TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Terapi di
Pola Terapi di
Nulipara Multipara Rumah
persalinan Puskesmas
Sakit
Kelainan • Dukungan dan
pembukaan terapi
serviks < 1,2 < 1,5 ekspektatif
• Kemajuan cm/jam cm/jam • Seksio
pembukaan caesareabila
(dilatasi) CPD atau
serviks pada obstruksi
fase aktif
• Kemajuan < 1 cm/jam < 2 cm/jam
turunnya
bagian
• terendah
Partus mace • Infusoksitosin,
• Fase > 3 jam > 1 jam bila tak ada
deselerasi kemajuan,
memanjang lakukan seksio
• Terhentinya > 2 jam > 2 jam caesaria
pembukaan
(dilatasi) • Seksio caesaria
• Terhentinya > 1 jam > 1 jam bila CPD atau
penurunan obstruksi
bagian
terendah Tidak ada Tidak ada
• Kegagalan penurunan penurunan
penurunan pada fase pada fase
bagian deselerasi deselerasi
terendah atau Kala 2 atau Kala 2
Kemenkes RI (2013)
13
2.2.2 Etiologi
Menurut Kumar (2014) penyebab terdiri dari 3P yaitu :
a. Power atau kekuatan ekspulsi :
1) Kontraksi uterus yang hipotonik–intrinsik, sediasi yang
berlebihan, anestesi regional
2) Cincin kontraksi kekuaan mengejang ibu yang tidak
memadai,anestesi epidural.
b. Passenger (kondisi bayinya) :
1) Makrosomia
2) Malpresentasi
3) Malposisi
4) Sikap janin defleksi
5) Anomaly janin
c. Passage (jalan lahir)
1) Disproporsi sevalo pelvic
2) Tumor pelvis
2.2.4 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum
Segera rujuk ibu ke rumah sakit yang memiliki pelayanan secsio
caesaria.
b. Penatalaksanaan khusus
1) Tentukan penyebab persalinan lama
a) Power His tidak adekuat (His dengan frekuensi < 3x10
menitdan durasi setiap kontraksinya < 40 detik)
b) Passenger malpresentasi, malposisi, janin besar
c) Passenger panggul sempit, kelainan serviks atau vagina,
tumorjalan lahir
d) Sesuaikan tatalaksana dengan penyebab dan situasi.
Prinsip umum : lakukan augumentasi persalinan dengan
oksitosin dan /amniotomi, lakukan tindakan operatif (forsep,
vakum, atau seksio caesaria), untuk gangguan passenger dan
atau passage serta untuk gangguan power yang tidak dapat
diatas oleh augmentasi persalinan. Jika ditemukan obstruksiatau
CPD tata laksananya adalah caesaria
Berikan antibiotika (kombinasi ampisilit 2 gram IV tiap 6
jam dengan tamisin 5 mg/kg BB tiap 24 jam) jika
ditemukan : Tanda-tanda infeksi (demam, cairan,
pervaginam berbau) atau Ketuban pecah dini lebih dari 18
jam atau Usia kehamilan > 37 minggu, pantau tanda-tanda
gawat janin, catat hasil analisis danseluruh tindakan dalam
rekam medis lalu jelaskan pada ibu dan hasil analisis serta
rencana tindakan selanjutnya (Kemenkes, 2013)
3) Intervensi Keperawatan
(a) Nyeri akut : ajarkan teknik pernafasan dan relaksasi
(b) Gangguan pola eliminasi : palpasi di atas simpisis, cata dan
bandingkan intake/output.
(c) Observasi tanda-tanda vital, kaji keadaan kulit dan
membrane mukosa
(d) Gangguan konsep diri : kaji respon ibu /suami terhadap
kelahiran, dorong menyampaikan perasaannya, dukung
dan bantu rileks
(e) Potensil injury : ajarkan ibu miring kiri, palpasi fundu uteri
dan kosongkan tiap dua jam (tekanan pada presentasi
trauma), monitor kontrasi uterus, monitor tanda-tanda
vital.
(f) Potensial gangguan pertukaran gas (O2) feal : kaji
kelahiran ibu (uteroplasenta sirkulasi) dm, cardiac
disorder, monitor FHR /
15 menit : < 120x/menit atau > 160x/menit,
monitorditingkatkan saat terjadi ruptur membran.
(g) Prioritas asuhan adalah meningkatkan kesejahteraan ibu
danjani serta memberikan support fisik dan emosi
g. Tahap Transisi (Deselerasi)
1) Kala I
a) Pengkajian
Perilakuk iritabel, kurang mampu mengontrol diri,
pernafasan (perlu dipimpin), mual dan muntal dikeluhkan
oleh ibu, tidak nyaman pada abdomen dan sacrum, gelisah,
nyeri, takut, ada rasa meneran, merasa panas, kontraksi/his
meningkat setiap 2-3menit selama 45-60 detik, dilatasi 8-
10 cm, janin maju dan turun, lendir dan darah meningkat,
berkeringat banyak, tekanan darah meningkat 5-10 mm
Hg.
b) Prioritas Asuhan Keperawatan
20
selama faseaktif dan tiap 5 menit selama kala dua. Jika terdapat
gawat janin, lakukan seksio sesarea; kecuali jika syarat-syaratnya
dipenuhi, lakukan ekstraksi vakum atau forceps. Jika ketuban
sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah,
pikirkan kemungkinan gawat janin.
Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban
pecah, pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air
ketuban yangmungkin menyebabkan gawat janin. Perbaiki
keadaan umum dengan :
a. Memberikan dukungan emosi. Bila keadaan masih
memungkinkan anjurkan bebas bergerak, duduk dengan
posisiyang berubah (sesuaikan dengan penanganan persalinan
normal).
b. Berikan cairan baik secara oral atau parenteral dan upayakan
buang air kecil (hanya perlu katerisasi bila memang
diperlukan)
2.3.3 Penanganan
Kewaspadaan dalampertolongan persalinan sudah dilakukan
sejak semula, dengan melakukanobservasi (kontraksi, his, penurunan
bagian terendah, pembukaan) sehinggasetiap saat keadaan ibu dan
janin dapat diketahui dengan pasti. Jika kala IIdibiarkan berlangsung
lama maka janin akan mengalami peningkatan hipoksiadan gawat
janin.
a. Penanganan Umum
1) Nilai cepat keadaan umum wanitahamil tersebut termasuk
tanda-tandavital tingkat hidrasinya.
2) Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah
his.Hitungfrekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30
menit selama faseaktif dan tiap 5 menit selama kala II.
3) Memperbaiki keadaan umum.
Dengan memberikan dukungan emosional, bila keadaan
23