Anda di halaman 1dari 57

Epistaksis &

Penatalaksanaanya
Pendahuluan
Epistaksis sering dijumpai dlm
praktek sehari-hari
Dokter umum ~ lini pertama
pengetahuan & keterampilan
pertolongan pertama
10% kasus dirujuk ke dr. THT
Pendahuluan
Epistaksis
7-14% populasi di Amerika:
mengalami 1x
Sebagian besar: RINGAN 
berhenti sendiri  tdk memerlukan
pertolongan medis
Epistaksis BERAT: aspirasi,
hipotensi, hipoksia, infark miokard
 GAWAT DARURAT
WASPADA EPISTAKSIS
Epistaksis ringan
~ anterior: sumber pdrh mudah
diidentifikasi
Anak, sering BERULANG
82% (Makura, J Laryngol Otol 2002)
 Pleksus Kiesselbach (69%)

 Krusta (30%)

 Hiperemis (6%)

 Normal (13%)
WASPADA EPISTAKSIS
Epistaksis berat
Orang tua
Fatal ~ Perdarahan hebat
 aspirasi, hipotensi,
hipoksia, infark miokard
Epistaksis posterior
Sumber sulit dicari dgn RA
Pendahuluan
Usaha untuk mengatasi epistaksis 
memiliki nilai historis
Hippocrates: memijit ala nasi untuk
menghentikan perdarahan
Ligasi
a. karotis: 1868, Pilz
a. maksilaris interna: 1928, A. Seiffert
a. etmoid anterior: 1937, H. Goodyear
Nasoendoskopi ~ Perubahan
PARADIGMA
Evaluasi bag hidung yg lebih post
KRITERIA epistaksis BERUBAH
McGarry (J Laryngol Otol, 1991)
 50% kasus epistaksis posterior
sumber perdarahan dpt
diidentifikasi
dikauterisasi, tanpa tampon
hidung
Perubahan PARADIGMA
Klotz dkk (Laryngoscope, 2002)
Ligasi a. sfenopalatina ~ terapi LINI
PERTAMA epistaksis POSTERIOR
Rawat jalan
Kualitas terapi
Biaya
Epidemiologi
Jarang pd bayi, anak >>>
Epistaksis
anterior: anak & dewasa
posterior: org tua, hipertensi
Musim kemarau & kelembaban
rendah
Peny. Penyerta: Alergi, Radang
Hidung, Sinus
Patogenesis Epistaksis Anterior
Fungsi kelenjar seromusinosa tdk baik
 mukosa kering, berkrusta, silia tdk
berfungsi
 mukosa erosi
 invasi bakteri: enzim fibrinolitik
 reaksi inflamasi & jar. granulasi
 trauma ringan: mudah berdarah
 EPISTAKSIS
Anatomi
A. Karotis eksterna
a. Fasialis
 a. labialis sup
a. maksilaris interna
 a. sfenopalatina

A. Karotis interna
a. oftalmika
 a.etmoid ant
 a.etmoid post
Anatomi Pembuluh Darah
Septum & Dinding Lateral Hidung
Anatomi Pembuluh Darah
Septum & Dinding Lateral Hidung
Anatomi
EPISTAKSIS ANTERIOR
anterior kaudal septum
pleksus Kiesselbach /
Little’s area

EPISTAKSIS POSTERIOR
posterior konka media:
foramen sfenopalatina
arteri sfenopalatina
ETIOLOGI
FAKTOR LOKAL FAKTOR SISTEMIK
 TRAUMA  HIPERTENSI
 NEOPLASMA  GGN. PEMBEKUAN
 Deviasi Septum DARAH
 Reaksi inflamasi  Obat-obatan
lokal: alergi,
infeksi, polip,  Osler-Weber-Rendu
iritasi  Lainnya: alkoholisme,
 Benda asing demam tifoid,
demam rematik, ggn.
kardiovaskuler
10% Kasus IDIOPATIK
Tumor Penyebab Epistaksis

KNF Hemangioma

Angiofibroma
Teleangiektasia hemoragik
herediter = Osler-Weber-Rendu
BAGAN ALIR PENATALAKSANAAN
EPISTAKSIS
Epistaksis Aktif
RESUSITASI
(Jika Diperlukan)
Pemeriksaan Klinis
RA & RP
Nasoendoskopi jika tersedia

IDENTIFIKASI SUMBER PERDARAHAN

HENTIKAN PERDARAHAN

Kauterisasi Sumber Perdarahan

Tidak Berhasil Berhasil

Tampon Hidung AB Topikal, vaselin


(anterior, posterior, antero-posterior) (Naseptin cream)
Nasehat
Tindakan Selesai
BAGAN ALIR PENATALAKSANAAN EPISTAKSIS
Tampon Hidung
(anterior, posterior, antero-posterior)

Angkat Tampon
Dekongestan Topikal Dgn / Tanpa
Kauterisasi

Perdarahan Kembali Tidak Ada Perdarahan

Pertimbangkan Transfusi TERAPI KAUSA Tindakan Selesai

Tampon Kembali Intervensi Bedah


Ligasi Arteri
SMR/ Septoplasti
Angiografi/Embolisasi
RESUSITASI
Anak JARANG resusitasi
Orang Dewasa / Tua
Evaluasi Airway-Breathing-
Circulation
Observasi T, N, R
 perdarahan masif
Transfusi
Penatalaksanaan
LIFE-SAVING
Airway, Breathing, Circulation
Tanda-tanda perdarahan hebat
Kehilangan darah > 30% (1500cc) atau
100 cc / mnt
Tensi: hipotensi / tak terukur
Nadi > 120x/mnt
Respirasi 30-40x/mnt
Tanda syok lainnya
Anamnesis
Sisi hidung yg berdarah
Perdarahan hidung & atau darah keluar
dari mulut
Lama & perkiraan jumlah
Trauma
Riwayat sebelumnya: operasi,
epistaksis & obat yg didpt
Peny. Penyerta: hipertensi, DM, hati,
jantung-paru, alkoholisme
Penggunaan obat
Pemeriksaan Fisik
Nilai ulang
jalan napas
kecukupan vol. sirkulasi darah
Lihat kulit & mukosa: lesi vaskuler
Pasien tenang, hindari kecemasan,
gelisah: sedasi / minor tranquilizer
Pemeriksaan Rongga Hidung

Sumber cahaya adekuat


Atur instrumen: mudah dijangkau
spekulum hidung, pinset bayonet, pompa
penghisap
obat: vasokontriktor & anestesi lokal,
sedasi
BERSIHKAN darah / bekuan darah
TAMPON SEMENTARA vasokontriktor
CARI sumber perdarahan
IDENTIFIKASI
SUMBER PERDARAHAN
MUDAH dikatakan, SULIT dilakukan
Sumber perdarahan TAMPAK
Abrasi mukosa
Pembuluh darah melebar
Bekuan darah yg mudah berdarah
Mukosa edem dan rapuh
Sumber perdarahan TIDAK TAMPAK
Teknik Indentifikasi Sumber
Perdarahan
Bekuan darah bersihkan  HISAP dgn
pompa penghisap
Tampon kapas adrenalin 1/10.000 +
lidokain/pantokain 2%
VASOKONSTRIKSI
Berhenti sementara  LOKALISIR
sumber perdarahan
TIDAK BERHASIL  NASOENDOSKOPI
(jk tersedia)
Pemeriksaan Rongga Hidung

Nasoendoskopi
teleskop 00 dan 300
lebih mudah menentukan sumber
perdarahan dgn pasti
dpt u/ terapi kauterisasi
menurunkan frekuensi
morbiditas tampon post
MENGHENTIKAN PERDARAHAN
Perdarahan Septum Ringan
Asal dari pleksus Kiesselbach
Banyak pada anak
Berhenti spontan
Cara sederhana
 Duduk

 Tenang

 Pijit hidung

 10 menit
MENGHENTIKAN PERDARAHAN
Pilihan Utama: KAUTERISASI
Perak Nitrat
Kauter elektrik

Daerah yang dikauter


Pleksus Kiesselbach
Mukosa sumber perdarahan
Mukosa area for. sfenopalatina
Arteri sfenopalatina
Kauterisasi Pleksus Kiesselbach
Murthy (Clin Otolaryngol & Allied Sciences
1999), 50 pasien
Grup A: 22 org, Grup B: 28 org,
7-79 th 5-88 th
Krim AB Krim AB +
2x/hr ~ 2 mg Kauter AgNO3
91% (20/22 89% (25/28
org) org)

Tidak ada perbedaan bermakna (P=0,7569)


Teknik Kauterisasi
Pleksus Kiesselbach
Kauterisasi Mukosa
McGarry (J Laryngol Otol, 1991):
mukosa sumber perdarahan
Elwany (J Laryngol Otol, 1996):
mukosa, mukosa area for. sfenopalatina
Infiltrasi mukosa
0,5 ml lidokain 1% + adrenalin
1/80.000
Jarum spinal 22
Kauter elektrik
Teknik Kauterisasi Mukosa
A. Sfenopalatina
Kauterisasi / Ligasi
Ujung terdistal suplai pembuluh drh
rongga hidung
Menurunkan tekanan & aliran drh
mll arteri & cabang anastomosis

Teknik lebih mudah


Epistaksis tdk berhenti
NE tdk tersedia --> Bagan Alir

Epistaksis Aktif

Pemeriksaan Klinis
RA & RP
Nasoendoskopi jika tersedia

IDENTIFIKASI SUMBER PERDARAHAN

HENTIKAN PERDARAHAN

Kauterisasi Sumber Perdarahan

Tidak Berhasil Berhasil

Tampon Hidung AB Topikal, vaselin


(anterior, posterior, antero-posterior) (Naseptin cream)
Nasehat
Tindakan Selesai
Tampon gulung / kapas
vaselin-betadin / BIPP
Murah
Abrasi / laserasi mukosa
waktu memasang &
mengangkat
Tidak nyaman
Merocel (kapas spons)
Tampon gel hemostatik
Gelfoam
spons gelatin
kerangka pembentukan
bekuan darah
diserap •Merogel
Surgicel as. hialuronat
selulose oksidasi
spt anyaman kasa
diserap
Tampon gel hemostatik + balon
(Rapid RhinoR)
Menginduksi
bekuan darah
fisiologis ~
agregasi platelet
aktif
Balon u/
menekan
perdarahan
Terapi
Epistaksis Posterior
Tampon Bellocque
Rawat
AB
Orangtua
 O2

 Infus

 Monitor
Terapi
Epistaksis Posterior
Kateter foley
Fiksasi dgn tampon anterior
Balon isi udara /
air
Tekanan tdk merata
 menutup koana
EpistatR
Kateter Balon
Lebih mudah memasangnya
Tidak nyeri
Tdk dpt mengikuti kontur rongga
hidung yg kompleks
menggelembung pd daerah yg
resistensinya rendah
prolaps
jatuh ke nasofaring
Ligasi Arteri
Indikasi
Kegagalan terapi dgn
tampon
Penyakit paru berat

Jenis ligasi
A.etmoid ant
A.etmoid post
A.sfenopalatina
Arteri Sfenopalatina

Terletak di foramen sfenopalatina


Ligasi endoskopik pd epistaksis
Pemeriksaan Laboratorium

Darah perifer lengkap: anemia?


Skrining ggn. pembekuan drh
Waktu protrombin
Waktu tromboplastin parsial
teraktivasi
Jika perlu
Tes fungsi hati
Golongan darah
Uji silang (cross test)
Pemeriksaan Penunjang Lain

Konsul PENYAKIT DALAM


Mencari / mengobati faktor sistemik
Pemeriksaan RADIOLOGI
CT scan sinus / nasofaring
BIOPSI
Hati-hati tumor pembuluh darah &
angiofibroma
TERAPI KAUSA
Sesuai dengan ETIOLOGI
Mencegah REKURENSI
Krim AB
Kontrol hipertensi
Rujukan dini ke Hematologi
Terapi bedah spesifik: SMR /
septoplasti, dermoplasti,
ekstirpasi tumor
Saran Praktis
Pakai apron / pelindung baju
Jika tdk tersedia pompa penghisap
Semprot oxymetazolin
Tunggu 3 menit  buang bekuan
darah
Semprot oxymetazolin kembali
Perdarahan mukosa / multiple
bleeding point: tampon / irigasi
H2O2
Edukasi Pasien
Cara memijit hidung yg benar
Perawatan pasca epistaksis
Istirahat, kepala elevasi
Jangan buang ingus
Bersin mulut terbuka
Jangan mengedan jk BAB
Jangan beraktivitas berat/
berolahraga
Makanan lembut dan dingin.
Jangan minuman panas
24 jam pertama
Edukasi Pasien
Untuk mencegah berulangnya
epistaksis
Hidung ttp lembab: salep AB /
vaselin
Kuku tetap pendek
Hentikan rokok
Kebiasaan buka mulut jk bersin
Stop aspirin
Atasi reaksi inflamasi lokal, alergi,
infeksi
KESIMPULAN

Tujuan penatalaksanaan
Menghentikan PERDARAHAN
Mencegah KOMPLIKASI
Mencegah REKURENSI
Mencari ETIOLOGI
KESIMPULAN

Penatalaksanaan tergantung
SUMBER PERDARAHAN
BERAT- RINGANNYA EPISTAKSIS
Penting MENGOBATI faktor penyebab
KESIMPULAN
Penatalaksanaan epistaksis  ingin
menghentikan perdarahan segera
evaluasi ABC  RESUSITASI
IDENTIFIKASI asal perdarahan
 terapi lokal ~ KAUTERISASI
 mencegah komplikasi
 menghemat biaya
KESIMPULAN

Nasoendoskopi
membantu identifikasi
kauterisasi endoskopik
ligasi a. sfenopalatina trans nasal
KESIMPULAN

Tampon hidung
Dipasang dgn mengetahui sumber
perdarahan lebih baik drpd
membuta
Tampon produk terbaru
 mudah memasangnya
 mengandung gelatin hemostasis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai