KELOMPOK A-13
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018/2019
DAFTAR ISI
Daftar isi ......................................................................................................... 1
Skenario.......................................................................................................... 2
Identifikasi Kata Sulit .................................................................................... 3
Menentukan Masalah ..................................................................................... 4
Prior Knowledge / Analisa Masalah .............................................................. 5
Hipotesis......................................................................................................... 6
Sasaran Belajar / Learning Objective ............................................................. 7
1. Memahami dan Menjelaskan Geriatri .......................................................
2. Memahami dan Menjelaskan Perubahan Anatomi dan Fisiologi
Pernafasan Geriatri ....................................................................................
3. Memahami dan Menjelaskan Pneumonia Pada Geriatri ............................
3.1 Definisi ...............................................................................................
3.2 Klasifikasi ...........................................................................................
3.3 Etiologi ................................................................................................
3.4 Patofisiologi ........................................................................................
3.5 Manifestasi Klinis.. ............................................................................
3.6 Cara Diagnosis dan Diagnosis Banding ..............................................
3.7 Tatalaksana .........................................................................................
3.8 Komplikasi ..........................................................................................
3.9 Pencegahan .........................................................................................
3.10 Prognosis ...........................................................................................
4. Memahami dan Menjelaskan PPOK Pada Geriatri ...................................
4.1 Definisi ................................................................................................
4.2 Klasifikas ............................................................................................
4.3 Etiologi ................................................................................................
4.4 Patofisiologi ........................................................................................
4.5 Manifestasi Klinis.. ............................................................................
4.6 Cara Diagnosis dan Diagnosis Banding ..............................................
4.7 Tatalaksana .........................................................................................
4.8 Komplikasi ..........................................................................................
4.9 Pencegahan .........................................................................................
4.10 Prognosis ...........................................................................................
5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Ventilator........
Daftar Pustaka ..................................................................................................
SKENARIO 4
\
ROKOK MEMBUNUHKU PERLAHAN
Seorang laki-laki berusia 70 tahun dibawa ke IGD RS karena mengalami sesak nafas
hebat sejak 4 jam yang lalu. Keluhan lain batuk berdahak dan badan panas. Pasien
mempunyai riwayat merokok sejak usia 20 tahun sebanyak 10 batang perhari dan
baru berhenti sejak 1 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik: Composmentis lemah, TD
120/80 mmHg, nadi 100x/menit, suhu 37.8 C. Pemeriksaan toraks: bentuk dada
barrel chest, fremitus taktil dan vocal meningkat di hemitoraks kanan, hipersonor
kecuali hemitoraks kanan redup dari ICS IV ke bawah, bunyi jantung jauh dan
terdengar ronki basah kasar di hemitorak kanan.
KATA SULIT
1. Barrel Chest
Kelainan bentuk dada yang terjadi karena hiperinflasi paru dimana dada
mengembang dan diameter anteroposterior lebih dari diameter laterolateral.
2. PPOK
Penyakit paru obstruksi kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran nafas yang bersifat progesif.
3. Composmentis
Kesadaran normal, sadar sepenuhnya dan dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
4. Fremitus Taktil dan Vocal
Getaran yang teraba akibat udara/suara yang melalui cabang-cabang
bronkopulmoner ke dinding dada saat ekspirasi dan inspirasi.
5. Hipersonor
Suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, terjadi bila udara
dalam paru-paru jauh lebih banyak misalnya pada emfisema.
6. Pneumonia
Penyakit infeksi paru yang menyebabkan kantung paru radang dan
membengkak.
7. Hemitoraks
Kondisi yang terjadi ketika adanya darah pada rongga pleura yang terletak
diantara dinding dada dan paru.
8. Ronki basah
Suara nafas tambahan berupa vibrasi terputus-putus akibat getaran karena
cairan di jalan nafas.
9. Emfisema
Suatu keadaan dimana pelebaran abnormal ruang udara distal dari bronkiolus
terminalis disertai destruksi dinding alveol.
10. Eksaserbasi
kondisi dimana gejala PPOK memburuk.
11. Asidosis Respiratorik
Gangguan ventilasi alveolar yang mengganggu eliminasi karbon dioksida
sehingga Pa CO2 meningkat.
12. Ventilator
Sebuah alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempertahankan O2.
PERTANYAAN
1. Apa yang menyebabkan terjadinya barrel chest pada perokok ?
2. Mengapa fremitus taktil dan vocal meningkat pada hemitoraks kanan ?
3. Mengapa terjadi asidosis respiratorik ?
4. Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk menilai keparahan PPOK eksaserbasi
akut ?
5. Apa saja faktor risiko pneumoni dan PPOK ?
6. Apa hubungan PPOK dan pneumoni ?
7. Mengapa bisa terdengar ronki basah di hemitoraks kanan ?
8. Berapa nilai normal pada pemeriksaan laboratorium dan AGD ?
9. Apa saja perbedaan asma dan PPOK ?
10. Bagaimana gambaran fototoraks pada pneumoni ?
11. Apa saja antibiotik yang diberikan ?
12. Apa saja gejala PPOK disertai pneumoni ?
13. Pemeriksaan fisik apa yang dilakukan ?
14. Apa saja tingkatan pada PPOK ?
15. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan ?
16. Apa saja komplikasi PPOK ?
17. Bagaimana tatalaksana pada kasus tersebut ?
18. Apa saja penyebab pneumoni ?
19. Bagaimana cara mencegah pneumoni ?
20. Bagaimana pandangan islam tentang ventilator ?
PRIOR KNOWLEDGE / ANALISA MASALAH
1. Karena ada penambahan volume paru akibat adanya hambatan aliran
udara yang berlangsung secara kronik.
2. Ada daerah paru yang harusnya terisi udara malah cairan.
3. Karena pCO2 meningkat dan pO2 menurun karena hambatan yang
mengakibatkan hipoventilasi.
4. Tes fungsi paru, pemeriksaaan AGD, fototoraks, kultur dan tes
sensitivitas.
5. Anak < 2 tahun, orang dewasa > 65 tahun, orang yang mempunyai
kelainan sistem imun, perokok, penderita DM, penderita gangguan
jantung/paru, keturunan, orang yang sering terpapar polusi, alkoholik, dan
kurang aktivitas fisik.
6. PPOK tingkat lanjut beresiko tinggi pneumoni.
7. Karena ada cairan bebas dalam suatu cavitas dari sekret alveoli.
8. AGD : pH 7,35-7,45
pCO2 35-45
pO2 80-100
HCO3 22-26
Lab : leukosit = 5000-10000/uL
Trombosit = 150000-400000/uL
Hemoglobin = pria 13-16 g/dL Wanita 12-15 g/dL
Hematokrit = pria 40-54 % Wanita 36-47 %
9. Asma : efek inflamasinya reversibel, di saluran nafas, penebalan epitel,
tidak ada pembesaran parenkim dan mukus, karena penambahan bahan
sensitif.
PPOK : ireversibel, di saluran nafas perifer dan alveoli, terjadi metaplasia
epitel, destruksi pada kelenjar mukus dan parenkim, karena bahan
berbahaya.
10. Ada infiltrat, kondolidasi air bronchogram, ada cavitas.
11. Cefalosporin generasi ketiga, quinolol, penicillin, amoxicillin,
kotrimoksazol, makrolida.
12. Batuk berlendir, sesak nafas, penurunan aktivitas, demam pada orang
muda, dan pada usia lanjut kadang demam.
13. Inspeksi : barrel chest dan pelebaran sela iga
Palpasi : fremitus meningkat
Perkusi : hipersonor, batas jantung mengecil, diafragma letaknya rendah,
hepar terdorong ke bawah.
Auskultasi : ada suara vesikuler, ada ronki dan mengi, ekspirasi
memanjang.
14. Mild : FEV1 80%
Moderat : FEV1 50-79%
Parah : FEV1 30-49%
Sangat parah : FEV1 < 30 %
15. Uji faal paru, fototoraks AP dan lateral, AGD, pemeriksaan sputum,
pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan EKG, spirometri.
16. Otitis media, efusi pleura, abses otak, gagal nafas, korpulmonal, infeksi
berulang, dan keganasan.
17. Beta agonis short acting seperti salbutamol, antikolinergik, dan antibiotik
melalui oral atau intravena.
18. Penurunan imun, infeksi Streptococcus pneumoniae dari droplet dan
Staphylococcus aureus dari ventilator.
19. Vaksin pneumococcus, berhenti merokok, kebiasaan hidup sehat,
perbaikan gizi, pakai masker, dan aktivitas fisik.
20. Boleh dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa.
HIPOTESIS
Anak kurang dari 2 tahun, orang dewasa lebih dari 65 tahun, orang yang
mempunyai kelainan sistem imun, perokok, penderita DM, penderita gangguan
jantung/paru, keturunan, orang yang sering terpapar polusi, alkoholik, dan kurang
aktivitas fisik menyebabkan PPOK. Pada PPOK tingkat lanjut menyebabkan
pneumoni dengan gejala batuk berlendir, sesak nafas, penurunan aktivitas, demam
pada orang muda, dan pada usia lanjut kadang demam.Untuk menegakkan diagnosis
dapat dilakukan tes fungsi paru, pemeriksaaan AGD, fototoraks, kultur dan tes
sensitivitas. Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu inspeksi dimana ada barrel chest
dan pelebaran sela iga, palpasi yang ditandai fremitus meningkat, perkusi yang
ditandai dengan hipersonor, batas jantung mengecil, diafragma letaknya rendah,
hepar terdorong ke bawah dan auskultasi ditandai dengan adanya suara vesikuler, ada
ronki dan mengi, ekspirasi memanjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu
uji faal paru, fototoraks AP dan lateral, AGD, pemeriksaan sputum, pemeriksaan
darah rutin, pemeriksaan EKG, dan spirometri. Dengan tatalaksana pemberian beta
agonis short acting seperti salbutamol, antikolinergik, dan antibiotik melalui oral atau
intravena, cefalosporin generasi ketiga, quinolol, penicillin, amoxicillin,
kotrimoksazol, makrolida. Dengan komplikasi otitis media, efusi pleura, abses otak,
gagal nafas, korpulmonal, infeksi berulang, dan keganasan. Pencegahan yang dapat
dilakukan yaitu vaksin pneumococcus, berhenti merokok, kebiasaan hidup sehat,
perbaikan gizi, pakai masker, dan aktivitas fisik. Pandangan islam terhadap ventilator
yaitu boleh dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa.
1. Memahami dan Menjelaskan Geriatri
2. Memahami dan Menjelaskan Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pernafasan Geriatri
3. Memahami dan Menjelaskan Pneumonia Pada Geriatri
3.1 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi dengan
cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam
dinding dinding alveoli dan rongga interstisium yang ditandai dengan batuk
disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak usia balita (Ridha, 2014;
Pudiastuti, 2011).
3.2 Klasifikasi
c. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung,
baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan
merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan yang teraspirasi
mungkin mengandung bakteri anaerobik atau penyebab lain dari pneumonia.
1). Pneumonia Berat dengan tanda gejala : terdapat tanda bahaya umum, atau
terdapat tarikan dinding dada ke dalam, atau terdengan bunyi sridor.
2). Pneumonia dengan tanda gejala : nafas cepat dengan batasan (anak usia 2
bulan - < 12 bulan, frekuensi nafas 50 kali/menit atau lebih dan anak usia 1
tahun - < 5 tahun frekuensi nafas 40 kali/menit atau lebih).
3). Batuk bukan Pneumonia apabila tidak ada tanda yang mengarah ke
pneumonia, atau pneumonia berat.
Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau
biasa disebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia
umumnya bersifat eksudatif. Pada klinis sekitar 5% kasus efusi pleura yang
disebabkan oleh P. pneumoniae dengan jumlah cairan yang sedikit dan sifatnya sesaat
(efusi parapneumonik). Efusi pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme
dalam jumlah banyak beserta dengan nanah
disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di drainage
menggunakan chest tube atau dengan pembedahan.
3.9 Pencegahan
digunakan pada orang dewasa, dengan capsular polysaccharide yang paling sering
adalah dari tipe S. pneumonia. Pada pasien lansia, respon antibodi terhadap vaksin
ini kurang baik. akan tetapi, bukti menunjukan efek yang menguntukan dari vaksin
rumah sakit untuk pneumonia dan CHF. Imunisasi kepada petugas medis terhadap
sebanyak 2 kali lipat. Maka dari itu, berhenti merokok dapat mengurangi
Posisi “ chin down” telah diketahui dapat menurukan angka kejadian dari
aspirasi, baik sebelum dan selama menelan. Membersihkan gigi dan gusi setelah
makan juga mengurangi masa laten dari reflex menelan dan meningkatkan
substansi P didalam saliva pada pasien dengan disfagia yang disebabkan oleh
3.10 Prognosis
Prognosis pada kejadian pneumonia, diantaranya adalah sebagai berikut :
Pneumonia Komunitas
Kejadian PK di USA adalah 3,4-4 juta kasus pertahun, dan 20%
diantaranya perlu dirawat di RS. Secara umum angka kematian
pneumonia oleh pneumokokkus adalah sebesar 5% namun dapat
meningkat pada orang tua dengan kondisi buruk. Pneumonia dengan
influenza di USA merupakan penyebab kematian nomor 6 dengan
kejadian sebesar 59%. Sebagian besar terjadi pada usia lanjut yaitu
sebesar 89%. Mortalitas pasien CAP yang dirawat di ICU adalah sebesar
20%. Mortalitas yang tinggi ini berkaitan dengan factor perubah yang
ada pada pasien.
Pneumonia Nosokomial
Angka mortalitas PN dapat mencapai 33-50% yang bisa mencapai
70% bila termasuk yang meninggal akibat penyakit dasar yang
dideritanya. Penyebab kematian biasanya adalah akibat bakteriemi
terutama oleh Ps. Aeruginosa atau Acinobacter spp.
4.2 Klasifikasi
1. Asma
Penyakit jalan nafas obstruktif intermienb, reversible dimana trakea dan
bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu
(Brunner et al., 2010).
2. Bronkhitis Kronis
Bronkhitis Kronis merupakan batuk produktif dan menetap minimal 3
bulan secara berturut-turut dalam kurun waktu sekurang-kurangnya
selama 2 tahun. Bronkhitis Kronis adalah batuk yang hampir terjadi setiap
hari dengan disertai dahak selama tiga bulan dalam setahun dan terjadi
minimal selama dua tahun berturut-turut (GOLD,2010)
3. Emfisema
adalah perubahan struktur anatomi parenkim paru yang ditandai oleh
pembesaran alveolus, tidak normalnya ductus alveolar dan destruksi pada
dinding alveolar. (PDPI,2003).
Menurut GOLD 2015, penilaian tingkat keparahan atau klasifikasi PPOK dapat
dilihat dari gejalanya, derajat limitasi saluran napas (menggunakan spirometri),
resiko eksaserbasi dan komorbiditasnya. Untuk penilaian dari derajat limitasi
saluran napas dibagi menjadi 4, yaitu :
4.3 Etiologi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa menjelang
tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat sehingga sebagai penyebab
penyakit tersering peringkatnya meningkat dari ke-12 menjadi ke-5 dan
sebagai penyebab kematian tersering peringkatnya juga meningkat dari ke-6
menjadi ke-3. Di Eropa, tingkat kejadian PPOK tertinggi terdapat pada
negara-negara Eropa Barat seperti Inggris dan Prancis, dan paling rendah pada
negara-negara Eropa Selatan seperti Italia. Negara Asia Timur seperti Jepang
dan China memiliki kejadian terendah PPOK, dengan jarak antara angka
kejadian terendah dan tertinggi mencapai empat kali lipat4.
Pada 12 negara Asia Pasifik, WHO menyatakan angka prevalensi
PPOK sedang-berat pada usia 30 tahun keatas, dengan tingkat sebesar 6,3%,
dimana Hongkong dan Singapura dengan angka prevalensi terkecil yaitu 3,5%
dan Vietnam sebesar 6,7%. Indonesia sendiri belumlah memiliki data pasti
mengenai PPOK ini sendiri, hanya Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes
RI 1992 menyebutkan bahwa PPOK bersama-sama dengan asma bronkhial
menduduki peringkat ke-6 dari penyebab kematian terbanyak di Indonesia1.
Etiologi dan Faktor Resiko PPOK :
1. Merokok
Merokok sampai sekarang merupakan etiologi utama terjadinya PPOK.
Hubungan inipun berkaitan langsung dengan jumlah rokok yang dihisap.
Studi menunjukkan adanya perbaikan fungsi respirasi pada perokok yang
berhenti merokok. Hubungan antara penurunan fungsi paru dengan
intensitas merokok ini juga berkaitan dengan peningkatan kadar
prevalensi PPOK seiring dengan pertambahan umur. Prevalansi merokok
yang tinggi di kalangan pria menjelaskan penyebab tingginya prevalensi
PPOK dikalangan pria. Sementara prevalensi PPOK dikalangan wanita
semakin meningkat akibat peningkatan jumlah wanita yang merokok dari
tahun ke tahun3.
Hal yang dapat membantu penilaian faktor resiko merokok pada PPOK
antara lain :
a. Riwayat merokok, dibagi atas :
Perokok aktif
Perokok pasif
Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian
jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok
dalam tahun :
Ringan : 0-200
Sedang : 200-600
Berat : >600
2. Riwayat Pekerjaan
Pada pekerja tambang, misalnya tambang batu bara, PPOK dapat terjadi
disebabkan adanya inhalasi debu dari bahan tambang yang terakumulasi
didalam paru dan dapat merusak jaringan paru. Respon inflamasi terhadap
bahan asing inipun mengakibatkan terjadinya PPOK3.
6. Polusi udara
Beberapa peneliti melaporkan peningkatan gejala gangguan saluran
pernafasan pada individu yang tinggal di kota daripada desa yang
berhubungan dengan polusi udara yang lebih tinggi di kota. Meskipun
demikian, hubungan polusi udara dengan terjadinya PPOK masih tidak
bisa dibuktikan. Pemaparan terus-menerus dengan asap hasil industri
dikatakan menjadi faktor risiko yang signifikan terjadinya PPOK pada
kaum wanita di beberapa negara3,4.
Antikolinergik/parasimpatolitik.
Respon bronkodilator terhadap obat antikolinergik
tergantung pada derajat tonus parasimpatis intrinsik. Obat-obat ini
kurang berperan pada asma, dimana obstruksi jalan napas
berkaitan dengan inflamasi, dibandingkan bronkitis kronik,
dimana tonus parasimpatis tampaknya lebih berperan. Obat ini
direkomendasikan terutama untuk bronkodilatsi pasien dengan
bronkitis kronik. Antikolinergik pada pasien gagal nafas harus
selalu dikombinasikan dengan beta adrenergik agonis. Ipratropium
bromida tersedia dalam bentuk MDI (metered dose inhaler) atau
solusio untuk nebulisasi. Efek samping jarang terjadi seperti
takikardia, palpitasi, dan retensi urin.
Teofilin
Teofilin kurang kuat sebagai bronkodilator dibandingkan beta
adrenergik agonis. Mekanisme kerja adalah melalui inhibisi kerja
fosfodiesterase pada AMP siklik (cAMP), translokasi kalsium,
antagonis adenosin, stimulasi reseptor beta adrenergik, dan
aktifitas anti inflamasi. Efek samping meliputi takikardia, mual
dan muntah. Komplikasi yang lebih parah adalah aritmia,
hipokalemia, perubahan status mental dan kejang.
Kortikosteroid
Mekanisme kortikosteroid dalam menurunkan inflamasi jalan
napas tidak diketahui pasti, tetapi perubahan pada sifat dan jumlah
sel inflamasi telah didemonstrasikan setelah pemberian sistemik
dan topikal. Kortikosteroid aerosol kurang baik distribusinya pada
gagal napas akut, dan hampir selalu digunakan preparat oral atau
parenteral. Efek samping kortikosteroid parenteral adalah
hiperglikemia, hipokalemia, retensi natrium dan air, miopati
steroid akut (terutama pada dosis besar), gangguan sistem imun,
kelainan psikiatrik, gastritis dan perdarahan gastrointestinal.
Penggunaan kortikosteroid bersama-sama obat pelumpuh otot non
depolarisasi telah dihubungkan dengan kelemahan otot yang
memanjang dan menimbulkan kesulitan weaning.
Penatalaksanaan Kausatif/Spesifik
Sambil dilakukan resusitasi (terapi suportif) diupayakan mencari
penyebab gagal nafas. Pengobatan spesifik ditujukan pada
etiologinya, sehingga pengobatan untuk masing-masing penyakit
akan berlainan.
4.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat tejadi pada PPOK adalah :
1. Gagal nafas
Gagal nafas kronik: hasil analisis gas darah PO2 < 60 mmHg dan
waktu tidur
o Antioksidan
o Demam
o Kesadaran menurun
infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imunitas menjadi lebih rendah,
3. Kor pulmonal: ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50%,
4.9 Pencegahan
Menghindari rokok
aktivasi neutrofil dan makrofag menimbulkan radikal bebas yaitu reactive oxygen
species (ROS) yang pada dapat mengganggu struktur protein, lipid, asam
deoksiribonukleat saluran napas dan merangsang terjadinya apoptosis (Moretti &
Konseling berhenti merokok dapat membantu pasien yang mau berhenti merokok.
menurunkan efek samping nikotin yang aman dengan efikasi cukup tinggi (Ebbert,
2015).
Menurunkan polusi di dalam dan luar ruangan memerlukan sinergi antara kebijakan
politik, sumber daya nasional dan lokal, perubahan budaya, dan langkah protektif dari
individu. Sistem ventilasi yang efektif, bahan bakar memasak yang tidak
4.10 Prognosis
Prognosis dari PPOK cukup buruk, karena PPOK tidak dapat
disembuhkan secara permanen, 30% penderita dengan sumbatan yang berat
akan meninggal dalam waktu satu tahun, 95% meninggal dalam waktu 10
tahun. Ini terjadi oleh karena kegagalan napas, pneumonia, aritmia jantung
atau emboli paru (Tomas, 2008).
1.jika pasien masih ada kesempatan hidup dibantu dengan alat resusitasi
Maka alat resusitasi harus tetap dibiarkan, tidak boleh dicabut terlebih
yang sudah kornis dan berbahaya (contohnya kanker stadium lanjut yang
sudah menyebar ke paru-paru dan otak). Ditambah lagi keadaan keluarga yang
tidak mampu membiayai, mereka harus menjual bebagai harta, bahkan harus
yang paling ringan, maka alat resusitasi boleh dicabut. Sebagaimana dalam
kaidah fiqh.
Yang dimaksud mati batang otak adalah orang tersebut sudah mati secara
medis akan tetapi organ yang lain masih sedikit beraktifitas, misalnya jantung
1) فيه رجعة ال التوقف هذا بأن األطباء وحكم تاما توقفا وتنفسه قلبه توقف إذا.
2) التعطل هذا بأن الخبراء االختصاصيون األطباء وحكم نهائيا تعطل دماغه وظائف جميع تعطلت إذا
1.jika denyut jantung dan nafas telah berhenti secara total dan tim dokter telah
2.jika semua aktifitas otak telah berhenti total kemudian (mati bantang otak)
dan tim dokter (spesialis) telah memastikan bahwa hal ini tidak bisa kembali
Maka pada (dua) keadaan ini, boleh mencabut alat resusitasi yang terpasang
misalnya masih berdenyut dengan bantuan alat resusitasi. (Fatawa lit thabibil
Muslim)
DAFTAR PUSTAKA
TOLONG MASUKIN DAFPUS IPD DONG
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/a3094ca3eede2196d8bdb1a6f
ffc6b2c.pdf
https://muslimafiyah.com/hukum-mencabut-alat-resusitasi-pada-pasien-kritis-di-
icu.html