Anda di halaman 1dari 5

Konsep Kebutuhan Promosi Kesehatan Bagi Klien dan Tujuan

Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan


Aldriana Amanda Shafira – 2006598364 FG 1, Promkes B

Ketika akan melakukan pengkajian terhadap kebutuhan promosi kesehatan


bagi klien, perawat diharuskan mengidentifikasi prioritas dalam kebutuhan
promosi kesehatan klien. Konsep dan teori kebutuhan tersebut telah disebutkan
oleh Abraham Maslow, yaitu psikolog asal Amerika yang banyak
mengembangkan dan menginspirasi dalam teori-teori yang ia buat, salah satunya
ialah hierarki kebutuhan maslow yang merupakan teori yang digunakan untuk
mengetahui priorita asuhan keperawatan melalui identifikasi prioritas. Dalam teori
maslow, terdapat 5 tingkatan kebutuhan dasar untuk membuat prioritas asuhan
keperawatan yang digambarkan sebagai piramida, yaitu tingkatan pertama dan
paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini sangat penting karena
ketika seseorang ingin memenuhi kebutuhan lainnya, seseorang tersebut perlu
memenuhi terlebih dahulu kebutuhan fisiologisnya. Contoh dari pemenuhan
kebutuhan fisologis adalah kebutuhan oksigen, cairan, eliminasi urin dan fekal,
aktivitas, kesehatan, temperature tubuh, dan seksual (Mubarak & Chayatin 2007,
dalam Universitas Muhammadiyah Malang, 2020).

Tingkatan prioritas kedua adalah adanya rasa aman dan perlindungan.


Hal ini berhubungan dengan keselamatan dan rasa aman serta kenyamanan yang
didapat ketika seorang individu bebas dari segala ancaman baik fisik maupun
ancaman psikologis. Contoh dari tingkatan prioritas ini adalah rumah yang
melindungi seseorang dari panas terik dan bencana cuaca lainnya. Tingkatan yang
ketiga adalah kebutuhan rasa kasih sayang dan cinta yang didapat dari
keluarga dan lingkungan sosial seseorang. Tingkatan yang keempat adalah
kebutuhan penghargaan yang didapat dari individu terhadap dirinya sendiri dan
bisa didapat dari individu, kelompok, atau komunitas lainnya. Maslow dalam
Potter Perry (2013), menyatakan bahwa penghargaan dari individu lain hendaknya
didapat dari penghargaan terhadap diri sendiri. Ketika kebutuhan harga diri
seseorang tidak terpenuhi, dampak yang ditimbulkan adalah individu tidak dapat
melakukan sosialisasi dengan baik, pasif, dan cenderung tidak ada motivasi dalam
melakukan setiap hal dalam hidupnya, yang akhirnya akan menimbulkan
kegagalan dalam mewujudkan potensi yang ada dalam dirinya. Kemudian,
tingkatan terakhir berdasarkan teori maslow mengenai kebutuhan dasar manusia
adalah aktualisasi diri, yaitu munculnya kondisi pencapaian potensi dalam
individu karena telah terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pada tingkat rendah
(Potter & Perry, 2013).

Bradshaw, (1972) dalam Susilowati (2016), menyatakan hal yang berbeda


mengenai kebutuhan dasar promosi kesehatan bagi klien. Ia menggunakan
pengklasifikasian dalam mengidentifikasi kebutuhan yang ditinjau dari aspek
kesehatan dan social seorang klien. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dibagi menjadi
4 jenis, yaitu kebutuhan normative (Normative needs), yaitu kebutuhan yang
berdasarkan identifikasi para ahli. Kebutuhan normatif ini memiliki standar yang
berbeda-beda bergantung kepada para ahli yang menyatakan. Contohnya adalah,
pemberlakuan vaksinasi COVID-19, keputusan oleh ahli bedah bahwa pasien
perlu dilakukan operasi sesegera mungkin. Kemudian, kebutuhan selanjutnya
adalah kebutuhan yang dirasakan (Felt Needs), yaitu kebutuhan yang dirasakan
atau diterima dari individu. Kebutuhan tersebut berasal dari persepsi masing-
masing individu, seperti merasakan sakit kepala yang hebat, merasakan sakit
perut, dll. Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan yang dinyatakan
(Expressed Needs), yaitu kebutuhan yang jika ditindaklanjuti menjadi suatu
tindakan (demand). Demand tidak akan ada apabila individu tersebut tidak melihat
kebutuhan apa yang dirasana dan ingin diungkapkan atau dinyatakan. Biasanya
berupa keinginan, seperti pergi ke dokter mata karena merasa mengalami
penglihatan yang kabur. Kebutuhan menurut Bradsaw yang terakhir adalah
kebutuhan komparatif (Comparative Needs), yaitu kebutuhan yang timbul jika
pelayanan kesehatan yang diterima individu tidak sebanding dengan individu lain
dalam perlakuan yang sama.

Pengklasifikasian kebutuhan yang dinyatakan oleh Bradsow tersebut


memiliki konsep dimana kebutuhan akan muncul jika terdapat kesenjangan atau
perbedaan antara kondisi yang seharusnya didapatkan dengan kondisi yang nyata.
Dalam melakukan pengidentifikasian kebutuhan, terdapat 4 kunci yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
1. Ruang lingkup tugas
Hal ini berkaitan dengan ranah yang sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki tenaga kesehatan. Sebelum melakukan pengkajian promosi
kesehatan, kita sebagai perawat yang professional dan kompeten perlu
mengetahui kebutuhan promosi kesehatan dari klien kita. Perawat
memerlukan sikap yang responsif dan kepedulian terhadap kebutuhan
promosi kesehatan klien.
2. Sikap reaktif dan proaktif
Sikap reaktif yang ditunjukkan dalam mengidentifikasi kebutuhan
promosi kesehatan klien yaitu dengan memberi tanggapan atau
bereaksi terhadap kebutuhan yang diminta oleh klien. Selain itu,
perawat perlu menunjukkan sikap proaktif, yaitu dapat mengambil
keputusan dalam ranah yang menjadi prioritas yang ada.
3. Melakukan penempatan kebutuhan klien
Dalam hal ini, perawat diharapkan mampu menentukan kebutuhan
kliennya berdasarkan prioritas.
4. Melakukan pendekatan pemasaran
Pendekatan pemasaran merupakan pendekatan yang diklaim sebagai
pendekatan yang paling efektif dan efisien dalam melaksanakan
promosi kesehatan. Pemasaran yang dimaksud adalah pemasaran
dalam konteks dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan klien dalam
pelayanan kesehatan (Susilowati, 2016).

Pengkajian yang dilakukan perawat dalam mengetahui kebutuhan klien


pada promosi kesehatan harus dibarengi dengan tujuan (goal) yang ingin dicapai,
yaitu mengenai pemenuhan kebutuhan yang seharusnya didapat oleh klien. Tujuan
dilakukannya pengkajian dalam promosi kesehatan, antara lain:

1. Untuk membantu intervensi langsun terhadap kebutuhan klien dengan


baik
2. Untuk mengetahui tanggapan mengenai detail kebutuhan dari
kelompok minoritas yang membutuhkan promosi kesehatan
3. Untuk menentukan dampak yang akan terjadi dari suatu komunitas
4. Untuk mengalokasikan sumber dana yang diperuntukkan dalam aspek
kesehatan dan pencegahan penyakit melalui promosi kesehatan (Hulu
et al, 2020).

Mengidentifikasi kebutuhan klien sebelum melakukan pengkajian promosi


kesehatan. Perawat perlu memiliki kemampuan untuk peduli dan peka dengan
kebutuhan yang dirasakan dan diinginkan oleh klien. Kebutuhan klien muncul
karena terdapat perbedaan atau kesenjangan dari kebutuhan yang seharusnya
didapatkan oleh klien. Dalam tahap pengkajian kebutuhan klien pada promosi
kesehatan, penting bagi seorang perawat menetapkan tujuan pengkajian asuhan
yang nantinya akan berpengaruh terhadap rancangan dan pemusatan program
promosi kesehatan yang berdampak pada individu yang sehat.
Referensi

Hulu, V. T., Pane, H. W., Tasnim, T., Zuhriyatun, F., Munthe, S. A., Hadi, S., ...
& Mustar, M. (2020). Promosi Kesehatan Masyarakat. Yayasan Kita
Menulis.

Notoatmodjo, Soekidjo.(2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka


Cipta : Jakarta.

Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of
Nursing Eighth Edition. Missouri: Elsevier Inc. 

Susilowati, D., & Susilowati, D. (2016). Promosi kesehatan. Retrieved from:


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Promkes-Komprehensif.pdf.

Universitas Muhammadiyah Malang. (2020). Tinjauan Pustaka. Retrieved from:


http://eprints.umm.ac.id/42196/3/jiptummpp-gdl-novitasari-51710-3-
babii.pdf.

Anda mungkin juga menyukai