Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM 1

PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIK Streptococcus sp. DAN C.diphteriae


PENDAHULUAN
Streptococcus merupakan bakteri sferis gram-positif dengan ciri khas berpasangan
atau berbentuk rantai selama pertumbuhannya. Bakteri ini tersebar sangat luas di alam.
Beberapa streptokok merupakan flora normal; sebagian lainnya berkaitan dengan penyakit
penting pada manusia, baik akibat infeksi streptokok maupun sensitisasi terhadap bakteri ini.
Streptokok menghasilkan beragam substansi dan enzim ekstraseluler.
Banyak sterptokok mampu menghemolis sel darah merah in vitro dalam berbagai
tingkatan. Lisis sempurna eritrosit yang ditandai oleh bersihnya daerah sekitar pertumbuhan
bakteri dari eritrosit disebut hemolisis β. Lisis tak-sempurna eritrosit yang ditandai oleh
reduksi hemogobin dan pembentukan pigmen hijau disebut hemolisis α. Streptokok lainnya
bersifat nonhemolitik (terkadang disebut hemolisis γ (gamma).
Karbohidrat terdapat di dalam dinding sel streptokok dan merupakan dasar
pengelompokan serologik kedalam kelompok Lancifield A-H dan K-U. Spesifisitas
serologik karbohidrat yang spesifik untuk grup tertentu (spesifik-grup) ditentukan oleh suatu
gula asam amino. Untuk streptoko grup-A, gula asam aminonya adalah rhamnose-N-
acetylglucosamine, untuk grup B, gula amino penentunya adalah polisakarida rhamnose-
glukosamine, untuk grup C, rhamnose-N-acetylgalactosamine, untuk grup D, glycerol
teichoic acid yang mengandung d-alanine dan glukosa, untuk grup E glucopyranosyl-N-
acetylgalactosamine.
I. PENGAMBILAN SAMPEL USAP TENGGOROK DAN HIDUNG
A. USAP TENGGOROK
A.1. Alat dan bahan
1. Swab steril
2. Spatel lidah steril
3. Senter
4. Plat agar darah
5. BHI
6. Akuades

A.2. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan swab steril dan spatel lidah steril, kemudian jelaskan tujuan
pengambilan sampel kepada pasien.
2. Celupkan swab steril ke dalam akuades.
3. Pasien diminta untuk membuka mulut selebar mungkin dan mengucapkan kata
“Aaagh”, sambil menekan lidah dengan spatel hingga uvula dan tonsil terlihat
jelas.
4. Usapkan swab steril dibagian posterior faring dan bagian antara uvula dan
tonsil.
5. Usapkan swab tersebut dengan cara digulirkan diatas permukaan agar darah dan
isolasi dengan metode streak menggunakan ose. Simpan diinkubator. Swab
yang telah dipakai lalu dimasukkan kedalam BHI dan disimpan diinkubator
untuk dibiakkan.
B. USAP HIDUNG
B.1. Alat dan bahan
1. Swab steril
2. Senter
3. Plat agar darah
4. BHI
5. Kaldu

B.2. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan swab steril dan senter, kemudian jelaskan tujuan pengambilan sampel
pada pasien.
2. Pasien diminta untuk mengangkat sedikit kepalanya sehingga cavum nasi
interna lebih terlihat jelas.
3. Celupkan swab steril ke dalam tabung berisi kaldu.
4. Minta pasien untuk menahan nafas sebentar, lalu usapkan swab steril tersebut di
daerah nasofaring.
5. Usapkan swab tersebut dengan cara menggulirkan diatas permukaan agar darah
dan isolasi dengan metode “streak” menggunakan ose. Simpan diinkubator.
Swab yang telah dipakai lalui dimasukkan ke dalam BHI dan disimpan
diinkubator untuk dibiakkan.
HASIL PRAKTIKUM

Usap Hidung Usap Tenggorok

Dari percobaan didapatkan hasilbakteri dari usap tenggorok dan usap hidung:

Ciri UsapTenggorok UsapHidung


Koloni Smooth Smooth
Warna Putih Putih
Jumlah 70 24

II. FAMILI STREPTOCOCCACEAE


A. Morfologi
Kuman berbentuk bulat, tersusun berderet seperti rantai, bersifat Gram-positif.

B. Klasifikasi menurut Lancefield


Bila ditanam pada agar darah dapat dibedakan atas :
1. Streptococcus yang membentuk zona hemolisis α (hemolisis sebagian),
misalnya S. viridans.
2. Streptococcus yang membentuk zona hemolisis β (hemolisis sempurna),
misalnya S. hemolyticus β.
3. Streptococcus yang membentuk zona hemolisis γ (tidak hemolisis), misalnya S.
anhemolyticus.
C. Identifikasi streptococcus dilakukan berdasarkan pada :
1. Pemeriksaan mikroskopis : pewarnaan gram
2. Pemeriksaan makroskopis :
a. Kultur dan isolasi dengan menanam pada perbenihan agar darah.
b. Pemeriksaan serologis.
c. Tes fibrinolisin / streptokinase.

S. viridans dan S. pneumoniae pada agar darah menyebabkan hemodigesti sehingga terdapat
zona kehijauan di sekitar koloninya (hemolisis α). Untuk membedakan kedua spesies
tersebut, dilakukan :
a) Tes inulin → S. pneumoniae positif, S. viridans negatif
b) Tes larut/lisis empedu → S. pneumonia positif, S. viridans negatif
c) Tes cakram optochin (Taxo-P) → S. pneumoniae positif (Ada zona hambatan di
sekitar cakram atau sensitif terhadap optochin) , S. viridans negatif
d) Tes Quellung (pengembangan simpai) → S. pneumoniae positif, S. viridans negatif

Untuk penentuan streptococcus hemolyticus β grup A dan non grup A dilakukan dengan cara:
a) Tes serologik dengan cara reaksi koaglutinasi menggunakan serum anti spesifik grup
(tes Phadebact).
b) Tes cakram basitrasin (Taxo-A) → positif apabila terdapat zona hambatan di sekitar
cakram basitrasin (kuman sensitif terhadap basitrasin konsentrasi rendah), contohnya
S. hemolyticus grup A (S.pyogenes). negatif : S. hemolyticus non grup A.
c) Tes fibrinolisin / streptokinase, S. pyogenes → positif (melisiskan plasma manusia
yang membeku).

Bahan yang disediakan


1. Biakan kuman :
a. S.pyogenes
b. S. viridans
c. S. pneumoniae
d. S. hemolyticus non-grup A
2. Lempeng agar darah.
3. Cakram basitrasin dan cakram optokhin.
4. Kaldu BHI steril 4 tabung masing-masing 0,5ml.
5. Bahan untuk pewarnaan gram.
6. Gelas alas.
7. Lidi kapas steril.
8. Perbenihan inulin.
Tugas:
1. Melakukan pewarnaan Gram terhadap kuman-kuman yang disediakan.
2. Melakukan tes basitrasin.
3. Melakukan tes optokhin.
4. Melakukan tes inulin.
5. Melihat demonstrasi dan mencatat hasil praktikum.

Cara kerja
TES BASITRASIN :
1. Lempeng agar darah dibagi menjadi 2 bagian dengan memberi tanda pada tutup piring
petri dengan pensil gelas.
2. Buat suspensi kuman S.pyogenes pada kaldu BHI sampai diperoleh suspensi dengan
standard Mc Farland 1.
3. Lidi kapas steril dicelupkan dalam suspensi kuman kemudian diusapkan secara merata
pada setengah bagian lempeng agar darah.
4. Lakukan hal yang sama terhadap S. hemolyticus non grup A kemudian oleskan secara
merata pada bagian lempeng agar darah yang belum diolesi kuman.
5. Letakkan cakram basitrasin di tengah-tengah setiap bagian, kemudian dieram pada
suhu 37oC selama 24jam dalam inkubator.
6. Lihat hasilnya, adakah zona hambatan di sekitar cakram
TES OPTOKHIN :
1. Buat suspensi kuman S.pneumoniae dan S.viridans masing-masing pada tabung BHI.
2. Celupkan lidi kapas steril pada masing-masing tabung dan oleskan pada lempeng agar
darah yang telah dibagi menjadi 2 bagian. Bagian I diolesi dengan S.pneumoniadan
bagian II dengan S. viridans.
3. Letakkan cakram optokhin pada tiap-tiap bagian (ditengah), eram pada suhu 37oC
selama 24jam dalam inkubator.
4. Lihat hasilnya, adakah zona hambatan di sekitar cakram.

HASIL PRAKTIKUM:

BASITRASIN
S.pyogenes β non grup-A

OPTOCHIN

S.viridans S.pneumoniae
Pada tes basitrasin, didapatkan hasil :
Berdasarkan hasil tes basitrasin di sekitar S.pyogenes dan S.hemolyticus non grup A terdapat
zona bening atau jernih transparan disekitar koloni ini menunjukan bahwa S.pyogenes dan
S.hemolyticus non grup A merupakan hemolisis β (hemolysis sempurna). S. pyogenes positif
terhadap tes basitrasin. Ini menunjukkan bahwa S. pyogenes sensitive terhadap basitrasin
karena ditemukan zona hambatan di sekitar cakram basitrasin. Diameter sensitivitas S.
pyogenes adalah 12mm.
S. non grupA positif terhadap tes basitrasin. Ini menunjukkan bahwa S. non grupA sensitive
terhadap basitrasin karena ditemukan zona hambatan di sekitar cakram basitrasin. Diameter
sensitivitas S. non grup A adalah 10mm.
Pada tes optochin didapatkan hasil:
Berdasarkan hasil tes optochin di sekitar S.viridans dan pneumoniae terdapat zona kehijauan
disekitar koloni ini menunjukan bahwa S.viridans dan S.pneumonias merupakan hemolisis α
(hemolysis sebagian). S. viridans negative terhadap tes optokhin. Ini menunjukkan bahwa S.
viridans resistant terhadap optokhin karena tidak ditemukan zona hambatan di sekitar cakram
optokhin.
S. pneumonia positif terhadap tes optokhin. Ini menunjukkan bahwa S. pneumonia sensitive
terhadap optokhin karena ditemukan zona hambatan di sekitar cakram optokhin. Diameter
sensitivitas S. pneumonia adalah 25mm.

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G.F danButel J.S. (2012). Jawetz, Melnick&Adelberg Mikrobiologi Kedokteran


Edisi 25. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai