Pada hasil, tampak 115 pasien tidak mengalami disfagia, sementara 86 lainnya mengalami disfagia akibat
stroke yang dialami. 46 pasien (53,5%) dari total pasien yang memiliki nilai mRs lebih dari sama dengan 3
mengalami disfagia.
• Penilaian mRs dilakukan 90 hari setelah pasien keluar dari rumah sakit terbagi
menjadi beberapa kategori :
• Dari seluruh pasien, 24 diantaranya mendapatkan pemberian nutrisi melalui selang nasoenteral, dimana 22
pasien memiliki skor mRs lebih dari sama dengan 3, sementara 2 pasien (1,4%) lainnya memiliki skor mRs
kurang dari 3.
• Dari 24 pasien yang mendapatkan pemberian nutrisi melalui selang nasoenteral, 13 pasien merupakan
pasien yang tidak bertahan hidup setelah 90 hari pasca kondisi stroke. Sementara 11 pasien (6,01%)
lainnya dapat bertahan hingga 90 hari pasca kejadian stroke.
• 59% penyebab kematian diakibatkan oleh kondisi pneumonia, dimana semua pasien mengalami disfagia
dan 90% diantaranya menggunakan selang nasoenteral untuk memasukannutrisi. 86% diantara pasien
yang meninggal akibat penyebab lain juga mengalami disfagia dan 57% diantaranya menggunakan selang
nasoenteral.
03
Diskusi
• Disfagia dan penggunaan selang nasoenteral selama rawat inap
berhubungan dengan kecacatan fungsional dan kematian setelah
keluar dari rumah sakit.
• Pasien stroke dengan disfagia lebih banyak terjadi pada usia yang lebih
tua, hal ini disebabkan oleh proses penuaan dapat menurunkan fungsi
menelan, fungsi persepsi pengecapan dan penciuman, pengurangan
fleksibilitas dalam neuromuscular dan penurunan kekuatan otot.
Pada penilaian mRs yang dilakukan 90 hari pasca stroke
menunjukan bahwa mayoritas pasien dengan skor mRs lebih dari sama
dengan 3 menunjukan indikator gangguan menelan dengan skor FOIS
antara 1-3 atau 4-5. Sementara Sebagian besar pasien dengan skor mRs
< 3 menunjukan skor FOIS yang baik yakni 6-7. Hal ini menunjukkan
bahwa keparahan stroke (dinilai dari skor mRs) lebih besar pada pasien
dengan disfagia (skor FOIS 1-3 atau 4-5).
• Pemakaian selang nasoenterik bertujuan untuk memastikan keamanan dan
kemanjuran pemberian makanan oral pada pasien dengan disfagia, namun
penggunaan selang makanan merupakan prediktor komplikasi dan rawat inap
ulang pada pasien stroke.