Anda di halaman 1dari 20

TEORI PROMOSI KESEHATAN

SISKA MELIANA

G1A112017

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015
A. TEORI PRECEDE AND PROCEED

Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.


Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (Renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan Perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

Teori Lawrence W Green merupakan salah satu teori modifikasi perubahan perilaku yang
dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk
merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model
pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan yang dikenal
dengan kerangka kerja Precede dan Proceed. Kerangka kerja precede mempertimbangkan
beberapa faktor yang membentuk status kesehatan dan membantu perencana terfokus pada
faktor tersebut sebagai target untuk intervensi.
Menurut Green (1980) penggunaan kerangka kerja PRECEDE and PROCEED adalah
sebagai berikut:
PRECEDE terdiri dari:
1. Predisposing;
2. Reinforcing;
3. Enabling cause in educational diagnosis and evaluation

Kerangka kerja ini menunjukkan sasaran yang sangat terarah untuk intervensi. PRECEDE
digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program.
PROCEED terdiri dari:
1. Policy
2. Regulation
3. Organizational and environmental development

Precede mengarahkan perhatian awal pendidik kesehatan terhadap keluaran dan bukan
terhadap masukan dan memaksanya memulai proses perencanaan pendidikan kesehatan dari
ujung Keluaran. Ini mendorong munculnya pertanyaan mengapa sebelum pertanyaan
bagaimana. Dari sudut perencanaan, apa yang terlihat sebagai ujung yang salah sebagai
tempat untuk memulai, kenyataannya adalah sesuatu yang benar. Orang mulai dengan
keluaran akhir, kemudian bertanya tentang apa yang harus mendahului keluaran itu, yakni
dengan cara menentukan sebab-sebab keluaran itu. Dinyatakan dalam cara lain, semua faktor
yang penting untuk suatu keluaran harus didiagnosis sebelum intervensi dirancang; jika tidak,
intervensi akan didasarkan atas dasar tebakan (kira-kira) dan mempunyai resiko salah arah.
Bekerja menggunakan precede dan proceed, mengajak orang berpikir deduktif, untuk
memulai dengan akibat akhir dan bekerja ke belakang ke arah sebab-sebab yang asli.
Adapun penjelasan dari tiap fase dalam kerangka Precede Proceed Theory adalah
sebagai berikut:
1. Fase 1 (diagnosa sosial)
Adalah proses penentuan persepsi seseorang terhadap kebutuhan dan kualitas hidupnya
dan aspirasi untuk lebih baik lagi, dengan penerapan berbagai informasi yang didesain
sebelumnya. Partisipasi masyarakat adalah sebuah konsep pondasi dalam diagnosis sosial dan
telah lama menjadi prinsip dasar bagi kesehatan dan pengembangan komunitas. Hubungan
sehat dengan kualitas hidup merupakan hubungan sebab akibat. Input pendidikan kesehatan,
kebijakan, regulasi dan organisasi menyebabkan perubahan out come, yaitu kualitas hidup.
Fase ini membantu masyarakat (community) menilai kualitas hidupnya tidak hanya pada
kesehatan. Adapun untuk melakukan diagnosa sosial dilaksanakan dengan mengidentifikasi
masalah kesehatan melalui review literature (hasil-hasil penelitian), data (misalnya BPS,
Media massa), group method.
Hubungan sebab akibat dapat terjadi secara langsung melalui kebijakan sosial, intervensi
pelayanan sosial, kebijakan kesehatan dan program kesehatan.
a. Bagian atas yaitu kebijakan sosial atau keadaan sosial, mengindikasikan masalah
kesehatan mempengaruhi kualitas hidup, sehingga kualitas hidup dapat memotivasi
dan mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan.
Kualitas hidup sulit diukur dan sulit didefinisikan; ukuran obyektif (indikator sosial),
yaitu angka pengangguran, kepadatan hunian, kualitas air. Ukuran
subyektif (informasi dari anggota masyarakat tentang kepuasan hidup, kejadian hidup
yang membuat stress, individu dan sumber daya sosial.
b. Bagian bawah yaitu intervensi kesehatan, mengindikasikan kondisi sosial dan kualitas
hidup dipengaruhi oleh masalah kesehatan.

2. Fase 2 (diagnosa epidemiologi)


Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup
seseorang, baik langsung maupun tidak langsung. Yaitu penelusuran masalah-masalah
kesehatan yang dapat menjadi penyebab dari diagnosa sosial yang telah diprioritaskan. Ini
perlu dilihat data kesehatan yang ada dimasyarakat berdasarkan indikator kesehatan yang
bersifat negatif yaitu morbiditas dan mortalitas, serta yang bersifat positif yaitu angka
harapan hidup, cakupan air bersih, cakupan rumah sehat.
Untuk menentukan prioritas masalah kesehatan, dilakukan dengan beberapa tahapan,
diantaranya:
a. Masalah yang mempunyai dampak terbesar pada kematian, kesakitan, lama hari
kehilangan kerja, biaya rehabilitasi, dan lain-lain.
b. Apakah kelompok ibu dan anak-anak yang mempunyai resiko.
c. Masalah kesehatan yang paling rentan untuk intervensi.
d. Masalah yang merupakan daya ungkit tinggi dalam meningkatkan status
kesehatan,economic savings.
e. Masalah yang belum pernah disentuh atau di intervensi.
f. Apakah merupakan prioritas daerah/ nasional.

3. Fase 3 (diagnosa perilaku dan lingkungan)


Pada fase ini terdiri dari 5 tahapan, antara lain:
a. Memisahkan penyebab perilaku dan non perilaku dari masalah kesehatan.
b. Mengembangkan penyebab perilaku
1) Preventive behaviour (primary, secondary, tertiary)
2) Treatment behaviour
c. Melihat important perilaku
1) Frekuensi terjadinya perilaku
2) Terlihat hubungan yang nyata dengan masalah kesehatan
d. Melihat changebility perilaku
e. Memilih target perilaku
Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi status kesehatan,
digunakan indikator perilaku seperti: pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilisasi), upaya
pencegahan (prevention action), pola konsumsi makanan (consumtion pattern), kepatuhan
(compliance), upaya pemeliharaan sendiri (self care).
Untuk mendiagnosa lingkungan diperlukan lima tahap, yaitu: membedakan penyebab
perilaku dan non perilaku; menghilangkan penyebab non perilaku yang tidak bisa diubah;
melihat important faktor lingkungan, melihat changeability faktor lingkungan, memilih target
lingkungan.

4. Fase 4 (diagnosa pendidikan dan organisasi )


Mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang status kesehatan atau
kualitas hidup dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya. Mengidentifikasi faktor-
faktor yang harus diubah untuk kelangsungan perubahan perilaku dan lingkungan.
Merupakan target antara atau tujuan dari program.
Ada 3 kelompok masalah yang berpengaruh terhadap perilaku, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factor): pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai, dan lain-lain.
b. Faktor penguat (reinforcing factor): perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, dan
lain-lain.
c. Faktor pemungkin (enabling factor): lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, dan lain-lain.

Tahap proses menyeleksi faktor dan mengatur program:


a. Identifikasi dan menetapkan faktor-faktor menjadi 3 kategori
Mengidentifikasi penyebab-penyebab perilaku dan dipilah-pilah sesuai dengan 3 kategori
yang ada: predisposing, enabling, reinforcing factors.
Metode:
1) Formal
a) Literatur
b) Checklist dan kuesioner
2) Informal
a) Brainstorming
b) Normal group process (NGP)
b. Menetapkan prioritas antara kategori
Menetapkan faktor mana yang menjadi obyek intervensi, dan seberapa penting dari ke-3
faktor yang ada.
c. Menetapkan prioritas dalam kategori
Berdasarkan pertimbangan:
1) Important: prevalensi, penting dan segera di atasi menurut logis, pengalaman, data dan
teori
2) Immediacy: seberapa penting
3) Necessity: mungkin prevalensi rendah, tapi masih harus dimunculkan perubahan
lingkungan dan perilaku yang terjadi
4) Changeability: mudah untuk diubah

5. Fase 5 (diagnosa administrasi dan kebijakan)


Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan kejadian-kejadian dalam
organisasi yang mendukung atau menghambat perkembangan promosi kesehatan.
a. Administrative diagnosis
1) Memperkirakan atau menilai resorces/ sumber daya yang dibutuhkan program
2) Menilai resorces yang ada didalam organisasi atau masyarakat
3) Mengidentifikasi faktor penghambat dalam mengimplementasi program

Tahap diagnosa administrasi, antara lain:


1) Menilai kebutuhan sumber daya
a) Time
b) Personnel
c) Budget
2) Menilai ketersediaan sumber daya
a) Personnel
b) Budgetary contraints (keterbatasan budget)
3) Menilai penghambat implementasi
a) Staff commitment and attitude
b) Goal conflict
c) Rate of change
d) Familiarity
e) Complexity
f) Space
g) Community barriers

b. Policy diagnosis
1) Menilai dukungan politik
2) Dukungan regulasi atau peraturan
3) Dukungan sistem didalam organisasi
4) Hambatan yang ada dalam pelaksanaan program
5) Dukungan yang memudahkan pelaksanaan program

Tahapan diagnosa kebijakan, antara lain:


1) Menilai kebijakan, regulasi dan organisasi
a) Issue of loyality
b) Consistency
c) Flexibility
d) Administrative of professional direction
2) Menilai kekuatan politik
a) Level of analysis
b) The zero-sum game
c) System approach
d) Exchange theory
e) Power equalization approach
f) Power educative approach
g) Conflict approach
h) Advocacy and education and community development

Implementasi:
Kunci keberhasilan implementasi:
1. Pengalaman
2. Sensitif terhadap kebutuhan
3. Fleksibel dalm situasi kondisi
4. Fokus pada tujuan
5. Sense of humor
Evaluasi dan accountability:
Evaluasi: membandingkan tujuan dengan standar object of interest:
1. Mengukur quality of life
2. Indikator status kesehatan
3. Faktor perilaku dan lingkungan
4. Faktor predisposing, enabling, reinforcing
5. Aktivitas intervensi
6. Metode
7. Perubahan kebijakan, regulasi atau organisasi
8. Tingkat keahlian staf
9. Kualitas penampilan dan pendidikan

Object of interest:
1. Input
2. Intermediate effects
3. Outcome

Tingkatan Objective:
1. Ultimate objectives : sosial dan kesehatan
2. Intermediate objectives: perilaku dan lingkungan
3. Immediate objective: educational, regulatory, policy

Tingkat Evaluasi:
1. Evaluasi proses
Evaluasi dari program promosi kesehatan yang dilaksanakan
2. Evaluasi impact
Menilai efek langsung dari program pada target perilaku (predisposing, enabling, reinforcing
factors) dan lingkungan
3. Evaluasi outcome
Evaluasi terhadap masalah pokok yang pada proses awal perencanaan akan diperbaiki: satus
kesehatan dan quality of life.
B. TEORI BEHAVIOUR CHANGE

Perubahan Perilaku

Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan
perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan
kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya, banyak teori tentang
perubahan perilaku.

1. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung
pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas
dari sumber komunikasi (sources).

Proses perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan belajar, proses tersebut
menggambarkan bagaimana belajar pada individu yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian organisme (diterima) maka ia mengerti


stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengelolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunya efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus-Organisme-Respons.

a. Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan


(stimulus).

b. Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning
process).

c. Materi pembelajaran adalah stimulus.

Perubahan perilaku berdasarkan teori S-O-R dapat di gambarkan sebagai berikut :


1. Teori Festinger (Dissonance Theory)
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan
dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar
yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan
(dissonance).
Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka
berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan
lagi (conssonance).

Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:


Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang
dengan elemen tidak seimbang.
Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan
antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran perikasa hamil).

2. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu terjadi karena adanya
kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang apabila stimulus tersebut dapat mengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
Prinsip teori fungsi yakni:
a. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek).
b. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas).
c. Perilaku sebagai penerima obyek dan memberikan arti (respons terhadap gejala sosial).
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab situasi
(marah, senang).

3. Teori Kurt Lewis


Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku adalah merupakan suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining
forces). Perubahan perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara
kedua kekuatan tersebut.
Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang yakni :
a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan tetap.
b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

2.3 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku


a. Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam
(lingkungan) secara alamiah.
b. Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang direncanakan
oleh yang bersangkutan.
c. Kesiapan berubah (readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses
internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada
setiap individu.

2.4 Faktor Pembentuk Perilaku


Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enebling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.

Berdasarkan 3 faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan promosi kesehatan sebagai
pendekatan perilaku hendaknya diarajkan kepada 3 faktor tersebut:
a. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepaada faktor predisposisi adalah pemberian
informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
b. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor pemungkin (enabling) adalah
memberdayakan masyarakat melalui pengorganisasian atau pengembangan masyarakat.
c. Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada faktor penguat (reinforcing) adalah
berupa pelatihan-pelatihan kepada para tokoh masyarakat, baik formal maupun non
formal.
C. TEORI HEALTH BELIEF MODEL
A. Pengertian

Model kepercayaan kesehatan adalah sebuah bentuk perilaku dimana seseorang memberikan
penilaian dan penjabaran terhadap kesehatan dari segi sosio-psikologis. Sedangkan perilaku
adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan
mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku
merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa
interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang seseorang tidak sempat
memikirkan penyebab menerapkan perilaku tertentu.

B. Manfaat

Model Kepercayaan kesehatan (HBM) ini digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan
kesehatan. Model kepercayaan kesehatan merupakan model kognitif yang berarti bahwa
khususnya proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Menurut model
kepercayaan kesehatan kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan
tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu
ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian.

Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal
ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul
merupakan ancaman bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan
tersebut maka perilaku pencegahan juga akan meningkat.

Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada ketidakkekebalan yang
merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan
menurut kondisi mereka. Keseriusan yang dirasakan orang-orang yang mengevaluasi
seberapa jauh keseriusan penyakit tersebut apabila mereka mengembangkan masalah
kesehatan mereka atau membiarkan penyakitnya tidak ditangani.

Penilaian kedua yang dibuat adalah antara keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam
usaha untuk memutuskan tindakan pencegahan atau tidak yang berkaitan dengan dunia medis
dan mencakup berbagai ancaman, seperti check up untuk pemeriksaan awal dan imunisasi.
Penilaian ketiga yaitu petunjuk berperilaku sehat. Hal ini berupa berbagai informasi dari luar
atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan, misalnya media massa, promosi kesehatan
dan nasihat orang lain atau teman (Maulana, 2009).

C. Konsep

HBM,mengandung konsep utama yaitu memprediksikan mengapa seseorang melakukan


tindakan tertentu untuk menjaga, melindungi dan mengendalikan kondisi sakit, dengan
melihat beberapa sudut pandang antara lain :

1. Kerentanan (Perceived Susceptibility) yaitu seseorang merasakan keyakinan / percaya


akan kemungkinan sakit yang terjadi pada dirinya.Misalnya seseorang wanita yang beresiko
mempunyai pasangan yang tidak setia, akan merasakan dirinya rentan terkena suatu penyakit
menular seksual.

2. Keseriusan (Perceived Severity/seriousility) yaitu Seseorang memprediksikan tingkat


keparahan apabila menderita penyakit tersebut.

3. Hambatan (Perceived Barrier) yaitu hambatan yang ada dalam seseorang berperilaku
sehat, misalnya pada kasus perempuan yang beresiko terkena penyakit IMS, Dia akan
mencari pencegahan dengan pendeteksian dini melalui pemeriksaan Papsmear, namun dari
pihak suami tidak mendukung, hal ini merupakan hambatan.

4. Keuntungan (Benefit) yaitu seseorang menimbang keuntungan yang diperoleh antara


biaya yang dikeluarkan dengan tingkat sakitnya, misalnya apakah efektif biaya yang
dikeluarkan pada pemeriksaan Papsmear yang mahal bila dibandingkan dengan tingkat
keseriusan atau resiko penyakitnya.

5. Self Eficacy yaitu kemampuan seseorang untuk mendapatkan hasil tertentu


(Bandura,1997).

6. Cues To Action, yaitu isyarat pada suatu tindakan atau kesiapan seseorang dalam
bertindak.

D. Faktor-faktor Esensial

Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;


1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau
memperkecil risiko kesehatan.

2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.

3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana &
petugas kesehatan.

Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan


terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap
penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan
memberikan keuntungan.

Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi
oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi
dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman
mencoba merubah perilaku yang serupa.

E. Konseptual Model

Model asli termasuk empat konstruk:

a. Dirasakan kerentanan (penilaian individu terhadap risiko mereka mendapatkan kondisi).

b. Persepsi tingkat keparahan (penilaian individu terhadap keseriusan kondisi, dan potensi
konsekuensinya).

c. Persepsi hambatan (penilaian individu dari pengaruh yang memfasilitasi atau


menghambat adopsi dari perilaku dipromosikan).

d. Merasakan manfaat (penilaian individu konsekuensi positif dari mengadopsi perilaku).

Sebuah varian dari model ini termasuk biaya yang dirasakan mengikuti intervensi yang
ditentukan sebagai salah satu keyakinan inti. Konstruksi dari faktor mediasi kemudian
ditambahkan untuk menghubungkan berbagai jenis persepsi dengan perilaku kesehatan
meramalkan:
a. Demografi variabel (seperti usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan).
b. Sosio-psikologis variabel (seperti status sosial ekonomi, kepribadian, strategi coping).
c. dirasakan efikasi ( individu penilaian diri dari kemampuan untuk berhasil mengadopsi
prilaku yang diinginkan)
d. Isyarat untuk tindakan (pengaruh eksternal mempromosikan perilaku yang diinginkan,
mungkin termasuk informasi yang diberikan atau dicari, pengingat kuat oleh orang
lain, komunikasi persuasif, dan pengalaman pribadi).
e. Kesehatan motivasi (baik individu didorong untuk tetap pada tujuan kesehatan
tertentu).
f. Dirasakan kontrol (ukuran tingkat self-efficacy).
g. Ancaman (baik bahaya yang dikenakan dengan tidak melakukan tindakan kesehatan
tertentu yang dianjurkan adalah besar)

Prediksi dari model tersebut adalah kemungkinan individu yang bersangkutan untuk
melakukan tindakan kesehatan yang direkomendasikan (seperti kebijakan kesehatan preventif
dan kuratif).

F. Menurut para Ahli

Menurut Rosenstock (1974, 1977), model ini dekat dengan Pendidikan Kesehatan
Konsep : Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus
bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat
mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya.

Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock:

1. Ancaman

a) Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau kesediaanmenerima diagnosa


penyakit).

b) Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi kesehatannya.

2. Harapan

a) Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan.

b) Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan itu.


3. Pencetus tindakan:

a) Media,

b) Pengaruh orang lain,

c) Hal-hal yang mengingatkan (reminders).

4. Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin/gender, sukubangsa).

5. Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu).

Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu.

Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :

a. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan.

b. Menganggap serius masalah.

c. Yakin terhadap efektivitas pengobatan.

d. Tidak mahal.

e. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.

Kelemahan :

a) Bersaing dengan kepercayaan dan sikap-sikap lain.

b) Pembentukan kepercayaan seiring dengan perubahan perilaku.

Model Kepercayaan kesehatan oleh Becker (1974, 1979) :

1. Percaya Bahwa Mereka Rentan Terhadap Masalah Kesehatan Tertentu


2. Bagaimana menyadarkan masyarakat tersebut jika dirinya dapat mengalami diare
setiap saat. Oleh karena adanya lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan perilaku
yang buruk terhadap kesehatan, seperti cakupan jamban yang rendah serta sumber air
bersih yang dikonsumsi berpotensi tercemar oleh kuman. Tidak adanya WC
memungkinkan adanya lalat sebagai vektor penyebab terjadinya penularan ke
manusia yang sehat lainnya. Sumber air yang digunakan dari sumur pinggir
sungai/menggali lubang pasir di pinggir sungai sangat membahayakan bilamana ada
penderita cholera yang BAB disungai tersebut.
3. Menganggap Masalah Ini Serius

4. Terjadinya diare bukan saja dapat menyebabkan kesakitan tetapi juga bahaya
kematian. Terutama akibat dehidasi berat oleh diare. Penyakit ini setiap tahunnya
merupakan pembunuh no 1 atau no 2 di Indonesia.

5. Meyakini Efektifitas Tujuan Pengobatan Dan Pencegahan


Model pengobatan dini dapat mencegah ke tahapan diare berat dengan dehidasi hebat,
sehingga tidak perlu dirujuk ke RS. Pencegahan merupakan upaya terbaik dan murah
melalui kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat terutama sumber air yang steril,
penggunaan WC dan kebiasaan cuci tangan dengan sabun. Dimaksudkan memutuskan
penularan penyakit diare.
6. Tidak Mahal
Biaya yang tidak mahal karena hanya dengan merubah kebiasaan buruk dimasyarakat.
Jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk kesembuhan ditambah
dengan hilangnya produktifitas (waktu kerja).
7. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Melaksanakan anjuran oleh petugas kesehatan merupakan tujuan dari perubahan
perilaku.

G. Ruang Lingkup dan Aplikasi

Health Belief Model


telah diterapkan pada
berbagai perilaku
kesehatan dan populasi
Penggunaan Kondom Contoh
subjek. Tiga bidang IMS Skrining atau Tes HIV
Pendidikan
yang luas dapat
diidentifikasi (Conner
& Norman, 1996): 1)
perilaku kesehatan
preventif, yang
meliputi promosi
kesehatan (misalnya
diet, olahraga) dan
kesehatan berisiko
(misalnya merokok)
perilaku serta
vaksinasi dan praktik
kontrasepsi.2) perilaku
peran Sakit, yang
mengacu pada
kepatuhan terhadap
rejimen medis
direkomendasikan,
biasanya setelah
diagnosis profesional
penyakit. 3) Klinik
digunakan, yang
meliputi kunjungan ke
dokter untuk berbagai
alasan.
Konsep

1. Persepsi Pemuda percaya bahwa mereka Pemuda percaya bahwa mereka


Kerentanan bisa mendapatkan IMS atau HIV mungkin telah terkena IMS atau
atau membuat kehamilan. HIV.

2. Dirasakan Pemuda percaya bahwa Pemuda percaya konsekuensi dari


Keparahan konsekuensi dari mendapatkan memiliki IMS atau HIV tanpa
IMS atau HIV atau menciptakan pengetahuan atau pengobatan yang
kehamilan yang cukup cukup signifikan untuk mencoba
signifikan untuk mencoba untuk untuk menghindari.
menghindari.

3. Manfaat yang Pemuda percaya bahwa tindakan Pemuda percaya bahwa tindakan
dirasakan yang dianjurkan untuk yang direkomendasikan
menggunakan kondom akan mendapatkan diuji untuk IMS dan
melindungi mereka dari HIV akan menguntungkan mereka
mendapatkan IMS atau HIV - mungkin dengan memungkinkan
atau menciptakan kehamilan. mereka untuk mendapatkan
pengobatan dini atau mencegah
mereka dari menginfeksi orang
lain.

4. Hambatan yang Pemuda mengidentifikasi Pemuda mengidentifikasi hambatan


dirasakan hambatan pribadi mereka untuk pribadi mereka untuk mendapatkan
menggunakan kondom (yaitu, diuji (yaitu, sampai ke klinik atau
kondom membatasi perasaan terlihat di klinik oleh seseorang
atau mereka terlalu malu untuk yang mereka kenal) dan
berbicara dengan pasangan mengeksplorasi cara untuk
mereka tentang hal itu) dan menghilangkan atau mengurangi
mengeksplorasi cara untuk hambatan-hambatan ini (yaitu,
menghilangkan atau mengurangi bertukar pikiran dan pilihan
hambatan-hambatan ini (yaitu, transportasi menyamar).
mengajar mereka untuk
menempatkan pelumas di dalam
kondom untuk meningkatkan
sensasi untuk pria dan minta
mereka melatih kemampuan
komunikasi kondom untuk
mengurangi tingkat malu
mereka).

5. Isyarat untuk Pemuda menerima isyarat Pemuda menerima isyarat


Bertindak pengingat untuk tindakan dalam pengingat untuk tindakan dalam
bentuk insentif (seperti pensil bentuk insentif (seperti gantungan
dengan pesan cetak "sarung kunci yang mengatakan, "Got seks
tangan tidak ada, cinta tidak") sebaiknya dites!") Atau pengingat
atau pesan pengingat (seperti pesan (seperti poster yang
pesan dalam newsletter mengatakan, "25% dari kontrak
sekolah). remaja aktif secara seksual
IMS. Apakah Anda salah satu dari
mereka? Cari tahu sekarang ").

6. Self-Efficacy Percaya diri dalam Pemuda menerima bimbingan


menggunakan kondom dengan (seperti informasi di mana untuk
benar dalam segala situasi mendapatkan diuji) atau pelatihan
Pemuda. (seperti praktek dalam membuat
janji).

DAFTAR PUSTAKA

1. Ariani. Analisis Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Tindakan Berdasarkan


Indikator Surveylands Perilaku HIV AIDS pada Wanita Pekerja Seksual.
Surabaya.Departemen Epidemiologi FKM Unair; 2011.
2. Green. Health Promotion Planning An Aducational and Environmental Approach
Second Edition. London.Mayfield publishing company; 1991.
3. Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta;
2012.
4. Anonim. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief
Model).http://www.psychologymania.com/2012/06/model-kepercayaan-kesehatan-
health.html; 2012 (diakses 15 Okt 2015).
5. Mulyanti, Sri. 2012. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief
Model).http://bidansrimulyanti.blogspot.com/2011/04/model-kepercayaan-
kesehatan-health.html. Diakses pada tanggal 24 Juni 2012.

Anda mungkin juga menyukai