Asma termasuk dalam jenis penyakit jangka panjang atau kronis. Asma terjadi ketika saluran udara
mengalami penyempitan akibat reaksi tubuh terhadap benda asing dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan
sesak napas atau kesulitan bernapas. Asma paling sering didiagnosis pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi
juga dapat terjadi pada orang dewasa. Ada berbagai jenis asma, dan setiap orang mungkin mengalaminya secara
berbeda.
Sebagai penyakit yang umumnya diderita oleh banyak orang, penyakit asma sudah menjadi penyakit
umum yang tidak menakutkan. Penyakit ini berhubungan dengan masalah paru-paru di mana seseorang yang
terkena penyakit asma dan sedang kambuh, maka akan sulit untuk bernapas. Karena itu, Asma bisa berakibat
sangat serius dan bahkan mematikan jika tidak diobati.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2018 diperkirakan 2,4 persen dari seluruh penduduk
Indonesia menderita asma. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari perkiraan WHO dimana sekitar 0,8 persen jumlah
penderita asma di Indonesia. Jika diproyeksikan, penderita asma dapat meningkat yang berujung pada
meningkatnya juga angka kematian yang diakibatkan oleh penyakit asma.
Mengenal Asma
Asma merupakan penyakit yang bisa mematikan, namun banyak orang dengan kondisi tersebut tidak
menganggap penyakit ini secara serius. Banyak orang menganggap bahwa asma dapat diobati hanya dengan
menggunakan inhaler, padahal jika asma sudah kambuh secara hebat maka penanganan medis sangat
dibutuhkan. Penderita asma harus tahu bahwa mereka perlu menemui dokter mereka secara teratur,
mengendalikan asma mereka, dan menggunakan obat-obatan sesuai resep untuk menghindari komplikasi
kesehatan yang serius.
Penyebab dan Faktor Risiko
Banyak yang bertanya apa penyebab penyakit asma? Tahukah Anda, Dalam beberapa penelitian, asma
memang belum dapat ditemukan secara pasti penyebab dari asma. Secara umum, asma dapat terjadi karena
paru-paru terkena iritasi dan menyebabkan otot di saluran pernapasan jadi kaku dan menyempit. Ditambah
dengan produksi dahak yang meningkat, sehingga penderita asma menjadi sulit bernapas. Pada anak, gejala
asma dapat menghilang secara otomatis atau dengan sendirinya saat memasuki usia remaja. Namun, jika anak
memiliki gejala asma yang cukup berat, sangat memungkinkan anak terkena asma kembali.
Selain iritasi, ada beberapa faktor risiko yang dapat memperburuk keadaan penderita asma, yaitu:
Asap rokok
Debu
Bulu hewan
Udara dingin
Infeksi paru-paru dan saluran napas bagian atas
Paparan zat kimia
Memiliki riwayat alergi
Aktivitas fisik
Risiko lingkungan pekerjaan tertentu seperti tukang las, kayu, atau pekerja pabrik tekstil;
Emosi yang berlebihan (tertawa terbahak-bahak atau kesedihan yang berlarut-larut);
Alergi makanan, seperti kacang-kacangan
Gejala Asma
Sebagai penyakit kronis yang menyerang organ pernapasan, sudah pasti salah satu gejala yang terlihat
dari penderita asma adalah sulit bernapas atau sesak. Namun, bukan hanya itu, gejala umum lainnya dari asma
ada bervariasi dan sangat penting untuk diketahui, seperti:
Langkah selanjutnya, dilakukan pemeriksaan secara fisik. Proses ini disebut dengan tes Spirometri,
dimana seseorang akan mengukur seberapa banyak udara yang dapat dihirup secara masuk dan keluar dengan
menggunakan Spirometer.
Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan secara mandiri di rumah, mengingat dibutuhkan keahlian khusus
dari dokter agar hasil yang diharapkan sesuai. Spirometer akan mengukur fungsi paru dan memberikan hasil
pemeriksaan dalam bentuk grafik. Pemeriksaan ini wajib dilakukan fasilitas kesehatan. Berikut merupakan
langkah-langkah melakukan tes spirometri:
Selain menggunakan spirometer, ada pemeriksaan lain yang dapat dilakukan yaitu:
Pemeriksaan dengan alat peak flow rate meter; pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui fungsi paru
untuk mengalirkan udara.
Pemeriksaan reversibilitas (menggunakan alat bronkodilator)
Pemeriksaan provokasi bronkus, dimana pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur seberapa banyak
penyempitan saluran napas yang dialami seseorang dari pemicu asma.
Tes alergi untuk memastikan apakah ada alergi akut yang dapat menyebabkan asma
Foto torak, untuk melihat keadaan dari organ paru-paru penderita asma
Umumnya, inhaler akan direkomendasikan sebagai obat untuk penanganan pertama saat asma kambuh
namun sering menggunakan inhaler dapat berpotensi menyebabkan efek samping bagi pengguna. Kondisi
serangan asma yang semakin memburuk sangat membutuhkan penanganan medis lebih lanjut meskipun sudah
melakukan penanganan dengan inhaler maupun obat. Pasalnya, serangan asma sangat erat kaitannya dengan
waktu tanggap penanganan agar terhindar dari komplikasi yang buruk.
kenali dan hindari faktor pemicu asma seperti asap rokok, asap kendaraan yang berlebih, udara dingin
dan lainnya
ikuti anjuran penanganan dari dokter secara rutin dan tepat
lakukan langkah pengobatan dengan patuh dan pahami penyebab serangan asma
menggunakan obat-obatan asma yang telah dianjurkan oleh dokter secara teratur dan patuh, sehingga
pengobatan dapat berjalan dengan lancar
memastikan kondisi saluran napas
Selain dari itu hindari faktor risiko tersebut, vaksinasi flu dan pneumonia juga disarankan bagi pasien
pengidap asma untuk mencegah komplikasi berbahaya yang berkaitan dengan pernapasan.