Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN MIKROBIOLOGI

KELOMPOK A-13

Natasyia Milenia 1102018001


Adimas Adienugraha 1102018005
Mifta Khuljannah 1102018023
Ratu Bionika 1102018044
Anisa Aliya Nurdin 1102018054
Julita Asmara Putri 1102018087
Juliandra Firdaus 1102018102
Ryan Dharmawan 1102018133
Saffa Hasanah 1102018149

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018/2019
PRAKTIKUM 1

PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIK Streptococcus sp.

1. Latar Belakang Pratikum


Daerah di sekitar hidung dan mulut merupakan tempat yang tidak
steril. Hal ini juga ditunjang oleh fungsi fisiologis dari organ itu sendiri,
misalnya hidung, yang fungsi fisiologisnya adalah menyaring udara masuk.
Partikel dengan ukuran > 6µm akan segera terperangkap oleh sel-sel mukosa
saluran pernafasan, sementara partikel yang lebih kecil dari itu akan
diperangkap dengan mekanisme berbeda, misalnya dengan cara fagositosis
oleh dust cell (makrofag alveolar) di paru-paru. (Guyton & Hall, 2011)

Selain itu, saluran pernafasan atas memiliki fungsi fisiologis lainnya, yaitu
melembabkan dan juga menghangatkan udara (Guyton & Hall, 2011). Tempat-
tempat seperti ini menyebabkan tumbuh suburnya berbagai macam bakteri.
Temperatur di hidung lebih dingin jika dibandingkan dengan bagian saluran
pernafasan lain, oleh karena itu, beberapa bakteri seperti haemophilus dan
Veillonella dapat tumbuh. Staphylococcus aureus juga dapat tumbuh di cavitas
nasalis, dan bakteri tersebut ditemukan pada 1/3 populasi Amerika Serikat yang
sehat. (Bauman, 2012)

Pada faring, beberapa bakteri yang mengkoloni adalah coccus Gram-


negatif, diphteroid, spesies Staphylococcus yang opportunistic, streptococcus
alpha-hemolytic (misalnya Streptococcus pneumoniae). Mikrobiota normal
pada saluran pernafasan atas dapat mengurangi terjadinya infeksi dengan cara
mengurangi nutrisi dan melepaskan substansi yang dapat menghambat mikroba
patogen. Meski demikian, beberapa mikrobiota normal dapat menyebabkan
penyakit karena sifatnya yang opportunistic ketika pertahanan tubuh tidak
sempurna. (Bauman, 2012). Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan
bakteriologi daerah hidung dan juga tenggorok guna mengetahui dan
mengidentifikasi jenis-jenis bakteri yang mengkoloni daerah tersebut.

2. Tujuan Pratikum
3. Metode
I. PENGAMBILAN SAMPEL USAP TENGGOROK DAN HIDUNG

A. USAP TENGGOROK

A.1. Alat dan bahan


1. Swab steril
2. Spatel lidah steril
3. Senter
4. Plat agar darah
5. BHI

A.2. Prosedur kerja


1. Siapkan swab steril dan spatel lidah steril, kemudian jelaskan tujuan
pengambilan sampel pada pasien.
2. Pasien diminta untuk membuka mulut selebar mungkin dan
mengucapkan kata ”Aaagh..” sambil menekan lidah dengan spatel
hingga uvula dan tonsil terlihat jelas.
3. Usapkan swab steril di bagian posterior faring dan bagian antara uvula
dan tonsil.
4. Usapkan swab tersebut dengan cara digulirkan diatas permukaan agar
darah dan isolasi dengan metode ”streak” menggunakan ose. Simpan
diinkubator. Swab yang telah dipakai lalu di masukkan ke dalam BHI
dan disimpan diinkubator untuk dibiakkan.
Gambar 1. Tekhnik pengambilan sample usap tenggorok

B. USAP HIDUNG

B.1. Alat dan bahan


1. Swab steril
2. Senter
3. Plat agar darah
4. BHI

B.2. Prosedur kerja


1. Siapkan swab steril dan senter, kemudian jelaskan tujuan
pengambilan sampel pada pasien.
2. Pasien diminta untuk mengangkat sedikit kepalanya sehingga
cavum nasi interna lebih terlihat jelas.
3. Minta pasien untuk menahan nafas sebentar, lalu usapkan swab
setril tersebut di daerah nasofaring.
4. Usapkan swab tersebut dengan cara digulirkan diatas permukaan
agar darah dan isolasi dengan metode ”streak” menggunakan ose.
Simpan diinkubator. Swab yang telah dipakai lalu di masukkan ke
dalam BHI dan disimpan diinkubator untuk dibiakkan.
2 3

4
4. Hasil Pratikum
1. PENGAMBILAN SAMPEL USAP TENGGOROKAN DAN HIDUNG

Usap Tenggorok
Nama o.p : Adimas Adienugraha
Usia :
Tanggal pengambilan sampel : 15 Oktober 2019
Tanggal pengamatan sampel : 16 Oktober 2019

Setelah swab tenggorok di kultur secara streak method, menghasilkan


koloni bulat, smooth, dan hemolysis -hemolytic. Sedangkan, swab hidung setelah
di kultur menghasilkan koloni bulan, smooth, dan hemolysis -hemolytic atau
tidak ada hemolysis.

KESIMPULAN

FAMILI STREPTOCOCCACEAE

A. Morfologi
Kuman berbentuk bulat, tersusun berderet seperti rantai, bersifat Gram-positif.

B. Klasifikasi menurut Lancefield


Bila ditanam pada agar darah dapat dibedakan atas :
1. Streptococcus yang membentuk zona hemolise (hemolisis sebagian),
misalnya S. viridans.
2. Streptococcus yang membentuk zona hemolise (hemolisis sempurna),
misalnya S. hemolyticus 
3. Streptococcus yang membentuk zona hemolise  (tidak
hemolisis), misalnya S. anhemolyticus

Identifikasi Streptokokus dilakukan berdasarkan pada :


1. Pemeriksaan mikroskopis : pewarnaan Gram.
2. Pemeriksaan makroskopis :
a) Kultur dan isolasi dengan menanam pada perbenihan agar darah.
b) Pemeriksaan serologis.
c) Tes fibrinolisin / streptokinasa

S. viridans dan S. pneumoniae pada agar darah menyebabkan hemodigesti


sehingga terdapat zona kehijauan di sekitar koloninya (hemolise ). Untuk
membedakan kedua spesies tersebut, dilakukan :
a. Tes inulin S. pneumoniaepositif, S. viridans negatif
b. Tes larut/lisis empedu S. pneumoniaepositif, S. viridans negatif
c. Tes cakram optokhin (Taxo-P) S. pneumoniaepositif (ada zona
hambatan di sekitar cakram atau sensitif terhadap optokhin), S. viridans
negatif
d. Tes Quellung (penggembungan simpai) S. pneumoniaepositif, S.
viridans negatif.

Untuk penentuan Streptococcus hemolyticus grup A dan nob grup A dapat


dilakukan dengan cara :
a. Tes serologik dengan cara reaksi koaglutinasi menggunakan serum
anti spesifik grup (tes Phadebact).
b. Tes cakram basitrasin (Taxo-A), positif apabila terdapat zona
hambatan di sekitar cakram basitrasin (kuman sensitif terhadap basitrasin
konsentrasi rendah), contohnya S. hemolyticus grup A (Streptococcus
pyogenes). Negatif : S. hemolyticusnon grup A
c. Tes fibrinolisin/streptokinasa, S. pyogenes positif (melisiskan plasma
manusia yang membeku).

Bahan yang disediakan


1. Biakan kuman :
a. S. pyogenes
b. S. viridans
c. S. pneumoniae
d. S. hemolyticus non-grup A
2. Lempeng agar darah.
3. Cakram basitrasin dan cakram optokhin.
4. Kaldu BHI steril 4 tabung masing-masing 0,5 ml.
5. Bahan untuk pewarnaan Gram.
6. Gelas alas.
7. Lidi kapas steril.
8. Perbenihan inulin.

Tugas:
1. Melakukan pewarnaan Gram terhadap kuman-kuman yang disediakan.
2. Melakukan tes basitrasin.
3. Melakukan tes optokhin.
4. Melakukan tes inulin.
5. Melihat demonstrasi dan mencatat hasil praktikum.

Cara kerja

Tes basitrasin :
1. Lempeng agar darah dibagi menjadi dua bagian dengan memberi tanda pada
tutup piring petri dengan pensil gelas.
2. Buat suspensi kuman S. pyogenes pada kaldu BHI sampai diperoleh
suspensi dengan standard Mc Farland 1.
3. Lidi kapas steril dicelupkan dalam suspensi kuman kemudian diusapkan
secara merata pada setengah bagian lempeng agar darah.
4. Lakukan hal yang sama terhadap S. hemolyticus non grup A kemudian
oleskan secara merata pada bagian lempeng agar darah yang belum diolesi
kuman.
5. Letakkan cakram basitrasin di tengah-2 setiap bagian, kemudian dieram
pada suhu 37oC selama 24 jam dalam inkubator
6. Lihat hasilnya adakah zona hambatan di sekitar cakram.

Tes optokhin :
1. Buat suspensi kuman S. pneumoniae dan S. Viridans masing-masing pada
tabung BHI.
2. Celupkan lidi kapas steril pada masing-masing tabung dan oleskan pada
lempeng agar darah yang telah dibagi menjadi 2 bagian > bagian I
diolesi dengan S. pneumoniae dan bagian II
dengan S. viridans.
3. Letakkan cakram optokhin pada tiap-tiap bagian (di tengah), eram suhu
37°C, 24 jam dalam incubator
4. Lihat hasilnya adakah zona hambatan di sekitar cakram.

HASIL PEMERIKSAAN

1. Bakteri Streptococcus pyogenes (group A) sensitif terhadap bacitracin (hasil


positif), dengan diameter zona hambat 12 mm. Terlihat Beta-hemolitik.
2. Bakteri non group A sensitif terhadap bacitracin (hasil positif), dengan diameter
zona hambat 10 mm. Terlihat Beta-hemolitik.
3. Bakteri Streptococcus pneumoniae sensitif terhadap optochin (hasil positif),
dengan diameter zona hambat 10 mm. Terlihat Alpha-hemolitik
4. Bakteri Streptococcus viridans resisten terhadap optochin (hasil negatif). Terlihat
Alpha-hemolitik

PERTANYAAN :
1. Uraikan bakteri apa yg ditemukan pada UT dan UH bagaimana sifat
hemolisisnya? Alfa, beta atau tdk hemolisis
2. Bagaimana apakah S.pyogenes benar menunjukkan zona hambat sekitar
basitrasin?
3. Bagaimana apakah S.non pyogenes tidak menunjukkan zona hambat sekitar
basitrasin?
4. Apakah S.pneumoni benar menunjukkan zona hambat sekitar optokin?
5. Apakah S.viridan bnar tidak ada zona hambat sekitar optokin?

KESIMPULAN
1. Setelah dilakukan usap tenggorok dan usab hidung, dihasilkan koloni bulat,
smooth, dan hemolysis -hemolytic. Sedangkan, swab hidung setelah di
kultur menghasilkan koloni bulan, smooth, dan hemolysis -hemolytic atau
tidak ada hemolysis.

Anda mungkin juga menyukai