(CSVD)
Definisi
Cerebral arterial small vessels berasal dari dua cabang, yaitu cabang
superfisial dan cabang profunda. Cabang superfisial adalah cabang sirkulasi
subaraknoid yayng merupakan pembuluh darah terminal dari pembuluh darah
berukuran sedang. Cabangprofunda berasal dari bagian basal, yang merupakan
cabang langsung dari pembuluh darah besaryang selanjutnya masuk kedalam
parenkim yang menjadi arteri perforator. Hal yang penting diperhatikan yakni
pembuluh darah kecil tidak dapat divisualisasikan, berbeda dengan pembuluh
darah besar. Oleh karena itu, lesi parenkim otak sebagai akibat perubahan
pembuluh darah kecil digunakan sebagai penanda CSVD.
Tipe 3: CSVD yang diturunkan yang beberda dengan cerebral amyloid angiopathy
CADASIL
CARASIL
Demensia multiinfark genetic tipe Swedia
MELAS
Fabry’s disease
Vaskulopati serebroretinal herediter
Endoteliopati herediter dengan retinopati, nefropati dan stroke
Small vessel disease akibat mutasi COL4A1
Wegener’s granulomatosis
Sindrom Chrug-Strauss
Poliangitis mikroskopik
Purpura Henoch-Schonlein
Vaskulitis krioglobulinemik
Angitis leukositoklastik kutaneus
Angitis primer dari susunan saraf pusat
Sindrom Sneddon
Vaskulitis sistem saaraf terkait infeksi
Vaskulitis sistem saraf terkait kelainan jaringan konektif seperti SLE,
sindrom Sjogren, vaskulitis rematoid, skleroderma, dan dermatomyositis
Arteriosclerosis
1. Ringan, jika amyloid terbatas pada tunika media, tanpa kerusakan signifikan sel
otot polos,
2. Sedang, jika tunika media digantikan oleh amyloid sehingga lebih tebal
dibandingkan kondisi normal,
3. Berat, apabila terdapat disposisi amyloid yang luas, fragmentasi dinding fokal
atau double barreling dinding pembuluh darah, pembentukan
mikroaneurisma, nekrosis fibrinoid, dan kebocoran plasma melalui dinding
pembuluh darah.
Secara umum CAA terbagi menjadi dua bentuk, yakni CAA herediter dan
CAA sporadik. CAA herediter berkaitan dengan mutasi genetic yang mengkode
proteinamiloid termasuk prekursornya. Bentuk ini umumnya ditemukan pada usia
muda. CAA sporadic biasanya dikaitkan dengan polymorphisms of disease-
suspectible genes dan biasanya ditemukan pada usia lanjut.
Diagnosis definitive CAA berdasarkan kriteria Boston, yaitu
1. Definite CAA
pemeriksaan postmortem lengkap menunjukan :
- perdarahan lobar, kortikal, atau kortikosubkortikal
- CAA yang berat dengan vaskulopati
- ketiadaan dari lesi diagnostik lainnya.
2. Probable CAA dengan gambaran patologi yang mendukung
data klinis dan jaringan patologis (evakuasi hematoma tau biopsi vertikal)
menunjukan :
- perdarahan lobar, kortikar, atau kortikosubkortikal
- beberapa derajat CAA pada spesimen
- ketiadaan dari lesi diagnostik lainnya
3. Probable CAA
data klinis dari MRI atau CT menunjukan :
- perdarahan multiple terbatas region lobar, kortikal, atau kortikosubkortikal
(perdarahan sereberal dibolehkan)
- umur lebih dari sama dengan 55 tahun
- ketiadaan penyakit perdarahan yang lain
4. Possible CAA
data klinis dari MRI atau CT menunjukan :
- perdarahan tunggal pada lobar, kortikal, atau kortikosubkortikal
- umur lebih sama dengan 55 tahun
- ketiadaan penyebab perdarahan yang lain
Tatalaksana
Manifestasi CSVD spesifik dengan pembuluh darahkecil yang ada diotak, sehingga
memungkinkan pencegahan faktor resiko untuk menekan disabilitas dan
mortalitas dikemudian hari.
1. Trombolisis
Berdasarkan National Institute of Neurologicals Disorders and stroke
(NINDS) dan penelitian lainnya, luaran terapi t-PA (Tissue Plasminogen
Activator) pada stroke lacunar tidak lebih buruk dibandingkan stroke non
lacunar. Beberapa pedoman terbaru tidak membedakan efikasi t-PA menurut
tipe stroke. Terkait keamanannya, tidak didapatkan peningkatan resik
perdarahan intracranial terkait CMB yang bermakna, namun resiko ini tidak
melebihi manfaat yang diterima.
2. Pengendalian Faktor Resiko
Hipertensi merupakan faktor resiko stroke terpenting, sehingga
penurunan tekanan darah (TD) bermanfaat untuk prevensi stroke sekunder.
Studi Perindopril Protection against Recccurent Stroke Study (PROGRESS) juga
menujukan bahwa penurunan TD yang intensif (kurang dari 130 mmHg)
dapat menunda progresivitas WML pada pasien stroke.
Dislipidemia, terutama peningkatan kadar low-density lipoprotein (LDL)
memegang peranan penting dalam pembentukan aterosklerosis. Studi Stroke
Prevention by Aggressive Reduction in Cholesterol Levels (SPARCL)
menunjukan bahwa pasien yang mendapat atorvastatin mengalami
penurunn kajadian stroke dan penyakit jantung koroer secara signifikan,
namun peningkatan sedikit tetapi signifikan menyebabkan stroke hemoragik.
Studi Regression of Cerebral Artery Stenosis (ROCAS) menujukan bahwa
penggunaan statin berhubungan dengan penurunan progresifitas WML.
pada sub-studi Vitamins to Prevent Stroke (VITATOPS)-MRI, penurunan
kadar homosistein dengan vitamin B dikaitkan dengan penurunan
peningkatan volume WMH pada pasien dengan CSVD yang berat. Sebagai
tambahan, vitamin E tocotrienols diketahui dapat menghambat progresifitas
WMH pada subjek sehat dengan WMH.
3. Antiplatelet
Antiplatelet secara umum digunakan pada stroke nonkardioembolik. Pada
studi Secondary Prevention of Small Subcortical Stroke (SPS3) disimpulkan
bahwa pada infark lacunar, klopidogrel dan aspirin tidak menurunkan
resiko stroke secara signifikan, bahkan meningkatkan resiko perdarahan
dan kematian. Cilostazol meyebabkan komplikasi pendarahan yang lebih
rendah dbandingkan aspirin, ditandai dengan pemanjangan bleeding time
pada aspirin atau klopidigrel. Cilostazol juga memiliki efek protektif
terhadap endotel dan mencegah gangguan SDO pada pasien stroke iskemik
dengan menurunkan aktivitas matrix metalloprotease-9 (MMP-9). Cilostazol
lebih aman secara bermakna dibandingkan aspirin terkait resiko stroke
hemoragik pada psien hipertensi dengan stroke lacunar, juga dapat
menurunkan hight pulsatile pressure pada pembuluh darah kecil akibat
kekakuan arteri, yang berkontribusi dalam pathogenesis WMH.
Trifusal memiliki efek yang sama dengan aspirin namun dengan
komplikasi perdarahan lebih kecil, sehingga dapat digunakan pada pasien
dengan resiko perdarahan seperti CMB multiple pada CSVD.