Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN


ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH

MELYANI PARESSA
C1814201031

TINGKAT 3A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Isolasi
Sosial”. Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis
secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikian apa yang dapat
penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya dan
khususnya untuk penulis sendiri.

Makassar , 17 Juli 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................................................................


B. Tujuan Penulisan ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................

A. Konsep dasar medis .......................................................................................................


1. Defenisi ....................................................................................................................
2. ResponRentang ......................................................……..........................................
3. Etiologi .....................................................................................................................
4. Manifestasi klinis .....................................................................................................
5. Penatalaksanaan medis ............................................................................................
6. Psikopatologi ………..............................................................................................
B. Konsep Dasar Keperawatan
............................................................................................
1. Pengkajian ...............................................................................................................
2. Pohon masalah ........................................................................................................
3. Diagnosa keperawatan .............................................................................................
4. Intervensi keperawatan. ............................................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena tanpa
kesehatan manusia sulit untuk menjalankan aktivitas. Menurut Undang Undang No 36 tahun
2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik,mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup untuk produktif secara sosial
dan ekonomis. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa,
kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja, secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi pada
komunitasnya.
Sedangkan menurut American Nurses Association (ANA) tentang keperawatan jiwa, keperawatan
jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu dan tingkah laku manusia
sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan,
serta memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada. Selain
keterampilan teknik dan alat klinik, perawat juga berfokus pada proses terapeutik menggunakan diri
sendiri (use self therapeutic) (Kusumawati, 2010).
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1.7 per mil. Gangguan jiwa berat
terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa Tengah. Proporsi Rumah Tangga (RT)
yang pernah memasung Anggota Rumah Tangga (ART) gangguan jiwa berat 14,3 % dan terbanyak pada
penduduk yang tinggal di pedesaan (18,2%), serta pada kelompok yang penduduk dengan kuintal indeks
kepemilihan terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 %.
Provinsi dengan pravalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Jawa Barat, Di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur (Kemenkes RI, 2017).
Salah satu bentuk dari gangguan kesehatan jiwa adalah Skizofrenia. Skizofrenia. merupakan
suatu penyakit otak persisten dan serius dan mengakibatkan perilaku psikologi, pemikiran konkrit, dan
kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecah masalah (Gail, 2007).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berupa perubahan pada psikomotor, kemauan, afek emosi dan
persepsi. Akibat dari gejala yang muncul, timbul masalah masalah bagi klien meliputi, kurang perawatan
diri, resiko menciderai diri dan orang lain, menarik diri, dan harga diri rendah (Townsend, 2008).
Perkembangan jaman menurut kehidupan maniusia semakin modern, begitu juga semakin
bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat modern yang cenderung lebih sekuler, hal
ini dapat menyebabkan manusia semakin sulit menghadapi tekanan-tekanan hidup yang datang. Kondisi
kritis ini juga membawa dampak terhadap peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit mental-
emosional manusia. Sebagai akibat maka akan timbul gangguan jiwa khususnya pada ganggguan isolasi
sosial: Menarik diri dalam tingkat ringan ataupun berat yang memerlukan penanganan dirumah sakit baik
dirumah sakit jiwa atau diunit perawatan jiwa lainnya (Nurjannah, 2005).
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), Isolasi sosial: Menarik diri adalah keadaan dimana
seseorang mengalami atau tidak mampu berintraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin
merasa ditolak,tidak diterima, kesepian dan tidak mampu menbina hubungan yang berarti dengan orang
lain.
Isolasi Sosial : Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara
wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk
mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi
pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri),
termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak
kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain
(Stuart, et al, 2008).
Berdasarkan hasil pencatatan Rekam Medik (RM) di Yayasan Kasih Bangsa Galang pada bulan
Februari sampai Mei 2019 mengalami peningkatan setiap bulannya, dan ditemukan masalah keperawatan
pada klien rawat inap dan rawat jalan yaitu Halusinasi mencapai 5 klien, Risiko Prilaku Kekerasan 3 klien,
Defisit perawatan Diri 1 klien, Isolasi Sosial 13 klien, Harga Diri Rendah 2 klien dan Waham 6 klien.
Data diatas tersebut didapatkan masalah isolasi sosial di Yayasan Kasih Bangsa Galang
menempati posisi pertama dan perawat bertanggung jawab dalam meningkatkan derajat kemampuan jiwa
klien seperti meningkatkan percaya diri klien dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Memberikan pengertian tentang kerugian menyendiri dan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain
sehingga diharapkan mampu terjadi peningkatan interaksi pada klien.
Berdasarkan pemaparan di atas saya tertarik untuk menulis KTI dengan judul “Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Tn.S dengan Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri di Yayasan Kasih Bangsa
tahun 2019 “.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Dasar Medis pada Kasus Isolasi Sosial?
2. Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan pada Kasus Isolasi Sosial?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Medis Dari Kasus Isolasi Sosial
2. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Dari Kasus Isolasi Sosial
BAB II

PEMBAHASA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi

Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati, dkk (2010) adalah suatu
keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain menyatakan negatif
dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalanya
(Depkes, 2006 dalam Dermawan, dkk 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2011).
Menurut Depkes RI penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu
tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan
sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap. Menurut
Carpenito (2007), isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau
kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk
membuat kontak. Menurut Rawlins & Heacock, isolasi sosial atau menarik diri
merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang
lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai
kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam
kegagalan.
Menurut Dalami, dkk. (2009), isolasi sosial adalah gangguan dalam
berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
Jadi isolasi sosial Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak mampu
berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya.
2. Rentang Respon

Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali pada


masa remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang masa dewasa. Gangguan
tersebut merupakan pola respon maladaptive, tidak fleksibel, dan menetap yang
cukup berat menyababkan disfungsi prilaku atau distress yang nyata.

1) Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara


yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi, dkk
(2013) respon ini meliputi:

a. Menyendiri
Menyendiri merupakan respon yang dilakukan individu untuk
merenungkan apa yang telah terjadi atau dilakukan dan suatu cara
mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.
b. Otonomi
Otonomi merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial, individu
mampu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.
c. Kebersamaan
Kebersamaan merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian,
saling member, dan menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Saling ketergantungan
Saling Ketergantungan merupakan suatu hubungan saling
ketergantungan saling tergantung antar individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
2) Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan
masyarakat. Menurut Riyardi, dkk (2013) respon maladaptif tersebut adalah :
a. Manipulasi
Manipulasi merupakan gangguan sosial dimana individu
memperlakukan orang lain sebagai objek, hubungan terpusat pada
masalah mengendalikan orang lain dan individu cenderung berorientasi
pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai
pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat
untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu
sebagai subyek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak
mampu merencanakan tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan
miskin penilaian.
c. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku ogosentris,
harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari
orang lain.
d. Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain.

3. Etiologi

Isolasi sosial : menarik diri dapat terjadi dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan

faktor presipitasi.

1) Faktor predisposisi
Menurut Fitria (2009) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi sosial
yaitu:
a. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas
perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya dapat
menimbulkan suatu masalah.

Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal (Stuart, et al dalam Fitria,


2009).
Tahap perkembangan Tugas
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
Masa prasekolah Melajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung jawab,
dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan
berkompromi
Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama
jenis kelamin
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan
teman, mencari pasangan, menikah dan mempunyai
anak
Masa tenga baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan
perasaan ketertarikan dengan budaya

b. Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang
termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan
ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk hubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
c. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang
tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang
cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat
mempengaruhi gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada
klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan
ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
2) Faktor Presipitasi

Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi oleh
factor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokan
sebagai berikut:
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan
oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.
Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan individu.

4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial : menarik diri

menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:

1) Gejala Subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respon verbal kurang atau singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa ditolak

2) Gejala Objektif
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
i. Ekpresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
m. Memasukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urine dan feses
o. Aktifitas menurun
p. Kurang enenrgi (tenaga)
q. Rendah diri
r. Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi
tidur).

5. Penatalaksanaan Medis

Jenis penatalaksanaan yang biasa dilakukan dalam kelompok penyakit

skizofrenia termasuk isolasi sosial adalah :

1) Psikofarmaka
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi
atau menghilangkan gejala – gejala gangguan jiwa. Yang tergolong
dalam pengobatan psikofarmaka antara lain :
a. Chlorpromazine (CPZ)
Atas indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat untuk
menilai realistis, waham halusinasi, gangguan perasaan dan
perilaku atau tidak terkendali tidak mampu bekerja. Dengan efek
samping hipotesis, epilepsy, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat.
b. Haloperidol (HLP)
Atas indikasi berdaya berat dalam kemampuan menilai realita
dalam fungsi mental serta dalam fungsi kehidupan sehari – hari
dengan efek samping yaitu : penyakit hati, penyakit darah
(anemia, leucopenia, agranulositosis), epilepsy, kelainan jantung,
febris, dan ketergantungan obat.
c. Tryhexipenidil (THP)
Atas indikasi segala jenis perkinson, termasuk pasca encephalitis
dengan efek samping yaitu mulut kering, penglihatan kabur,
pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urin. Kontra indikasinya yaitu hipersensitif
terhadap tryhexipenidil, glukosa sudut sempit, hipertropi prostate
dan obstruksi saluran cerna.
2) Pemeriksaan Penunjang (ECT / Psikotherapy)
Merupakan pengobatan untuk menurunkan kejang grandial yang
menghasilkan efek samping tetapi dengan menggunakan arus listrik.
Tujuan untuk memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat
mempermudah kontak dengan orang lain. Dengan kekuatan 75 – 100
volt, ECT diberikan pada klien dengan indikasi depresi berat dan terapi
obat sebelumnya tidak berhasil, klien akan beresiko bunuh diri dan
skizofrenia akut.

6. Psikopatologi

Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa


sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahalnya
rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap
kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut dengan orang
yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga
diri (self estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk
dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu
mekanisme koping yang adekuat.
Sumber-sumber koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan
masalah, tekhnik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping sebagai
model ekonomi dapat membantu seseorang mengintregrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. Semua orang
walaupun terganggu prilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang
mungkin meliputi: aktivitas keluarga, hobi, seni, kesehatan dan perawatan diri,
pekerjaan kecerdasan dan hubungan interpersonal. Dukungan sosial dari
peningkatan respon psikofisiologis yang adaptif, motifasi berasal dari dukungan
keluarga ataupun individu sendiri sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan
diri pada individu (Stuart, et al, 2008)

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian,
nomor rekam medis.
b. Faktor predisposisi Menurut Dalami (2009) :
Faktor perkembangan (Masa bayi,Toodler,Prasekolah,Anak
sekolah,Praremaja,Dewasa muda,Dewasa tengah,Dewasa lanjut) , Faktor
biologis, Faktor Sosiokultural, Faktor Dalam Keluarga
c. Faktor presipitasi :

Stressor Sosiokultural(Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya


stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya
karena dirawat di rumah sakit.)
Stresor Psikologis (Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.
Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang
lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas tingkat tinggi
d. Mekanisme koping :

Individu yang mengalami respon sosial maladaptif, menggunakan berbagai


mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan
dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, 2006). Koping yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian anti sosial antara lain :proyeksi,
merendahkan orang lain. Koping ini berhubungan dengan gangguan kepribadian
ambang : formasi reaksi, isolasi, idelisasi orang lain dan merendahkan orang lain.
e. Sumber Koping
Menurut (Gail, 2006), sumber koping berhubungan dengan respon sosial
maladaptif meliputi : keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan
teman.
2. Skenario Kasus

3. Pohon masalah

RESIKO BUNUH
Efek
DIRI (D.0135)

ISOLASI SOSIAL Masalah Utama

HARGA DIRI
RENDAH
SITUASIONAL

3. Analisa Data
4. Diagnosa keperawatan
a. Harga Diri Rendah Situasional (D.0087)
b. Isolasi Sosial (D.0121)
c. Resiko Bunuh Diri (D.0135)

4. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Harga diri rendah Harga diri (l.09069) Promosi harga diri
situasional (D.0087) meningkat (I.09308)
Dengan kriteria hasil : Observasi:
- Penilaian diri - Monitor tingkat
positif cukup harga diri setiap
meningkat waktu, sesuai
- Penerimaan kebutuhan
penilaian positif - Monitor
terhadap diri verbalisasi yang
sendiri meningkat merendahkan diri
- Perasaan malu sendiri
cukup menurun Terapeutik:
- Perasaan bersalah - Motivasi terlibat
cukup menurun dalam verbalisasi
positif untuk diri
sendiri
- Diskusikan
alasan
mengkritik diri
atau rasa
bersalah
- Berikan umpan
balik positif atas
peningkatan
mencapai tujuan
Edukasi:
- Jelaskan pada
keluarga
pentingnya
dukungan dalam
perkembangan
konsep positif
diri pasien
- Latih cara
berpikir dan
berprilaku positif
2 isolasi social (D. 0121) Keterlibatan social Promosi sosialisasi
(l.13115) meningkat (I. 13498)
Dengan kriteria hasil: Observasi:
- Minat interaksi - Identifikasi
cukup meningkat hambatan
- Verbalisasi isolasi lakukan interaksi
cukup menurun dengan orang
- Perilaku menarik lain
diri cukup menurun Terapeutik:
- Verbalisasi - Motivasi
perasaan berbeda berpartisipasi
dengan orang lain dalam aktivitas
cukup menurun baru dan
kegiatan
kelompok
- Diskusikan
perencanaan
kegiatan dimasa
depan
Edukasi:
- Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
- Latih
mengekspresikan
marah dengan
tepat

3. Resiko Bunuh Diri (D. Kontrol diri (l.09076) Pencegahan Bunuh


0135) meningkat Diri (I.14538)
Dengan kriteria hasil : Observasi:
- Perilaku melukai - Identifikasi
diri sendiri/orang gejala bunuh diri
lain cukup menurun (mis. Gangguan
- Verbalisasi mood, halusinasi,
keinginan bunuh delusi, panic,
diri menurun penyalahgunaan
- Alam perasaan zat, kesedihan,
depresi cukup gangguan
menurun kepribadian
- Monitor adanya
perubahan mood
atau perlaku
Terapeutik:
- Lakukan
pendekatan
langsung dan
tidak
menghakimi saat
membahas bunuh
diri
- Tingkatkan
pengawasan pada
kondisi tertentu
(mis. Rapat staf,
pergantian shif)
- Hindari diskusi
berulang tentang
bunuh diri
sebelumnya,
diskusi
berorientasi pada
masa sekarang
dan masa depan.
Edukasi:
- Anjurkan
mendiskusikan
perasaan yang
dialami kepada
orang lain
- Jelaskan
tindakan bunuh
diri kepada
keluarga atau
orang terdekat
Kolaborasi:
- Rujuk ke
pelayanan
kesehatan
mental, jika perlu
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani saksi kurungan atau saksi lainnya,
menurut perundang-undangan. Pengertian narapidana menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak
pidana) atau terhukum. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1995
tentang Permasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Permasyarakatan. Karena terkucilkan dari masyarakat umum,
berbagai masalah kejiwaan narapidana kemungkinan akan muncul, diantaranya :
c. Harga diri rendah dan Konsep diri yang negative
d. Risiko bunuh diri
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri .

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca agar mempelajari isi dari makalah
tersebut. Diharapkan pembeca juga telah meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mengenai asuhan persalinan yang terbagi ats empat kala. Dan juga sebaiknya pembaca
mencari buku ataupun mencari di internet mengenai asuhan persalinan agar memahami
asuhan persalinan
DAFTAR PUSTAKA

I Gusti Ngurah Juniartha; I Dewa Made Ruspawan ; Ida Erni Sipahutar. 2012.
Hubungan Antara Harga Diri (Self- Esteem) Dengan Tingkat Stress Narapidana
Wanita Dilapas Kelas Ii A Denpasar. Denpasar. Coping Ners Journal
Hajar Siti. 2017. Hubungan Harga Diri Dengan Kualitas Hidup Narapidana
Dilembaga Pemasyarakatan NARKOTIKA KELAS II A Jogjakarta. Jogjakarta.
Universitas Aisyiah Yogyakarta
Maryatum Sri; Achir Yani .S Hamid ; Mustikasari . 2014. Logoterapi Meningkatkan
Harga Diri Narapidana Perempuan Pengguna Narkotika

Syafaat; Rachmat. 2010. Dagang Manusia- Kajian Traffcing Terhadap Perempuan


Dan Anak Dijawa Timur. Jogjakarta. Lappera Pustaka Utama

Sumardi; Mulyanto. 2009. Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok. Jakarta . Rajawali

Anda mungkin juga menyukai