Anda di halaman 1dari 10

Nama : Laili Muthia Ghina

NIM : 1140970120016
Kelas : 1 A Kenari

A. Anatomi Telinga

1. Telinga luar
Telinga luar, tersusun atas dua bagian, yaitu daun telinga dan saluran telinga.
• Daun telinga
Daun telinga merupakan bagian yang selama ini dapat kita lihat dengan jelas,
dan tersusun dari tulang rawan dan kulit. Daun telinga berfungsi untuk meneruskan dan
mengarahkan gelombang suara dari luar telinga, agar masuk ke saluran telinga luar.
Dari saluran tersebut, gelombang suara kemudian akan diteruskan ke gendang
telinga, yang juga disebut dengan membran timpani.
• Saluran telinga
Saluran telinga atau kanal telinga, merupakan bagian yang menghubungkan
antara telinga luar dengan telinga tengah. Saluran ini memiliki panjang sekitar 2,5 cm,
dan posisinya terletak mulai dari lubang telinga luar dan berakhir di gendang telinga.
2. Telinga tengah
Telinga bagian tengah secara garis besar terdiri atas dua bagian, yaitu:
• Osikel
Osikel adalah sekumpulan tulang yang menyusun telinga tengah, yang terdiri
dari:
- Maleus atau martil
- Incus atau landasan
- Stapes atau sanggurdi
Gelombang suara yang masuk, akan menyebabkan gendang telinga bergetar.
Getaran dari gendang telinga ini kemudian akan disalurkan ke osikel yang akan
memperkuat suara tersebut, dan meneruskannya ke membran di antara telinga tengah
dan dalam.

• Tuba eustasia
Pada telinga bagian tengah juga terdapat tuba eustasia. Tuba eustasia adalah
bagian berbentuk tabung berdiameter sempit, yang menghubungkan telinga tengah
dengan bagian belakang hidung, dan tenggorokan atau nasofaring.
Fungsi tuba eustasia adalah untuk mengalirkan udara ke telinga tengah dan
membawa lendir dari telinga tengah, untuk berpindah ke nasofaring. Saat Anda
melakukan gerakan menelan, tuba eustasia akan terbuka, sehingga udara akan masuk
ke telinga tengah.
Hal tersebut memungkinkan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga,
tetap seimbang.

3. Telinga dalam
Telinga bagian dalam terdiri dari dua bagian utama, yaitu:
• Koklea
Koklea adalah bagian telinga dalam yang berbentuk seperti cangkang siput.
Koklea berfungsi mengubah getara suara yang dikirim dari telinga tengah menjadi sinyal
saraf yang akan disampaikan ke otak.
• Kanal semisirkular
Kanal semisirkular adalah bagian telinga yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan tubuh. Kanal ini berisi rambut-rambut halus dan cairan.
Saat kepala Anda bergerak, cairan yang ada di dalam kanal akan ikut bergerak,
memindahkan rambut-rambut halus di dalamnya. Pergerakan rambut ini
kemudian kemudian akan dikirimkan sebagai sinyal informasi kepada saraf vestibular di
otak.
Setelah menerima informasi tersebut, otak kemudian menginterpretasikan sinyal
ini dan mengirimkan informasi ke otot untuk menyesuaikan sehingga tubuh tetap bisa
berada di posisi yang seimbang.
Saat Anda melakukan gerakan berputar-putar lalu berhenti tiba-tiba, umumnya
Anda akan masih merasa pusing.
Hal ini dikarenakan, cairan yang ada di dalam kanal semisirkular masih bergerak,
sehingga masih mengirimkan sinyal ke otak bahwa tubuh sedang bergerak, meski
sebenarnya sudah berhenti. Saat cairan sudah tidak lagi bergerak, maka pusing yang
Anda rasakan akan hilang.
 Beberapa Macam Gangguan pada Telinga
Ada beberapa jenis penyakit atau gangguan pada telinga, di antaranya:
1. Otitis eksterna
Otitis eksterna atau swimmer’s ear merupakan peradangan pada telinga luar. Gangguan
ini bisa terjadi jika telinga Anda sering kemasukan air, misalnya karena berenang.

Telinga yang sering kemasukan air akan menjadi basah dan lembap, sehingga
memudahkan bakteri atau jamur untuk lebih mudah berkembang biak di liang telinga.
Selain karena liang telinga yang sering basah, otitis eksterna juga bisa disebabkan oleh
hal lain, seperti terlalu sering atau terlalu kuat membersihkan telinga, luka atau cedera,
kemasukan benda asing, atau masalah pada kulit telinga, misalnya kulit kering atau
eksim. Otitis eksterna dapat menimbulkan beberapa gejala berikut ini:
 Gatal pada telinga
 Sakit, terutama saat telinga disentuh atau ditarik
 Telinga tampak kemerahan dan bengkak
 Keluar cairan dari telinga
 Gangguan pendengaran
 Telinga terasa penuh atau tersumbat
 Demam
 Muncul benjolan di leher atau sekitar telinga karena pembengkakan kelenjar getah
bening
2. Otitis media
Otitis media merupakan gangguan pada telinga bagian tengah yang disebabkan oleh
infeksi virus atau bakteri. Otitis media lebih sering dialami oleh anak-anak dibandingkan
orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan oleh otitis media antara lain sakit telinga,
gangguan pendengaran, demam, serta keluarnya cairan dari telinga yang berwarna
kekuningan, kehijauan, atau kecokelatan, dan berbau busuk.

3. Otitis interna
Otitis interna adalah infeksi pada telinga dalam yang mengendalikan fungsi
pendengaran dan menjaga keseimbangan tubuh. Gangguan pada telinga ini dapat
terjadi akibat otitis media yang tidak diobati dan infeksi virus atau bakteri di telinga.
Gejala infeksi telinga bagian dalam meliputi vertigo, pusing, sulit berdiri atau duduk,
mual, muntah, telinga berdenging, sakit telinga, dan kehilangan pendengaran.
4. Gendang telinga pecah
Gendang telinga atau membran timpani merupakan selaput tipis yang memisahkan
saluran telinga dan telinga bagian tengah. Jika terjadi gangguan pada telinga, gendang
telinga bisa saja pecah. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan gendang telinga
pecah, di antaranya:
 Infeksi telinga tengah atau otitis media parah yang tidak diobati
 Telinga kemasukan benda asing
 Kebiasaan mengorek telinga terlalu dalam menggunakan benda tertentu, seperti
cotton bud atau tusuk gigi
 Suara yang sangat keras, seperti ledakan
 Benturan atau cedera di bagian kepala atau telinga
 Barotrauma atau perubahan tekanan udara secara mendadak, misalnya saat di
dalam pesawat atau menyelam
Gendang telinga pecah dapat menimbulkan gejala berupa sakit telinga, keluar cairan
dari telinga, gangguan pendengaran, telinga berdenging, dan vertigo atau pusing
berputar.

5. Telinga berdenging
Telinga berdenging atau tinnitus ditandai dengan sensasi berdenging pada telinga yang
dapat berlangsung dalam waktu singkat atau lama. Gangguan telinga ini bisa
disebabkan oleh banyak hal, antara lain:
 Gangguan pada sel saraf di dalam telinga
 Penuaan
 Kebiasaan mendengar suara dengan volume kencang, baik dalam jangka waktu
sebentar atau lama
 Penyumbatan kotoran telinga
 Tulang telinga mengeras
6. Kolesteatoma
Gangguan pada telinga ini disebabkan oleh pertumbuhan jaringan kulit yang tidak
normal di dekat gendang telinga atau ruang telinga bagian tengah. Pertumbuhan
jaringan kulit ini dapat mengakibatkan jaringan dan tulang di sekitar telinga tengah
mengalami kerusakan, sehingga fungsi telinga terganggu. Kolesteatoma dapat
menimbulkan berbagai gejala, seperti nyeri, telinga berbau busuk, keluar cairan dari
telinga, telinga terasa penuh atau tersumbat, gangguan pendengaran, serta
melemahnya otot wajah di bagian sisi telinga yang terkena kolesteatoma.
7. Otosklerosis
Ketika telinga menangkap suara, gendang telinga dan tulang pendengaran di dalam
telinga bagian tengah akan bergetar untuk menciptakan impuls atau rangsang
pendengaran agar dapat dikirim ke otak. Ketika rangsangan tersebut sampai ke otak,
terjadilah proses pendengaran. Namun, pada kondisi otosklerosis, tulang-tulang
pendengaran di dalam telinga tengah kaku dan tidak dapat bergerak dengan baik.
Gangguan pada telinga ini dapat membuat penderitanya sulit mendengar dan sering
mengalami telinga berdenging. Selain beberapa kondisi di atas, masih ada beberapa
macam gangguan pada telinga lainnya, misalnya neuroma akustik atau tumor pada
saraf telinga dan prebiakusis, yaitu kondisi menurunnya fungsi pendengaran akibat
penuaan.
B. Anatomi Mata

 Kornea: berfungsi menerima dan meneruskan


cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam.
 Pupil: berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata.
 Lensa: berfungsi menfokuskan cahaya yang masuk ke mata supaya tepat jatuh
di retina.
 Retina: berfungsi menangkap serta meneruskan cahaya dari lensa hingga ke
saraf mata.
 Iris: berfungsi memberikan warna pada mata.
 Jasad Siliaris atau otot siliari: berfungsi Menjaga kelenturan mata.
 Sklera: berfungsi sebagai untuk melindungi struktur mata yang sangat halus dari
melekatnya otot bola mata
 Koroid: berfungsi untuk mencegah pantulan cahaya di bagian dalam bola mata
dengan cara menyerap semua cahaya yang masuk ke mata.
 Retina: untuk menangkap cahaya sehingga diteruskan sampai kesaraf mata dan
kemudian cahaya akan diterima diujung-ujung saraf yang ada dibagian selaput
jala.
 Saraf Optik: berfungsi mentransmisikan impuls cahaya yang ditangkap retina
menuju otak, menghubungkan ke bagian belakang mata dekat makula.

 Penyakit Mata yang Sering Terjadi


Berikut adalah beberapa penyakit mata:
1. Konjungtivitis
Penyakit mata ini terjadi ketika jaringan lunak di sekitar mata meradang dan membuat
mata merah, berair, perih, dan gatal. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh iritasi, alergi,
atau infeksi. Jika disebabkan oleh infeksi bakteri, mata dapat menjadi bernanah. Kondisi
ini adalah salah satu hal yang sering membuat sakit mata pada anak dan orang dewasa.
Pengobatan konjungtivitis disesuaikan dengan penyebabnya. Jika konjungtivitis
disebabkan oleh alergi, penanganannya adalah dengan menjauhi pemicu alergi dan
menggunakan obat antihistamin.
Jika disebabkan oleh infeksi virus, konjungtivitis dapat sembuh sendiri dalam beberapa
hari. Sedangkan untuk konjungtivis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dibutuhkan
pengobatan dengan obat tetes mata atau salep mata antibiotik.
2. Mata Kering
Mata kering bisa terjadi pada siapa saja, namun keluhan ini lebih sering dialami oleh
lansia dan pada wanita. Penderita mata kering akan merasakan gejala berupa mata
terasa berpasir atau seperti ada benda asing di mata, mata merah, terasa perih atau
gatal, dan silau.
Faktor penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari kurangnya produksi air mata,
penyakit autoimun, infeksi, iritasi, alergi, kekurangan nutrisi, mata terlalu sering terpapar
angin atau sinar matahari, hingga efek samping obat-obatan.
Mata kering bisa ditangani dengan penggunaan obat tetes air mata (artificial tears), atau
obat untuk meningkatkan produksi air mata. Selain itu, faktor penyebab mata kering juga
perlu diidentifikasi dan diobati.
3. Katarak
Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia. Penyakit mata ini
membuat lensa mata terlihat keruh sehingga pandangan menjadi kabur. Katarak
kebanyakan diderita oleh orang berusia 60 tahun ke atas. Namun pada beberapa kasus,
katarak dapat terjadi pada usia yang lebih muda, bahkan pada bayi baru lahir.
Selain karena penuaan yang membuat protein di lensa mata menggumpal, katarak juga
bisa disebabkan oleh penyakit diabetes, cedera pada mata, paparan sinar UV,
kebiasaan merokok, dan efek samping obat tertentu, seperti kortikosteroid dan terapi
radiasi. Jika sudah mengganggu penglihatan, katarak bisa ditangani dengan operasi
katarak.
4. Glaukoma
Di Indonesia, glaukoma diperkirakan diderita oleh sekitar 6 juta orang. Glaukoma terjadi
ketika saraf optik mata rusak sehingga penderitanya mengalami gangguan penglihatan,
bahkan kebutaan. Kerusakan saraf optik tersebut disebabkan oleh peningkatan tekanan
di dalam bola mata akibat adanya timbunan cairan di dalam mata. Glaukoma dapat
terjadi di segala usia, tetapi lebih sering menyerang lansia. Penyakit mata ini merupakan
salah satu penyebab utama kebutaan bagi orang yang sudah berusia di atas 60 tahun.
Pengobatannya bisa dengan obat minum atau obat tetes mata untuk mengurangi
tekanan di dalam bola mata. Langkah pengobatan lainnya bisa dengan operasi, baik
operasi laser maupun operasi mata konvensional.
5. Kelainan refraksi (penglihatan buram)
Kelainan refraksi membuat penderitanya kesulitan melihat dengan jelas, karena fokus
mata tidak jatuh pada titik yang seharusnya. Normalnya, fokus cahaya atau bayangan
suatu objek yang ditangkap mata akan jatuh di bagian belakang mata, yaitu pada retina.
Pada penderita kelainan refraksi, fokus cahaya tidak jatuh tepat di retina. Akibatnya,
objek tampak buram. Selain itu, kelainan refraksi juga bisa ditimbulkan oleh perubahan
bentuk kornea atau penuaan lensa.
Kelainan refraksi bisa digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:
 Rabun dekat. Penderita tidak dapat melihat objek dekat dengan jelas karena
fokus cahaya berada di belakang retina. Rabun jauh. Objek yang berada di
kejauhan terlihat buram akibat fokus cahaya berada di depan retina.
 Presbiopi atau mata tua, yaitu mata kehilangan kemampuan untuk melihat
sesuatu dengan jelas seiring bertambahnya usia. Penyakit mata ini disebabkan
oleh otot-otot di sekitar mata yang kehilangan elastisitasnya dan mengeras.
 Astigmatisme atau mata silinder. Kondisi ini terjadi akibat kornea atau lensa
mata tidak melengkung seperti lingkaran, melainkan lebih cembung atau cekung.
Akibatnya, pandangan jarak jauh maupun dekat akan terlihat buram.

6. Gangguan retina
Gangguan retina dapat memengaruhi bagian mana pun dari retina, yaitu lapisan di
belakang mata yang berfungsi menangkap cahaya dan mengirimkan gambar ke otak.
Berikut adalah beberapa gangguan retina yang umum terjadi:
 Ablasi retina, yaitu retina robek atau terlepas akibat adanya cairan berlebih di
sekitarnya.
 Retinopati diabetik, yaitu gangguan retina yang terjadi pada penderita diabetes.
Khususnya pada penderita diabetes yang tidak berobat teratur.
 Epiretinal membrane, yaitu jaringan parut di atas retina.
 Lubang makula, yaitu cacat kecil di tengah retina. Kondisi ini dapat terjadi ketika
mata mengalami cedera.
 Degenerasi makula, yaitu menurunnya kemampuan melihat akibat penuaan.
Keluhannya dapat berupa ada titik hitam (titik buta) di tengah penglihatan.
 Retinitis pigmentosa, yaitu penyakit degeneratif yang memengaruhi retina.
Penderita penyakit mata ini dapat merasakan rabun di malam hari, penglihatan
terganggu, atau mudah silau.

7. Kelainan kornea
Kornea adalah lapisan terluar mata yang membantu mata fokus menangkap sinar atau
gambar dari suatu objek, serta melindungi mata dari kuman, debu, dan zat berbahaya.
Berbagai kondisi yang dapat menyerang kornea adalah:
 Cedera mata.
 Alergi.
 Keratitis, yaitu peradangan pada kornea akibat infeksi atau iritasi terhadap zat
tertentu.
 Ulkus korna, yaitu luka atau tukak pada kornea mata akibat infeksi, cedera, atau
paparan zat iritatif pada mata. Penyakit mata ini dapat membuat mata nyeri,
berair, silau, bahkan hingga kebutaan.
 Distrofi kornea, yaitu kornea yang kehilangan kejernihannya karena adanya
penumpukan zat tertentu pada permukaan atau di belakang lapisan kornea.
C. Anatomi Hidung

1. Lubang Hidung
Lubang hidung merupakan salah satu bagian yang dapat dengan jelas terlihat oleh
mata, karena letaknya yang berada di luar hidung dan berfungsi untuk melindungi
hidung dari berbagai macam ancaman yang berasal dari luar.
Tidak hanya itu saja, hidung juga berperan untuk mengatur ukuran sesuatu yang bisa
masuk ke dalam hidung. Bagian ini berhubungan secara langsung dengan rongga
hidung. Terdapat 2 buah lubang hidung yang dimiliki oleh manusia, namun dipisahkan
oleh septum (pemisah) hidung.
2. Bulu Hidung
Bulu hidung merupakan sebuah rambut – rambut halus yang ada didalam hidung dan
berfungsi untuk penyaring udara yang masuk kedalam hidung. Bagian ini berperan
penting untuk menahan kotoran yang terbawa oleh udara, sehingga tidak bisa masuk ke
dalam sistem pernapasan selanjutnya.

3. Septum (Pemisah) Hidung


Septum hidung merupakan sebuah struktur yang berfungsi untuk memisahkan lubang
manusia menjadi dua bagian. Septum memisahkan hidung menjadi 2 bagian yang
dimulai dari lubang hidung hingga ke tenggorokan awal. Dinding septum nasi dilapisi
oleh sebuah lendir yang memiliki pembuluh darah sehingga lendir tersebut berfungsi
untuk melembabkan dan juga mengatur suhu udara yang masuk.
4. Nasal Cavity (Rongga Hidung)
Rongga hidung merupakan salah satu organ yang paling penting yang terdapat pada
indera penciuman. Didalam rongga hidung terdapat sebuah selaput lendir dan silia
(rambut halus).Fungsi utama dari rongga hidung yaitu untuk meneruskan udara yang
masuk menuju ke bagian tenggorokkan. Selain itu, rongga hidung juga dapat menjaga
kelembapan, suhu serta tekanan udara. Didalam melaksanakan fungsinya, bagian ini
dibantuk oleh sebuah tulang tengkorak yang tersusun seperti dinding-dinding hidung.
Didalamnya juga terdapat 4 dinding yang saling berkaitan, yaitu dinding superior (atas),
inferior (bawah), medial (tengah), dan juga lateral (samping).

5. Saraf Olfaktori
Saraf olfaktori adalah salah satu dari 12 saraf kranial yang berkaitan secara langsung
dengan otak. Olfaktori merupakan sebuah saraf kranial 1 yang berperan sebagai
reseptor utama didalam indera penciuman. olfaktori berfungsi untuk menerima
rangsangan yang berupa sebuah bauan-bauan yang terbawa bersama udara yang
dihirup, kemudian akan dikirimkan kedalam bentuk impuls.
Didalam melaksanakan fungsinya tersebut, hidung didukung oleh salah satu bagian
yang bernama bulbus olfaktori yang terdiri atas beberapa organ, diantaranya adalah :
 Tonjolan Olfaktori, yaitu salah satu organ yang berfungsi untuk menerima
semua impuls yang dikirim oleh akson dan kemudian dibawa ke otak.
 Akson, yaitu sakah satu organ yang berfungsi untuk membawa impuls dari hasil
kerja saraf pembau.
 Saraf Pembau, yaitu sebuah reseptor yang berfungsi untuk menerima stimulus
dari gas atau udara yang dihirup.
 Silia, merupakan sebuah bulu yang berada di rongga luar hidung yang berfungsi
untuk menyaring kotoran yang masuk bersama udara.
6. Sinus Hidung
Didalam rongga hidung terdapat 4 rongga sinus yang letaknya saling terpisah satu sama
lain. Keempat rongga sinus tersebut adalah Maksilaris (di pipi), Frontalis (di dahi),
Etmoidalis (antara kedua mata), dan juga sinus Sfenoidalis (di belakang dahi).
Rongga sinus mempunyai banyak sekali fungsi, yaitu di antaranya adalah :
 Mampu memproduksi lendir yang mengalir ke dalam hidung dan berfungsi untuk
melembabkan serta menguras lendir hidung.
 Berfungsi untuk mengatur kelembaban hidung dan juga udara saat seseorang
bernapas.
 Untuk menjaga pertukaran udara yang terjadi di daerah hidung.
 Berfungsi untuk meringankan kepala yang terasa berat.
 Untuk melindungi organ vital.
 Berfungsi untuk memaksimalkan kualitas suara.

7. Tulang Rawan dan Tulang Nasal


Indera Penciuman ini dilindungi oleh 2 tulang yang letaknya saling terpisah satu sama
lain, dan kedua tulang tersebut adalah tulang rawan serta tulang nasal.
Tulang rawan terletak di bagian ujung hidung dan teksturnya sangat lunak serta bisa
digerak-gerakan. Sedangkan, tulang nasal terletak di antara tulang rawan dan juga dahi.
8. Nasofaring
Nasofaring berasal dari 2 kata, yaitu naso yang berarti hidung dan juga faring yang
berarti tenggorokan. Oleh sebab itu, nasofaring adalah salah satu bagian dari sistem
pernapasan yang menghubungkan hidung dengan tenggorokan.

 Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Hidung


Sehubungan dengan betapa pentingnya peran hidung didalam tubuh
manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa hidung juga mengalami berbagai jenis
penyakit, yaitu diantaranya adalah :

1. Hidung tersumbat, yaitu salah satu gangguan yang paling umum atau sering terjadi
dan ditandai dengan adanya peradangan pada saluran pernapasan karena alergi dan
juga flu.
2. Epistaksis atau mimisan, yaitu salah satu kondisi yang sering terjadi pada anak-
anak, namun juga bisa sebagai gejala dari penyakit serius. Mimisan umumnya
disebabkan karena hidung mengalami cedera, hidung tersumbat dan juga alergi.
3. Deviasi septum, yaitu salah satu kondisi yang ditandai dengan septum yang bengkok
atau tidak setara, yang disebabkan karena cedera atau cacat dari lahir. Gejala yang
umumnya terjadi yaitu hidung berdarah, hidung tersumbat, dan juga sakit kepala.
4. Polip, salah satu kondisi yang bukan merupakan sebuah pertumbuhan kanker pada
hidung atau sinus paranasal, melainkan disebabkan oleh adanya peradangan kronis.

Anda mungkin juga menyukai