Anda di halaman 1dari 27

FARINGITIS, LARINGITIS

DAN LARINGOPHARINGEAL
REFLUKS
Setiawan Prayogi
1718012015

KEPANITERAAN KLINIK SMF THT-KL


RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2017
FARINGITIS

Suatu kondisi dimana terjadi peradangan


dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus
(40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma,
toksin dan lain-lain.
Etiologi
Klasifikasi
1. Faringitis Akut : Faringitis Viral, Faringitis
Bakterial dan Faringitis Fungal

2. Faringitis Kronik : Faringitis Kronik


Hiperplastik dan Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis Viral
• Dinding posterior faring hiperemis dan bengkak
• Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan
beberapa hari kemudian akan menimbulkan
faringitis.
• Gejala : Demam disertai rinorea, mual, nyeri
tenggorokan dan sulit menelan
• Terapi: istirahat dan minum yang cukup.
Kumur dengan air hangat.
Simptomatik : analgetik
Faringitis Bakterial
Gejala:
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang
disertai demam dengan suhu yang tinggi dan jarang
disertai dengan batuk.

Pemeriksaan fisik:
Tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis
dan terdapat eksudat di permukaannya.

Terapi:
Antibiotik, kortikosteroid, analgetika, kumur dengan
air hangat, vitamin jika diperlukan
Faringitis Fungal
• Penyebab yang tersering adalah candida yang
tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.

• Keluhan yang sering timbul adalah nyeri


tenggorokan dan nyeri menelan.

• Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring


dan mukosa faring lainnya hiperemis.

• Terapi
Nystatin 100.000-400.000 2 kali/ hari dan boleh
diberikan analgetika untuk menghilangi nyeri.
Faringitis Kronik Hiperplastik
• Perubahan mukosa dinding posterior faring
• Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan
lateral band hiperplasi.
• gejala awal : tenggorokan kering dan akhirnya batuk
berdahak
• Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior
tidak rata dan berglanular.

Terapi
• Lokal kaustik dg zat kimia (AgNO3, albothyl) atau listrik
(elektrokauter)
• Simptomatik: obat kumur/ tablet isap,
antitusif/ekspektora
• Penyakit di hidung dan sinus paranasal harus diobati.
Faringitis Kronik Atrofi
Sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi.
• Keluhan : Tenggorokan kering dan tebal serta
mulut berbau.

• Pemeriksaan : tampak mukosa faring ditutupi


oleh lender yang kental dan bila diangkat
tampak mukosa kering.

• Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya


dan untuk faringitis kronik atrofi ditambahkan
obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.
Laringitis

Laringitis merupakan suatu proses inflamasi


pada laring yang dapat terjadi baik akut maupun
kronik.
Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan
berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3
minggu.
Bila gejala telah lebih dari 3 minggu, laringitis
kronis.
Laringitis Akut
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan
infeksi saluran nafas seperti influenza atau
common cold.

Etiologi
• Infeksi : virus influenza (tipe A dan B)
parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan
adenovirus, Haemofilus influenzae, Streptococcus
B hemoliticus, Pneumococcus.
• Non-Infeksi : Pemakaian suara berlebih,
trauma, alergi, merokok/meminum alkohol.
Manifestasi
Klinis

Gejala Gejala
umum lokal

Nyeri
Mukosa laring
demam malaise Serak tenggoroka
membengkak
n

Pada pemeriksaan fisik :


tampak mukasa laring yang hiperemis, membengkak
terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga
didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus
paranasal atau paru .
Pemeriksaan Penunjang
• Foto rontgen leher AP : tampak pembengkakan
jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini
ditemukan pada 50% kasus.

• Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah


dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder,
leukosit meningkat.
Penatalaksanaan

 Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3


hari.
 Menghindari iritasi pada faring dan laring
misalnya merokok, makanan pedas, atau minum
es.
 Bila terdapat sumbatan laring obstruksi jalan
napas dapat dilakukan pemasangan pipa
endoktrakea atau trakeostomi
 Pemberian obat simptomatik
Laringitis Kronik

Merupakan radang kronis laring yang dapat


disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum
berat, polip hidung, atau bronkitis kronis.
Mungkin juga disebabkan vocal abuse seperti
berteriak-teriak atau biasa berbicara keras.
Diagnosis
• Gejala: suara parau yang menetap, dan rasa
tersangkut ditenggorokan, nyeri tenggorokan,
batuk kering dan gatal

• Pada pemeriksaan laringoskop indirek : mukosa


menebal permukaan tidak rata, tampak
hiperemis difus dan sekret pada plika vokalis
sehingga pasien selalu berdehem
Terapi
Non medika mentosa:
• Vocal rest
• Hindari merokok dan meminum alkohol

Medikammentosa :
• Antibiotik
• kortikosteroid
LARINGOPHARINGEAL REFLUKS
Refluks asam lambung ke ruang laringofaring

• Etiologi
Adanya refluks secara retrograd dari asam
lambung atau isinya seperti pepsin ke saluran
esofagus atas dan menimbulkan cedera
mukosa karena trauma langsung  kerusakan
silia yang menimbulkan tertumpuknya mukus,
aktivitas mendehem dan batuk kronis akibatnya
akan sebabkan iritasi dan inflamasi.
Patofisiologi
Mukosa faring dan laring tidak dirancang untuk mencegah cedera
langsung akibat asam lambung dan pepsin yang terkandung pada
refluks

Cedera laring dan jaringan sekitar akibat trauma langsung oleh


cairan refluks yang mengandung asam dan pepsin.

Asam lambung merangsang refleks vagal sehingga mengakibatkan


bronkokontriksi, gerakan mendehem (throat clearing) dan batuk
kronis.

Lama kelamaan akan menyebabkan lesi pada mukosa.


Riwayat Penyakit
• Ada perubahan suara terutama perubahan
suara yang intermitten di siang hari, seperti
tersangkut di tenggorok (Globus sensation),
mendehem (throat clearing), batuk dan suara
serak

• Pola hidup seperti kebiasaan merokok dan


mengkonsumsi alkohol,
Pemeriksaan Fisik
Laringoskopi:
• Eritema
• edema dan Hipertrofi komissura Posterior
• hipertrofi komissura
posterior

Udem subglotik (Pseudosulkus vokalis)


ditemui pada 90% kasus, adalah
Granuloma dan nodul pita suara udem subglotik dimulai dari komissura
dapat terjadi pada kasus-kasus anterior meluas sampai laring posterior
yang tidak diobati
Pemeriksaan Penunjang
• 1. Laringoskopi fleksibel
• 2. Monitor pH 24 jam di faringoesofageal
• 3. Pemeriksaan Endoskopi
• 4. Pemeriksaan videostroboskopi
• 5. Pemeriksaan Histopatologi
• 6. Pemeriksaan esofagografi dengan bubur
Barium
• 7. Pemeriksaan laringoskopi langsung
Penampakan laringoskopi pada pasien LPR
Tatalaksana
Modifikasi diet dan gaya hidup
• Makan terakhir 2-4 jam sebelum berbaring
• Pengurangan porsi makan
• Hindari makanan yang menurunkan tonus
otot sfingter esofagus seperti makanan
berlemak, gorengan, kopi, soda, alkohol, mint,
coklat buahan dan jus yang asam, cuka
• Hindari olahraga seperti angkat berat,
berenang, jogging dan yoga setelah makan.
• Hindari merokok
Tatalaksana
Medikamentosa
• PPI 2 kali sehari (Omeprazole, Lansoprazole
dan Pantoprazole) selama 3-6 bulan. PPI dapat
menurunkan refluks asam lambung sampai
lebih dari 80%. 2 kali dosis GERD
• Zat proteksi mukosa, sukralfat misalnya dapat
digunakan untuk melindungi mukosa dari
cedera akibat asam dan pepsin
Kesimpulan
• Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang
tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau
virus.

• Laringitis adalah infeksi pada laring didapatkan keluhan


seperti rasa tidak nyaman pada tenggorok, batuk, perubahan
kualitas suara, disfagia, odinofagia, batuk, kesulitan bernafas
dan juga stridor. Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan
etiologi yang mendasari.

• Refluks Laring Faring/ Laryngopharyngeal Reflux (LPR)


sebagai pergerakan asam lambung secara retrograd menuju
faring dan laring serta saluran pencernaan atas. Diagnosis
ditegakkan berdasarkaan gejala klinis (Reflux Symptoms
Index/RSI) dan pemeriksaan Laring (Reflux Finding Score/
RFS). Skor RSI pada kecurigaan LPR adalah skor ≥ 13 dan
skor RFS ≥7. Penatalaksanaan LPR meliputi medikamentosa
dengan obat-obatan anti refluks dan perubahan gaya hidup
dengan modifikasi diet .
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai