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan hubungan seseorang dengan kehidupan nonmaterial atau kekuatan yang
lebih tinggi. Kemudian O’Brien dalam Blais mengatakan bahwa spiritual
mencakup cinta, welas asih, hubungan dengan Tuhan, dan keterkaitan antara
tubuh, pikiran, dan jiwa. Spiritual juga disebut sebagai keyakinan atau hubungan
dengan kekuatan yang lebih tinggi, kekuatan pencipta, Ilahiah, atau sumber
energi yang tidak terbatas.
Menurut Notoatmodjo, spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang
mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan kepada Tuhan, selain itu
juga perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat. Burkhardt
menguraikan karakteristik spiritual yang meliputi hubungan dengan diri sendiri,
alam dan Tuhan.
b. Kebutuhan Spiritual

Kebutuhan spiritual merupakan suatu kebutuhan untuk


mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban
agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan,
mencintai, serta menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan.
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mencari arti tujuan hidup,
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta untuk memberikan maaf.

Terdapat 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia, yaitu:

1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara


terus-menerus diulang untuk membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini
adalah ibadah.
2. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, merupakan kebutuhan untuk
menemukan makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras
dengan Tuhan (vertikal) dan sesama manusia (horizontal) serta alam
sekitarnya.
3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan
keseharian, merupakan pengalaman agama antara ritual peribadatan
dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kebutuhan akan pengisian keimanan, yaitu hubungan dengan Tuhan
secara teratur yang memiliki tujuan agar keimanannya tidak melemah.
5. Kebutuhan untuk bebas dari rasa bersalah dan dosa. Rasa bersaiah dan
berdosa merupakan beban mental dan dapat mengganggu kesehatan jiwa
seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu yang pertama secara
vertikal, yakni kebutuhan untuk bebas dari rasa bersalah, dan berdosa
kepada Tuhan, dan yang kedua secara horizontal yaitu bebas dari rasa
bersalah kepada orang lain
6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance dan self
esteem), merupakan kebutuhan setiap orang yang ingin dihargai, diterima,
dan diakui oleh lingkungannya.
7. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan selamat terhadap harapan di masa
depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek
(hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia
sifatnya sementara dan merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di
akhirat nanti
8. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang lebih tinggi. Derajat
atau kedudukan manusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang di
hadapan Tuhan, apabila seseorang ingin memiliki derajat yang lebih tinggi
dihadapan Tuhan, maka dia harus berusaha untuk menjaga dan
meningkatkan keimanannya.
9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama
manusia. Manusia hidup saling bergantung satu sama lain, oleh karena itu
hubungan dengan orang lain, lingkungan dan alam sekitarnya perlu untuk
dijaga.
10. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-nilai
religius. Komunitas atau kelompok agama diperlukan oleh seseorang agar
dapat meningkatkan iman orang tersebut.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual
Menurut Taylor dan Craven & Hirnle, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi spiritual seseorang diantaranya:
1. Tahap perkembangan. Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non
material, seseorang harus memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak
sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan
Tuhan.
2. Peran keluarga. Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual
individu. Tidak banyak keluarga yang mengajarkan seseorang mengenai
Tuhan dan agama, akan tetapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan
dan diri sendiri dari tingkah laku keluarganya, sehingga keluarga
merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama bagi individu
3. Latar belakang etnik dan budaya. Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi
oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang
akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
4. Pengalaman hidup sebelumnya. Pengalaman hidup yang positif ataupun
negatif dapat mempengaruhi spiritual sesorang. Peristiwa dalam kehidupan
seseorang biasanya dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan
kepada manusia untuk menguji keimanannya.
5. Krisis dan perubahan. Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritual
seseorang. Krisis sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian. Perubahan
dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman
spiritual yang bersifat fiskal dan emosional.
6. Terpisah dari ikatan spiritual. Menderita sakit terutama yang bersifat akut,
sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan
pribadi dari sistem dukungan sosial. Akibatnya, kebiasaan hidup sehari-
hari juga berubah, diantaranya tidak dapat menghadiri acara resmi,
mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat bila
diinginkan.
7. Isu moral terkait dengan terapi. Pada sebagian besar agama, proses
penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan
kebesaran-Nya, meskipun terdapat beberapa agama yang menolak
intervensi pengobatan
d. Kebutuhan Spiritual Lansia.

Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk


menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, serta merumuskan
arti dan tujuan keberadaannya di dunia. Rasa percaya diri dan perasaan
berharga terhadap dirinya akan mampu membuat lansia merasakan kehidupan
yang terarah, hal ini dapat dilihat melalui harapan, serta kemampuan
mengembangkan hubungan antara manusia yang positif Manusia adalah
manusia ciptaan Tuhan, sebagai pribadi yang utuh dan unik, seseorang
memiliki aspek bio–psiko–sosiokultural dan spiritual. Kebutuhan spiritual
pada lansia tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah
faktor usia yang sudah mulai renta dan kondisi tidak aktif karena sudah tidak
bekerja.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan


spiritual lansia adalah dengan melibatkan peran keluarga sebagai orang
terdekat, diharapkan keluarga mampu untuk mencurahkan segala perhatiannya
bagi kesejahteraan lansia, khususnya kesejahteraan spiritual mereka.
Kebutuhan spiritual pada usia lanjut adalah kebutuhan untuk memenuhi
kenyamanan, mempertahankan fungsi tubuh dan membantu untuk menghadapi
kematian dengan tenang dan damai. Lingkup asuhannya berupa preventif dan
caring. Preventif merupakan upaya yang dilakukan dengan mengadakan
penyegaran dan pengajian. Caring merupakan suatu upaya yang dilakukan
dalam kegiatan spiritual lansia untuk saling belajar menerima keadaan, dan
memberikan dukungan, spirit untuk bisa menerima ketika menghadapi
kematian. Kebutuhan keperawatan gerontik adalah memperoleh kesehatan
optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya dan menghadapi ajal.
Dyson dalam Young menjelaskan ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan spiritualitas, yaitu:

1. Diri sendiri.
Diri seseorang dan jiwanya merupakan hal yang fundamental untuk
mendalami spiritualitas. Hubungan dengan diri sendiri merupakan
kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu
siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang
menyangkut kepercayaan pada diri-sendiri, percaya pada kehidupan atau
masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri-sendiri.
Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna
dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya
sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa
depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas
a) Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan keen kepercayaan
bersifat universal, dimana merupakan penerimaan individu
terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikran
yang logis. Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan kekuatan
bagi individu ketika mengalami kesulitan atau stress. Mempunyai
kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau
seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan
wawasan yang lebih luas.
b) Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian
dalam hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang
terbina melalui hubungan saling percaya dengan orang lain,
termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu
untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang menjadi
depresi dan lebih cenderung terkena penyakit.
c) Makna atau arti dalam hidup (Meaning of live). Puchalski
mengungkapkan, perasaan mengetahui makna hidup terkadang
diidentikan dengan perasaan dekat dengan Tuhan, merasakan hidup
sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan
tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh
harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh
orang lain.
2. Antar Manusia
Hubungan seseorang dengan sesama, sama pentingnya dengan diri
sendiri, salah satu bentuknya adalah menjadi anggota masyarakat dan
diakui sebagai bagian intinya. Hubungan ini terbagi atas harmonis dan
tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain. Kozier menyatakan
keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan sumber
secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang yang
sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Kondisi yang tidak
harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang
menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi, serta keterbatasan asosiasi.
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan
kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan
kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun
mengalami stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan
sosial
a) Maaf dan pengampunan (forgiveness). Menyadari kemampuan
untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri
seperti marah, mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung,
meyakini bahwa Tuhan sedang menghukum serta
mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari
suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan, seorang
individu dapat meningkatkan koping terhadap stres, cemas,
depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta
meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai.
b) Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support).
Keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar
manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta
kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan
dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit.

3. Tuhan

Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan


dipahami dalam kerangka hidup keagamaan, akan tetapi dewasa ini telah
dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan dipahami
sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup atau hakikat hidup.
Hubungan dengan Tuhan Meliputi agama maupun tidak agamais. Keadaan
ini menyangkut sembahyang dan berdoa, keikutsertaan dalam kegiatan
ibadah, perlengkapan keagamaan, serta bersatu dengan alam

4. Lingkungan
Howard menambahkan satu faktor yang berhubungan dengan
spiritualitas. Young mengartikan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu
yang berada di sekitar seseorang. Hubungan dengan alam harmoni
merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi
pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan
berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut
a) Rekreasi (Joy). Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang
dalam menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan
dan cinta kasih. Puchalski menambahkan, dengan rekreasi seseorang
dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul
perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal yang
dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik,
olah raga dan lain-lain.
b) Kedamaian (Peace). Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan
kesatuan. Hamid menambahkan, dengan kedamaian seseorang akan
merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan.
Spiritualitas yang matang akan mengantarkan seseorang bisa
menempatkan diri pada tempat yang sesuai dan melakukan hal yang
seharusnya dilakukan, serta mampu menemukan hal-hal yang istimewa.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. P
Umur : 61 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat :Kp. Cidadap Rt 02/01 Desa Muaradua Kec.Kadudampit Kab.
Sukabumi
Pekerjaan : Pensiunan
Tanggal Masuk RS : 22 Desember 2021
Tanggal Pengkajian : 22 Desember 2021
Diagnosa Medis : Kanker Serviks
No Rekam Medis :-
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. T
Umur : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat :Kp. Cidadap Rt 02/01 Desa Muaradua Kec.Kadudampit Kab.
Sukabumi
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. dengan pasien : Anak Kandung
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan bahwa pasien merasa putus asa serta merasa lelah terhadap penyakit yang
dideritanya selama 3 bulan ini.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS A Kota Sukabumi Bersama dengan anaknya karena pasien merasa lelah dan
putus asa dengan kondisinya saat ini yaitu mengalami perdarahan yang begitu banyak, lemas,
nyeri punggung bagian bawah serta panggul.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang sama dengan yang dialami selama 3
bulan ini, hanya saja pasien mempunyai Riwayat hipertensi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Belum ada keluarga yang mengalami hal yang sama dengan pasien.
Genogram

-------------------------------------------------------------------------------------
-----

Ket:
Laki-laki

Perempuan

Klien

------ Tinggal serumah

Meninggal

6. Pengkajian Pola Fungsional


a. Oksigenasi
Sebelum sakit: pasien mengatakan dapat bernafas tanpa merasakan sesak dan tidak
menggunakan alat bantu pernafasan.
Saat dikaji: frekuensi pernafasan pasien 24x/menit serta menggunakan alat bantu pernafasan
nasal kanul 2L/menit.
b. Nutrisi
1) Intake makanan
Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit makan sebanyak 3 kali sehari dengan
nasi, lauk serta sayur.
Saat dikaji: pasien mengatakan selama sakit hanya makan 2 kali sehari hanya
menghabiskan ¼ porsi. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang karena merasa mual
secara terus menerus.
2) Intake cairan
Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit pasien minum air putih sebanyak 7-8
gelas perhari serta kadang pasien minum teh manis sebanyak 2-3 kali dalam seminggu.
Saat dikaji: pasien mengatakan pada saat sakit hanya minum 3-4 gelas karena pasien
merasa pahit ketika minum. Serta pasien terpasang selang infus.
c. Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit: pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek,
berwarna kuning.
Saat dikaji: pasien mengatakan selama dirawat di RS belum BAB
2) BAK
Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit BAK 5-6 kali dalam sehari dengan
warna kuning jernih .
Saat dikaji: pasien mengatakan selama dirawat di RS menggunakan selang kateter dan
terisi oleh urin sebnayak 650 cc. Urin berbau serta warna urin kemerahan dan ketika
BAK pasien merasa sakit ke punggung bawah serta panggul.
d. Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit waktu tidur 7-8 jam. Dan tidur siang 1-2
jam.
Saat dikaji: pasien mengatakan sulit tidur hanya 1-2 jam. Karena selalu terbayang dengan
penyakitnya sekarang disebabkan karena dosa-dosanya selama ini yang jarang sekali untuk
beribadah kepada Allah SWT.
e. Aktivitas
Sebelum sakit: pasien mengatakan mampu beraktivitas sendiri tanpa bantuan keluarga.
Saat dikaji: pasien mengatakan tidak mampu beraktivitas, pasien hanya tiduran ditempa
tidur serta untuk aktivitas sehari-hari dibantu oleh anaknya,
f. Berpakaian
Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit bisa memakai pakaian sendiri tanpa
dibantu
Saat dikaji: pasien mengatakan selama di RS memakai baju hanya dipakaikan oleh suster
ataupun dengan anaknya dikarenakan merasa lemas dengan kondisinya saat ini.
g. Aman dan Nyaman (Menghindar dari Bahaya)
Sebelum Sakit: pasien mengatakan pasien merasa aman dan nyaman sendiri bila dekat
dengan anak-anak dan cucunya, pasien tidak merasa nyaman jika sendirian dirumah
Saat Dikaji: pasien mengatakan selalu cemas dan putus asa terhadap penyakitnya saat ini.
h. Komunikasi
Sebelum sakit: pasien mengatakan berkomunikasi baik tidak ada hambatan dan
menggunakan Bahasa Indonesia serta Bahasa sunda.
Saat dikaji: pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam berkomunikasi hanya saja suka
malas berbicara karena keluhan yang dialami pada saat sakit.
i. Spiritual
Sebelum sakit: pasien mengatakan selalu beribadah dengan menjalankan solat 5 waktu,
pasien mengatakan belum pernah mengikuti pengajian yang ada di lingkungannya, pasien
beranggapan bahwa ketika dia mendapatkan suatu masalah pasien bisa menyelesaikannya
sendiri.
Saat dikaji: pasien mengatakan selama di rawat di RS belum pernah melaksanakan solat
dan pasien merasa putus asa terhadap penyakitnya saat ini dan beranggapan bahwa
sakitnya ini disebabkan karena dosanya yang begitu besar.
j. Rekreasi
Sebelum sakit: pasien mengatakan selalu menghabiskan akhir pekan dengan bermain-main
dengan cucu-cucunya atau menonton televisi.
Saat dikaji: pasien mengatakan hanya berbaring ditempat tidur
7. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : compos mentis


Kesadaran : sopor, GCS ( E 4, V2, M3 )
Tekanan Darah : 130/80 MMHg
Nadi : 86 x/Menit
Suhu : 36 °C
Pernafasan : 24x/Menit
Status Gizi :
IMT : Berat Badan (Kg)
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
= 45 (Kg)
1,50 (m) x 1,50 (m)
= 20 Berat Badan normal

Interpretasi : 18,6 – 25,0 IMT normal


a. Sistem Integumen : Pucat, turgor kulit kering
b. Sistem Pernapasan : Bentuk simetris, tidak terdapat lesi, tidaka ada retraksi dinding
dada, vokal fremitus simetris, sonor, suara nafas terdengar ronchi
c. Sistem Gastrointestinal : Cekung, tidak ada jejas, bising usus 18x/ menit, tidak
teraba massa, tidak ada nyeri tekan, timpani
d. Sistem Perkemihan : Klien memakai kateter dan merasa sakit ketika buang air kecil.
e. Sistem Genitoreproduksi : terdapat oedema serta berwarna kemerahan pada vagina,
serta terdapat keluaran cairan dan berbau.
f. Sistem Muskuloskeletal : Gerakan pinggang,lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
g. Sistem Saraf Pusat : mampu orientasi waktu , tempat, orang
h. Sistem Endokrin : tidak dikaji
8. Riwayat Psikososial
Pasien mengatakan tinggal dengan anaknya, kebutuhannya dicukupi. Pasien pun men
gatakan kadang-kadang klien bersosialisai dengan tetangga rumahnya dengan lansia lain
nya.
9. Status Emosional
Identifikasi masalah tahap 1

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah klien mengalami sukar tidur ? √
2. Apakah klien merasa gelisah ? √
3. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ? √
4. Apakah klien sering was-was atau kuatir ? √

Lanjut ke tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “ya”

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ? √
2. Ada masalah atau banyak pikiran ? √
3. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ? √
4. Menggunakan obat tidur atau penenang sesuai anjuran dokter ? √
5. Cenderung mengurung diri ? √
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “ya”

Interpretasi : Masalah Emosional Positif (+)

10. Riwayat Spiritual


Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinan masih kuat tetapi tidak atau kurang m
ampu dalam melaksanakan ibadahnya sesuai dengan agama dan keyakinannya. pasien m
erasa putus asa terhadap penyakitnya saat ini dan beranggapan bahwa sakitnya ini diseba
bkan karena dosanya yang begitu besar terhadap sang Pencipta.
11. Pengkajian Fungsional Klien
Tabel Katz Index

Skor Kriteria

Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakai


A
an, dan mandi
B Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi ta
D
mbahan
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, da
E
n satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, ber
F
pindah, dan satu fungsi tambahan

G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.

Lain-lain (Minimal ada 2 ketergantungan yang tidak sesuai dengan kategori


H
diatas )

Interpretasi : Kategori F

Tabel Bharthel Indeks

No. Kriteria Dengan Mandiri Keterangan


Bantuan
1. Makan 3 5 Frekuensi : 3x/hari
Jumlah : 1 porsi
Jenis : nasi, sayuran, lauk pau
k,
2. Minum 3 5 Frekuensi : 7x/hari
Jumlah ; 200 cc
Jenis : air putih danTeh
3. Berpindah tempat 10 5 Dibantu keluarga
4. Personal toilet (cuci m 0 5 Frekuensi 1x/hari
uka, menyikat rambut,
gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet (m 5 10 Mandiri
embuka pakaian, meny
eka tubuh, menyiram)
6. Mandi 5 5 Frekuensi 2x/hari
7. Jalan di permukaan dat 0 5 Mandiri
ar
8. Naik turun tangga 5 3 Mandiri
9. Mengenakan pakaian 5 5 Mandiri
10. Kontrol bladder (BA 5 5 Frekuensi :4-5x/hari
K) Warna : kuning
11. Kontrol bowel (BAB) 5 5 Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : lembek
12. Olahraga/latihan 5 5 Jarang berolahraga
13. Rekreasi/pemanfaatan 5 10 Jenis : piknik keluarga
waktu luang Frekuensi : 2-3x/tahun
Total 73

Interpretasi : ketergantungan sebagian

12. Status Mental


Pengkajian Status Mental SPMSQ

No PERTANYAAN BENAR SALAH


1. Tanggal berapa hari ini ? √
2. Hari apa sekarang ? √
3. Apa nama tempat ini ? √
4. Dimana alamat anda ? √
5. Berapa umur anda ? √
6. Kapan anda terlahir ? (minimal tah √
un lahir)
7. Siapa presiden Indonesia sekarang √
?
8. Siapa Presiden Indonesia sebelum √
nya ?
9. Siapa nama ibu anda ? √

10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengur √


angan 3 dari setiap angka baru, se
mua secara menurun
Jumlah Skor 5 5

Interpretasi : fungsi intelektual utuh

Identifikasi Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental Dengan Menggunakan MMSE

(Mini Mental Status Exam)

ASPEK NILAI NILAI


NO KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN

1. Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :


√ Tahun

 Musim

√ Tanggal
√ Hari
√ Bulan
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
√ Negara
√ Propinsi
√ Kota
√ Kecamatan
√ Kelurahan

2 Registrasi 3 3 - Pena
- Meja
- Kursi

3 Perhatian 5 2 Minta klien untuk memulai dari angka


dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kalkulasi kali/tingkat
√ 93
√ 86
 79
 72
 65

4 Mengingat 3 3 - Pena
- Meja
- Kursi

5 Bahasa 9 8 Tunjukan pada klien suatu benda dan


tanyakan namanya pada klien
√ gantungan baju
√ gantungan kunci

X Minta klien untuk mengulang kata


berikut : “tak ada atau”
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah :
“Ambil kertas ditangan anda, lipat dua
dan taruh di lantai”
√ Ambil kertas di tangan anda
√ Lipat dua
√ Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai perintah
nilai 1 point)
√ “Tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat dan menyalin gambar
√ Tulis satu kalimat
√ Menyalin gambar

TOTAL NILAI 25

Interpretasi : > 25 Aspek kognitif dari fungsi mental baik


13. Pengkajian Keseimbangan
Pengkajian keseimbangan dimulai dari dua komponen utama dalam bergerak,
dari kedua komponen tersebut dibagi dalam beberapa gerakan yang perlu diobserp
asi oleh perawat. Kedua komponren tersebut adalah: Perubahan posisi atau geraka
n keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi dibawah ini, dan 1 bila menu
njukan kondisi berikut ini.
Keseimbangan Gaya Berjalan

No Jenis Keseimbangan Nilai


1. Bangun dari tempat duduk (dimasukan dalam analisis) dengan mata terbuka
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
1
mendorong tubuhnya keatas dengan tangan atau bergerak kebagian depan kursi
telebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.

2. Duduk kekursi (dimasukan dalam analisis) dengan mata terbuka


0
Menjatuhkan diri kekursi, tidak duduk ditengah kursi.

3. Bangun dari tempat duduk (dimasukan dalam analisis) dengan mata tertutup
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
0
mendorong tubuhnya keatas dengan tangan atau bergerak kebagian depan kursi
telebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.

4. Duduk kekursi (dimasukan dalam analisis) dengan mata tertutup


Menjatuhkan diri kekursi, tidak duduk ditengah kursi. 0
Ket: kursi harus yang keras tanpa lengan.

5. Menahan dorongan pada stemum (pemeriksa mendorong stemum sebanyak 3 kali


dengan hati - hati) dengan mata terbuka
1
Klien menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya.

6. Menahan dorongan pada stemum (pemeriksa mendorong stemum sebanyak 3 kali


dengan hati - hati) dengan mata terbuka
1
Klien menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya.

7. Menahan dorongan pada stemum (pemeriksa mendorong stemum sebanyak 3 kali 0


dengan hati - hati) dengan mata tertutup
Klien menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya.

8. Perputaran leher (klien sambil berdiri)


Menggerakan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki: keluhan 0
vertigopusing atau keadaan tidak stabil.

9. Gerakan menggapai sesuatu


Tidak mampu menggapai sesuatu dengan bahu flexi sepenuhnya sementara 1
berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil memegang sesuatu untuk dukungan.

10. Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil (misalnya
pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi, dan memerlukan 1
usaha-usaha yang keras untuk bangun.

Total 5

Komponen gaya berjalan atau pergerakan


Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi dibawah ini, atau beri nilai satu jika
klien menunjukan salah satu dari kondisi dibawah ini :
Komponen Gaya Berjalan :

NO PERNYATAAN NILAI

1. Minta klien berjalan ketempat yang ditentukan


1
Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan

2. Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)


Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki) 0
mengangkat kaki terlalu tinggi (  5 cm)

3. Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi disamping klien)


Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, mulai mengangkat satu 1
kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai.

4. Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien) Langkah tidak
1
simetris, terutama pada bagian yang sakit.

5. Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari samping
1
klien. Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi kesisi.
6. Berbalik. Berhenti sebelum memulai berbalik, berjalan sempoyongan,
1
bergoyang, memegang objek untuk dukungan.

Total 5

Interpretasi : (10) Resiko Jatuh Sedang


Skala Resiko Jatuh Untuk Geriatri Ontario Modified Statify-Sydney Scoring
(Listiana, Eva 2015)

No. Parameter Srining Jawaban Keterangan Skor


Nilai

1. Riwayat Jatuh Apakah pasien datang Tidak Salah satu 0


kerumah sakit karena jatuh? jawaban
ya=6

Jika tidak, apakah pasien Tidak 0


mengalami jatuh dalam 2
bulan terakhir ini?

2. Status Mental Apakah pasien delirium? Tidak Salah satu -


(tidak dapat membuat jawaban ya
keputusan, pola pikir tidak = 14
terorganisir, gangguan daya
ingat)

Apakah pasien disorientasi? Tidak


Salah menyebutkan waktu,
tempat atau orang)

Apakah pasien mengalami Ya 14


agitasi? (ketakutan, gelisah,
dan cemas)

3. Penglihatan Apakah pasien memakai Tidak Salah satu


kacamata? jawaban ya
=1

Apakah pasien mengeluh Tidak


adanya penglihatan buram?

Apakah pasien mempunyai Tidak


glaukoma/ katarak/
degenerasi makula?

4. Kebiasaan Apakah terdapat perubahan Ya Ya = 2 2


Berkemih perilaku berkemih?
(frekuensi, urgensi,
inkontinensia, nokturia)

5. Transfer (dari Mandiri (boleh memakai alat 0 Jumlah nilai -


tempat tidur bantu jalan) transfer dan
ke kursi dan mobilitas
kembali lagi jika nilai
ke tempat total 0-3
tidur) maka skor =
0 jika nilai
total 4-6
maka skor =
6

Memerlukan sedikit bantuan 1 -


(1 orang) / dalam pengawasan

Memerlukan bantuan yang 1 -


nyata (2 orang)

Tidak dapat duduk dengan 1 -


seimbang, perlu bantuan total

6. Mobilisasi Mandiri (boleh menggunakan 0 -


alat bantu jalan)

Berjalan dengan bantuan 1 1 -


orang (verbal/fisik)

Menggunakan kursi roda 2 -

Imobilisasi 3 -

25
TOTAL SCORE

Resiko
KATEGORI RISIKO
tinggi

Interpretasi : 17-30 Resiko tinggi (25)


2. ANALISA DATA

No Data Diagnosa Keperawatan

1. DS: Domain 10 :
Prinsip Hidup
- Pasien mengatakan bahwa pasien merasa putus asa dengan penyakit kanker nya serta merasa lelah
Kelas 3 :
terhadap penyakit yang dideritanya selama 3 bulan ini
- pasien mengatakan selama di rawat di RS belum pernah melaksanakan solat dan pasien merasa putus asa
Keselarasan nilai/keyakinan/tindakan
terhadap penyakitnya saat ini dan beranggapan bahwa sakitnya ini disebabkan karena dosanya yang begitu Diagnosa Keperawatan :
besar. (00066) Distress Spritual Pada Ny. P
- Pasien mengatakan sulit tidur karena takut Allah tidak mengampuni segala dosanya

DO:

- Pasien tampak menangis karena putus asa dengan penyakit yang dialaminya,


- Hasil pengkajian didapatkan selama dirawat di RS tidur hanya 1-2 jam
- Pasien tampak gelisah dengan penyakit kanker nya
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosis Keperawatan NOC NIC
No. Data
Kode Diagnosis Kode Kriteria Hasil Kode Intervensi

1. DS: Domain 10 : Level 1 : Domain IV Level 1 : Domain 3


Prinsip Hidup
- Pasien mengatakan Pengetahuan tentang Perilaku

bahwa pasien merasa Kelas 3 : kesehatan dan perilaku


Level 2 : Kelas S
putus asa dengan
Keselarasan Level 2 : Kelas GG
penyakit kanker nya serta Pendidikan Pasien
nilai/keyakinan/tindaka
merasa lelah terhadap Pengetahuan kondisi
n Level 3 : Intervensi
penyakit yang kesehatan
dideritanya selama 3 Diagnosa 5602 Pengajaran Proses Penyakit
Level 3 : Outcomes
bulan ini 1833
(00066) Keperawatan : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
- pasien mengatakan Pengetahuan : Manajemen
Distress Spritual Pada terkait dengan proses penyakit
selama di rawat di RS Kanker
Ny. P yang spesifik
belum pernah Skala target outcomes
2. Jelaskan tanda dan gejala yang
melaksanakan solat dan pengetahuan : manajemen
umum dari penyakit sesuai
pasien merasa putus asa
kanker dipertahankan kebutuhan
terhadap penyakitnya
pada skala 2 (pengetahuan 3. Jelaskan mengenai proses
saat ini dan beranggapan
terbatas) di tingkatkan ke penyakit sesuai kebutuhan
bahwa sakitnya ini
skala 4 (pengetahuan 4. Jelaskan komplikasi kronik yang
disebabkan karena
dosanya yang begitu banyak) mungkin ada sesuai kebutuhan
besar.
- Pasien mengatakan sulit 1. Tanda dan gejala

tidur karena takut Allah 183302 kanker

tidak mengampuni segala 2. Penyebab dan faktor-

dosanya faktor yang


183304
berkontribusi
DO: 3. Tanda dan gejala
183307
kekambuhan
- Pasien tampak menangis 4. Komplikasi potensial
karena putus asa dengan 183317 pengobatan
penyakit yang 5. Strategi mengatasi
dialaminya, 183325 efek samping penyakit
- Hasil pengkajian
didapatkan selama
dirawat di RS tidur hanya
Level 1 : Domain V Level 1 : Domain 3
1-2 jam
- Pasien tampak gelisah Kondisi kesehatan yang Perilaku
dengan penyakit kanker diterima
nya Level 2 : Kelas R
Level 2 : Kelas U
Bantuan Koping
Kesehatan dan Kualitas
Level 3 : Intervensi
Hidup
Level 3 : Outcomes Dukungan Spritual

Kesehatan Spritual 5420 1. Gunakan komunikasi terapeutik

Skala target outcomes dalam membangun hubungan


saling percaya dan caring
Kesehatan Spritual
2. Berikan privasi dan waktu-waktu
dipertahankan pada skala
2001 yang tenang untuk melakukan
2 (Banyak Terganggu) di
kegiatan spiritual
tingkatkan ke skala 4
3. Berdoa bersama individu
(sedikit terganggu) 4. Dengarkan perasaan klien
5. Pastikan perawat selalu ada untuk
1. Arti dan tujuan hidup
mendukung individu melewati
2. Perasaan kedamaian
masa sakitnya
3. Kemampuan berdoa
4. Kemampuan beribadah
Level 1 : Domain 3
200103
Perilaku
200105
Level 1 : Domain III
200109 Level 2 : Kelas R
200110 Kesehatan Psikososial
Bantuan Koping
Level 2 : Kelas M
Level 3 : Intervensi
Kesejahteraan Psikologis
Inspirasi Harapan
Level 3 : Outcomes
1. Bantu pasien dan keluarga untuk
Harapan mengindentifikasi area dari
harapan dalam hidup
Skala target outcomes
2. Bantu pasien mengembangkan
harapan dipertahankan 5310
spiritualitas diri
pada skala 2 (jarang
3. Libatkan pasien secara aktif pada
menunjukan) di
perawatan nya sendiri
tingkatkan ke skala 4 4. Ciptakan lingkungan yang
1201 (sering menunjukan) memfasilitasi pasien melakukan
praktik agamanya dengan cara
1. Mengungkapkan harapan
yang tepat
masa depan yang positif
2. Mengungkapkan
keyakinan
3. Mengungkapkan
120101 keyakinan untuk hidup
4. Mengungkapkan
optimisme

120102 5. Mengungkapkan
kedamaian batin
6. Menunjukan semangat
120103
hidup
120106

120109

120111

4.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Jam/Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1. 09.00 WIB Domain 10 : Pengajaran Proses Penyakit S : Klien mengatakan sedikit paham dan
Kamis 2 Prinsip Hidup mengetahui tentang penyakit kanker nya
1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan
Desember 2 Kelas 3 : O : klien tampak tidak bersungguh-sungguh
proses penyakit yang spesifik
021 Keselarasan 2. Menjelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit
mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan
nilai/keyakinan/tindak sesuai kebutuhan
A : Masalah teratasi sebagian
an 3. Menjelaskan mengenai proses penyakit sesuai kebutuhan

Diagnosa 4. Menjelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada sesuai


kebutuhan P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2 dan 4
Keperawatan :
Distress Spritual Pada Dukungan Spritual
S: Klien mengatakan masih tidak bisa berdoa
Ny. P
karena gelisah masih ada
1. Menggunakan komunikasi terapeutik dalam membangun
O : pasien masih tampak gelisah dan kadang
hubungan saling percaya dan caring
menangis
2. Memberikan privasi dan waktu-waktu yang tenang untuk
melakukan kegiatan spiritual
A : Masalah teratasi sebagian
3. Berdoa bersama individu
4. Mendengarkan perasaan klien
5. Mempastikan perawat selalu ada untuk mendukung P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 3, dan 5
individu melewati masa sakitnya

Inspirasi Harapan S: klien masih mengatakan tidak ada harapan


untuk hidup dan selalu putus asa dengan
1. Membantu pasien dan keluarga untuk mengindentifikasi
area dari harapan dalam hidup
penyakitnya
2. Membantu pasien mengembangkan spiritualitas diri O : pasien tampak menangis dan murung
3. Melibatkan pasien secara aktif pada perawatannya sendiri
4. Menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pasien A : Masalah teratasi sebagian
melakukan praktik agamanya secara tepat

P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, dan 4

Pengajaran Proses Penyakit


S : Klien sudah paham tentang penyakit yang
1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan dideritanya sekarang

2. proses penyakit yang spesifik O : klien tampak semangat dan bersungguh-


2. Menjelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit sungguh mengikuti kegiatan penkes
sesuai kebutuhan
A : Distress Spritual Pada Ny. P
3. Menjelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada sesuai
kebutuhan P : Intervensi 3 dihentikam dan intervensi 1, 2
dan 4 di lanjutkan

- Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses


penyakit yang spesifik
- Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit
09.00 WIB sesuai kebutuhan
Jumat, 3 - Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada sesuai

Desember 2 kebutuhan

021
I:

- Mengkaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan


proses penyakit yang spesifik
- Menjelaskan tanda dan gejala yang umum dari
penyakit sesuai kebutuhan
- Menjelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada
sesuai kebutuhan

E:

- Pasien mengatakan sudah paham dan mengetahui


tentang penyakit yang dideritanya sekarang
- Pasien akan mengikuti saran yang diajarkan oleh
petugas kesehatan

R : Rencana keperawatan tidak akan dirubah

S: klien mengatakan gelisah berkurang dan bisa


berdoa kembali
O : pasien tidak menangis dan tidak tampak
Dukungan Spritual
gelisah
1. Mengunakan komunikasi terapeutik dalam membangun
hubungan saling percaya dan caring
A : Distress Siritual Pada Ny.P
2. Memberikan privasi dan waktu-waktu yang tenang untuk
melakukan kegiatan spiritual P : Intervensi 4 dihentikan dan intervensi 1, 2, 3
3. Berdoa bersama individu dan 5 dilanjutkan
4. Mempastikan perawat selalu ada untuk mendukung pasien
pada masa sakitnya - Gunakan komunikasi terapeutik dalam membangun
hubungan saling percaya dan caring
- Berikan privasi dan waktu-waktu yang tenang untuk
melakukan kegiatan spiritual
- Berdoa bersama individu
- Pastikan perawat selalu ada untuk mendukung pasien
pada masa sakitnya

I:
- Mengunakan komunikasi terapeutik dalam
membangun hubungan saling percaya dan caring
- Memberikan privasi dan waktu-waktu yang tenang
untuk melakukan kegiatan spiritual
- Berdoa bersama individu
- Mempastikan perawat selalu ada untuk mendukung
pasien pada masa sakitnya

E:
- Pasien mengatakan bisa berdoa kembali
secara bertahap
- Pasien mengatakan gelisah sudah berkurang

R : Rencana Keperawatan tidak akan di rubah

S: klien mengatakan sudah ada harapan untuk


hidup dan sudah tidak putus asa
Inspirasi Harapan
O : pasien tampak lebih bahagia dan tidak
1. Membantu pasien mengembangkan spiritualitas diri
murung serta menangis
2. Melibatkan pasien secara aktif pada perawatannya sendiri
3. Menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pasien
melakukan praktik agamanya secara tepat
A : Distress Spiritual Pada Ny.P

P : Intervensi no 1 dihentikan dan intervensi no 2,


3 dan 4 di lanjutkan

- Bantu pasien mengembangkan spiritualitas diri


- Libatkan pasien secara aktif pada perawatannya sendiri
- Ciptakan lingkungan yang memfasilitasi pasien
melakukan praktik agamanya secara tepat

I:

- Membantu pasien mengembangkan spiritualitas diri


- Melibatkan pasien secara aktif pada perawatannya
sendiri
- Menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pasien
melakukan praktik agamanya secara tepat

E:

- Pasien mengatakan sudah ada harapan untuk hidup


- Pasien mengatakan tidak putus asa
R : Rencana keperawatan tidak dapat dirubah
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia yang
tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu yang berusia
panjang. Pada usia lanjut, terjadi penurunan kemampuan fisik aktivitas menurun,
sering mengalami gangguan kesehatan, dan mereka cenderung kehilangan
semangat. Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik
secara biologis, mental, maupun sosial. Semakin lanjut usia seseorang, maka
kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran-peran sosialnya.
Spiritual menjadi salah satu masalah yang terjadi pada lansia. Perubahan
spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya kehidupan keagamaan
lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan yang terlihat dalam
pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang akan
membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan,
maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan.
Berdasarkan kegiatan spiritual, kondisi lanjut usia meliputi dua hal yaitu megenal
ibadah agama dan kegiatan di dalam organisasi sosial keagamaan.
Perawat dalam hal ini memiliki peran untuk membantu lansia dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya. Perawat berperan sebagai komunikator
perantarabila pasien menginginkan untuk bertemu dengan petugas rohaniawan
atau bila menurut perawat memerlukan bantuan rohaniawan dalam mengatasi
masalah spiritualnya. intervensi keperawatan dari diagnose distress spiritual salah
satunya adalah spiritual support dengan membantu pasien mencapai keadaan
seimbang dan merasa berhubungan dengan kekuatan Maha Besar.

B. Saran
Diharpkan mahasiswa dapat memahami peran perawat kepada lansia dengan
masalah spiritual dan menjadikan sumber materi ini sebagai salah satu acuan
pengetahuan dan menerapkannya dalam dunia kerja nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriyah, I. (2017). Hubungan Respon Spiritual Dengan Derajat Ksehatan Lansia.


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, 1-79.

Ummah, A. C. (2016). Hubungan Kebutuhan Spiritual Dengan Kualitas Hidup Pada


Lansia Di Panti Wredha Kota Semarang. Universitas Diponegoro, 1-76.

Yusuf, A., Nihayati, H. E., Iswari, M. F., & Oktaviasanti, F. (2016). Kebutuhan
Spiritual Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan Keperawatan. Surabaya: Mitra Wacana
Media.

Febriana, dkk. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan


Spiritual Lansia. Universitas Muhammadiyah Ponorogo. 156-161

Anitasari, dkk. (2021). Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Dengan Kualitas


Hidup Lansia. Jurnal Fenomena Kesehata. 463-477

Anda mungkin juga menyukai