KELOMPOK A-13
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018/2019
PRAKTIKUM 1
Selain itu, saluran pernafasan atas memiliki fungsi fisiologis lainnya, yaitu
melembabkan dan juga menghangatkan udara (Guyton & Hall, 2011). Tempat-
tempat seperti ini menyebabkan tumbuh suburnya berbagai macam bakteri.
Temperatur di hidung lebih dingin jika dibandingkan dengan bagian saluran
pernafasan lain, oleh karena itu, beberapa bakteri seperti haemophilus dan
Veillonella dapat tumbuh. Staphylococcus aureus juga dapat tumbuh di cavitas
nasalis, dan bakteri tersebut ditemukan pada 1/3 populasi Amerika Serikat yang
sehat. (Bauman, 2012)
2. Tujuan Pratikum
3. Metode
I. PENGAMBILAN SAMPEL USAP TENGGOROK DAN HIDUNG
A. USAP TENGGOROK
B. USAP HIDUNG
4
4. Hasil Pratikum
1. PENGAMBILAN SAMPEL USAP TENGGOROKAN DAN HIDUNG
Usap Tenggorok
Nama o.p : Adimas Adienugraha
Usia :
Tanggal pengambilan sampel : 15 Oktober 2019
Tanggal pengamatan sampel : 16 Oktober 2019
KESIMPULAN
FAMILI STREPTOCOCCACEAE
A. Morfologi
Kuman berbentuk bulat, tersusun berderet seperti rantai, bersifat Gram-positif.
Tugas:
1. Melakukan pewarnaan Gram terhadap kuman-kuman yang disediakan.
2. Melakukan tes basitrasin.
3. Melakukan tes optokhin.
4. Melakukan tes inulin.
5. Melihat demonstrasi dan mencatat hasil praktikum.
Cara kerja
Tes basitrasin :
1. Lempeng agar darah dibagi menjadi dua bagian dengan memberi tanda pada
tutup piring petri dengan pensil gelas.
2. Buat suspensi kuman S. pyogenes pada kaldu BHI sampai diperoleh
suspensi dengan standard Mc Farland 1.
3. Lidi kapas steril dicelupkan dalam suspensi kuman kemudian diusapkan
secara merata pada setengah bagian lempeng agar darah.
4. Lakukan hal yang sama terhadap S. hemolyticus non grup A kemudian
oleskan secara merata pada bagian lempeng agar darah yang belum diolesi
kuman.
5. Letakkan cakram basitrasin di tengah-2 setiap bagian, kemudian dieram
pada suhu 37oC selama 24 jam dalam inkubator
6. Lihat hasilnya adakah zona hambatan di sekitar cakram.
Tes optokhin :
1. Buat suspensi kuman S. pneumoniae dan S. Viridans masing-masing pada
tabung BHI.
2. Celupkan lidi kapas steril pada masing-masing tabung dan oleskan pada
lempeng agar darah yang telah dibagi menjadi 2 bagian > bagian I
diolesi dengan S. pneumoniae dan bagian II
dengan S. viridans.
3. Letakkan cakram optokhin pada tiap-tiap bagian (di tengah), eram suhu
37°C, 24 jam dalam incubator
4. Lihat hasilnya adakah zona hambatan di sekitar cakram.
HASIL PEMERIKSAAN
PERTANYAAN :
1. Uraikan bakteri apa yg ditemukan pada UT dan UH bagaimana sifat
hemolisisnya? Alfa, beta atau tdk hemolisis
2. Bagaimana apakah S.pyogenes benar menunjukkan zona hambat sekitar
basitrasin?
3. Bagaimana apakah S.non pyogenes tidak menunjukkan zona hambat sekitar
basitrasin?
4. Apakah S.pneumoni benar menunjukkan zona hambat sekitar optokin?
5. Apakah S.viridan bnar tidak ada zona hambat sekitar optokin?
KESIMPULAN
1. Setelah dilakukan usap tenggorok dan usab hidung, dihasilkan koloni bulat,
smooth, dan hemolysis -hemolytic. Sedangkan, swab hidung setelah di
kultur menghasilkan koloni bulan, smooth, dan hemolysis -hemolytic atau
tidak ada hemolysis.