Anda di halaman 1dari 20

PENYAKIT RESPIRASI HEWAN KECIL

I PROBLEM SALURAN RESPIRASI

1. BATUK Definisi : Batuk adalah suara yang timbul akibat keluarnya udara pernafasan secara tiba-tiba dari paruparu

Patofisiologi Fungsi batuk adalah reflek perlindungan normal tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran nafas. Reseptor batuk pada sistem respirasi sebagian besar pada saluran nafas atas, dan tidak ada pada bronchiole. Pathways afferent dari reflek batuk berjalan melewati nervus vagus, trigeminus, glosofaringeus dan perineal. Impul akan dikirim ke pusat batuk di medula oblongata. Kemudian Impul efferent akan disebarkan melalui nervus vagus, prenial dan nervus spinal ke laring, pohon trakeobronchial, diafragma dan otot respirasi. Reseptor batuk juga terdapat di hidung, sinus paranasal, dan faring. Reseptor batuk akan merespon rangsangan kemikal dan mekanik .

Efek menguntungkan dari batuk adalah membersihkan saluran nafas terutama trakea, dan bronchus. Pada batuk persisten dan berat, terutama batuk kering dan nonproduktif akan merugikan hewan itu sendiri, karena kondisi tersebut : mempercepat penyebaran infeksi pada saluran Nafas; Memperparah radang dan iritasi saluran nafas; Memperbesar distensi alveoli yang berpengaruh ke emfisema; Menyebabkan pneumothorak karena ruptur saluran nafas; dan Memperlemah kondisi dan menambah kelelahan pasien.

Penyebab batuk dapat dikelompokkan menjadi tiga tergantung lokasi saluran nafas yaitu Saluran nafas atas (Paringitis, tonsilitis, trakeitis, kolaps trakea); Saluran nafas bawah ( bronchitis akut dan kronis, bronchiectasis, pneumonia, fibrosis dan abses pulmonun, pembesaran limponodus, bronkitis alergi, parasit paru, trauma bronchus, iritasi asap rokok dan pembakaran); dan Sistem kardiovaskular (gagal jantung kiri, pembesaran aterial kiri, parasit jantung, trombosis pulmonum, dan edema pulmonum) .

Rencana diagnostik

Pengamatan fisik dan sejarah

Gejala yang sering mengaburkan pemilik hewan tentang batuk yaitu : gagging, pengeluaran dahak, regurgitasi, dan muntah. Pada beberapa kasus anjing penderita batuk, pemunculan gejala batuk dapat dimanipulasi dengan cara meraba trakea secara perlahan dan lembut. Hal itu dapat dilakukan dihadapan pemilik untuk mengkonfirmasi tentang gejala yang mereka amati.

Pemeriksa harus bertanya ke pemilik anjing tentang keadaan lingkungan tempat anjing dipelihara, seperti jenis kandang, lokasi kandang, lantai kandang, alas tidur, air minum dan atap kandang. Hal lain yang penting juga ditanyakan ke pemilik yaitu : Kontak dengan anjing lain yang sakit, polusi udara (asap rokok, asap pembakaran), dan kemungkinan tertular parasit. Tanyakan ke pemilik tentang gejala lain yang teramati seperti : depresi, lethargi, anoreksia, dispnea, tidak respon dengan latihan. Hal ini akan sangat membantu dalam penyingkiran diagnosis sementara sehingga diagnosis menjadi lebih akurat.

Gejala khas batuk yang sangat membantu dalam penegakan diagnostik yaitu: Batuk keras, kasar dan kering hal itu biasanya gejala dari iritasi atau radang laring, trakea, bronchi. Hal itu sering dijumpai pada anjing yang menderita penyakit trakeobroncitis (kennel cough), dan pada kucing penderita rhinotrakheitis. Batuk goose honk sering dijumpai pada anjing toybreed yang menderita kolaps trakhea.

Auskultasi torak dilakukan secara hati-hati dan pelan-pelan pada penderita batuk. Auskultasi harus dilakukan terhadap jantung dan paru-paru. Auskultasi akan sangat dibantu dengan manipulasi trakea untuk merangsang batuk dan selanjutnya dilakukan reauskultasi torak kembali. Suara abnormal sering terdengar pada awal atau intensif setelah hewan batuk beruntun. Suara lain yang sering terdengar pada penderita batuk adalah suara Crackles, wheezes dan peningkatan suara normal nafas. Suara cardiac murmur, kelainan ritme jantung dapat juga diauskultasi pada hewan penderita batuk karena kelainan jantung.

Tabel 1. Perbedaan dari penyebab batuk secara umum Penyebab batuk Saluran Nafas atas Depresi/lethargi Saluran nafas bawah Absen atau ringan Kardiovascular Ringan - berat Sedang berat

Demam Dehidrasi Batuk-batuk Dispnea ketahanan latihan Suara paru Suara jantung WBC Rongsen torak

Absen atau ringan Absen Sering Umumnya absen Absen atau ringan normal normal normal normal

Ringan Ringan Kadang-kadang Ringan Ringan Abnormal Normal Meningkat abnormal

Tidak ada Ringan Kadang-kadang Ringan Sedang Abnormal Abnormal Normal atau meningkat Abnormal

Dikutip dari: MD Lorenz dan LM Cornelis. 1987. Small animal medical diagnosis,

Evaluasi Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan jika pasien menunjukkan gejala sakit seperti demam, depresi, anoreksia, dispnea diikuti oleh batuk atau jika batuk bersifat kronis (lebih dari 1 minggu). Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi: Hitung darah Lengkap, differential, profil biokimia serum, dan analisis urin.

Radiografi Pemeriksaan radiografi torak dilakukan untuk memperluas pemeriksaan fisik pasien batuk. Anatomi normal torak harus dibandingkan dengan kelainan yang dijumpai pada torak.

Tes elektrofisiologi Tes ini dilakukan terutama pada pasien gangguan jantung yang ada gejala batuk. Uji ini meliputi uji elektrocardiogram. Uji khusus yaitu echocardiografi perlu juga dilakukan.

Pencucian transtrakheal Evaluasi dari lapisan mukosa respirasi dari trakea sampai alveoli dapat didapat dari pencucian transtrakeal. Hal ini dilakukan dalam kondisi hewan terbius dan hewan dipasang tube endotrakeal. Pencucian menggunakan larutan saline steril seperti lactat ringers atau NaCl 0.9%.

Bronchoscopi Pengamatan bronchoscopi perlu dilakukan pada pasien batuk, tetapi ini harus dilakukan pada hewan dalam kondisi terbius total dan alat yang diperlukan agak mahal.

Tabel 2. Penyebab Batuk pada Anjing dan Kucing dan Temuan Khas Sejarah/pemeriksaan fisik ANJING Batuk pendek diikuti gagging dan menelan dahak, suara parau, kemerahan pring dan laring, tidak ada gejala sistemik Sejarah kontak dengan anjing lain, batuk kering dan pendek, tidak ada gejala sistemik Sejarah pembiusan umum dan megaesopagus, batuk basah dan dalam, dispnea, demam Sejarah kontak dengan anjing lain, batuk kering dalam dan persisten, tidak ada gejala sistemik Pemeriksaan laboratorium

Radiografi

Paringitis/laringitis akut

normal

Normal

Traketis

normal

Normal

Pneumonia aspirasi

WBC meningkat, neutropilia

Alveolar konsolidasi

Infektius trakeobronkitis kronis

normal

Normal

Kolaps trakea

Toy breed kegemukan, batuk goose honk, dispnea, kolap trakea Batuk kering, dalam dan produktif; dispnea; crackles, wheeze; tanpa gejala sistemik Berat badan turun, batuk persisten, dispnea ringan sampai berat, exercise intoleran

normal Periperal eosinophilia, eosinopilic inflamasi pada transtrakeal wash Periperal eosinopilia, hiperglobulinemia, positif mikrofilaria,

Kolaps trakea, kolaps bronkial

Alergi bronkitis

Bronkial jelas terlihat

Cacing jantung

Pembesaran jantung kanan, pembesaran arteri pulmonum, Arterial kiri membesar, pembesaran vena pulmonum, edema pulmonum disekitar jantung

Gagal jantung kiri

Anjing ras kecil dan tua; batuk pada malam hari; dispnea; exercise intolerance

ECG variasi; hipertropi ventrikel kiri

KUCING Kontak dengan kucing lain; bersin dan kemerahan hidung, mata berair, ulcer mulut Batuk paroksimal, dalam, produktif dan leher diluruskan; dispnea berat, sianosis Batuk paroksimal, dalam, produktif dan leher diluruskan; dispnea, demam Nafsu makan menurun, muntah sporadik, batuk kadang-kadang

Viral rhinotraketis akut

WBC meningkat

Normal

Feline asma kronis

Periperal eosinopilia Periperal eosinopilia; positif larva pada transtrakeal wash Periperal eosinopilia, hiperglobulinemia,

Paru hiperinflamasi

Cacing paru

Brokial membesar Pembesaran arteri pulmonari; pembesaran ventrikel kanan

Cacing jantung

Dikutip dari: MD Lorenz dan LM Cornelis. 1987. Small animal medical diagnosis,

Terapi Simtomatis 1. Bronkodilatator Kandungan obat bronkodilatator memberikan keuntungan dalam pengobatan pasien batuk karena mempunyai efek bronkospasmus. Dua katagori bronkodilatator adalah (a) Inhibitor posfodiester : theopilin dan aminopilin (10 mg/kg, 3-4x/hari untuk anjing; 5 mg/kg, 2-3x untuk kucing). Cara kerja obat ini dengan cara memecah secara perlahan cAMP sehingga otot polos bronkus relaksasi, dan meningkatkan kontraksi diafragma; (b) Simpatomimetik : terbutalin (2.5 mg/kg, 3x/hari untuk anjing; 1.25mg/kg, 2x/hari untuk kucing), metaproterenol, isoproterenol. Cara kerja obat ini sebagai agonis reseptor beta-adrenergik.

2. Supressant batuk Obat antitussive dikelompokkan menjadi dua katagori yaitu : (a) Kerja central : hidrocodone bitartat ( 2.5-10 mg, 2-3x/hari, po), butorphanol tartate / torbutrol (0.5/kg, 2x/hari, po; 0.05/kg 2x/hari, Sc). Cara kerja obat ini adalah menekan pusat batuk di medula oblongata, dan dengan efek samping hewan tertidur. (b) Kerja perifer, dengan cara meningkatkan nilai ambang reseptor batuk.

3. Ekspectorant Obat ini meningkatkan volume cairan saluran nafas sehingga merangsang pengeluaran eksudat dari saluran nafas. Keberhasilan obat ini pada pasien batuk masih diragukan.

4. Antihistamin Walaupun banyak digunakan pada obat batuk yang telah beredar, tetapi secara umum tidak memberikan efek antitusiv yang substansial. Kejelekan obat ini dapat menyebabkan kekeringan pada mukosa. Sedangkan kebaikan obat ini dapat menyebabkan hewan mengantuk.

5. Terapi aerosol

Terapi aerosol dilakukan untuk mencairkan dahak yang mengental terutama yang di bronkhial tree. Partikel aerosol yang diperlukan berukuran antara 1 2 mikron. Dalam melakukan nebulisasi, alat nebulizer yang digunakan perlu dimodifikasi supaya dapat menutupi muka dari pasien. Obat yang sering digunakan dalam nebulisasi adalah gentamisin

dalam larutan saline 0. 45% atau 0.9%. Nebulisasi juga dapat dilakukan dirumah yaitu di kamar mandi dengan shower panas.

Daftar Pustaka Lorenz, MD. LM Cornelius. 1987. Small Animal Medical Diagnosis. JB Lippincott Co. New York.

2. DISPNEA Definisi Dispnea adalah kondisi kesulitan atau kesusahan dalam bernafas.

Patofisiologi Dispnea adalah kondisi patologis, tetapi takipnea (meningkatnya rata-rata bernafas) dapat bersifat fisiologis seperti pada kondisi kebanyakan bergerak, udara panas, dan gelisah. Disamping itu dapat juga bersifat patologis. Kesulitan bernafas dapat terjadi karena alasan sebagai berikut : keperluan tambahan oksigen; kompensasi metabolik acidosis; peningkatan suhu lingkungan (heatstroke); kerusakan atau penyakit pusat respirasi di sistem saraf pusat (CNS); kelemahan otot respirasi atau disfungsi nervus motor dari respirasi; dan rasa sakit dari organ yang terlibat dalam bernafas seperti pleura, nervus spinal, otot respirasi, dan tulang rusuk.

Kekurangan pemenuhan oksigen dapat disebabkan oleh kekurangan oksigen di lingkungan, gangguan transfer oksigen dari lingkungan ke dalam darah atau menurunnya kemampuan pengangkutan oksigen oleh darah (anemia, methemoglobinemia). Kompensasi terhadap metabolik asidosis menyebabkan peningkatan frekuensi dan kedalaman nafas.

RENCANA DIAGNOSTIK Sejarah dan Pengamatan Fisik Sejarah penyakit yang ditanyakan meliputi pertanyaan mengenai apakah dispnea awalnya terjadi secara tiba-tiba atau terjadi secara perlahan-lahan dan terus bertambah berat. Tanyakan apakah hewan selalu dikandangkan atau dibawah pengawasan seseorang sehingga memungkinkan mendapat trauma. Beberapa breed anjing lebih mudah mendapatkan trauma yang menyebabkan dispnea. Misalnya anjing brachicephalik lebih mudah mendapat trauma

pada saluran nafas atas, dan anjing pemburu mudah menderita dispnea karena jamur. Umur anjing juga perlu diperhatikan. Karena tumor lebih sering pada anjing tua.

Pengamatan yang teliti terhadap pola respirasi akan sangat membantu dalam melokalisasi penyebab dispnea. Gangguan saluran nafas bagian atas diikuti dengan dispnea inspirasi yang ditandai dengan gejala khas seperti jarak antar inspirasi, kesusahan dalam inspirasi, waktu inspirasi singkat dan terlihat fase ekspirasi mudah. Penyakit pada saluran nafas bawah menyebabkan dispnea inspirasi dan ekspirasi dengan rata-rata respirasi cepat.

Evaluasi laboratorium Pemeriksaan laboratorium meliputi hitung darah lengkap, biokimia serum, analisis urin.

Radiografi Pemeriksaan radiografi meliputi pemeriksaan kepala dan torak

Sitologi Pemeriksaan ini dilakukan jika teramati terjadi kebocoran pleura saat radiografi. Toracocentesis dilakukan secara aseptis dan cairan yang diperoleh diamati. Kandungan protein diukur dengan refractometri, hitung sel dan differential sel harus dicatat dengan baik, dan juga perlu dilakukan kultur bakteri dan jamur dari cairan itu.

TERAPI SIMTOMATIS Terapi simtomatis pada penderita dispnea tergantung dari penyebab penyakit. Perlu diingat hewan yang dispnea tidak boleh terlalu stres. Pemberian oksigen dengan corong oksigen, penutup kepala atau tube nasal sangat diperlukan.

Penting diperhatikan apakah anjing itu terserang penyakit yang bersifat restriktif seperti bocor pada pleura, pneumotorak, atau ada massa intratorak. Edema pulmonum harus segera ditangani dan tidak boleh ditunda. Cairan pleura dapat dikeluarkan dengan torakocentesis menggunakan jarum 22G dengan panjang 1 inchi, dengan siring 20 ml. Alternatif dapat

digunakan cateter intravenous polietilen. Udara pada pleura juga dapat dikeluarkan dengan cara yang sama.

Hipoalbuminemia sering terjadi akibat pengeluaran cairan pleura dan mempercepat kebocoran pleura. Jika pengeluaran cairan terlalu banyak, konsentrasi albumin serum harus diukur minimal dua kali seminggu. Jika konsentrasi serum albumin berkurang sampai dibawah 2.0 g/dl jumlah cairan pleura yang dikeluarkan harus dikurangi. Penggunaan furosemida dapat membantu mengkontrol pembentukan cairan pleura. Transfusi plasma atau darah sangat diperlukan pada penderita hipoalbuminemia (serum albumin < 1.0 g/dl).

Bronkodilatator sangat membantu jika gangguan terjadi pada saluran nafas bagian bawah, dan gangguan jantung. Penggunaan bronkodilatator golongan teopilin akan meningkatkan kontraksi diafragma, meningkatkan fungsi mucociliari dari mukosa respirasi, dan mengakibatkan diuresis ringan.

Pengobatan sistemik pada penderita dispnea, diberikan furosemida secara intravena atau oral. Efek samping dari furosemida adalah dehidrasi, azotemia, dan hipokalemia, untuk itu, obat digunakan dengan dosis minimal dan dalam jangka waktu singkat (2 3 hari).

3. HEMOPTYSIS Definisi Hemoptysis adalah batuk diikuti dengan keluarnya darah.

Patofisiologi Hemoptysis disebabkan oleh satu atau lebih dari kerusakan berikut : kerusakan buluh darah; hipertensi pulmonum hebat; dan masalah pembekuan darah. Kerusakan buluh darah dapat disebabkan oleh peradangan, nekrosis, neoplasia atau trauma. Hipertensi pulmonum umumnya disebabkan oleh tromboembolisme pulmonum, gangguan ventrikuler kiri. Gangguan pembekuan darah diakibatkan oleh abnormalitas faktor pembeku atau platelet.

Hemoptysis menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah sedikit tetapi jika berlangsung kronis dapat berkembang jadi anemia, aspiksasi dan hipovolemia.

Rencana Diagnosis Sejarah dan Pengamatan Fisik Sebelum melakukan pengobatan terhadap hemoptysis, perlu dilakukan lokalisasi dari sumber perdarahan. Ludah yang bercampur darah disebabkan karena perdarahan pada nasoparing, respirasi atau gastrointestinal.

Pertanyaan yang teliti pada pemilik akan membantu diagnosis. Bersih yang persisten dan parah dengan nasal discharge bercampur darah sebelum hemoptysis sebagai indikasi kerusakan terjadi pada rongga hidung. Sejarah dengan batuk berat dan dispnea sebagai indikasi kerusakan pada saluran nafas.

Pengamatan fisik dilakukan secara menyeluruh pada semua organ yang meliputi rongga mulut, dan nasoparing. Auskultasi torak untuk konfirmasi terjadinya gangguan jantung.

Evaluasi Laboratorium Evaluasi laboratorium dilakukan jika hemoptysis tidak massive dan mengancam jiwa pasien, dan pemeriksaan dikonfirmasi dengan radiografi. Pemeriksaan laboratorium meliputi hitung darah lengkap, platelet, biokimia serum, urinalisis, uji cacing jantung, pembekuan darah, analisis gas darah, electrocardiogram, transtracheal wash, bronchoscopi, dan sampel aspirasi. Pada hemoptysis yang mengancam jiwa pasien, pemeriksaan laboratorium ditunda sampai kondisi pasien stabil.

Terapi simtomatis Untuk hemoptysis ringan dan tidak mengancam jiwa pasien pengobatan simtomatis dapat dilakukan dengan pemberian supressant batuk, dan bronchodilatator. Pasien harus dijaga supaya tetap tenang, dibantu dengan pemberian obat penenang.

Pada pasien hemoptysis yang terancam jiwanya, tindakan emergensi harus dilakukan untuk membantu jiwa pasien. Pertama yang perlu diperhatikan yaitu sirkulasi udara tetap lancar, restoring volume darah, tindakan bedah untuk menghentikan perdarahan.

4.SUARA PARU ABNORMAL Definisi Suara abnormal paru didengar saat auskultasi di atas torak pada beberapa pasien yang menderita penyakit saluran nafas.

Patofisiologi Asal secara pasti suara normal nafas tidak dipahami secara baik. Suara paru dipercaya dihasilkan oleh goyangan pada jaringan respirasi yang padat dan oleh kecepatan fluktuasi tekanan gas. Suara paru dihasilkan dari tersaringnya udara atau masuknya udara ke saluran yang lebih kecil dari luar paru menuju dinding torak. Selanjutnya suara normal paru terdengar saat auskultasi torak yang terdiri atas suara individu yang bergabung dari berbagai tempat di paru-paru. Suara normal paru awalnya berasal dari trakea, lobar dan bronki segmental. Suara itu memiliki gambaran yang berbeda dari suara normal paru yang berasal dari alveoli. Aliran pada acinar dan level alveolar adalah berlapis-lapis dengan velositi rendah, tetapi tidak dihasilkan suara turbulen.

Suara normal paru berbeda sesuai dengan umur dari hewan, pola respirasi, ketebalan dinding dada, dan tempat dilakukan auskultasi. Intensitas suara pada hewan muda dan kurus adalah keras, jelas terdengar karena sedikit yang dapat melemahkan suara itu dan sedikit yang mempengaruhi alveoli. Pada hewan tua dan gemuk, suara normal paru sulit terdeteksi. Variasi dari suara normal paru dapat disebabkan oleh perubahan dalam pola respirasi seperti terengah-engah (meningkatkan intensitas), dan kelemahan neuromuskular (menurunkan intensitas). Suara abnormal dihasilkan dari proses patologis dalam trakeobroncial tree dan paru yang disebut dengan suara adventitious. Suara adventitious dapat bersifat diskontinyu (crackles) dan kontinyu (wheeze).

Crackles adalah suara eksplosif intermiten yang tidak teratur sehingga dikenal sebagai tone musical. Crackles sering dikarakterisasi sebagai suara kasar dan lembut. Suara crackles kasar seperti suara bubbling dan gurgling, sedangkan suara crackles lembut seperti suara velero atau tipe celophane. Salah satu mekanisme munculnya suara crackles kasar adalah meledaknya gelembung udara dalam cairan sekresi di saluran nafas, sedangkan crackles lembut dihasilkan oleh penyakit pada paru akibat beberapa saluran nafas tertutup saat inspirasi kemudian terbuka secara tiba-tiba. Suara crackles kasar ditemukan pada edema pulmonum, bronkitis dan bronkopneumonia yang diikuti terbentuknya cairan pada saluran nafas. Crackles lembut terdengar saat saluran terbuka secara tiba-tiba selama inspirasi, karena pencapaian keseimbangan yang cepat antara tekanan gas pada bagian atas dan bawah dari saluran nafas yang tersumbat. Tabel 4. Penyebab Suara Paru Abnormal Pada Anjing Dan Kucing

CRACKLES Kasar Edema pulmonum berat Gagal jantung kiri Hipoalbuminemia Bronkhopneumonia Trauma Lembut Edema institialis pulmon um Pneumonia institialis kronis Fibrosis institialis kronis

WHEEZE Inspiratori Obstruksi laring Laringitis nekrotik Paralisis laring Edema laring Kolaps laring Stenosis trakea Benda asing pada trakea Kolaps trakea ekstratorak Compresin trakea intraluminal Tumor Limpadenopati Ekspirasi Bronchitis Alergi Brokopneumnia Copd Cacing paru Cacing jantung

Suara tak terdengar Pneumotorak Efusi pleura Gagal jantung kanan Tumor Hipoalbuminemia Hemotorak Chylotorak Pyotorak Felin infectious peritonitis Hernia diagframatika Pemadatan paru Abses Granuloma Tumor Torsio lobus paru Kegemukan Kelemahan neuromuskular Paralisis diagfragma

Wheeze adalah musical kontinyu atau suara whistling dihasilkan oleh terlepasnya udara melalui saluran yang sempit dan menyebabkan fibrasi regular atau penyempitan dinding saluran. Suara wheeze akan terdengar jika lumen dari saluran nafas menyempit. Jika kondisi baik, dinding saluran nafas akan bergetar diantara saat membuka dan menutup, akan

menghasilkan suara kontinyu. Amplitudo, puncak, dan durasi wheeze tergantung atas velositi aliran udara dan bagian mekanis aliran udara.

Wheeze lebih umum terjadi pada saat ekspirasi dibandingkan inspirasi. Penyebab wheeze ekspirasi adalah bronkospasmus, edema mucosa, penumpukan mucus, benda asing, tumor. Wheeze inspirasi juga disebut stridor, hal ini berhubungan dengan stenosis saluran nafas atas, trakea, atau bronkhi.

Rencana Diagnosis Sejarah dan Pemeriksaan Fisik Gejala yang sering dilaporkan oleh pemilik hewan dengan suara paru abnormal adalah batuk, kesulitan bernafas, dan wheeze. Wheezing yang dijelaskan oleh pemilik sering suara abnormal yang berasal dari nasal dan saluran nafas atas. Pertanyaan yang teliti akan mengurangi kesalahan.

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tempat tenang, sehingga auskultasi dapat dilakukan dengan baik. Suara paru dan jantung harus dievaluasi pada posisi hewan berdiri. Jika hewan terengah-engah, maka mulut pasien harus ditutup saat auskultasi. Suara mendengkur pada kucing dapat dihentikan sebentar dengan cara menekan laringnya atau dengan mengalihkan perhatian kucing dengan cara mengalirkan air pada kran. Suara berisik kulit dan rambut dapat dikurangi saat auskultasi dengan cara membasahi kulit dan rambut pada tempat auskultasi atau memegang kepala stetoskup dengan kuat menempel ke dinding dada. Kedua belah dada harus diauskultasi.

Evaluasi Laboratorium Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan suara nafas abnormal sama seperti pada pasien batuk dan dispnea.

Terapi Simtomatis Terapi simtomatis pada pasien dengan suara paru abnormal tidak perlu dilakukan.

5. BERSIN DAN LELERAN HIDUNG Definisi

Bersin adalah reflek superfisial yang berasal dari reaksi pada lapisan membran mukosa pada rongga hidung dan dengan mudah dimunculkan oleh rangsangan kimia atau mekanis. Bersin terjadi akibat pengeluaran secara kuat udara melalui saluran nafas dengan kecepatan yang kencang. Hal ini untuk membantu membersihkan saluran nafas.

Leleran hidung adalah material yang dikeluarkan dari saluran nafas melalui nares eksternal. Leleran ini diklasifikasikan berdasarkan sifat fisik yaitu serous, mukoid, purulen, dan haemorrhagik, atau kombinasi dari ketiganya. Pakan dan larutan yang diminum juga dapat keluar bersama leleran itu saat bersin. Leleran hidung dapat secara unilateral atau bilateral, kontinyu atau intermiten, atau hanya saat bersin.

Patofisiologi Impuls afferen dihasilkan dari rangsangan pada membran mukosa hidung, dihantarkan melalui nervus trigeminus menuju medula di otak, pada proses ini diawali dengan serentetan kejadian secara otomatis. Setelah terjadi inspirasi secara cepat lipatan vocal dan epiglotis akan tertutup, diikuti dengan kontraksi kuat dari abdomen, intercostae eksternal, dan otot respirasi yang lain yang mengakibatkan peningkatan tekanan udara di saluran respirasi. Kemudian lipatan vocal dan epiglotis terbuka secara cepat diikuti pelepasan udara sehingga terjadi bersin.

Bersin dan leleran hidung timbul diawali dengan kondisi yang secara langsung merangsang rongga hidung dan secara skunder karena rangsangan pada paring atau penyakit saluran respirasi bawah. Fungsi rongga hidung meliputi sebagai organ pencium, filtrasi, penghangat, melembabkan, dan tempat aliran udara. Rongga hidung tersusun atas tulang kartilago turbinate yang ditutupi oleh epitel pseudocolumnar bersilia. Epitel itu adalah epitel perifer respirasi primer dan pada organ pencium caudomedial dan caudodorsal. Lamina propria dari saluran respirasi tersusun atas glandula serous, mukous, dan campuran tubuloalveolar. Sel goblet juga ada di rongga hidung. Glandula bagian lateral hidung bersifat serous yang berfungsi sebagai mengatur panas. Sinus paranasal, frontal, dan spenoidal berhubungan dengan saluran nafas dan kadang-kadang dapat bertindak sebagai penyebab primer atau skunder timbulnya bersin dan leleran hidung.

Banyak kondisi peradangan pada mucosa hidung yang menyebabkan peningkatan sekresi glandula yang awalnya serous kemudian menjadi mukoid atau mukopurulen setelah ada infeksi bakteri. Hemorrhagi dapat terjadi karena ada trauma, coagulopati, dan kerusakan mukosa yang banyak vascularisasinya, erosi kronis, atau penyakit invasiv.

Penyingkiran dan Rencana Diagnosis

Kasus bersin dan leleran hidung pada anjing dan kucing dapat dilihat pada Tabel 5. Signalemen, sejarah, pengamatan fisik, dan karakterisasi fisik leleran hidung yang ada akan membantu dokter hewan dalam mendiagnosis dan pengobatan yang tepat.

Signalemen Signalemen dari hewan akan membantu menentukan etiologi penyakit. Hewan muda, sangat tua, dan imunosupresif cendrung lebih mudah terserang penyakit. Gejala klinis yang berhubungan dengan penyakit kongenital sering dijumpai pada hewan muda. Breed brachycephalic sering menderita leleran hidung karena mudah menderita stenosis hidung atau dapat sebagai akibat skunder karena hewan tidak mampu mengendalikan ingesta atau sekresi respirasi di daerah paringeal akibat palatum lunak yang memanjang. Tumor hidung dan penyakit gigi sering dijumpai pada anjing dan kucing tua. Breed anjing mdium dan besar dengan hidung yang panjang lebih sering menderita tumor hidung.

Sejarah Bersin akut dan leleran hidung diikuti dengan leleran mata dipercaya karena infeksi virus. Abnormalitas kongenital atau gangguan paringeal akan terlihat gejalanya setelah makan dan minum. Bersin dan leleran hidung yang kambuh lagi setelah pengobatan antibiotik dipercaya sebagai rhinitis skunder karena bakteri dengan berbagai etiologi primer seperti trauma, alergi, benda asing, infeksi Jamur, dan tumor. Leleran hidung dengan sifat serous sampai mukoid secara bilateral dan kejadiannya bersifat musiman diikuti dengan gejala leleran mata itu sebagai akibat rhinitis alergi. Benda asing pada hidung menyebabkan bersin akut diikuti dengan gerakan pawing (menggaruk hidung) dan menggosokan hidung pada tanah oleh anjing. Infeksi jamur dan tumor dapat ditelusuri dari sejarah dari perkembangan leleran hidung dengan perubahan perkembangan yang pelan dari sifat serous kemudian menjadi mukopurulen dan berlanjut hemorrhagi. Hewan dengan sejarah penyakit menderita otitis media/ externa akan diikuti dengan leleran hidung dan bersin karena ada hubungan antara telinga media dengan nasoparing melalui tube eusthacian. Gagging sering dilaporkan oleh pemilik pada anjing yang menderita penyakit paring.

Pengamatan Fisik Pengamatan fisik yang dilakukan pada penderita bersin dan leleran hidung meliputi pengamatan terhadap sistem respirasi, mata, dan rongga nasoparing. Pengamatan pada kepala

dan mulut untuk mengetahui kelainan seperti stenosis nares, cleft palatum, fistula oronasal traumatik, otitis externa dan media, penyakit gigi, dan penjuluran palatum lunak, kemerahan oroparing dan tonsil, pembesaran tonsil dapat disebabkan oleh berbagai penyakit yang memicu terjadinya bersin dan timbulnya leleran hidung. Kerusakan palatum sering disebabkan oleh infeksi jamur. Fraktur tulang hidung juga dapat dipalpasi pada pemeriksaan kepala. Pneumonyssus caninum sering juga ditandai dengan pembesaran nares eksternal.

Gangguan saluran nafas atas seperti penyakit infeksi, alergi, deformitas kepala menyebabkan leleran mata. Feline viral rhinotracheitis menyebabkan ulcerasi cornea, anorexia, ptyalisme dan ulcerasi oral. Penyakit canine distemper dan cryptococcosis menyebabkan corioretinitis, sedangkan cryptococcosis juga menyebabkan uveitis anterior.

Leleran hidung unilateral diakibatkan oleh tumor, penyakit jamur, benda asing, abses akar gigi, dan fistula oronasal. Tumor yang agresif juga bisa menyebabkan leleran bilateral. Leleran bilateral sering karena penyakit infeksi, kelainan kongenital, penyakit paring, rinitis alergi. Suara pekak saat perkusi rongga hidung dan sinus para nasal dapat disebabkan oleh beberapa penyakit tetapi yang umum oleh jamur.

Suara parenkim paru dapat abnormal karena meluasnya infeksi jamur dan tumor, penyakit primer paru, dan penyakit pada saluran nafas atas dan bawah. Koagulopati menunjukan gejala perdarahan disekitar gangguan berupa perdarahan ptekie dan ekimose kulit dan membran mukosa.

Tabel 5. Penyebab Umum Bersin dan Leleran Hidung Anjing dan Kucing
Penyebab Kongenital Stenosis nares Anjing brachicephalic Ngorok Kesulitan menyusu, susu keluar dari hidung, leleran kronis setelah sapih Gagging dan Stenosis nares Serous mukoid Pemeriksaan fisik signalemen Sejarah Pemeriksaan fisik leleran Rencana diagnosis

Cleft palatum

Muda, semua breed

Palatum ada celah, suara paru abnormal

Ada pakan dan cairan, mukopurulen, bilateral

Pemeriksaan fisik

Pemanjangan

Anjing

Kemerahan paring

Pakan atau

Pemeriksaan

palatum lunak

brachicephalic

snoring setelah makan

dan tonsil

cairan, serous mukopurulen, bilateral Pakan atau cairan, serous mukopurulen, bilateral

fisik

Dispagia

Semua breed, kongenital pada muda, dapatan pada yang tua

Batuk, gagging, seperti menelan sesuatu

Kemerahan paring, tonsil dan suara abnormal paru

Pemeriksaan fisik, flouroscopi

Infeksi virus Kontak dengan hewan lain, vaksinasi tidak lengkap, anoreksia, ptylisme Kontak dengan hewan lain, vaksinasi tidak lengkap, anoreksia, ptylisme Kontak dengan hewan lain, vaksinasi tidak lengkap, anoreksia, ptylisme

FVR

Semua breed, semua umur, lebih umum pada muda

Ulser mulut, konjungtivitis, suara paru abnormal, demam

Mukopurulen

FAT

Feline calicivirus

Semua breed, semua umur

Ulser nasal dan oral, konjungtivitis, suara paru abnormal, demam

mukopurulen

Gejala klinis

Reovirus

Pada kucing semua breed dan umur

Gejala ringan

Demam jarang, gejala pada mata Demam, muntah, diare, suara paru abnormal, gejala saraf, gangguan mata, hiperkeratosis kaki

Jarang ada

Laboratorium

Canine distemper

Semua breed dan umur

Kontak dengan hewan lain, vaksinasi tidak lengkap, banyak organ terserang

Mukopurulen

Gejala klinis, serologi, FAT, hitung darah lengkap

Bakteri Bersih kronis, respirasi seperti menyedot Kontak dengan hewan lain, tanpa gejala polisistemik Tanpa gejala polisistemik Aliran udara menurun, perkusi pekak, anoreksia, dehidrasi Gejala klinis, sejarah, kultur

Berbagai spesies

Semua breed

Mukopurulen, bilateral

Chlamydia

Kucing semua breed, umur tapi sering pada muda Semua breed dan umur

Konjungtivitis ringan

Serous mukopurulen, bilateral

Sitologi

Mycoplasma

Konjungtivitis ringan

Serous

Sitologi

Jamur Aspergillus dan penicillum Semua breed, jarang pada bracicephalic Anjing dan kucing semua umur Penurunan aliran udara, perkusi pekak, anoreksia Demam, gejala saraf, suara paru abnormal, gangguan mata, Polyps Polyps Mukoid, mukopurulen Sitologi, kultur, serologi Sitologi, kultur, serologi

Progresif

Cryptococcus neoformans

Gejala nafas atas, polisistemik progresif

Mukoid mukopurulen

Trichospora sp Rhinosporidium seebri Parasit Linguatula serrata Pneumonyssus caninum Anjing semua umur Anjing semua umur Umum pada anjing jarang di kucing, umum pada tua Pada anjing dan kucing umur muda Bersin ringan

Tidak ada

Serous

Sitologi

Bersin ringan

Tidak ada

Serous

Sitologi

Neoplasia

Progresif

Penurunan aliran udara

Progresif dari mukopurulen hemorrhagi

Sitologi, biopsi, radiografi

Alergi

Akut dan musiman

Konjungtivitis, dermatologik

Serous

Sejarah

Polyps

Kucing muda

Gagging, dispagia Halitosis, bersin paroksima, menggaruk muka Gejala ringan seperti otitis eksterna Akut Bersin paroksima dan akut, menjulurkan kepala, menggoyangkan kepala

Kemerahan paring, dan tonsil

Serous mukopurulen

Pengamatan paring belakang

Penyakit gigi

Semua hewan

Fistula, kalkuli gigi, abses

Unilateral mukopurulen

Radiografi kepala

Otitis media

Semua hewan

Keratokonjungtivitis sicca

Kering dan keras

Otoscopi, kultur Sejarah, radiografi

Trauma

Semua hewan

Fraktur saat palpasi

Hemorrhagi

Benda asing

Semua hewan

Nonspesifik

serous

Pemeriksaan fisik

Kelainan pembekuan

Semua hewan

Perdarahan tanpa trauma

Membran mukosa pucat

Hemorrhagi

Hitung platelet, waktu pembekuan, faktor VIII

Karakteristik Fisik Leleran Hidung Leleran hidung serous timbul pada stadium awal penyakit pada rongga hidung. Leleran hidung serous yang kontinyu dan dalam jangka waktu lama sebagai tanda penyakit iritasi seperti alergi atau parasit. Pada penyakit infeksi virus diikuti infeksi skunder oleh bakteri leleran hidung bersifat mukopurulen.

Rencana Diagnosis Prosedur diagnosis yang ditegakkan meliputi sitologi, serologi, kultur dan uji sensitivitas, pemeriksaan oral dan nasal dalam kondisi hewan terbius, radiografi nasal, uji FAT, koaglutinasi, endoscopi, dan biopsi.

Sitologi untuk mendeteksi jamur, sel tumor, atau parasit. Swab hidung secara langsung akan membantu diagnosis, jika penyakit lebih dalam maka perlu dilakukan flushing nasal dengan larutan steril. Aliran udara dihidung dapat disemikuantitatifkan dengan cara meletakan kaca didepan hidung dan dievaluasi terbentuknya embun pada kaca.

Uji FAT (flourescen antibodi teknik) untuk deteksi elemen virus distemper, feline viral rhinotrakeitis, clamidya, dan mycoplasma.

Kultur bateri dan jamur untuk deteksi jamur aspergillus dan penicillium, juga untuk diagnosis pasti dari bakteri penyebab.

Serologi untuk deteksi antibodi yang bersirkulasi terhadap aspergillus, penicillium, dan cryptococcus.

Uji koagulasi dilakukan jika ada perdarahan. Uji ini meliputi uji hitung platelet, waktu pembekuan darah, dan waktu perdarahan. Pada beberapa breed anjing , seperti doberman pincher yang sering mengalami perdarahan tiba-tiba, perlu dilakukan uji terhadap faktor VIII untuk membantu penyingkiran penyakit willebrands.

Terapi Simtomatis Kontrol primer dari bersin adalah menyingkirkan penyebabnya. Perlu penajaman dalam keakuratan diagnosis. Keakuratan pengobatan tergantung ketepatan diagnosis. Pemberian obat untuk penyakit respirasi dilakukan dengan cara sistemik, topikal, dan nebulizasi.

Decongesta dapat digunakan secara topikal dan sistemik untuk pengobatan leleran hidung. Obat yang sering digunakan adalah oxymethazoline HCl topikal dan pseudoephedrine (30 mg setiap 8 12 jam secara oral). Obat ini menyebabkan vasokontriksi vaskular hidung karena efek simpatomimetiknya. Penyakit jantung sebagai kontraindikasi dari pengobatan ini. Efek samping dari penggunaan dekongestan topikal adalah terjadi kongesti, hal ini dapat ditangulangi dengan penggunaan setiap 2 3 hari.

Antibiotik dapat diberikan secara topikal, sistemik, atau melalui nebulizasi dan sangat baik untuk leleran yang mukopurulen. Beberapa peneliti melaporkan penggunaan obat tetes mata sangat baik untuk pemberisan intra nasal pada kucing. Masalah besar penggunaan antibiotik adalah kesulitan penetrasi obat ke dalam sekresi hidung yang tebal.

Kortikosteroid sangat baik untuk rhinitis alergi, penggunaannya kontraindikasi pada penyakit infeksi sehingga tidak baik untuk leleran mukopurulen.

Perdarahan hidung dapat dihentikan dengan kompres, 4-5 tetes 1: 50.000 epineprin secara intranasal, tetapi perlu diawasi karena berefek terhadap jantung.

Anda mungkin juga menyukai