Pendahuluan
Penyakit serebrovaskular (CVD) atau stroke adalah setiap
kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh
darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen
pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding
pembuluh darah otak.
Di negara-negara maju maupun berkembang seperti Indonesia,
stroke merupakan penyakit neurologis yang serius dan paling
banyak dijumpai serta angka kematian cukup tinggi. Di Amerika
Serikat, stroke merupakan penyakit yang menyebabkan kematian
nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap tahun, lebih
dari 700.000 orang Amerika mengalami stroke, 25% di antaranya
berusia di bawah 65 tahun dan 150.000 orang meninggal akibat
stroke atau komplikasi segera setelah stroke.
Definisi
Menurut WHO MONICA project, stroke
didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak
yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis
fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam
(kecuali akibat pembedahan atau kematian), tanpa
tanda-tanda penyebab non vaskular, termasuk
didalamnya tanda-tanda perdarahan subaraknoid,
perdarahan intraserebri, iskemik atau infark serebri.3
Klasifikasi
Klasifikasi modifikasi Marshall:3
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
Stroke iskemik
Transient Ischemic Attack (TIA)
Trombosis Serebri
Emboli Serebri
Stroke hemoragik
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan Subarakhnoid
2. Berdasarkan stadium pertimbangan waktu
Transient Ischemic Attack (TIA)
Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Stroke in Evolution
Completed Stroke
3. Berdasarkan sistem pembuluh darah
Sistem Karotis
Sistem Vertebro-basilar
Patogenesis stroke
Infark dan perdarahan
Major Risk Factors for
Ischemic
Stroke
non-modifiable modifiable
- hypertension
- age - diabetes mellitus
- male sex - cardiac diseases (atrial fibrillation,
infective endocarditis, mitral
- race (more common in stenosis,
blacks) recent large MI, left ventricular
hypertrophy)
- inherited - cigarette smoking
predisposition - overw eight
- homocysteine ↑
- cholesterol ↑, especially in
hypertensives
Major Risk Factors for
Hemorrhagic
Stroke
intracerebral hemorrhage Subarachnoid hemorrhage
basilaris yang mensuplai pons. Keterlibatan bagian dorsal pons
mengakibatkan paresis nervus abducens unilateral atau bialteral,
gangguan gerakan mata horizontal tetapi nistagmus vertikal dan
occular bobbing mungkin muncul.
Hemiplegia atau quadriplegia biasanya muncul dan koma adalah hal
yang sering terjadi.
Emboli
Emboli cukup kecil untuk dapat melewati arteri vertebralis menuju
ke arteri basilaris yang lebih besar dan biasanya tertahan pada bagian
puncak arteri basilaris, di mana terdapat bifurcatio ke dalam arteri
serebri posteriorberkurangnya aliran darah menuju formasio
retikularis ascending midbrain dan thalamus yang menyebabkan
hilangnya atau gangguan kesadaran yang muncul dengan segera.
Paresis nervus okulomotorius unilateral atau bilateral menjadi ciri
yang khas. Hemiplegia atau quadriplegia dengan postur deserebrasi
atau dekortikasi terjadi karena keterlibatan pedunkulus serebri dalam
midbrain.
Infark lakunar
Arteri kecil yang terletak di kedalaman otak mungkin
mengalami oklusi karena perubahan di dalam dinding
pembuluh darah yang dipicu oleh hipertensi kronis.
paling sering terjadi di deep nuclei otak (putamen,
thalamus, pons, nukleus kaudatus dan bagian
posterior dari kapsula interna.
Ada 4 sindroma lakunar klasik, antara lain stroke
dengan hemiparesis motorik murni, stroke dengan
gangguan sensoris murni, ataksia hemiparesis dan
dysarthria-clumsy hand syndrome.
Diagnosis
ANAMNESIS
Karakteristik gejala dan tanda
Apa konsekuensi fungsionalnya (misalnya tidak bisa
berdiri, tidak bisa mengangkat tangan)?
Kecepatan onset dan perjalanan gejala neurologis
Apakah ada kemungkinan presipitasi
Apakah ada gejala-gejala lain yang menyertai
Apakah ada riwayat penyakit dahulu atau riwayat
penyakit keluarga yang relevan
Apakah ada perilaku atau gaya hidup yang relevan
PEMERIKSAAN FISIK
DAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan status generalis
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pemeriksaan pada leher (hilangnya denyut nadi carotis/bruit
arteri carotis)
Pemeriksaan pada jantung
Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan tingkat kesadaran
Pemeriksaan defisit kognitif
Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan gerak bola mata, nistagmus
Pemeriksaan pupil dan refleks cahaya
Pemeriksaan doll’s eye phenomenon
Pemeriksaan faring dan lingual
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan fungsi sensoris
Pemeriksaan fungsi serebelum
Pemeriksaan refleks patologis
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kimia darah lengkap
Pemeriksaan hemostatis
Pemeriksaan kardiologi
Pemeriksaan radiologi
Komplikasi
Pasien stroke berisiko tinggi mengalami komplikasi
medis serius yang disebabkan oleh arteriosklerosis
(iskemia/infark miokard), tirah baring yang lama dan
mobilitas rendah (ulkus dekubitus, DVT, emboli
paru, depresi dan malnutrisi) dan akibat langsung
stroke itu sendiri (peningkatan tekanan intrakranial,
kejang, ulkus saluran cerna yang diinduksi stress,
masalah berkemih, pneumonia aspirasi).
Komplikasi perdarahan terutama dapat terjadi pada
penggunaa antikoagulan dan trombolitik.4
Penatalaksanaan
Strategi manajemen stroke mempunyai tujuan utama
untuk:1,2
Memperbaiki keadaan penderita sehingga
kesempatan hidup maksimum, di mana dilakukan
usaha medis/terapeutik terutama dalam fase akut
hingga optimal.
Memperkecil pengaruh stroke terhadap penderita
dan keluarga.
Mencegah timbulnya serangan stroke berulang.
Mencegah timbulnya komplikasi akibat stroke
Manajemen stroke iskemik fasa akut
Airways and Breathing
Circulation
Pengobatan mendik untuk memulihkan sirkulasi otak
di daerah yang terkena stroke
Untuk tujuan khusus ini digunakan obat-obat yang
dapt menghancurkan emboli atau trombus yang ada
di pembuluh darah otak.
Terapi trobolisis
The Food and Drug Administration (FDA)
intravena r-TPA (recombinant-Tissue Plasminogen Activator) pada
penelitian stroke akut sejak tahun 1996.
keuntungan terhadap reperfusi segera akibat lisisnya trombus dan
perbaikan sel serebral sangat bermakna.
Penggunaan r-TPA dihubungkan dengan perbaikan outcome pasien dalam
3 jam onset stroke. Pengobatan sedini mungkin ( dalam 90 menit)
menghasilkan outcome yang sangat baik.
Tujuan terapi trombolitik ini adalah rekanalisasi trombus arterial dan
memperbaiki daerah penumbra iskemik yang disebabkan oleh kondisi
hipoperfusi yang kritis terhadap jaringan otak yang masih hidup berada di
sekitar inti infark yang rusak dan irreversibel. Daerah iskemik penumbra
masih sekitar 80% pada pasien dengan 3 jam onset stroke tetapi proporsi
semakin berkurang dengan bertambahnya waktu.
Manajemen tekanan darah pada stroke
akut
Pada guideline Stroke 2007 Perdossi, tekanan arteri rata-rata pada stroke
akut dianjurkan di bawah 145 mmHg. AHA/ASA guideline 2007 dan
ESO 2009 merekomendasikan penurunan tekanan darah yang tinggi
pada stroke akut:
Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar
15% (sistolik maupun diastolik) dalam 24 jam pertama onset stroke,
apabila tekanan darah sistolik >220 mmHg atau tekanan darah
diastolik >120 mmHg
Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberikan terapi
trombolitik (r-TPA), TD sistolik diturunkan hingga <185 mmHg dan
TD diastolik < 110 mmHg.
Obat antihipertensi yang diberikan adalah labetalol, nitropruside,
nikardipin, nitropaste atau diltiazem intravena.
Pemberian antikoagulan pada stroke
iskemik akut
Antikoagulan ini dapat mengurangi kejadian deep vein
thrombosis dan emboli pulmonal.
Efek samping yang sering terjadi dari pemberian antikoagulan
adalah bahaya perdarahan intraserebral yang cepat terutama
pada orang tua, hipertensi berat dan infark yang sangat luas.
Penggunaan heparin subkutan lebih disukai daripada
intravena dan pemberiannya hanya beberapa hari kemudian
dilanjutkan dengan antikoagulan per oral. ESO guideline 2008
merekomendasikan pemberian heparin, Low Molecular
Weight Heparin atau heparinoid setelah stroke iskemik akut
tidak bermanfaat.
Pemberian terapi
antitrombolitik pada stoke
iskemik
akut
Berdasarkan AHA/ASA guideline 2011 tentang pemberian aspirin
pada stroke akut dengan dosis 325 mg dalam 24-48 jam setelah onset
stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut.