SISKA MELIANA
G1A112017
Teori Lawrence W Green merupakan salah satu teori modifikasi perubahan perilaku yang
dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk
merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model
pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan yang dikenal
dengan kerangka kerja Precede dan Proceed. Kerangka kerja precede mempertimbangkan
beberapa faktor yang membentuk status kesehatan dan membantu perencana terfokus pada
faktor tersebut sebagai target untuk intervensi.
Menurut Green (1980) penggunaan kerangka kerja PRECEDE and PROCEED adalah
sebagai berikut:
PRECEDE terdiri dari:
1. Predisposing;
2. Reinforcing;
3. Enabling cause in educational diagnosis and evaluation
Kerangka kerja ini menunjukkan sasaran yang sangat terarah untuk intervensi. PRECEDE
digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program.
PROCEED terdiri dari:
1. Policy
2. Regulation
3. Organizational and environmental development
Precede mengarahkan perhatian awal pendidik kesehatan terhadap keluaran dan bukan
terhadap masukan dan memaksanya memulai proses perencanaan pendidikan kesehatan dari
ujung Keluaran. Ini mendorong munculnya pertanyaan mengapa sebelum pertanyaan
bagaimana. Dari sudut perencanaan, apa yang terlihat sebagai ujung yang salah sebagai
tempat untuk memulai, kenyataannya adalah sesuatu yang benar. Orang mulai dengan
keluaran akhir, kemudian bertanya tentang apa yang harus mendahului keluaran itu, yakni
dengan cara menentukan sebab-sebab keluaran itu. Dinyatakan dalam cara lain, semua faktor
yang penting untuk suatu keluaran harus didiagnosis sebelum intervensi dirancang; jika tidak,
intervensi akan didasarkan atas dasar tebakan (kira-kira) dan mempunyai resiko salah arah.
Bekerja menggunakan precede dan proceed, mengajak orang berpikir deduktif, untuk
memulai dengan akibat akhir dan bekerja ke belakang ke arah sebab-sebab yang asli.
Adapun penjelasan dari tiap fase dalam kerangka Precede Proceed Theory adalah
sebagai berikut:
1. Fase 1 (diagnosa sosial)
Adalah proses penentuan persepsi seseorang terhadap kebutuhan dan kualitas hidupnya
dan aspirasi untuk lebih baik lagi, dengan penerapan berbagai informasi yang didesain
sebelumnya. Partisipasi masyarakat adalah sebuah konsep pondasi dalam diagnosis sosial dan
telah lama menjadi prinsip dasar bagi kesehatan dan pengembangan komunitas. Hubungan
sehat dengan kualitas hidup merupakan hubungan sebab akibat. Input pendidikan kesehatan,
kebijakan, regulasi dan organisasi menyebabkan perubahan out come, yaitu kualitas hidup.
Fase ini membantu masyarakat (community) menilai kualitas hidupnya tidak hanya pada
kesehatan. Adapun untuk melakukan diagnosa sosial dilaksanakan dengan mengidentifikasi
masalah kesehatan melalui review literature (hasil-hasil penelitian), data (misalnya BPS,
Media massa), group method.
Hubungan sebab akibat dapat terjadi secara langsung melalui kebijakan sosial, intervensi
pelayanan sosial, kebijakan kesehatan dan program kesehatan.
a. Bagian atas yaitu kebijakan sosial atau keadaan sosial, mengindikasikan masalah
kesehatan mempengaruhi kualitas hidup, sehingga kualitas hidup dapat memotivasi
dan mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan.
Kualitas hidup sulit diukur dan sulit didefinisikan; ukuran obyektif (indikator sosial),
yaitu angka pengangguran, kepadatan hunian, kualitas air. Ukuran
subyektif (informasi dari anggota masyarakat tentang kepuasan hidup, kejadian hidup
yang membuat stress, individu dan sumber daya sosial.
b. Bagian bawah yaitu intervensi kesehatan, mengindikasikan kondisi sosial dan kualitas
hidup dipengaruhi oleh masalah kesehatan.
b. Policy diagnosis
1) Menilai dukungan politik
2) Dukungan regulasi atau peraturan
3) Dukungan sistem didalam organisasi
4) Hambatan yang ada dalam pelaksanaan program
5) Dukungan yang memudahkan pelaksanaan program
Implementasi:
Kunci keberhasilan implementasi:
1. Pengalaman
2. Sensitif terhadap kebutuhan
3. Fleksibel dalm situasi kondisi
4. Fokus pada tujuan
5. Sense of humor
Evaluasi dan accountability:
Evaluasi: membandingkan tujuan dengan standar object of interest:
1. Mengukur quality of life
2. Indikator status kesehatan
3. Faktor perilaku dan lingkungan
4. Faktor predisposing, enabling, reinforcing
5. Aktivitas intervensi
6. Metode
7. Perubahan kebijakan, regulasi atau organisasi
8. Tingkat keahlian staf
9. Kualitas penampilan dan pendidikan
Object of interest:
1. Input
2. Intermediate effects
3. Outcome
Tingkatan Objective:
1. Ultimate objectives : sosial dan kesehatan
2. Intermediate objectives: perilaku dan lingkungan
3. Immediate objective: educational, regulatory, policy
Tingkat Evaluasi:
1. Evaluasi proses
Evaluasi dari program promosi kesehatan yang dilaksanakan
2. Evaluasi impact
Menilai efek langsung dari program pada target perilaku (predisposing, enabling, reinforcing
factors) dan lingkungan
3. Evaluasi outcome
Evaluasi terhadap masalah pokok yang pada proses awal perencanaan akan diperbaiki: satus
kesehatan dan quality of life.
B. TEORI BEHAVIOUR CHANGE
Perubahan Perilaku
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan
kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya, banyak teori tentang
perubahan perilaku.
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung
pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas
dari sumber komunikasi (sources).
Proses perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan belajar, proses tersebut
menggambarkan bagaimana belajar pada individu yang terdiri dari :
a. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
c. Setelah itu organisme mengelolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunya efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
b. Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning
process).
2. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu terjadi karena adanya
kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang apabila stimulus tersebut dapat mengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
Prinsip teori fungsi yakni:
a. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek).
b. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas).
c. Perilaku sebagai penerima obyek dan memberikan arti (respons terhadap gejala sosial).
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab situasi
(marah, senang).
Berdasarkan 3 faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan promosi kesehatan sebagai
pendekatan perilaku hendaknya diarajkan kepada 3 faktor tersebut:
a. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepaada faktor predisposisi adalah pemberian
informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
b. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor pemungkin (enabling) adalah
memberdayakan masyarakat melalui pengorganisasian atau pengembangan masyarakat.
c. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor penguat (reinforcing) adalah
berupa pelatihan-pelatihan kepada para tokoh masyarakat, baik formal maupun non
formal.
C. TEORI HEALTH BELIEF MODEL
A. Pengertian
Model kepercayaan kesehatan adalah sebuah bentuk perilaku dimana seseorang memberikan
penilaian dan penjabaran terhadap kesehatan dari segi sosio-psikologis. Sedangkan perilaku
adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan
mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku
merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa
interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang seseorang tidak sempat
memikirkan penyebab menerapkan perilaku tertentu.
B. Manfaat
Model Kepercayaan kesehatan (HBM) ini digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan
kesehatan. Model kepercayaan kesehatan merupakan model kognitif yang berarti bahwa
khususnya proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Menurut model
kepercayaan kesehatan kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan
tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu
ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian.
Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal
ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul
merupakan ancaman bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan
tersebut maka perilaku pencegahan juga akan meningkat.
Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada ketidakkekebalan yang
merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan
menurut kondisi mereka. Keseriusan yang dirasakan orang-orang yang mengevaluasi
seberapa jauh keseriusan penyakit tersebut apabila mereka mengembangkan masalah
kesehatan mereka atau membiarkan penyakitnya tidak ditangani.
Penilaian kedua yang dibuat adalah antara keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam
usaha untuk memutuskan tindakan pencegahan atau tidak yang berkaitan dengan dunia medis
dan mencakup berbagai ancaman, seperti check up untuk pemeriksaan awal dan imunisasi.
Penilaian ketiga yaitu petunjuk berperilaku sehat. Hal ini berupa berbagai informasi dari luar
atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan, misalnya media massa, promosi kesehatan
dan nasihat orang lain atau teman (Maulana, 2009).
C. Konsep
3. Hambatan (Perceived Barrier) yaitu hambatan yang ada dalam seseorang berperilaku
sehat, misalnya pada kasus perempuan yang beresiko terkena penyakit IMS, Dia akan
mencari pencegahan dengan pendeteksian dini melalui pemeriksaan Papsmear, namun dari
pihak suami tidak mendukung, hal ini merupakan hambatan.
6. Cues To Action, yaitu isyarat pada suatu tindakan atau kesiapan seseorang dalam
bertindak.
D. Faktor-faktor Esensial
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana &
petugas kesehatan.
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi
oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi
dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman
mencoba merubah perilaku yang serupa.
E. Konseptual Model
b. Persepsi tingkat keparahan (penilaian individu terhadap keseriusan kondisi, dan potensi
konsekuensinya).
Sebuah varian dari model ini termasuk biaya yang dirasakan mengikuti intervensi yang
ditentukan sebagai salah satu keyakinan inti. Konstruksi dari faktor mediasi kemudian
ditambahkan untuk menghubungkan berbagai jenis persepsi dengan perilaku kesehatan
meramalkan:
a. Demografi variabel (seperti usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan).
b. Sosio-psikologis variabel (seperti status sosial ekonomi, kepribadian, strategi coping).
c. dirasakan efikasi ( individu penilaian diri dari kemampuan untuk berhasil mengadopsi
prilaku yang diinginkan)
d. Isyarat untuk tindakan (pengaruh eksternal mempromosikan perilaku yang diinginkan,
mungkin termasuk informasi yang diberikan atau dicari, pengingat kuat oleh orang
lain, komunikasi persuasif, dan pengalaman pribadi).
e. Kesehatan motivasi (baik individu didorong untuk tetap pada tujuan kesehatan
tertentu).
f. Dirasakan kontrol (ukuran tingkat self-efficacy).
g. Ancaman (baik bahaya yang dikenakan dengan tidak melakukan tindakan kesehatan
tertentu yang dianjurkan adalah besar)
Prediksi dari model tersebut adalah kemungkinan individu yang bersangkutan untuk
melakukan tindakan kesehatan yang direkomendasikan (seperti kebijakan kesehatan preventif
dan kuratif).
Menurut Rosenstock (1974, 1977), model ini dekat dengan Pendidikan Kesehatan
Konsep : Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus
bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat
mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya.
1. Ancaman
2. Harapan
a) Media,
5. Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu).
d. Tidak mahal.
Kelemahan :
4. Terjadinya diare bukan saja dapat menyebabkan kesakitan tetapi juga bahaya
kematian. Terutama akibat dehidasi berat oleh diare. Penyakit ini setiap tahunnya
merupakan pembunuh no 1 atau no 2 di Indonesia.
3. Manfaat yang Pemuda percaya bahwa tindakan Pemuda percaya bahwa tindakan
dirasakan yang dianjurkan untuk yang direkomendasikan
menggunakan kondom akan mendapatkan diuji untuk IMS dan
melindungi mereka dari HIV akan menguntungkan mereka
mendapatkan IMS atau HIV - mungkin dengan memungkinkan
atau menciptakan kehamilan. mereka untuk mendapatkan
pengobatan dini atau mencegah
mereka dari menginfeksi orang
lain.
DAFTAR PUSTAKA