Disusun Oleh :
Pembimbing :
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Kelainan Kulit pada
Malformasi Arteri Vena”. Sebagai salah satu bentuk tugas pada stase Kulit dan
Kelamin Universitas Yarsi.
Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung penulisan
ini Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Shofa
Inayatullah, Sp. KK yang telah memberikan ilmu dan waktunya serta teman-
teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih kurang dari sempurna, masih ada
berbagai kekurangan yang luput dari perhatian penulis saat mengerjakannya. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, baik
sekarang maupun di hari yang akan datang. Aamiin
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pada pasien dengan malformasi arteriovenosa, 40-60% terlihat saat lahir dan
30% lainnya menjadi jelas selama masa kanak-kanak. Lesi lebih sering terjadi di
kepala dan daerah leher daripada di lokasi lain . Sindrom CM-AVM ditandai dengan
beberapa makula merah muda yang dapat juga menunjukkan gambaran kecoklatan,
hypotrichosis dan gambaran lingkaran keputihan perilesional pada separuh lesi.
Tanda palpasi yang hangat yang, nyeri yang tidak biasa dan episode pendarahan
dapat menjadi tanda khas pada AVM4
Cacat genetik yang mendasari telah diidentifikasi sebagai salah satu etiologi
dari malformasi vaskular aliran cepat CM-AVM. Gangguan ini diwariskan sebagai
pola autosomal-dominan dengan penetrasi sekitar 95% untuk CM kulit. 5AVM juga
dapat disebabkan oleh faktor yang didapat: trauma, faktor iatrogenik, kateterisasi,
prosedur invasif perkutan, pembedahan, perubahan vaskular degeneratif, kerapuhan
pembuluh darah akibat vaskulitis, terapi steroid kronis, atau dialisis. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
1.2. Klasifikasi
2. Sindrom Cobb
Individu dengan HHT menunjukkan kombinasi dari tiga tanda berikut: lesi
kutan multiple , mukosa telangiectasias (sering terletak di bibir mukosa), epistaksis
dan riwayat keluarga yang positif HHT. Malformasi vena aneurisma Galen juga
merupakan bagian dari fenotipe HHT. Epistaksis berulang biasanya merupakan
manifestasi awal dari HHT. Mimisan bisa cukup parah dan bisa dibutuhkan transfusi
darah. 5
4. Sindrom Parkes Weber
Sindrom Parkes Weber ditandai dengan kulit terdapat bercak vaskular merah
pada ekstremitas dan terdapat hipertrofi tulang dari ekstremitas yang terkena. Tanda-
tanda dan gejala memburuk seiring bertambahnya usia. Pasien yang terkena bisa
berkembang menjadi gagal jantung kongestif.5
1.3. Etiologi-patogenesis
Cacat genetik yang mendasari telah diidentifikasi sebagai salah satu etiologi
dari malformasi vaskular aliran cepat CM-AVM. Gangguan ini diwariskan sebagai
pola autosomal-dominan dengan penetrasi sekitar 95% untuk CM kulit.. 5. AVM juga
dapat disebabkan oleh faktor yang didapat: trauma, faktor iatrogenik, kateterisasi,
prosedur invasif perkutan, pembedahan, perubahan vaskular degeneratif, kerapuhan
pembuluh darah akibat vaskulitis, terapi steroid kronis, atau dialisis..6
a. CM-AVM1
CM-AVM 1 disebabkan oleh hilangnya fungsi mutasi pada RASA1. RASA1
mengkodekan P120RASGAP, sebuah GTPase yang mengatur aktivitas RAS.
Ini mengubah RAS terikat-GTP aktif menjadi bentuk terikat-PDB yang tidak
aktif. Variabilitas fenotipik intrafamilial yang tinggi dijelaskan oleh perlunya
terjadinya mutasi serangan kedua somatik. Pada 30% pasien dengan CM-
AVM1, mutasi terjadi secara de novo.5
b. CM-AVM2
CM-AVM2 disebabkan oleh hilangnya fungsi mutasi pada EPHB4, yang
mengkode reseptor sel endotel di pembuluh vena. Ligan EPHRINB2, berbeda
dengan EPHB4, diekspresikan dalam sel endotel arteri. Sistem ligan-reseptor
dua arah ini penting untuk identitas dan pemisahan arteriovenosa. Sinyal
EPHB4 menggunakan p120RASGAP, dan hilangnya fungsi salah satu gen
menyebabkan peningkatan pensinyalan RAS-MAPK5
merupakan gabungan arteri dan vena. Tidak ada lapisan kapiler yang mengintervensi,
dan feeding arteri mengalir langsung ke drain vena oleh satu atau beberapa fistula.
Arteri ini tidak memiliki lapisan muskularis yang normal dan vena yang mengalir
sering tampak melebar karena aliran darah arteri berkecepatan tinggi yang masuk
perkembangan aneurisma pedikel aferen dan eferen, yang terjadi pada 20-25%
pasien. Aliran abnormal ini diduga mendasarinya beberapa gejala klinis yang terkait
dengan AVM.
1.4. Epidemiologi
Insiden AVM tidak diketahui. Tidak ada dominasi jenis kelamin yang
teridentifikasi. Hereditary hemorrhagic telangiectasia (HHT) adalah penyakit
keturunan autosomal gangguan dengan prevalensi 1 dari 5000 individu. CM-AVM
adalah bentuk familial lain dengan pewarisan autosomal dominan dan prevalensi
serupa. 5
Pada pasien dengan malformasi arteriovenosa, 40-60% terlihat saat lahir dan
30% lainnya menjadi jelas selama masa kanak-kanak. Lesi lebih sering terjadi di
kepala dan daerah leher daripada di lokasi lain. Tanda palpasi yang hangat, nyeri
yang tidak biasa dan episode pendarahan dapat menjadi tanda khas pada AVM . 4
Kehadiran AVMs/AVFs dapat menyebabkan hipertrofi tulang dan jaringan di
bawahnya, yang mengakibatkan pertumbuhan berlebih pada ekstremitas, fenotipe
CM-AVM ini disebut sindrom Parkes Weber.
Gambar 11. (A) Bier spots dan telangiectasia dengan halo putih (P1). (B)
Perioral telangiectasia dilihat dari dermoscope (P2). ( C) Naevus araneus
dibawah mata kanan (P1). (D) CM di kaki kiri (P1). (E) Perioral
telangiectasia (P2). (F) Malformasi arteriovena di palatum12
Riwayat medis dan pemeriksaan fisik dalam mendiagnostik dalam 90% kasus.
Kesulitan diagnostik terbesar terjadi pada bulan pertama kehidupan ketika
menyelidiki makula bawaan berwarna merah muda 2
Gambar 13. Tabel perbedaaan antara malformasi kapiler dan
malformasi arteri vena
Pemeriksaan penunjang
a. Histopatologi
AVM terdiri dari arteri dan vena yang terdistorsi dengan dinding otot menebal yang
disebabkan oleh arteriovenosa shunting dan fibrosis.
Gambar 14. Histologi menunjukkan hubungan langsung antara arteri dan vena,
dengan bahan trombotik sekunder pada saat
prosedur embolisasi
b. Pemeriksaan radiologi
aliran arteri dan vena pulsatil dengan resistensi yang rendah. MRI lebih dipilih
hemangioma. Aliran darah cepat dalam pembuluh darah adalah patognomonik dari
AVM. Diperlukan arteriografi sebelum perawatan apa pun untuk menentukan feeding
arteri dan nidus. 5.Karakteristik angiografi AVM adalah dilatasi dan pemanjangan
arteri aferen, dengan vena yang dan membesar dan opasitas nya menambah.
Kateterisasi superselektif diperlukan untuk menunjukkan gambaran sepenuhnya
malformasi aliran tinggi ini dan untuk memungkinkan lokasi feeding arteri dan
C. Genetik
1.7. Tatalaksana
AVM sulit untuk diobati sehingga fokus tatalaksana seringkali tertuju pada
mengontrol perubahan malformasi daripada untuk menyembuhkan pasien.
Pendekatan farmakologis dengan Marimastat yang merupakan penghambat
metaloproteinase matriks sintetik telah digunakan untuk merawat AVM ekstensif
dengan baik. Marisamat ini mengurangi perluasan malformasi, penurunan rasa sakit
dan bruit tetapi obat ini tidak lagi tersedia. Thalidomide berhasil digunakan untuk
mengurangi frekuensi dan durasi mimisan pasien dengan HHT.. Untuk beberapa
pasien, Thalidomide digunakan dalam kombinasi dengan embolisasi untuk
meningkatkan efektivitas
Tindakan Prosedural:
a. Embolisasi superselektif:
Embolisasi arteri superselektif hanya paliatif dan dilakukan hanya pada AVM
rumit yang tidak dapat dioperasi. Partikel emboli perlu dijangkau episentrum
lesi untuk menghindari pengisian nidus melalui kolateral yang baru. Pungsi
langsung nidus adalah kemungkinan alternatif lain pada pasien yang memiliki
riwayat ligasi atau embolisasi arteri. Bahan yang paling umum adalah cairan
(etanol, isobutilsianoakrilat), partikel (Ivalon), busa, dan perangkat implan
(kumparan, mikrosfer). Embolisasi jarang menyembuhkan kecuali dilakukan
untuk fistula arteriovenosa. Embolisasi dapat digunakan sendiri (pendekatan
paliatif) atau diikuti dengan eksisi bedah lengkap (pendekatan kuratif).
Tempat penyuntikan harus sedekat mungkin dengan nidus untuk agar lebih
superselektif.
b. Eksisi radikal:
1.8. Komplikasi
AVM yang melibatkan wajah juga dapat merusak tulang dan struktur di
bawahnya . Pada AVM juga dapat menyebabkan perdarahan gingiva atau epistaksis.
AVM ekstremitas sering menyebabkan iskemia perifer akibat blood flow steel
phenomenon. AVM intraserebral seperti pada sindrom Bonnet-Dechaume, dapat
menyebabkan epistaksis, eksoftalmos, dan hemianopia. Sindrom Cobb bermanifestasi
pada masa kanak-kanak dengan serangan tiba-tiba terkait nyeri punggung atau
ekstremitas bawah dengan gangguan sensorik. Komplikasi neurologis lainnya (nyeri,
gangguan sensorik dan motorik, dan kandung kemih neurogenik) dapat terjadi
tergantung pada lokasi dan ekstensi dari AVM. Epistaksis berulang biasanya
merupakan manifestasi awal dari HHT. Mimisan bisa cukup parah dan sampai
membutuhkan transfusi darah. Pasien dengan HHT dengan AVM paru dan
telangiectasia dari saluran GI adalah berisiko mengalami perdarahan yang
mengancam jiwa. Situs lain dari perdarahan mungkin dapat muncul termasuk di
organ ginjal, limpa, kandung kemih, hati, meninges, dan otak. Stroke baik hemoragik
atau iskemik mungkin dapat terjadi. Migrain sakit kepala terjadi pada 13% sampai
50% kasus. Pendarahan GI berulang tanpa rasa sakit terjadi pada 10% sampai 40%
pasien, gejala gagal jantung curah tinggi, dan perdarahan dari varises esophagus juga
sering terjadi. Pasien dengan CM-AVM dapat menunjukkan perdarahan intraserebral
yang mengancam kehidupan intrauterin yang disebabkan oleh vena of Malformasi
aneurisma Galen.5
1.9. Prognosis
KESIMPULAN