Anda di halaman 1dari 5

PENATALAKSANAAN LATIHAN MENELAN PADA PASIEN STROKE DENGAN

DISFAGIA DI RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR

Afrida1, Andry Wibowo S2, Nur Anshary3


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

(Alamat korespondensi:Afrida@stikesnh.ac.id/085255655771)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penatalaksanaan latihan menelan pada pasien
stroke dengan disfagia di RS TK II Pelamonia Makassar. Desain penelitian ini adalah pra
eksperimental dengan rancangan One Group Pre-Post Test Design. Sampel dalam penelitian ini
adalah semua pasien stroke dengan disfagia dengan tekhnik Convenience Sampling, didapatkan 10
responden. Rehabilitasi latihan menelan dilakukan tiga kali sehari pada jam makan pagi, siang, dan
malam selama tujuh hari berturut-turut. Evaluasi status kemampuan menelan responden dilakukan
dihari pertama sebelum latihan menelan dan hari terakhir setelah latihan menelan. Uji normalitas
menggunakan Shapiro-Wilk (p=0,089), sehingga didapatkan data berdistribusi tidak normal dengan
demikian metode analisis menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh antara variabel
dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil bivariat didapatkan ada pengaruh penatalaksanaan pasien
stroke dengan disfagia dengan latihan menelan (p=0,005). Lebih lanjut direkomendasikan Bagi
Perawat diharapkan melibatkan keluarga atau orang terdekat pasien dalam pemberian tindakan
keperawatandan memberikan discharge planning pada keluarga agar mampu melakukan latihan
menelan selama perawatan di rumah, penelitian lebih lanjut agardapat membedakan derajat
disfagiadan membedakan lamanya perlakuan yang diberikan pada pasien stroke serta diharapkan
rumah sakit menyusun protap latihan menelan.

Kata Kunci : Stroke, Disfagia, Latihan Menelan

PENDAHULUAN difokuskan pada gangguan fisiologis dengan


Disfagia merupakan suatu keadaan memberikan intervensi pada pasien
dimana seseorang mengalami kesulitan Ngatini dan Haryono, R (2014), meneliti
menelan cairan atau makanan yang tentang gugging swallowing screen (GUSS)
disebabkan gangguan pada proses menelan. sebagai metode skrinning kemampuan
Sekitar 28-65% pasien yang mengalami menelan pasien stroke akut, menyatakan
disfagia setelah serangan stroke.Stroke terdapat banyak masalah menelan sehingga
merupakan tanda-tanda klinis yang perlu dilakukan skrining GUSS untuk
berkembang cepat akibat gangguan fungsi meminimalisir terjadinya aspirasi. Sejalan
otak fokal atau global yang dapat dengann penelitian Hagg, M dan Anniko, M,
mengakibatkan kematian, tanpa penyebab lain (2009), meneliti tentang lip muscle training in
kecuali gangguan vascular. Rasyid & stroke patients with dysphagia, menyatakan
Soertidewi, (2011).Diperkirakan setiap tahun melatih secara lisan dapat meningkatkan
di Kanada ada 21.000 pasien lansia mengidap kemampuan bibir dan kapasitas menelan pada
stroke dengan disfagia sedangkan di Amerika pasien stroke dengan disfagia orofaring, tidak
sebanyak 200.000 pasien. (Martino, R, Martin, memperdulikan waktu, sebelum perawatan,
R.E.,& Black, S, 2012). susah menelan, dan menggerakkan otot wajah
Penelitian yang dilakukan Cruz, B.M sehingga menstimulasi motor sensorik dan
(2017) tentang dysphagia management in plastisitas system saraf pusat dibandingkan
stroke patients, menyatakan pasien stroke dengan latihan otot bibir.
dengan disfagia memiliki risiko 3 kali lipat Berdasarkan hasil penelitian oleh Mc
terkena pneumonia bila dibandingkan dengan Cullough & Kim (2013), didapatkan 18 pasien
penderita stroke tanpa disfagia.Pemberian stroke dengan disfagia dilakukan latihan
latihan menelan pada penderita stroke menelan dengan tekhnik mandelshon
disesuaikan dengan kondisi pasien, manuver. Semua pasien mengalami
diantaranya apakah kesadaran pasien peningkatan status menelan setelah di
menurun atau tidak, ada tidaknya gangguan lakukan latihan menelan selama 1-2 minggu.
menelan pada pasien. Serangan stroke

686
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 13 Nomor 6 Tahun 2019 2302-2531
Pasien stroke dengan gangguan 2. Coding(Pengkodean)
menelan berisiko malnutrisi, dehidrasi, infeksi Mengubah data berbentuk kalimat atau
saluran nafas, lamanya jumlah hari rawat, dan huruf menjadi data angka atau bilangan.
bahkan kematian.. Untuk mencegah terjadinya 3. Tabulation (Tabulasi)
hal tersebut, diperlukan deteksi dini adanya Setelah melakukan pengelompokan data
disfagia pada semua pasien stroke sejak tersebut dimasukkan kedalam table
pasien masuk rumah sakit. Selain untuk tertentu sifat-sifat yang dimiliki sesuai
mencegah terjadinya aspirasi, juga untuk dengan tujuan penelitian.
menetapkan penatalaksanaan pemasukan
nutrisi yang tepat dan akurat bagi pasien. Analisa Data
Gangguan menelan masih diabaikan dan 1. Analisis Univariat
masih kurang perhatian. Analisa data ini dilakukan terhadap tiap
Berdasarkan hasil observasi awal dan variable dari penelitian dan pada umumnya
wawancara dengan perawat di ruang dalam analisis ini hanya menghasilkan
perawatan RS TK II Pelamonia Makassar distribusi dan persentase dari setiap
didapatkan belum adanya,penanganan secara variable yaitu distribusi karaterisrik
khusus dan komprehensif pasien stroke yang responden dan variable yang diteliti.
mengalami disfagia sehingga perkembangan 2. Analisis Bivariat
kemampuan menelan belum terukur dengan Analisa Bivariat adalah analisa yang
baik.Disamping itu perawat juga belum dilakukan terhadap dua variable yang
memanfaatkan keterlibatan pasien dan diduga ada pengaruh yaitu latihan menelan
keluarga secara optimal dalam dengan disfagia
mempersiapkan perawatan mandiri baik saat
di rumah sakit maupun setelah pulang dari HASIL PENELITIAN
rumah sakit. Sehingga risiko kematian menjadi 1. Analisis Univariat
lebih besar pada pasien stroke yang disertai Distribusi Frekuensi Berdasarkan
disfagia bila tidak ditangani secara tepat, serta Karateristik Reponden di RS TK.II
lama hari perawatan menjadi lebih panjang Pelamonia Makassar. (n=10)
dan biaya yang ditanggung pasien menjadi Karakteristik n %
lebih mahal. Penanganan disfagia dengan Jenis kelamin
latihan menelan ditujukan untuk menurunkan Laki-laki 4 40%
risiko aspirasi, meningkatkan kemampuan perempuan 6 60%
makan dan menelan serta mengoptimalkan Usia
41-50 3 30%
status nutrisi. Hal ini mendasari peneliti untuk
51-60 1 10%
melakukan latihan menelan pada pasien 61-70 5 50%
stroke dengan gangguan menelan >70 1 10%
Derajat
BAHAN DAN METODE Gangguan Menelan 3 30%
Lokasi, populasi dan sampel Fase Oral 7 70%
Penelitian ini dilaksanakan di RS TK Fase Faringeal Kemampuan
IIPelamonia Makassar.Penelitian ini Menelan sebelum latihan
menggunakan jenis penelitian pra menelan
eksperimental dengan jenis rancangan one Normal 0 0%
Tidak Normal 10 100%
group pre-post test design yaitu eksperimen
Kemampuan menelan setelah
dengan cara sampel diobservasi sebelum latihan menelan
dilakukan intervensi, kemudian diobservasi Normal 8 80%
lagi setelah dilakukan intervensi (perlakuan). Tidak Normal 2 20%
Populasi adalah semua pasien stroke yang
dirawat di RS TK II Pelamonia Makassardan Data diatas menunjukkan bahwa
sampel pada penelitian ini adalah10 sebagian besar responden berjenis kelamin
respondenpasien stroke dengan disfagia yang perempuan berjumlah 6 dengan presentase
memenuhi kriteria inklusi. Teknik sampling (60%) kemudian usia sebagian besar pada
yaitu teknik convinience sampling. rentang usia 61-70 tahun dengan
presentase (50%) serta derajat gangguan
Pengumpulan Data menelan pada fase faringeal sebanyak 7
1. Editing (Mengedit) (70%). Kemampuan menelan setelah
Editing merupakan kegiatan untuk dilakukan tindakan 8 (80%) menjadi normal
pengecekan dan perbaikan isian formulir dan 2 (20%) tidak mengalami perubahan.
atau kusioner

687
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 13 Nomor 6 Tahun 2019 2302-2531
2. Analisa Bivariat secara normal menjadi normal dan 2
a. Uji Normalitas Shapiro-Wilk responden (20%) masih tidak normal.
Pada penelitian ini uji normalitas yang Penelitian ini melibatkan keluarga responden
digunakan adalah uji normalitas dalam setiap pemberian latihan tujuannya
Shapiro-Wilk. agar keluraga responden dapat dan tahu cara
Tabel 2. Uji Normalitas melakukan pemberian latihan menelan pada
Shapiro-Wilk responden
Variabel
Statistic Df Sig. Pada penelitian dihari pertama sebelum
Pre Test .917 10 .330 perlakuan, responden belum menunjukkan
Latihan adanya perubahan, hal ini karena responden
Menelan kurang nafsu makan, aktifitasnya kebanyakan
Post Test .866 10 .089 tidur dan tidak bisa mengikuti instruksi latihan
Latihan menelan yang baik yang dijelaskan oleh
Menelan
mampu mengeluarkan lidahnya secara penuh,
Tabel 2 menunjukkan bahwa data membuat lidah menyentuh bibir atas dan
(n=10) maka menggunakan uji bawah, menggerakkan lidah ke samping
normalitas Shapiro-Wilk dan diperoleh kanan dan samping kiri, bicara kurang jelas,
nilai p=0,089 karena nilai sig > 0,05 bibir kurang simetris, ROM pada lidah sedikit
sehingga data berdistribusi tidak terbatas, kurang mampu mengunyah makanan
normal. sampai membentuk bolus, sangat lambat
memindahkan makanan dari mulut ke faring,
b. Uji Wilcoxon kemampuan menelan makanan sebanyak 1-3
Tabel 3. Penatalaksanaan Latihan sendok makan dengan toleransi makanan
Menelan pada Pasien Stroke dengan kental tanpa sayur dan lauk, dan terlihat
Gangguan Menelan di RS TK II. responden mual muntah ketika peneliti
Pelamonia Makassar (n=10) membantu untuk memasukkan makanan
kedalam mulut dan peneliti juga membantu
Median
Nilai p responden menggerakkan kepala keposisi
(Min-Mak)
yang lemah, serta belum mengerti untuk
Kemampuan memegang jakun saat ingin menelan
menelan sebelum 55 (46-59) makanan.
latihan menelan Hari kedua, masih terlihat tidak mampu
0,005
Kemampuan melakukan latihan menelan yang diberikan
menelan setelah 75 (57-82) oleh peneliti, suara nafas masih terdengar
latihan menelan serak, hanya bisa mengikuti satu-satu
<0.05 perintah, gerakan lidah tampak lemah dan
bergetar jika dikeluarkan, lambat dalam
Tabel 3 didapatkan bahwa hasil menelan makanan >3-5 detik serta toleransi
uji statistik dengan Wilcoxon yaitu makanan masih kental tanpa sayur dan lauk
p=0,0 sebanyak 1-3 sendok makan, masih sangat
ditolak yang artinya ada pengaruh lambat dalam mengosongkan makanan di
penatalaksanaan latihan menelan pada mulut dan menolehkan posisi kepala ke
pasien stroke dengan gangguan bagian yang lemah masih dibantu oleh peneliti
menelan di RS TK.II Pelamonia dan belum mengingat untuk memegang jakun
Makassar. saat menelan makanan.
Pada hari ketiga, tampak masih belum
PEMBAHASAN bisa melakukan latihan menelan dengan baik
Tindakan diberikan sebanyak 3 kali seperti halnya lidah dan bibir masih tampak
sehari dalam satu minggu, dimana waktu bergetar saat di gerakkan dan hanya mampu
pelaksanannya diberikan sebelum meal time melakukan latihan menelan sampai 2 hingga 3
08.30 Wita, sebelum makan siang 12.00 Wita hitungan saja. Dalam mengunyah makanan
dan sebelum makan sore 16.30 Wita. Dalam juga masih lambat memindahkan bolus hanya
melakukan tindakan responden mampu menelan makanan 2 sampai 3 sendok
diklasifikasikanberdasarkan derajat gangguan makanan dan peneliti masih membantu
menelannya yaitu derajat I (fase oral) dan responden dalam menggerakkan kepala ke
derajat II (fase faringeal) saja. Maka hasil dari sisi yang lemah serta untuk memegang
tindakan latihan menelan yang telah jakunnya masih dituntun saat menelan
dilaksanakan didapatkan 8 responden (80%) makanan dalam mulut.
yang sebelumnya tidak mampu menelan

688
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 13 Nomor 6 Tahun 2019 2302-2531
Dihari keempat, tampak sudah terlihat resiko stroke semakin tinggi, tingkat derajat
dapat melakukan gerakan latihan menelan gangguan menelannya berada pada fase II
yang telah diberikan setiap hari dapat atau fase faringeal kemudian kurangnya
membuka mulut, menggerakkan lidah dukungan dan motivasi keluarga yang
meskipun masih terlihat sedikit bergetar bila mendampingi responden selama di rawat
digerakkan, bibir masih belum simetris, reflek sedangkan, latihan ini bertujuan untuk
batuknya masih lemah, belum sepenuhnya meningkatkan kekuatan otot mengunyah,
mampu membentuk bolus makanan, toleransi menelan makanan, dan merubah fisiologi
menelan makanan kental dan air sayur menelan responden secara langsung maupun
sebanyak 3 sampai 5 sendok makan dan tidak langsung.
mampu melakukan latihan dalam hitungan 4 Penelitian ini sejalan dengan penelitian
sampai 5 saja, serta mampu menolehkan Afrida, (2018), Effect of ingesting training
kepalahnya ke sisi yang lemah, memegang towards dysphagia in stroke patients in Haji
jakunnya saat menelan makanan. hospital and Makassar city hospital,
Pada hari kelima, responden tampak menyatakan Rehabilitasi latihan menelan
lebih paham dan dapat melakukan tindakan dilakukan tiga kali sehari pada jam makan
latihan menelan seperti membuka mulut, pagi, siang, dan malam selama tujuh hari
menggerakkan lidah meskipun bibir dan lidah berturut-turut. Evaluasi status kemampuan
masih tampak bergetar, toleransi makanan 4 menelan responden dilakukan dihari pertama
sampai 8 sendok makan dengan toleransi sebelum latihan menelan dan hari terakhir
makanan kental dan cair. setelah latihan menelan terdapat pengaruh
Dihari keenam adanya peningkatan latihan menelan pada pasien stroke dengan
responden dalam melakukan latihan menelan disfagia.
dengan baik meskipun bibir responden masih Cohen, D.L., Rofffe, C., & Beavan, J.
terlihat tidak simetris, tetapi cara berbicara (2016) menyatakan bahwa tujuan utama
mulai jelas meskipun hanya satu atau dua manajemen disfagia adalah mengurangi
kata saja, dan pergerakan lidah responden aspirasi dan mengatur kesulitan menelan dari
masih tampak gemetar bila digerakkan pada merehabilitasi.Meskipun sebagian besar
sehingga pada saat menelan makanan pasien pulih menelan secara spontan,
nampak masih tersisa didalam mulut karena minoritas yang signifikan masih mengalami
lambatnya dalam memindahkan dan menelan disfagia sekitar enam bulan.
makanan yaitu satu sampai lima detik dengan Penelitian ini berkaitan dengan
toleransi makanan lunak dan cair disertai lauk penelitian yang dilakukan oleh Langmore S.E.,
sebanyak empat sampai tujuh sendok makan & Pisegna J.C. (2015) meneliti tentang
dan dengan sendirinya responden sudah Efficacy of exercises to rehabilitate dysphagia:
paham bagaimana cara menolehkan kepala A critique of the literaturebahwa untuk
ke bagian sisi yang lemah sambil memegang memulihkan gangguan menelan pada
jakun saat menelan makanan. penderita stroke perlu diadakan rehabilitasi
Pada hari terakhir setelah diberikan dengan latihan menelan dan non latihan
latihan menelan, responden menunjukkan menelan untuk mengoptimalkan nutrisi serta
kemandirian dalam melakukan aktifitas latihan meningkatkan kemampuan makan dan
menelan secara baik dan benar seperti minum, ada beberapa latihan menelan yang
membuka mulut secara lebar, menggerakkan paling umum digunakan yaitu The Effortful
lidah kesamping kanan dan kiri, menyentuh Swallow, The Masako, The Super-Supraglottic
bibir atas dan bawah sampai hitungan Exercise and The McNeill
kedelapan. Gerakan lidah sedikit masih DhyspagiaTreatment Protocol.
bergetar, dapat membentuk bolus makanan Berdasarkan hasil penelitian
meskipun sedikit agak lambat yaitu satu sebelumnya maka peneliti berkesimpulan
sampai lima detik dan sesekali responden bahwa gangguan menelan pada pasien stroke
tampak batuk saat setelah menelan minum dapat diketahui dengan cara pemeriksaan
dan makan yang diberikan oleh peneliti klinis berupa skrining disfagia, status fungsi
dengan toleransi makanan lunak dan cair menelan pasien dapat dilakukan dengan
sebanyak enam sampai sembilan sendok mengklasifikasikan berdasarkan derajatnya
makanan. terdapat 1 responden (10%) yang dilakukan tindakan rehabilitasi berupa latihan
mengalami ketidaknormalan setelah diberikan menelan secara terstruktur yang dilakukan
tindakan latihan menelan disebabkan karena selama 1 minggu dengan frekuensi 3 kali 15
responden kurang koperatif disamping itu menit per hari.
faktor usia responden yang sudah mencapai
lebih dari 70 tahun dimana Tarwoto (2013)
mengatakan bahwa makin bertambah usia

689
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 13 Nomor 6 Tahun 2019 2302-2531
KESIMPULAN intervensi mandiri keperawatan dalam
Ada pengaruh penatalaksanaan latihan menangani pasien stroke
menelan pada pasien stroke dengan disfagia Bagi Perawat diharapkan melibatkan
di RS TK IIPelamonia Makassar dengan keluarga atau orang terdekat pasien dalam
melihat perbandingan status fungsi menelan pemebrian tindakan keperawatandan
pasien stroke sebelum latihan menelan memberikan discharge planning pada
dengan sesudah dilakukan latihan menelan keluarga agar mampu melakukan latihan
dengan hasil p0,005. menelan selama perawatan di rumah.
Diharapkan pada peneliti selanjutnya
SARAN melakukan penelitian lebih lanjut dengan
Pemberian pelayanan kesehatan membedakan derajat disfagia dengan
sebaiknya membuat rancangan SOP (Standar intervensi yang diberikan.
Operasional Prosedur) untuk melakukan
teknik latihan menelan terstruktur sebagai

DAFTAR PUSTAKA

Afrida. (2018) Effect of ingesting training towards dysphagia in stroke patients in Haji hospital and
Makassar city hospital. Internasional contemporary Nursing Journal, 2(1)13-20

Cruz, B.M. (2017). Workshop: Dysphagia : A review and design considerations for future trials.
Internasional Journal of stroke. Vol. 11(4) 399-411. DOI: 10.1177/1747493016639057.

Cohen, D.L, Roffe, C.,& Beaven,.J (2016). Post stroke dysphagia: Review and design considerations
for trials. Internasional journal of stroke Vol. 11(4)399-411. DOI: 10.117/1747493106639057.

Hagg, M.,& Anniko, M (2009). Lip muscle training in stroke patients with dysphagia. Journal Acta oto
laryngological. Volume 128. 2008-Ussue 9.

Langmore,S.E and Pisegna, J.M. (2015). Efficay of esercise to rehabilitate dysphagia: A sritique of
the literature. Internasional of Journal of speech-langgunge pathology.ISSN.1754-9507.

McCullough, G & Kim, Y. (2013).Effect of the Mendelsohn Maneuver on Extent of Hyoid Movement
and UES Opening Post-Stroke1.NIH Public Access.Vol. 28.No. 4.Dipetik November 8, 2016.
DOI :doi:10.1007/s00455-013-9461-1.

Ngatini & Haryono.(2014). Gugging swallowing screen sebagai metode skrinning kemampuan
menelan stroke akut. Journalkeperawatan Vol. II ISSN: 23384514

Mulyatsih, Enny & Ahmad, Airiza. (2015). Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah.
Jakarta: FKUI.

Martino, R & Martin, R.E & Black, S. (2012). Dysphagia after stroke and its Management, Canadian
medical association. DOI: 10.1503/cmaj.101659

Rasyid, Al & Soertidewi, Lyna. (2011). Manajemen Stroke secara Komprehensif. Jakarta: FKUI.

Rasyid, Misbach, & Harris. (2015). Komplikasi Medis & Tata Laksana. Jakarta: FKUI.

Tarwoto.(2013). Keperawatan medical bedah.Jakarta : CV Sangung Seto

690
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 13 Nomor 6 Tahun 2019 2302-2531

Anda mungkin juga menyukai