Anda di halaman 1dari 8

LANGKAH PERENCANAAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

Oleh: Machria Rachman, SST., M.Kes

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan dan menyusun Langkah
perencanaan program promosi kesehatan reproduksi di berbagai setting layanan kesehatan.

URAIAN MATERI
A. Etika dalam promosi kesehatan
Kerangka kerja promosi kesehatan menekankan pentingnya hubungan yang kompleks
antara orang-orang. Hubungan tersebut adalah inti dari masyarakat, dan mendukung
sejumlah prinsip etika. Kass mengusulkan enam-bagian kerangka kerja etika: Apa tujuan
kesehatan masyarakat dari program yang diusulkan, yaitu, dibingkai dalam bentuk tujuan
akhir dari mengurangi morbiditas dan kematian, bukan tujuan terdekat, misalnya,
mengubah perilaku, Seberapa efektif program dalam mencapai tujuannya dinyatakan,
yaitu, apakah Program akhirnya menurunkan morbiditas dan mortalitas; Apa yang
diketahui atau beban potensial program ini, termasuk risiko privasi dan kerahasiaan, risiko
atas kebebasan dan otonomi dan risiko ke pengadilan. Dapatkah beban diminimalkan?
Apakah ada pendekatan alternatif? Apakah program tersebut dilaksanakan secara adil?
Contoh dari Pedoman Perilaku Etis dalam Penelitian Kesehatan Aborigin dan Penduduk
Pribumi Selat Torres. Dokumen ini menggaris bawahi enam nilai pusat: Timbal balik: harus
ada keuntungan yang dihargai oleh masyarakat, memberikan kontribusi untuk masyarakat
persatuan dan kemajuan kepentingan mereka; Respect: harus ada rasa hormat terhadap,
dan penerimaan dari, nilai-nilai yang beragam; Kesetaraan: semua orang harus
diperlakukan sama, dan harus ada pemerataan manfaat; Kelangsungan Hidup dan
Perlindungan: menghindari merugikan Aborigin dan Torres Strait Islander (ATSI) keunikan
budaya dan pengakuan dari sejarah dan pengalaman masyarakat ATSI; Tanggung jawab:
menjamin bahwa mereka tidak melakukan kerusakan kepada individu atau komunitas
ATSI, atau untuk halhal yang mereka hargai dan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat; Semangat dan Integritas: menghargai kedalaman dan kesatuan warisan budaya
masa lalu, kontemporer dan generasi masa depan; dan menunjukkan integritas dalam
semua tindakan. Meskipun ditulis bagi para peneliti, pedoman ini juga memberikan
panduan yang berharga untuk praktisi promosi kesehatan melaksanakan program-
program di dalam masyarakat ATSI.

B. Langkah perencanaan program promosi kesehatan


Sebelum melakukan promosi kesehatan, bidan (sebagai promotor kesehatan) harus
memahami terlebih dahulu permasalahan kesehatan yang ada. Dalam perencanaan
kegiatan promosi kesehatan dapat menerapkan model Precede-Proceed sebagai acuan.
Model ini tidak hanya mengidentifikasi kebutuhan perilaku melainkan juga untuk
mengembangkan program promosi kesehatan. Langkah-langkah dalam melakukan
perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis masalah kesehatan dan perilaku
Permasalahan kesehatan masyarakat secara umum khususnya masalah kesehatan
ibu, bayi balita, anak prasekolah, serta kesehatan reproduksi perempuan dan KB harus
diidentifikasi, agar program tepat sasaran dan membawa dampak positif serta
keberhasilan sesuai tujuan yang direncanakan. Analisis masalah kesehatan dan perilaku
yanng dilakukan antara lain:
a. Identifikasi belief, persepsi, pengetahuan, sikap, perilaku terkait kesehatan dengan
melakukan studi pendahuluan
b. Analisis masalah risiko ataupun perilaku individu
c. Analisis masalah kesehatan di masyarakat dengan metode need assessment.
(mengidentifikasi kebutuhan perilaku sehat)

Gambar 1. Analisis Perilaku Kesehatan di Indonesia tahun 2020 menurut teori L.Green

2. Mengkaji masalah kesehatan dan kebutuhan promosi kesehatan dengan model


Precede
Model Precede merupakan satu model dalam pengembangan perencanaan (fase
diagnosis, prioritas masalah dan penetapan tujuan) dari kegiatan promosi kesehatan.
Menurut Green, identifikasi masalah kesehatan ditetapkan dengan menggunakan
kerangka Precede pada fase 1 sampai fase 5.
Fase 1: Diagnosis Sosial
Fase ini dilakukan untuk mengetahui masalah sosial dengan menggunakan
indikator sosial seperti yang tertera pada gambar 2. Penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan data sensus atau dengan melakukan pengumpulan data secara langsung
pada masyarakat.
Fase 2: Diagnosis Epidemiologi
Pada fase ini dilakukan penilaian terhadap faktor kesehatan yang mempengaruhi
kualitas hidup seseorang atau masyarakat. Masalah kesehatan harus digambarkan
secara rinci: siapa atau kelompok mana yang mengalami masalah kesehatan, seperti:
umur, jenis kelamin, suku, lokasi dan lain-lain, bagaimana akibat dari masalah
kesehatan tersebut, seperti: mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda dan gejala yang
ditimbulkan. Bagaimana menanggulangi masalah kesehatan tersebut, seperti:
imunisasi, pengobatannya, perubahan lingkungan dan perubahan perilaku. Data ini
sangat diperlukan untuk menetapkan prioritas masalah.

PROCEED

Gambar 2. Model Precede-Proceed untuk perencanaan dan evaluasi promosi


kesehatan
Fase 3: Diagnosis Perilaku dan Lingkungan
Pada fase ini selain diidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi masalah
kesehatan, juga diidentifikasi masalah lingkungan fisik dan sosial yang
mempengaruhi perilaku, status kesehatan dan kualitas hidup seseorang atau
masyarakat. Pada fase ini harus dibedakan masalah perilaku yang dapat dikontrol
secara individual dan yang harus dikontrol oleh institusi. Sebagai contoh pada kasus
malnutrisi yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk membeli bahan makanan,
maka intervensi pendidikan kesehatan tidak akan bermanfaat tetapi perlu dilakukan
pendekatan perubahan sosial untuk mengatasi masalah lingkungan.
Langkah dalam diagnosis perilaku adalah:
1) memisahkan faktor perilaku dan non perilaku penyebab timbulnya masalah
kesehatan;
2) identifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan dan
perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan/pengobatan.
Sedangkan untuk faktor lingkungan yang harus dilakukan adalah dengan
mengeliminasi faktor non perilaku yang tidak dapat diubah, seperti faktor
genetik dan demografis;
3) urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan pengaruhnya terhadap
masalah kesehatan;
4) urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk diubah;
5) tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.
Fase 4: Diagnosis Pendidikan dan Organisasi
Pada fase ini dilakukan identifikasi determinan perilaku yang mempengaruhi
status kesehatan, yang meliputi:
1) faktor predisposisi (predisposing factors), seperti: pengetahuan, sikap, persepsi,
kepercayaan, nilai atau norma yang diyakini;
2) faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor lingkungan dan sumber daya
manusia yang berdampak terhadap ketersediaan (availability), keterjangkauan
(accessibility) dan kemampuan (affordability), seperti: program dan pelayanan,
ketrampilan, uang dan waktu, fasilitas dan hukum;
3) faktor penguat (reinforcing factors), yaitu umpan balik positif dan negatif dari:
kelompok sebaya, keluarga, petugas kesehatan, dukungan hukum/peraturan,
media.
Fase 5: Diagnosis Administratif dan Kebijakan
Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan peraturan yang
berlaku, yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program
promosi kesehatan. Kebijakan adalah seperangkat peraturan yang digunakan
sebagai petunjuk untuk melaksanakan kegiatan. Peraturan adalah penerapan
kebijakan dan penguatan hukum serta perundang-undangan. Sedangkan
organisasional adalah kegiatan memimpin atau mengkoordinasi sumber daya yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan program. Penilaian yang dilakukan pada diagnosis
administratif meliputi: penilaian sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
program, sumber daya yang ada di organisasi dan masyarakat, serta hambatan untuk
melaksanakan program. Pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi dukungan
dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program dan
pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang
kondusif bagi kesehatan.

3. Menganalisis dan menetapkan prioritas masalah


Dalam mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan yang dilakukan antara lain:
melakukan konsultasi, mengumpulkan data dan penyajian data temuan serta
menentukan prioritas masalah. Cara menganalisis masalah kesehatan diantaranya:
membuat tinjauan pustaka (literature review), menggambarkan kelompok sasaran
promosi kesehatan, mengeksplor lebih jauh mengenai masalah kesehatan,
menganalisis faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan.
Langkah-langkah dalam menetapkan prioritas masalah kesehatan yaitu:
a. menetapkan status kesehatan masyarakat;
b. menetapkan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada;
c. menetapkan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan di
masyarakat;
d. menetapkan determinan masalah kesehatan masyarakat, yang meliputi: tingkat
pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, geografis, kebiasaan dan kepercayaan yang
dianut masyarakat.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas masalah
antara lain:
a. beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkannya, seperti: kematian, kecacatan,
jumlah hari tidak bisa bekerja, biaya pemulihan;
b. pertimbangan politis, karena masih banyak program-program kesehatan yang
dibiayai oleh pemberi dana (sponsor), yang sesuai dengan kepentingannya tanpa
mempertimbangkan kebutuhan lokal;
c. sumber daya yang ada di masyarakat.

4. Menentukan tujuan dan sasaran


Tujuan umum dilakukannya promosi kesehatan yaitu meningkatnya kemampuan
individu, keluarga dan masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan secara mandiri melalui upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM). Pemberdayaan masyarakat yang berwujud UKBM diantaranya:
a. Upaya kesehatan ibu dan anak Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita
b. Upaya pengobatan: Pos Obat Desa, Pos Kesehatan Desa
c. Upaya perbaikan gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga SadarGizi
(Kadarzi)
d. Upaya kesehatan sekolah : dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, Saka Bakti Husada, Pos Kesehatan Pesantren.
e. Upaya kesehatan lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan.
Menentukan tujuan disesuaikan apakah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap
individu, kelompok atau masyarakat, apakah untuk mengubah perilaku, atau apakah
untuk meningkatkan derajat kesehatan?
Menentukan sasaran pada promosi kesehatan yaitu apakah termasuk sasaran
primer, sekunder atau tersier. Karena setiap sasaran perlu pendekatan dan metode
yang disesuaikan. Berikut adalah sasaran-sasaran promosi kesehatan:
a. Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya
pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan,
maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah
kesehatan umum, ibu 65 hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu
dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya.
b. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut
sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan
pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan
perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang
diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan
perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya
c. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat,
maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan-
kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai
dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga
kepada masyarakat umum (sasaran primer).

5. Menentukan isi /pesan pokok


Isi atau pesan pokok yang disampaikan kepada sasaran tergantung permasalahan yang
ada.
6. Merancang metode dan media
7. Menyusun jadwal pelaksanaan dan kegiatan operasional
8. Menetapkan pemantauan dan evaluasi kegiatan promkes
Contoh Perencanaan Kegiatan Promosi Kesehatan (PHBS)

Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene
merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui
pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang
diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program
berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan
Sejahtera). Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan
kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat
serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan
menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengan promosi
kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam
promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup
berdasarkan PHBS.
a. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program promosi
Hygiene Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang merupakan pendekatan terencana
untuk mencegah penyakit diare melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh
masyarakat secara meluas. Program ini dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan
dilakukan masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat
dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan pihak
yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan sederhana, positif, menarik yang
dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana lokal seperti poster, leaflet.
b. Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan dilakukan
identifikasi perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga dapat ditentukan
cara pendekatan baru terhadap perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak
terhindar dari lingkungan yang terkontaminasi.
c. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk memotivikasi orang
untuk mengadopsi perilaku hygiene termasuk memilih beberapa perubaha perilaku yang
diharapkan dapat diterapkan.
d. Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut
melalui diskusi terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku
e. Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku.
f. Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai
kelompok sasaran
DAFTAR PUSTAKA
1. Green, Lawrence, Marshall Kreuter. 2005. Health Program Planning: An Educational and
Ecological Approach, Volume 1-2. McGraw-Hill Education
2. Emilia, Ova, Prabandari, Y, dkk. 2018. Promosi Kesehatan dalam Lingkup Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: UGM Press
3. Sulaiman, Endang. 2021. Pendidikan dan Promosi Kesehatan: Teori dan Implementasi di
Indonesia. Yogyakarta: UGM Press
4. Susilowati, D. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Promosi Kesehatan . Pusdik
SDM Kesehatan, Kemenkes RI.: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai