Dari percobaan didapatkan hasilbakteri dari usap tenggorok dan usap hidung:
S. viridans dan S. pneumoniae pada agar darah menyebabkan hemodigesti sehingga terdapat
zona kehijauan di sekitar koloninya (hemolisis α). Untuk membedakan kedua spesies
tersebut, dilakukan :
a) Tes inulin → S. pneumoniae positif, S. viridans negatif
b) Tes larut/lisis empedu → S. pneumonia positif, S. viridans negatif
c) Tes cakram optochin (Taxo-P) → S. pneumoniae positif (Ada zona hambatan di
sekitar cakram atau sensitif terhadap optochin) , S. viridans negatif
d) Tes Quellung (pengembangan simpai) → S. pneumoniae positif, S. viridans negatif
Untuk penentuan streptococcus hemolyticus β grup A dan non grup A dilakukan dengan cara:
a) Tes serologik dengan cara reaksi koaglutinasi menggunakan serum anti spesifik grup
(tes Phadebact).
b) Tes cakram basitrasin (Taxo-A) → positif apabila terdapat zona hambatan di sekitar
cakram basitrasin (kuman sensitif terhadap basitrasin konsentrasi rendah), contohnya
S. hemolyticus grup A (S.pyogenes). negatif : S. hemolyticus non grup A.
c) Tes fibrinolisin / streptokinase, S. pyogenes → positif (melisiskan plasma manusia
yang membeku).
Cara kerja
TES BASITRASIN :
1. Lempeng agar darah dibagi menjadi 2 bagian dengan memberi tanda pada tutup piring
petri dengan pensil gelas.
2. Buat suspensi kuman S.pyogenes pada kaldu BHI sampai diperoleh suspensi dengan
standard Mc Farland 1.
3. Lidi kapas steril dicelupkan dalam suspensi kuman kemudian diusapkan secara merata
pada setengah bagian lempeng agar darah.
4. Lakukan hal yang sama terhadap S. hemolyticus non grup A kemudian oleskan secara
merata pada bagian lempeng agar darah yang belum diolesi kuman.
5. Letakkan cakram basitrasin di tengah-tengah setiap bagian, kemudian dieram pada
suhu 37oC selama 24jam dalam inkubator.
6. Lihat hasilnya, adakah zona hambatan di sekitar cakram
TES OPTOKHIN :
1. Buat suspensi kuman S.pneumoniae dan S.viridans masing-masing pada tabung BHI.
2. Celupkan lidi kapas steril pada masing-masing tabung dan oleskan pada lempeng agar
darah yang telah dibagi menjadi 2 bagian. Bagian I diolesi dengan S.pneumoniadan
bagian II dengan S. viridans.
3. Letakkan cakram optokhin pada tiap-tiap bagian (ditengah), eram pada suhu 37oC
selama 24jam dalam inkubator.
4. Lihat hasilnya, adakah zona hambatan di sekitar cakram.
HASIL PRAKTIKUM:
BASITRASIN
S.pyogenes β non grup-A
OPTOCHIN
S.viridans S.pneumoniae
Pada tes basitrasin, didapatkan hasil :
Berdasarkan hasil tes basitrasin di sekitar S.pyogenes dan S.hemolyticus non grup A terdapat
zona bening atau jernih transparan disekitar koloni ini menunjukan bahwa S.pyogenes dan
S.hemolyticus non grup A merupakan hemolisis β (hemolysis sempurna). S. pyogenes positif
terhadap tes basitrasin. Ini menunjukkan bahwa S. pyogenes sensitive terhadap basitrasin
karena ditemukan zona hambatan di sekitar cakram basitrasin. Diameter sensitivitas S.
pyogenes adalah 12mm.
S. non grupA positif terhadap tes basitrasin. Ini menunjukkan bahwa S. non grupA sensitive
terhadap basitrasin karena ditemukan zona hambatan di sekitar cakram basitrasin. Diameter
sensitivitas S. non grup A adalah 10mm.
Pada tes optochin didapatkan hasil:
Berdasarkan hasil tes optochin di sekitar S.viridans dan pneumoniae terdapat zona kehijauan
disekitar koloni ini menunjukan bahwa S.viridans dan S.pneumonias merupakan hemolisis α
(hemolysis sebagian). S. viridans negative terhadap tes optokhin. Ini menunjukkan bahwa S.
viridans resistant terhadap optokhin karena tidak ditemukan zona hambatan di sekitar cakram
optokhin.
S. pneumonia positif terhadap tes optokhin. Ini menunjukkan bahwa S. pneumonia sensitive
terhadap optokhin karena ditemukan zona hambatan di sekitar cakram optokhin. Diameter
sensitivitas S. pneumonia adalah 25mm.
DAFTAR PUSTAKA