INC
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai
(inpatru) sejak uterus berkontrasi dan menyebabkan perubahan pada servik (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu
bila kontrasi uterus tidak mengakibatkan perubahan servik (Manuaba, 2002).
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap
tahapan persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan
pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir (APN, 2008).
2. Jenis Persalinan
Menurut Manuaba (1998), persalinan dibedakan menjadi:
a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan.
Macam-macam persalinan :
a. Partus precipitates
Bila persalinan berlangsung sangat cepat (2 jam sejak tanda persalinan janin
sudah lahir).
b. Partus dengan tindakan
Bila persalinan dilakukan dengan bantuan alat .
c. Painless Labor
Merupakan persalinan dengan mengurangi rasa nyeri pada ibu.
1
3. Sebab - Sebab Terjadinya Persalinan
3.1 Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum persalinan, terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan
progesterone dimana progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim dan akan menyebabkan ketegangan pembuluh darah sehingga timbul his
apabila kadar progesteron menurun.
3.2 Teori plasenta menjadi tua
Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang akan menimbulkan kontraksi rahim.
3.3 Teori distensi rahim
Rahim menjadi meregang dan membesar sehingga menyebabkan kontraksi otot-
otot rahim yang mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
3.4 Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale yang apabila digeser/ditekan
akan menyebabkan kontraksi uterus.
3.5 Induksi persalinan
Persalinan dapat ditimbulkan dengan jalan:
3.5.1 Gagang laminaria = beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis
servikale dengan tujuan merangsang frankenhauser.
3.5.2 Amniotomi = pemecahan ketuban.
3.5.3 Oksitosin drip = pemberian oksitosin menurut tetesan per-infus (Rustam
Mochtar, 1998).
3.6 Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise pars posterior. Dengan
menurunnya kadar progesterone akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat dimulai.
3.7 Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh dicidua. Prostaglandin memicu terjadinya persalinan.
Prostaglandin memegang peranan penting dalam proses pematangan serviks
pada manusia. Prostaglandin utama yang dihasilkan oleh serviks adalah PGE2,
PGI2 dan PGFα2 yang peningkatannya dihubungkan dengan proses pematangan
serviks. Prostaglandin memberikan efek stimulasi otot polos uterus sehingga
2
memberikan stimulan yang baik untuk kontraksi uterus dan menyebabkan portio
melunak.
3.8 Teori berkurangnya nutrisi janin
Teori ini menyatakan dimana berkurangnya nutrisi janin akibat tuanya placenta
akan memberikan feed back ke otak bahwa hasil konsepsi harus segera
dikeluarkan (Sarwono, 2006)
6
dapat membantu ibu dalam melahirkan bayinya sehingga kepala lebih
mudah lahir.
b. Posisi merangkak membuat ibu lebih nyaman untuk meneran dan dapat
membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri punggung saat persalinan serta
mengurangi peregangan perineum.
c. Posisi berbaring miring kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga dapat mengurang resiko
terjadinya laserasi perineum. Posisi ini membantu beberapa ibu dalam
perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi
oksiput anterior. Selain itu posisi ini juga baik untuk oksigenasi pada bayi.
d. Posisi jongkok dan berdiri membantu turunnya kepala, mempercepat
kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri
5.7 Pendamping
Bukan hanya saat mempersiapkan kelahiran, calon ayah juga bisa terlibat saat
persalinan. Peran pendamping dalam persalinan yaitu memberi dukungan
emosional/psikis, pemberian dukungan fisik seperti membantu ibu memijat
punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya,
menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air
hangat atau dingin, membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi.
Pemberian dukungan instrument seperti, memberikan ibu makanan ringan dan
minuman yang cukup untuk memberikan energi dan mencegah dehidrasi.
Pemberian dukungan informasi seperti mengucapkan kata-kata yang
membesarkan hati dan pujian kepada ibu, dan suami SIAGA (siap antar jaga).
(APN, 2008)
9
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servik (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit)
c. Cairan lendir bercampur darah (“show”)
7.1.3 Perubahan Fisik pada Kala I:
a. Perubahan Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dialirkan dari uterus dan masuk ke dalam
system vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung meningkat
10% - 15%.
b. Perubahan Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (systole rata-rata naik 15
mmHg, diastole 5-10 mmHg), antara kontraksi tekanan darah kembali
normal pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah.
c. Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob akan meningkat secara berangsur disebabkan
karena kecemasan dan aktifitas otot skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan
adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan
cairan yang hilang.
d. Suhu Tubuh
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit meningkat
selama persalinan. Peningkatan ini jangan melebihi 0.5ºC sampai dengan
1ºC.
e. Detak Jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara
dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit
meningkat dibandingkan sebelum persalinan.
f. Perubahan Pernapasan
Peningkatan aktivitas fisik dan pemakaian oksigen, terlihat dari peningkatan
frekuensi pernapasan. Hyperventilasi dapat menyebabkan alkalosis
respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan hypocapnea (CO2 menurun).
g. Perubahan neurologi
Perubahan sensoris terjadi pada saat wanita memasuki tahap pertama
persalinan.
10
h. Perubahan muskuloskeletal
Sistem mengalami stress selama persalinan. Nyeri punggung dan nyeri sendi
(tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin
renggangnya sendi pada masa aterm.
i. Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh
peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerullus dan peningkatan
plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit dianggap biasa dalam persalinan.
j. Perubahan Pencernaan
Ibu dapat mengalammi diare pada awal persalinan. Mual dan sendawa dapat
terjadi sebagai respon reflek terhadap dilatasi serviks lengkap.
k. Perubahan Endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Permulaan persalinan dapat
diakibatkan oleh penurunan kadar progesterone dan peningkatan kadar
estrogen, prostaglandin serta oksitosin.
l. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram/100 ml selama persalinan dan akan
kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca salin
kecuali ada perdarahan postpartum.
7.1.4 Komplikasi Kala I
a. Deteksi Komplikasi Pada Fase Laten
Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaaan serviks secara bertahap. Penyulit yang mungkin terjadi pada
fase laten:
(1) Fase Laten Memanjang
Tanda dan gejala: pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8
jam in partu dengan his yang teratur.
Manajemen:
Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan
servik, mungkin pasien belum in partu.
Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan servik,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin
atau prostaglandin.
11
Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian
oksitosin selama 8 jam, maka persiapan rujukan.
b. Deteksi Komplikasi Pada Fase Aktif
(1) Deteksi pada kemajuan persalinan.
a) Fase aktif memanjang
Tanda dan gejala :
- Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf.
- Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam pada primi atau
2 cm per jam pada multi.
- Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan
lamanya kurang dari 40 detik.
Manajemen :
- Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memilki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetric dan bayi baru lahir.
b) Inersia uteri
Tanda dan gejala :
- Frekuensi His kurang dari 3 his per 10 menit
- Durasinya kurang dari 40 detik.
Manajemen :
- Nutrisi cukup
- Mobilisasi/ubah posisi
- Upayakan kandung kemih/rectum kosong
- Rangsang puting susu
- Lakukan oksitosin drip.
- Jika semua tindakan telah dilakukan dan tetap tidak ada
kemajuan maka persiapan rujukan
c) Ring bandle
Tanda dan gejala :
- Nyeri yang hebat pada perut bagian bawah
- Kontraksi hipotonik
- Muncul tanda-tanda pre syok
- Fetal distress
12
Manajemen :
- Infus cairan RL
- Rujuk
(2) Deteksi pada kesejahteraan janin.
a) Gawat janin
Tanda dan gejala :
- DJJ <120 kali dalam 1 menit
- DJJ >160 dalam 1 menit
Manajemen :
- Beri oksigen
- Ibu berbaring miring kiri
- Pantau DJJ tip 15 menit
- Bila dalam 1 jam tidak normal, rujuk
(3) Deteksi pada kesejahteraan ibu
a) Dehidrasi
Tanda dan gejala :
- Suhu > 38oC
- Nadi >100x/menit
Manajemen :
- Istirahat baring
- Minum banyak
- Kompres untuk menurunkan suhu
b) Infeksi
Tanda dan gejala :
- Suhu > 380C
- Menggigil.
- Nyeri abdomen.
- Cairan ketuban berbau.
Manajemen :
- Baringkan ibu miring kiri.
- Pasang infuse RL.
- Rujuk.
13
c) Syok
Tanda dan gejala :
- Nadi cepat dan lemah lebih dari 110x/menit.
- TD menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg)
- Pucat.
- Berkeringat
- Nafas cepat lebih dari 30x/menit.
- Produksi urine sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
Manajemen :
- Baringkan ibu miring ke kiri.
- Jika memungkinkan naikkan kedua kaki ibu untuk
meningkatkan aliran darah ke jantung.
- Pasang infuse RL.
- Rujuk.
7.1.5 Asuhan Kala I
a. Pengurangan rasa sakit
(1) Lakukan perubahan posisi
(2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur
sebaiknya dianjurkan tidur miring kekiri.
(3) Sarankan ibu untuk berjalan bila masih mampu dan ketuban belum
pecah.
(4) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat
atau menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara
kontraksi.
(5) Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya.
(6) Ajarkan kepadanya teknik bernafas : Ibu diminta untuk menarik nafas
panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara
meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.
(7) Sentuhan dan masase.
(8) Kompres hangat dan kompres dingin.
(9) Mendengarkan music.
(10) Kehadiran pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan
dorongan dari orang yang mendukung.
14
(11) Visualisasi dan pemusatan perhatian
b. Pendampingan pada kala I:
(1) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.
(2) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.
(3) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
(4) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
(5) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
(6) Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
(7) Menjadi teman bicara dan pendengar yang baik.
(8) Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi untuk memenuhi kecukupan
energi dan mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan
kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.
(9) Membantu ibu dalam memenuhi kebutuhan eliminasi (Pusdiknakes-
WHO-JHPIEGO, 2003).
c. Pemantauan Persalinan dengan Partograf
(1) Definisi Partograf
Adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik.
(2) Tujuan dari penggunaan partograf adalah :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan srviks melalui periksa dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan. Pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan yang diberikan dimana
semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medis
ibu bersalin dan bayi baru lahir.
(3) Hal-hal yang dicatat pada partograf :
15
Informasi tentang Ibu: nama, umur, gravida, para, abortus, nomor
catatan medik atau nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai
dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban.
Kondisi janin: DJJ (Detak Jantung Janin) dicatat setiap ½ jam,
warna dan adanya air ketuban, penyusupan ( moulage ) kepala
janin.
Kemajuan persalinan: pembukaan serviks, penurunan bagian
terendah atau presentasi janin, garis waspada dan garis bertindak.
Pembukaan serviks dan penurunan bagian terendah janin dicatat
setiap 4 jam.
Jam dan waktu: waktu mulainya fase aktif persalinan, waktu
aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
Kontraksi uterus: frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit,
lama kontraksi (dalam detik). Frekuensi dan lamanya kontraksi
uterus dicatat setiap ½ jam.
Obat-obatan dan cairan yang diberikan: oksitosin, obat-obatan
lainnya dan cairan IV yang diberikan.
Kondisi Ibu, nadi dicatat setiap ½ jam , tekanan darah dan
temperatur tubuh dicatat setiap 4 jam, urine (volume, aseton,
protein) dicatat setiap 2-4 jam.
(4) Pencatatan pada lembar belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-
tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir
(APN, 2008)
(5) Lembar partograf terlampir
22
7.3.5 Asuhan Kala III
a. Manajemen Aktif Kala Tiga
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus
kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio
plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif
kala III. Manajemen aktif kala III dilakukan setelah memeriksa tidak ada
janin kedua setelah kelahiran bayi.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III :
Persalinan kala III yang lebih singkat
Mengurangi jumlah kehilangan darah.
Mengurangi kejadian retensio plasenta.
Manajemen Aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama:
Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir.
Melakukan peregangan tali pusat terkendali.
Masase fundus uteri.
b. Inisiasi Menyusu Dini
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara
eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu diantara kedua payudara dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu dimana posisi mulut bayi agak sedikit di bawah putting susu
ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam
bahkan lebih sampai bayi menyusu sendiri. Apabila ruang bersalin dingin,
bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan
dan membantu ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan
untuk mengenali saat bayi siap menyusu, menolong bayi bila diperlukan
(APN, 2008).
c. Pendampingan pada kala III
23
Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan
menyusui segera.
Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan oleh penolong.
Memberikan dukungan emosional pada ibu.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
24
c. Dinding anterior dan posterior berada pada posisi erat (menempel), masing-
masing tebalnya 4-5 cm karena pembuluh darah tertekan oleh kontraksi
myometrium.
7.4.4 Komplikasi Kala IV
a. Perdarahan karena robekan servix
Setelah persalinan kalau ada perdarahan walaupun kontraksi uterus baik dan
darah yang keluar berwarna merah muda harus dilakukan pemeriksaan
dengan speculum. Jika terdapat robekan yang berdarah atau robekan yang
lebih besar >1 cm, maka robekan tersebut hendaknya dijahit. Untuk
memudahkan penjahitan baiknya fundus uteri ditekan ke bawah hingga
cervix dekat dengan vulva. Kemudian kedua bibir cervix dijepit dengan klem
dan ditarik ke bawah. Dalam melakukan jahitan robekan cervix ini yang
paling penting bukan jahitan lukanya tapi pengikatan dari cabang-cabang
arteria uterine.
b. Perdarahan postpartum karena sisa placenta
Jika pada pemeriksaan placenta ternyata jaringan placenta tidak lengkap,
maka harus dilakukan eksplorasi dan cavum uteri. Potongan-potongan
placenta yang ketinggalan tanpa diketahui, biasanya menimbulkan
perdarahan postpartum lambat. Kalau perdarahan banyak hendaknya sisa-sisa
placenta ini segera dikeluarkan walaupun ada demam.
7.4.5 Asuhan Kala IV
a. Setelah plasenta lahir:
(1) Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat.
(2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang
dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau
beberapa jari di bawah pusat.
(3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
(4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum.
(5) Evaluasi keadaan umum Ibu.
(6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di
bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah
penilaian dilakukan.
25
b. Pemantauan pada Kala IV
Sebagian besar kejadian kesakitan ibu yang disebabkan oleh perdarahan
pasca persalinan terjadi selama empat jam pertama setelah kelahiran bayi.
Karena alasan ini sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat segera
setelah persalinan. Jika tanda- tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam
batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak
akan mengalami perdarahan pasca persalinan. Penting untuk berada
disamping ibu dan bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.Selama
dua jam pertama pasca persalinan terdapat beberapa pemantauan dan asuhan
yang dilakukan :
(1) Pantau TD (Tekanan Darah), nadi, TFU (Tinggi Fundus Uteri), kandung
kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama
dan setiap 30 menit selama satu jam kedua.
(2) Massage uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15
menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam
kedua kala empat.
(3) Pantau temperatur tubuh setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan.
(4) Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama
satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat.
(5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan
jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan massage jika uterus
menjadi lembek.
(6) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bantu ibu untuk
mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu
agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga
agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik,kemudian
berikan bayi kepada ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI (Air
Susu ibu).
(7) Lengkapi asuhan esensial bagi bayi baru lahir, yaitu:
a. Pencegahan infeksi
b. Penilaian segera setelah lahir
c. Pencegahan kehilangan panas
26
d. Asuhan tali pusat
e. Inisiasi Menyusu dini
f. Manajemen laktasi
g. Pencegahan infeksi mata
h. Pemberian vitamin K
i. Pemberian imunisasi
j. Pemeriksaan BBL
(8) Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pasca
nolong untuk persalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain
pembebat perut menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus
secara memadai. Jika kandung kemih penuh bantu ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan untuk mengosongkan
setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa keinginan untuk berkemih
mungkin berbeda setelah ia melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat
berkemih, bantu ibu dengan menyiramkan air bersih dan hangat ke
perineumnya. Berikan privasi atau masukkan jari- jari ibu kedalam air
hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara spontan. Pastikan
bahwa ia dapat berkemih sendiri dan keluarganya mengetahui bagaimana
menilai kontraksi dan jumlah darah yang keluar. Ajarkan kepada mereka
bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda – tanda bahaya seperti:
Demam.
Perdarahan aktif
Keluar banyak bekuan darah
Bau busuk dari vagina
Pusing
Lemas luar biasa
Penyulit dalam menyusukan bayinya
Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi
biasa (APN, 2008).
c. Pendampingan pada kala IV
(1) Memberikan dukungan emosional pada ibu
(2) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
27
(3) Membantu ibu dalam menyusui bayinya
(4) Membantu ibu untuk berkemih.
(5) Memantau keadaan ibu bila ada tanda-tanda bahaya post partum seperti
perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit
dalam menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
(6) Memantau keadaan bayi bila ada tanda.- tanda bahaya pada bayi seperti
kebiruan, tidak mau menyusu, perdarahan pada tali pusat, tidak BAK
(Buang Air Kecil) dalam 24 jam, tidak BAB (Buang Air Besar) dalam
24 jam, sesak, kejang dan demam (Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003).
29
b. Nutrisi: Makan terakhir; jam, porsi, jenis. Minum terakhir; jam, jumlah,
jenis. Nafsu makan : baik/ menurun
c. Istirahat dan tidur: Sebelum persalinan apakah ibu cukup tidur dan
istirahat/tidak, kualitas tidur ibu lelap/tidak, ibu bisa istirahat diluar
kontraksi/ tidak.
d. Pola eliminasi: kapan BAB terakhir dan konsistensinya, kapan BAK
terakhir dan jumlahnya. Ada/tidak keluhan saat BAB dan BAK.
e. Psikologis: bagaimana perasaan ibu pada saat persalianan sekarang
f. Sosial: perkawinan keberapa, lama menikah beberapa tahun, hubungan
dengan suami dan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
persiapan persalinan yang sudah siap.
g. Spiritual: hal-hal spiritual yang perlu dibantu.
9. Pengetahuan
Yang perlu dikaji yaitu apakah ibu serta pendamping mengetahui atau belum
tentang peran pendamping, teknik mengatasi rasa nyeri, mobilisasi dan posisi
persalinan, teknik meneran, teknik inisiasi menyusu dini (IMD), dan proses
persalinan.
31
Pada vagina: ada/tidak skibala, sistokel, rektokel, konsistensi portio,
dilatasi (1-10 cm), penipisan (10-90%), selaput ketuban utuh/tidak,
presentasi janin, denominator, posisi denominator, moulage (0-3),
penurunan dengan menggunakan bidang Hodge, serta ada/tidak
bagian kecil janin atau tali pusat.
Pemeriksaan panggul: promontorium teraba/tidak, linea inominata
teraba/tidak, dinding panggul (sejajar, divergen atau konvergen),
sacrum (konkaf/konfeks). Spina ischiadika (tumpul/menonjok/sangat
menonjol). Os coccygeus dapat didorong/tidak. Arkus pubis (≥90o
atau <90o). Kesan panggul dan pelvic score bila perlu.
Ada/tidak haemorroid pada anus.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Hb:……gram%, proteinuria (+/-), reduksi urine (+/-)
b. Golongan darah (A/B/AB/O)
c. Tes nitrasin/lakmus (bila ada pengeluaran cairan)
d. USG dan NST (kalau ada)
e. Lain-lain
34
2. Kala II
2.1 Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subjektif
Ibu mengeluh sakit perut seperti ingin BAB, ingin meneran, ada keluar lendir
bercampur darah yang bertambah banyak dan disertai/tidak keluhan adanya
pengeluaran air dari alat kelamin ibu yang tidak dapat ditahan.
b. Data Objektif
KU, Tanda-tanda vital: suhu (36,5-37,5°C), nadi (60-100 x/menit), respirasi (16-
24 x/menit), TD tidak lebih dari 140/95 dan tidak kurang dari 90/70 mmHg,
perubahan TD tidak lebih dari 10 mmHg dari sebelumnya. His 3-5x dalam 10
menit durasi ≥40 x/menit, serta DJJ (120-160 x/menit). Perlimaan (3/5-5/5), ada
tanda gejala kala II yaitu vulva membuka, perineum menonjol serta ada tekanan
pada anus. VT : portio lunak, pembukaan 10 cm, penipisan 100%, presentasi,
denominator, posisi denominator, moulage (0-3), penurunan Hodge, teraba/tidak
bagian kecil janin atau tali pusat.
3. Kala III
3.1 Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subjektif
Kaji perasaan ibu setelah kelahiran bayinya.
b. Data Objektif
KU, Tanda-tanda vital: suhu (36,5-37,5°C), nadi (60-100 x/menit), respirasi (16-
24x/menit), TD tidak lebih dari 140/95 dan tidak kurang dari 90/70 mmHg,
perubahan TD tidak lebih dari 10 mmHg dari sebelumnya, kontraksi +, TFU
(normal: sepusat), kandung kemih kosong/tidak, tidak ada janin kedua, jumlah
perdarahan (50-<200 cc), anogenital: tali pusat memanjang, ada semburan darah
secara tiba-tiba dan singkat.
Keadaan bayi: yang dikaji tangis, gerak, warna kulit, jam lahir.
37
3.2 Interpretasi Data Dasar, Menentukan Diagnosa dan Masalah Aktual
a. Diagnosa aktual
Diagnosa ibu
GAPAH + UK + Partus kala III
Diagnosa Bayi
Bayi (aterm/premature) lahir (spontan/vakum/forceps/SC) (belakang
kepala/puncak kepala/dahi) segera setelah lahir dengan (vigerous
baby/asfiksia)
b. Masalah
(1) Keseimbangan kondisi tubuh: dehidrasi, kelelahan
(2) Ketidakmampuan dalam aspek kognitif: belum tahu IMD
(3) Psikomotor: belum mampu mengatasi rasa nyeri
38
3.5 Menyusun Rencana Asuhan yang Komprehensif
Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kapada diagnosa,
masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi klien saat di beri
asuhan.
a. Informasikan pada ibu dan keluarga bahwa ibu sudah memasuki kala III serta
keadaan bayi
b. Keringkan bayi, jepit, potong dan ikat tali pusat
c. Lakukan IMD
d. Lakukan manajeman aktif kala III
e. Periksa kelengkapan plasenta
4. Kala IV
4.1 Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subjektif
Dikaji perasaan ibu dan keluhan yang dirasakan.
b. Data Objektif
Keadaan Ibu: KU, tanda-tanda vital: suhu (36,5-37,5°C), nadi (60-100 x/menit),
respirasi (16-24x/menit), TD tidak lebih dari 140/95 dan tidak kurang dari 90/70
mmHg, perubahan TD tidak lebih dari 10 mmHg dari sebelumnya, kontraksi +,
plasenta lahir lengkap/tidak, lebih dari 30 menit/tidak, diameter plasenta (15-20
cm), berat plasenta (±500 gram), insersi tali pusat sentralis/parasentralis. Pada
jalan lahir ada/tidak laserasi, jika ada laserasi grade I/II/III/IV, jumlah
perdarahan (<500 cc).
Keadaan bayi: kulit kemerahan/kebiruan, tangis kuat/merintih, gerak
aktif/lemah, reflek hisap +/-, reflek menelan +/-.
40
4.5 Menyusun Rencana Asuhan yang Komprehensif
Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kapada diagnosa,
masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi klien saat di beri
asuhan.
a. Informasikan paba ibu dan keluarga bahwa ibu sudah memasuki kala IV
persalinan
b. Lakukan heating (bila perlu)
c. Ajarkan ibu serta keluarga cara melakukan massase fundus serta cara menilai
kontraksi uterus
d. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
e. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
f. Pantau kondisi ibu selama 2 jam yaitu 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada 1 jam kedua
g. Berikan salep mata dan vitamin K pada bayi setelah 1 jam lahir.
h. Timbang berat badan dan ukur panjang badan.
i. Bereskan alat dan bersihkan ibu.
43
DAFTAR PUSTAKA
Barri, Syaiffudin Abdullah, dkk. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Bobak, Jensen. 2005. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Hidayat, Asri, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Mandriwati. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta : EGC
Manuaba. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO. 2003. Asuhan Intrapartu. Jakarta: Pusdiknakes-WHO-
JHPIEGO
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung
Tim Perumus FKPKB. 2010. Buku Petunjuk Dokumentasi Asuhan Kebidanan Untuk
Mahasiswa Diploma III Kebidanan. Denpasar: FKPKB
Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama
44