LANDASAN TEORI
4) Posisi
Ganti posisi teratur kala II persalinan karena dapat mempercepat kemajuan
persalinan. Bantu ibu memperoleh posisi yang paling nyaman sesuai engan
keinginannya.
5) Penolong persalinan
Kehadiran penolong yang berkesinambungan (bila diinginkan ibu) dengan
memelihara kontak mata seperlunya, bantuan memberi rasa nyaman, sentuhan
pijatan dan dorongan verbal, pujian serta penjelasan mengenai apa yang terjadi
dan memberikan informasi.
6) Pendamping persalinan
Pendamping persalinan merupakan factor pendukung data lancarnya
persalinan. Dorongan dukungan berkesinambungan, harus ada seorang yang
menunggui setiap saat, memegang tanggannya dan memberikan kenyamanan.
7) Psikologi ibu
Melibatkan psikologi ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi
sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
(Marmi, 2016)
Gambar. Mekanisme persalinan pada presentasi oksiputanterior kiri . (A) Engagement dan
penurunan,(B) FLeksi, (C) Putaran Paksi dalam, (D) Eksetnsi,(E)Restitusi (F) Putaran Paksi luar
(Bidan Indonesia, 2018)
2.2.3 Partograf
1) Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinis (JNPKKR, 2017). Partograf digunakan
untuk mendeteksi jika ada penyimpangan/masalah dari persalinan, sehingga menjadi
partus abnormal dan memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan
persalinan. Partograf merupakan suatu sistem yang tepat untuk memantau keadaan
ibu dan janin dari yang dikandung selama dalam persalinan waktu ke waktu Partograf
harus digunakan untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sampai dengan
kelahiran bayi.
2) Tujuan
a) Mencatat hasilo bservasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui periksa dalam , menilai kualitas kontraksi uterus dan penurunan
bagian terbawah
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal , dengan demikian
juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama
c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantaian kondisi ibu. Kondisi bayi, grafik
kemajuan prose persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan ,
pemeriksaan laboratorium , membuat keputusan klinik dan asuhan atau Tindakan
yang diberikan , dimana semua itu harus dicatakan secara rinci pada status atau
rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir (JNPKKR, 2017)
Partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
a) Kemajuan persalinan
b) Kondisi ibu dan janin
c) Asuhan yang diberikan
d) Deteksi dini dan keputusan klinik
e) Denyut Jantung Janin di catat selama 30 menit
f) Air ketuban dicatat setiap melakukan pemeriksaan vagina:
U : Selaput Utuh
4. pembukaan mulut rahum (serviks), dinilai satiap 4 jam dan diberi tanda silang
(X) (Yulizawati dkk,
gunakan:
a) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala 1 persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan.partograf harus di gunakan untuk semua
persalinan,baik normal maupun patologis.partograf sangat membantu penolong
persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik,baik
persalinan dengan penyulit maupun yang tidak di sertai dengan penyulit
b) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah,
puskesmas,polindes,pos kesehatan,rumah sakit, dll).
c) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayi nya(spesialis obstetri, dokter umum,residen
obsterti, bidan,dan mahasiswa ke dokteran
3) Komponen
Komponen (Effectivitness) partograf kedepanya sangat bermanfaat karena akan
memberikan kemudahan bagi bidan untuk membuat laporan persalinan (partograf).
Selain itu akan dihasilkan data yang tepat dan mudah untuk dibaca dan disimpan
dalam database yang aman dan dapat dicari dengan cepat jika sewaktu-waktu
diperlukan.
Kondisi ibu dan bayi juga harus di nilai dan di catat dengan seksama yaitu:
a) Denyut jantung janin:setiap ½ jam
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam
c) Nadi: setiap ½ jam
d) Pembukaan servik:setiap 4 jam
e) Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam
f) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
g) Produksi urine, aseton dan protein: setiap 2/4 ja
a) Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan
setiap 30 menit selama fase aktif
b) Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi.
c) Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai
d) Catat temuan-temuan di kotak yang sesuai dengan waktu penilaian
(JNPKKR, 2017).
1) Pembukaan 4 cm dengan kualitas kontraksi tidak memadai dan lamanya 30-40 detik
maka jadwalkan pemeriksaan ulang satu jam kemudian sebelum mencantumkan hasil
pemeriksaan pembukaan serviks.
Jika pemeriksaan ulang mendapatkan hasil yang sama pembukaan 4 cm, kontraksi 3 kali
dalam 10 menit dan penurunan masih seperti pemeriksaan sebelumnya maka
kemungkinan parturient ( ibu dalam impartu) sebelum memasuki fase aktif persalinan
kala 1 dan patograf tidak dapat sampai terjadi perbaikan kontraksi, pembukaan dan
penurunan bagian terbawah janin.
Pantau kondisi ibu dan nilai kembali kontraksi 3 kali dalam 10 menit dan lamanya di atas
40 detik kemudian tentukan apakah perlu dilakukan penilaian ulang (pemeriksaan
dalam)untuk memastikan dibuatnya patograf
2) Pembukaan 4 cm yang diikuti dengan 3 kali atau lebih kontraksi dalam 10 menit dan
lamanya di atas 40 detik (40-60 detik) serta penurunan bagian terbawah janin telah
melewati bidang tengah panggul (2/5 menurut perlimaan periksa luar suprasimfisis)
maka buat patograf dengan mencatatkan pembukaan serviks di garis waspada, baru
lanjutkan dengan mencantumkan data lainnya pada label dan grafik partograf
3) Pembukaan di atas 4 cm disertai dengan kontraksi 3 kali dalam 10 menit dengan lama
kontraksi di bawah 40 detik dan penurunan bagian terbawah janin pada bidang tengah
panggul maka patograf belum dibuat dulu hingga pemeriksaan berikutnya dilakukan ( 1
jam kemudian)
4) Bila pemeriksaan ulang menghasilkan data yang sama maka pasien dikategorikan
sebagai inersia uteri hipotonik dan rujuk ke rumah sakit rujukan terdekat untuk
dilakukan augumentasi dan penilaian ulang.
1) Gambar
2.3 Konsep persalinan ketuban pecah dini
Letak bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong di bawah kavum uteri (Tu’sadiah & Zulaihah, 2019)
Persalinan sungsang merupakan suatu kelainan patologis. Hal ini berhubungan dengan tingginya
morbilitas dan mortalitas perinatal pada persalinan pervaginam letak sungsang, termasuk angka
kejadian asfiksia perinatal. Dilihat dari pembagian klasifikasi persentasi sungsang yang terdiri dari
presentasi bokong murni (frank breech), persentasi bokong sempurna (complete breech) dan
persentasi kaki (foot ling) dimana insident presentasi bokong di Indonesia berkisar antara 3 –4 %
pada umur kehamilan cukup bulan (>37 minggu) presentasi bokong merupakan malpresentasi
yang paling sering di jumpai. (Ariana, 2019)
Penyebab persalinan letak bokong sebagian besar disebabkan oleh multiparitas, rahimnya sudah sangat
elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya. Pada
grandemultipara sering didapatkan perut gantung, akibat regangan uterus yang berulang-ulang karena
kehamilan dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus, sehingga uterus menjadi jatuh ke
depan, disebut perut gantung. Perut gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan his karena
posisi uterus yang menggantung ke depan sehingga bagian bawah janin tidak dapat menekan dan
berhubungan langsung serta rapat dengan segmen bawah rahim. Akhirnya janin dapat mengalami
kelainan letak, seperti letak sungsang.
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah
prematuritas, multipara, gemelli, oligohidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul
sempit. Setiap keadaan yang mempengaruhi masuknya kepala janin ke dalam panggul mempunyai
peranan dalam etiologik presentasi bokong (Ilhamjaya & Tawali, 2020). Banyak yang tidak diketahui
sebabnya, dan setelah mengesampingkan kemungkinan-kemungkinan lain maka sebab malposisi
tersebut baru dinyatakan hanya karena kebetulan saja. Sebaliknya, ada presentasi bokong yang
membakat. Beberapa ibu melahirkan bayinya semuanya dengan presentasi bokong, menunjukan bahwa
bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong dari pada
presentasi kepala. Implantasi placenta di fundus di cornu uteri cenderung untuk mempermudah
terjadinya presentasi bokong.
Beberapa kondisi klinis yang mengganggu pergerakan janin ke presentasi kepala, baik dengan
meningkatkan maupun menurunkan motilitas janin, dapat menyebabkan malpresentasi bokong
(sungsang). Contoh kondisi klinis tersebut adalah prematuritas, gestasi multipel, anomali
kongenital, fibroid uterus, dan plasenta previa. Semakin prematur bayi dilahirkan, semakin tinggi
angka kejadian malpresentasi bokong. Apabila bayi dilahirkan aterm, maka persentase terjadinya
malpresentasi bokong hanya berkisar di 3-4% kasus saja
Bila direncanakan dilakukan persalinan pervaginam ada skoring untuk memprediksi keberhasilan
pada persalinan sungsang yaitu dengan Zatuchni Andros score.
Merupakan indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan pada letak sungsang
dapat pervaginam atau perabdominal.
Parameter 0 1 2
Ket :
Skor yang lebih tinggi dapat dilahirkan pervaginam, namun bukan merupakan suatu jaminan bahwa
persalinan pervaginam pasti berhasil.
- Setelah bokong lahir, bokong dan paha janin dicekam dengan kedua tangan, sedemikian
hingga kedua ibu jari + sejajar pada pangkal paha dan 4 jari lainnya menggenggam
bokong; disertai ekspressi Kristeller oleh asisten.
- Setelah ujung tulang scapula lahir, bokong diarahkan ke atas perut itu untuk menambah
lordose. Tidak boleh melakukan tarikan pada janin karena lengan dapat menjungkit ke
atas. Ekspressi dari luar tetap.
- Bokong tetap diarahkan ke perut ibu, hingga kedua lengan lahir.
- Ekspresi dari luar tetap, hingga mulut dan hidung bayi tampak dari vulva. Sisa kepala
dilahirkan dengan mengarahkan punggung bayi ke perut ibu.
3) Persalinan kepala
1. Secara Mauriceau veit Smellie
Bila terjadi kegagalan persalinan kepala dapat dilakukan pertolongan secara
Mauriceau (Viet Smellie):
Badan anak ditunggangkan pada tangan kiri
Tali pusat dilonggarkan
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut bayi, dua lain diletakkan pada tulang pipi
serta menekan kea rah badan bayi sehingga fleksi kepala dapat dipertahankan
Tangan kanan memegang leher bayi, menarik curam ke bawah sampai suboksiput
sebagai hipomoklion, kepala bayi diputar ke atas sehingga berturut-turut lahir dagu,
mulut, hidung, mata, dahi, kepala bayi seluruhnya.
2. Persalinan kepala dengan ekstraksi forsep
Kegagalan persalinan kepala dengan teknik Mauriceau Viet Smellie dapat
diteruskan dengan ekstraksi forsep.
Seluruh badan bayi dibungkus dengan duk steril diangkat ke atas sehingga kepala
bayi mudah di lihat untuk aplikasi forsep
Daun forsep kiri dipasang terlebih dahulu, diikuti daun forsep kanan dilakukan
penguncian forsep
Badan bayi ditunggangkan pada gagang forsep
Dilakukan tarikancuram ke bawah sehingga subaksiput berada di bawah simfisis,
dilakukan tarikan ke atas sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut dan hidung
Mata dan dahi diiukuti seluruh kepala bayi
Bayi diletakkan ke atas perut ibu, untuk memotong tali pusat
Lendir di bersihkan dari jalan napas
Selanjutnya dilakukan perawatan sebagaimana mestinya.
b. Ekstrasi kaki
Ekstraksi kaki lebih mudah dibandingkan dengan ekstraksi bokong. Oleh karena itu,
bila diperkirakan akan melakukan ekstraksi bokong diubah menjadi letak kaki.
Menurunkan kaki berdasarkan prokfilaksis Pinard, yaitu pembukaan sedikitnya 7 cm.
Ketuban telah pecah atau dipecahkandan diturunkan kaki ke depan. Bila terdapat
indikasi dilakukan ekstraksi kaki dengan seluruh kekuatan berasal dari penolong
persalinan. Teknik lainnya sama dengan di atas.
Saifuddin. 2009. Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
R. choirunissa, S suprihatin jurnal akademi 2019 -Lamanya persalinan kala 1 pada multigravida
di puskesmas kecamatan menteng jakarta pusat (2),2019 ejurnal.husadakaryajaya.ac.id
Prawiroharjo,S. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan bina Pustaka
Mika Oktarina, (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinam dan Bayi Baru Lahir .
Yogyakarta:Deepublish.
Yeyeh Ai. (2019). Asuhan Kebidanan Neonatus , Bayi dan Anak Prasekolah. TIM.
DAFTAR PUSTAKA
Bidan Indonesia. (2018). Kebidanan Teori dan Asuhan (Volume 1). EGC.
JNPKKR. (2017). Asuhan Persalinan Normal , Asuhan Esensial Bagi Ibu Bersalin dan
Bayi Baru Lahir Serta Penatalaksanaan Komplikasi Segera Pasca Persalina dan
Nifas.
Marmi. (2016). Intranatal Care. Pustaka Pelajar.Bidan Indonesia. (2018). Kebidanan Teori
dan Asuhan (Volume 1). EGC.
Yulizawati dkk. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Asuhan Kebidanan Pada
Persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, R. (2019). Gambaran Derajat Asfiksia Neonatorum pada Persalinan Pervaginam Letak Sungsang di RSD
Kalisat. 2(1), 1–23.
Ilhamjaya, A. M., & Tawali, S. (2020). Angka Kejadian Dan Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Janin
Letak Sungsang Dari Ibu Hamil Yang Melahirkan Di Rsws Makassar. Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian
Kedokteran Dan Kesehatan, 2(2), 55–61. https://doi.org/10.31970/ma.v2i2.52
Nordiansyah Putra. (2017). Rencana Partus Pervaginam pada Kehamilan Aterm dengan Presentasi Bokong dan
Ketuban Pecah Dini. 7(April), 81–84. https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/viewFile/
726/pdf
Tauhid, L. (2021). ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY. U USIA 27 TAHUN G3P1A1 DENGAN
LETAK SUNGSANG DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN G KOTA BOGOR. In Convention Center Di Kota
Tegal (Vol. 4, Issue 80). https://repo.poltekkesbandung.ac.id/3517/
Tu’sadiah, H., & Zulaihah, I. (2019). Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Dengan Letak Sungsang di RSUD dr. Drajat
Prawiranegara. Journal Of Applied Health Research And Development, 1(1), 1–9. https://jurnal.poltekkes-
aisyiyahbanten.ac.id/index.php/path/article/download/11/3