Oleh :
Agtaria Dwi Molita, S. Ked
Setiawan Prayogi, S. Ked
Pembimbing :
dr. Tendry Septa, Sp.KJ(K)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. E
Usia : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Tanjung Bintang, Lampung Selatan
Perkawinan : Sudah menikah
Dirawat di ruang : Rawat Jalan
Alloanamnesis dari : Ny. U, istri pasien, berusia 30 tahun, bekerja sebagai IRT
(satu rumah dengan pasien)
A. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan terdapat sulit tidur (+), merasa takut (+)
Dari alloanamnesis yang dilakukan terhadap istri pasien. Menurut istri pasien.
Pasien sering malas untuk mengikuti perintah dan sering menolak arahannya.
Pasien juga sering melamun saat dirumah dan tidak ada semangat melakukan
aktifitas apapun. Saat keluhan makin memberat, pasien dibawa ke Rumah Sakit
Jiwa Profinsi Lampung.
D. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan sampai dengan lulus SMA dan tidak pernah
tinggal kelas. Pasien termasuk anak yang cukup pandai namun pasien tidak
melanjutkan pendidikannya ke jenjang selanjutnya karena merasa tidak ada
minat untuk melanjutkan pendidikan.
E. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengatakan sempat bekerja di peternakan ayam dan sudah berhenti
sejak menderita sakit yang diderita sekarang ini.
F. Riwayat Hukum
Menurut pasien dan keluarga, pasien tidak pernah terkait atau bermasalah
dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
G. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah selama 10 tahun dan memiliki 1 anak.
H. Riwayat Militer
Pasien tidak memiliki riwayat tinggal di daerah yang terdapat konflik wilayah.
I. Riwayat Psikoseksual
Riwayat Psikoseksual tidak mengalami masalah
K. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke empatdari lima bersaudara. Pasien kini tinggal di
rumah bersama dengan istri dan anak kandung pasien bersama orang tua
pasien. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan orang tua, istri dan
anaknya. Tidak ada riwayat penyakit gangguan jiwa dalam keluarga pasien.
Keterangan:
: Laki-laki : pasien
B. Keadaan Afektif
Mood : cemas
Afek : Sempit
Keserasian : appropriate
C. Pembicaraan
Selama wawancara, pembicaraan pasien spontan, artikulasi jelas, intonasi
sedang, volume cukup, bicara teratur dan cukup.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Auditorik (-), visual (-), olfaktori (-), gustatorik (-), taktil (-)
2. Ilusi
Tidak ditemukan.
3. Derealisasi
Tidak ditemukan.
4. Depersonalisasi
Tidak ditemukan.
E. Proses Berpikir
1. Proses dan Bentuk Fikir
koheren, pasien dapat menjawab cukup spontan bila diajukan
pertanyaan.
2. Arus Pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Relevan
Hendaya berbahasa : Tidak ditemukan
3. Isi pikiran
Waham curiga (-), waham kejar (-)
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : baik (pasien dapat menyebutkan nama sekolah)
b. Jangka Sedang : baik (pasien dapat mengingat kondisi pasien saat
datangRSJ Daerah Provinsi Lampung)
c. Jangka Pendek :baik(pasien dapat menyebutkan menu
makanannya pagi ini)
d. Segera : baik (pasien dapat menyebutkan nama pemeriksa)
4. Konsentrasi dan Perhatian : baik
5. Kemampuan Membaca dan Menulis : baik
6. Kemampuan Visuospasial : baik
7. Kemampuan Kalkulasi : baik
8. Pikiran Abstrak : baik
9. Intelegensi dan Kemampuan Informasi :sesuai dengan taraf pendidikan
G. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan emosi selama wawancara. Pasien dapat
mengendalikan impuls untuk tetap kooperatif saat wawancara.
H. Daya Nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Baik
I. Tilikan
Tilikan derajat 6.Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan.
B. Tanda-tanda vital
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 78x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,7°
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata, hidung, telinga, paru, jantung, abdomen, dan
ekstremitas tidak ditemukan kelainan.
D. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 12.2 g/dL
Eritrosit : 4.8 g/dL
Leukosit : 10.500 sel/mm3
Trombosit : 312.000 sel/mm3
Basofil :0%
Eosinofil :2%
Batang :0%
Segmen : 67 %
Limfosit : 29 %
Monosit :2%
E. Status Neurologis
Sistem sensorik, motorik dan fungsi luhur dalam batas normal.
Gejala lainnya :
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang
b) Harga diri dan kepercayaan diri kurang
c) Gagasan rasa bersalah dan tidak berguna
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e) Gagasan atau perbuatan yang membahyakan diri sendiri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan berkurang
Kriteria untuk episode depresif telah dipenuhi pada pasien dan juga ditemukan
terdapat gejala gangguan campuran ansietas yang berhubungan dengan
episode depresi yaitu sering timbul gejala otonomik merasa jantung berdebar-
debar, gemetaran, mual dan kepala pusing.
Menurut pasien keluhan ini dapat muncul pada kondisi tertentu dan bila ada
keadaan yang menjadi stressor. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka
pasien ini merupakan penderita gangguan suasana perasaan episode
depresif dengan gangguan campuran anxietas (F41.2) sebagai diagnosis
aksis I.
IX PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia
Quo ad sanationam : Dubia
X. RENCANA TERAPI
a. Psikoterapi
- Terhadap Pasien
Psikoterapi suportif
- Terhadap keluarga
Menjelaskan terhadap keluarga tentang kondisi
pasien
Psikoedukatif terhadap anggota keluarga untuk
selalu memberikan support terhadap kesembuhan
pasien, memperhatikan jadwal minum obat
Memberi tahu tentang efek samping obat
b. Psikofamako
- Fluoxetine 1x10 mg
- Merlopam 0,5 mg
1x1 caps
- Vitamin B6 10 mg
XI. DISKUSI
Pada pasien ditemukan beberapa hal yang bermakna yang berhubungan
dengan terjadinya perubahan pada pikiran dan perilaku pasien antara lain :
pasien sulit untuk tidur, tidak lagi ada semangat untuk melakukan pekerjaan,
merasa putus asa, konsentrasi berkurang dan nafsu makan menurun . Secara
klinis bermakna secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan
peenderitaan (distress) maupun hendaya (disability) pada berbagai fungsi
psikososial dan keseharian sehingga pasien bisa disimpulkan mengalami
gangguan jiwa.
Dalam PPDGJ III, gangguan moodterrdiri atas manik, depresi dan gangguan
bipolar. Pada gangguan bipolar terdapat episode manik dan depresif yang
timbul secara bergantian.Pada pasien ini tidak ditemukan adanya episode
manik (F30) sehingga diagnosis gangguan bipolar (F31) dapat
disingkirkan.
Dari temuan ini berdasarkan PPDGJ III dapat dipastikan bahwa pasien ini
didiagnosa sebagai Gangguan Depresif.Pada pasien 2 gejala utama depresi
ditemukan dan 4 gejala lainnya, dengan demikian berdasarkan PPDGJ III
Gejala utama :
d) Afek depresif
e) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunnya aktivitas, dan
f) Kehilangan minat dan kegembiraan
Gejala lainnya :
h) Konsentrasi dan perhatian berkurang
i) Harga diri dan kepercayaan diri kurang
j) Gagasan rasa bersalah dan tidak berguna
k) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
l) Gagasan atau perbuatan yang membahyakan diri sendiri atau bunuh diri
m) Tidur terganggu
n) Nafsu makan berkurang
Pada Aksis IV, ditemukan adanya masalah pada pekerjaannya, yaitu pasien
tidak memiliki semangat untuk bekerja.
Pada Aksis V penilaian fungsi secara global sebesar 70-61 yaitu yang berarti
beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik.
Pada pasien ini mengeluhkan sulit untuk memulai tidur. Pasien membutuhkan
waktu sekitar 1 hingga 2 jam untuk tidur. Insomnia adalah ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan
tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena
gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.
Kriterianya bermacam-macam, salah satunya ada yang mengatakan bahwa
waktu untuk masuk dalam kondisi tidur yang sebenarnya lebih dari 30 menit,
tertidur kurang dari 6 jam, terbangun di saat tidur di malam hari lebih dari 3x,
dan kualitas tidur yang tidak baik (subjektif). Maksud dari kualitas tidur yang
tidak baik ini adalah seseorang merasa tidak merasa lebih baik setelah tidur di
malam hari.Menurut DSM-IV-TR, insomnia terdiri atas insomnia primer dan
sekunder. Insomnia primer memiliki durasi paling tidak selama 1 bulan
mengalami gejala susah tidur (baik dari kualitas maupun kuantitas) dan tidak
memiliki gangguan tidur lainnya, gangguan jiwa lainnya, gangguan kesehatan
lainnya dan gangguan tidur akibat penggunaan obat-obatan tertentu. Sedangkan
untuk insomnia sekunder berhubungan dengan gangguan jiwa lainnya atau
karena gangguan kesehatan lainnya serta adanya efek dari obat-obat tertentu
yang membuat seseorang menjadi susah tidur.
Penatalaksaanan pada pasien diberikan psikoterapi dan farmakoterapi. Pada
farmakoterapi diberikan Fluoxetine 1 x 10 mg, Merlopam 1x0,5 mg, Vitamin
B6 1x10 mg
Anti depressan golongan lainnya yang masih dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI) .
SNRI bekerja dengan melakukan pengangkutan serotonin dan norepinedrin.
Pengangkutan norepinefrin secara struktur mirip dengan pengangkutan
serotonin. Pengangkutan norepinefrin memiliki afinitas ringan terhadap
dopamine. Afinitas sebagaian besar SNRI cenderung lebih besar untuk
pengangkut serotonin daripada norepinedrin. Beberapa contoh obat yang
termasuk ke dalam golongan SNRI adalah venlafaxine, duloxetine,
desvenlafaxine, milnacipran, levomilnacipran .
Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)
Bekerja dengan mekanisme meningkatkan konsentrasi norepinefrin, 5-HT, dan
dopamine dalam neuron sinaps melalui penghambatan sistem enzim
monoamine oxidase (MAO) . Monoamin oksidase dalam tubuh memiliki
fungsi deaminasi oksidatif katekolamin di mitokondria. Proses ini dihambat
oleh MAOI karena terbentuknya suatu kompleks antara MAOI dan MAO
sehingga mengakibatkan peningkatan kadar epinefrin, norepinefrin, dan
serotonin. MAOI tidak hanya menghambat MAO, tetapi menghambat juga
enzim lain yang mengakibatkan terganggunya metabolisme obat di hati.
Penggunaan obat golongan MAOI sudah sangat jarang dikarenakan efek
toksik.Efek samping yang sering terjadi adalah hipotensi dan hipertensi.
Contoh obat MAOI adalah isocarboxazid, phenelzine, tranylcypromine,
selegiline.
Trisiklik (TCA)
Obat golongan trisiklik efektif untuk penyakit depresi, tetapi penggunaanya
telah berkurang karena telah tersedia obat yang mempunyai efektivitas terapi
yang sama tetapi mempunyai dosis yang lebih aman dan lebih toleransi.
Mekanisme obat golongan trisklik ini bekerja adalah dengan mennghambat
ambilan dari norephinefrin dan 5-HT, menghambat adrenergik, kolinergik dan
reseptor histaminergik.
1. Maramis WF. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi II. Surabaya: FK
Unair.
2. Elvira SD, danHadisukanto G. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
BalaiPenerbitFakultasKedokteranUniversitas Indonesia.
3. Maslim R. 2011. Diagnosis Gangguan jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika
Atmajaya.
4. Katzung BG. 2010. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta: EGC
5. Maslim, Rusdi. 2007. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
6. Kusumawardhani A, Husain AB, dkk. 2013. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Lieberman JA. 2005. Effectiveness ofantipsychotic drugs in patients
withchronic schizophrenia. N Engl J Med.; 353:1209-23.
LAMPIRAN
AUTOANAMNESIS TANGGAL 04 MEI 2019