Anda di halaman 1dari 15

PROFESI

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


LAPORAN PENDAHULUAN
(DYSPNEA)

Dosen Pembimbing :
, M.Kep., Ns.

Oleh:
NAMA NIM
DESY NORVITARIA SNR212250044

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2022 / 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
DYSPNEA

A. Definisi
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial
atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Sesak napas atau dyspnea adalah kondisi ketika seseorang merasakan
kesulitan saat bernapas. Ketika seseorang mengalami sesak nafas, kondisi ini
dapat menyebabkan sejumlah gejala. Contohnya seperti dada sesak saat mencoba
menarik napas atau napas terasa pendek (terengah-engah). Selain itu, sesak nafas
seringkali menjadi gejala masalah jantung dan paru-paru. Tetapi kondisi ini juga
bisa menjadi tanda kondisi lain. Misalnya seperti asma, alergi, atau kecemasan.
Selain itu, olahraga yang terlalu berat atau pilek juga bisa membuat seseorang
merasa terengah-engah. Adapun sesak napas bisa terjadi secara mendadak dan
singkat (akut) atau dalam jangka waktu yang lama serta terjadi berulang (kronis).
(Rizal Fadli, 2023).
B. Etiologi
Rizal Fadli (2023), Secara umum, sesak napas dapat terjadi akibat
gangguan fisik atau psikis (psikologis). Sesak nafas karena gangguan fisik dapat
terjadi akibat masalah pada paru-paru dan jantung. Sementara itu, sesak napas
akibat gangguan psikis dapat terjadi ketika tubuh merespon bahaya sehingga
menimbulkan mekanisme pertahanan, atau saat mengalami tekanan mental.
Berikut adalah penjelasannya:
1. Penyebab akibat masalah paru-paru
Ada sejumlah masalah medis pada paru-paru yang dapat menyebabkan
sesak napas antara lain:
 Asma.
 Emboli paru.
 Infeksi paru, seperti COVID-19 atau pneumonia (paru-paru basah).
 Adanya penumpukan cairan pada paru-paru (edema paru).
 PPOK atau penyakit paru obstruktif kronis.
 Bronkiektasis.
 Asbestosis.
 Kanker paru-paru.
2. Penyebab akibat gangguan pada jantung
Secara umum, adanya gangguan tertentu pada jantung dapat membuat
organ ini tidak mampu memompa darah kaya oksigen secara optimal.
Akibatnya, tubuh menjadi kekurangan asupan oksigen, sehingga memicu
sesak nafas. Adapun sejumlah kondisi yang dapat menimbulkan sesak
napas adalah:
 Aritmia.
 Penyakit jantung koroner.
 Gagal jantung kongestif.
 Perikarditis.
3. Sesak napas akibat gangguan psikis
Sejumlah kondisi psikis yang dapat memicu kondisi ini. Salah satunya
seperti gangguan kecemasan baik yang bersifat akut, situasional maupun
kronis.
4. Faktor Risiko Sesak Napas
Selain gangguan fisik atau psikis, kondisi ini juga dapat terjadi karena
faktor lain, seperti:
 Respon tubuh saat berada pada dataran tinggi.
 Rendahnya kualitas udara, misalnya karena polusi dari karbon
monoksida atau kabut asap.
 Suhu ekstrem seperti terlalu panas atau terlalu dingin.
 Olahraga yang terlalu berat, seperti angkat beban.
 Adanya simpul pada otot, terutama pada titik pemicu, terkadang
bisa membuat seseorang merasa sesak napas.
 Mengidap obesitas atau berat badan berlebih.
C. Manifestasi Klinis
Rizal Fadli (2023), Sesak napas dapat bervariasi pada setiap orang yang
mengalaminya, tergantung pada kondisi yang mendasari. Terkadang, kondisi ini
juga dapat datang dengan gejala lain. Namun, ada beberapa gejala umum dispnea,
yaitu:
 Sesak dada ketika mencoba menarik napas.
 Sesak karena ada sumbatan cairan atau sputum dengan gejala disertai
batuk.
 Napas yang pendek, terasa seperti perlu memaksakan diri untuk bernapas
dalam-dalam.
 Napas cepat (tachypnea) atau detak jantung cepat (palpitasi).
 Mengi atau stridor (pernapasan berisik).
D. Patofisiologi
Rizal Fadli (2023), Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan
gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda.
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya
normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru
kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit
penambang batubara). Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan
hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya
paru-paru kembali ke asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami
kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan
yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi
tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal
10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat
dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien
dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia
dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan
anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan
pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari
analgetik opiod. Penemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke
gagal nafas akut.
E. PathWay
F. Komplikasi
Rizal Fadli (2023), Sesak napas secara umum dapat membuat tubuh
kekurangan asupan oksigen. Kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi berupa
disorientasi atau linglung hingga penurunan kesadaran.Tanpa penanganan yang
tepat, kondisi ini juga dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius, seperti:
 Hipoksemia.
 Hipoksia.
 Kerusakan otak permanen.
 Kematian.
G. Pemeriksaan Penunjang
Rizal Fadli (2023), Untuk mengetahui apa penyebab dispnea, tenaga medis
akan melakukan pemeriksaan fisik. Termasuk mendengarkan paru-paru dengan
stetoskop dan mengukur tekanan darah. Tenaga medis juga akan memasang
sensor pada jari untuk melihat berapa banyak kadar oksigen yang pengidap
kondisi ini miliki dalam darahnya. Selain itu, dokter juga dapat melakukan
pemeriksaan penunjang seperti:
 Pemeriksaan pencitraan. Rontgen dada, CT scan, atau tes pencitraan
khusus lainnya juga dapat dokter gunakan untuk mendeteksi masalah paru-
paru.
 Tes darah. Dokter dapat menggunakan tes darah untuk mencari anemia
atau penyakit lain.
 Tes fungsi paru-paru. Tes ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa baik
paru-paru bernapas.
 Pemeriksaan latihan kardio pulmoner. Dokter akan meminta pengidap
sesak napas untuk menggunakan treadmill atau sepeda statis untuk tes ini.
Adapun tujuan dari tes ini adalah mendeteksi jumlah oksigen yang tubuh
konsumsi dan karbon dioksida yang tubuh keluarkan selama berolahraga.
H. Penatalaksanaan
Rizal Fadli (2023), Pertolongan pertama yang dapat dilakukan saat
mengalami dyspnea atau sesak nafas di rumah adalah sebagai berikut:
1. Mengambil udara dengan bibir yang mengerucut
Cara ini adalah cara sederhana untuk mengontrol sesak napas akibat panik,
COPD, atau hiperventilasi. Ini membantu memperlambat laju pernapasan
dengan cepat, yang membuat setiap napas lebih dalam dan lebih efektif.
Untuk melakukan pernapasan bibir mengerucut ini caranya:
 Rilekskan otot leher dan bahu.
 Tarik napas perlahan melalui hidung selama dua hitungan, tutup
mulut.
 Kerutkan bibir seolah-olah kamu akan bersiul.
 Hembuskan napas perlahan dan lembut melalui bibir yang
mengerucut hingga hitungan keempat.
2. Tidur dengan posisi rileks
Pengidap sleep apnea dapat mengalami sesak napas saat mereka tidur. Hal
ini dapat menyebabkan sering terbangun, yang dapat mengurangi kualitas
dan durasi tidur. Hal ini dapat di atasi dengan berbaring miring dengan
bantal di antara kaki dan kepala ditinggikan oleh bantal, jaga agar
punggung tetap lurus. Atau juga bisa berbaring telentang dengan kepala
terangkat, dan lutut ditekuk, dengan bantal di bawah lutut.
3. Duduk sambil condong ke depan
Beristirahat sambil duduk dapat membantu merilekskan tubuh dan
mempermudah pernapasan. Duduklah di kursi dengan kaki rata di lantai,
condongkan dada sedikit ke depan. Kemudian, letakkan siku dengan
lembut di atas lutut atau pegang dagu dengan tangan. Ingatlah untuk
menjaga otot leher dan bahu tetap rileks. Posisi ini merupakan salah satu
bentuk “sikap tripod”, yang bertujuan untuk menciptakan lebih banyak
ruang dalam rongga dada untuk paru-paru.
4. Duduk sambil bersandar pada meja
Jika kamu memiliki kursi dan meja untuk digunakan, kamu dapat
mengatur posisi duduk untuk mengatur napas. Berikut caranya:
 Duduklah pada kursi dengan kaki rata di lantai, menghadap ke
meja.
 Condongkan dada sedikit ke depan dan sandarkan lengan di atas
meja.
 Letakkan kepala pada lengan bawah atau atas bantal.
Posisi ini adalah bentuk lain dari pernapasan tripod, yang menciptakan
lebih banyak ruang untuk paru-paru dalam dada.
Jika pertolongan pertama tak membuahkan hasil, maka pengobatn secara medis
perlu dilakukan. Namun, pengobatan sesak nafas secara medis akan bervariasi,
tergantung pada penyebabnya.
1. Sebagai contoh jika penyebab kondisi ini adalah asma, maka penanganan
akan berfokus pada penggunaan obat seperti bronkodilator.
2. Namun, jika penyebab sesak nafas berkaitan dengan jantung, seperti
aritmia, pengobatan dapat dokter lakukan dengan pemberian obat. Salah
satunya obat penghambat beta yang bermanfaat untuk menjaga denyut
jantung tetap normal. Sebagai tambahan, ada sejumlah perawatan yang
juga dapat meningkatkan kemampuan pernapasan, meliputi:
 Latihan fisik. Olahraga dapat memperkuat jantung dan paru-paru
sehingga tidak perlu bekerja terlalu keras.
 Teknik relaksasi. Dokter dapat menganjurkan pengidap kondisi
ini untuk mempelajari teknik relaksasi dan latihan pernapasan.
Perawatan ini dapat membantu dispnea dari kondisi pernapasan
yang mendasarinya, serta kecemasan.
 Terapi oksigen. Dokter dapat memberikan asupan oksigen ekstra
jika kadar oksigen darah terlalu rendah.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DYSPNEA

1. Pengkajian Primer
 Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama,
untuk mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen
diberikan bila perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100
mmHg.
 Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan
paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan
seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
 Sirkulasi dan kontrol perdarahanPrioritas
kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang cukup besar dan
nilai perfusi jaringan.Perdarahan dan luka eksternal biasanya dapat
dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka,
sepertidi kepala, leher dan ekstremitas.Perdarahan internal dalam
ronggatoraks dan abdomen pada fase pra RS biasanya tidak banyak
yangdapat dilakukan.PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol
perdaranpelvis dan ekstermitas inferior, tetapi alat ini tidak
bolehmengganggu pemasangan infus.Pembidaian dan spalk-traksi
dapatmembantu mengurangi perdarahan pada tulang panjang.
 Disability
pemeriksaan neurologis Pemeriksaan neurologis singkat
yangdilakukan adalah menentukan tingkat kesadaran, pergerakkan
bolamata dan reaksi pupil, fungsi motorik dan sensorik. Data
inidiperlukan untuk menilai perfusi otak
 Exposure-Gaster-Dekompresi
pemeriksaan menyeluruh setelah menentukan prioritas
terhadapkeadaan yang mengancam nyawa, penderita dilepas
setelah seluruhpakaian untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
mengenaikelainan yang ada, tetapi harus dicegah hipotermi.
Pengkajian Sekunder
 Identitas pasien
 Keluhan utama
Klien dengan sesak nafas kuat dan terengah engah karena sehabis
bekerja terlalu kuat sampai kecapekaan dan sesak.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh sesak nafas sampai dada rasa di tekan.
 Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama
seperti klien sebelumnya.
 Pemeriksaan Fisik
o Kepala
Simetris/ tidak, teraba benjolan/ massa, karateristik rambut.
o Mata
Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis/ tidak, sklera
ikterik/ tidak.
o Telinga
Ada pendarahan/ tidak, membaran tympani utuh/ tidak, ada
cerumen/ tidak.
o Hidung
Ada pendarahan di hidung/ tidak, ada secret/ tidak.
o Mulut
Ada pendarahan dimulut/ tidak, gigi caries/ tidak, lidah
menutup jalan nafas/ tidak, tonsil membesar/ tidak.
o Leher
Simetris, kaku kuduk ada/ tidak, pembesaran vena jugularis
nya gimana.
o Thorak
I : simetris ka = ki
P : fremitus ka = ki
P : sonor
A : vesikuler, wh -, rh –
o Jantung
I : ictus cosdis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba 1 jari di LMCS RIC v
P : batas jantung kanan RIOC II, kiri 1 jari LMCS RIC V
A : irama teratur/ tidak, ada suara tambahan/ tidak, murmur
ada/ tidak
o Abdomen
I : membucit/ tidak, distensi/ tidak
P : hepar/ lien tearaba/ tidak, nyeri tekan ada/ tidak
P : tympani
A : BU +
o Genetalia
Terpasang kateter/ tidak, ada infeksi/ tidak
o Ekstermitas
Akral hangat/ dingin, edeman ada/ tidak, kekuatan otot
o Aktivitas
Kelemahan, kelelahan tidak dapat tidur, jadswal olahraga
tidak teratur/
o Sirkulasi
Kenaikan TD, nadi.
o Integritas ego
Menoleh, menyangkal, berguman/ tidak.
o Eliminasi
Normal/ tidak, bising usus normal/ tidak
o Hygiene
Kesulitan melakukan tugas perawatan
o Neuro sensori
Perubahan mental, kelemahan
2. Diagnosa
 Pola Nafas Tidak Efektif b/d Hiperventilasi
 Nyeri Akut b/d Penimbunan asam laktat
 Penurunan curah Jantung b/d Kontraktilitas turun
 Intoleransi Aktifitas b/d Lemah
3. Intervensi
 Pola Nafas Tidak Efektif b/d Hiperventilasi
 Nyeri Akut b/d Penimbunan asam laktat

 Penurunan curah Jantung b/d Kontraktilitas turun


 Intoleransi Aktifitas b/d lelah lemah
DAFTAR PUSTAKA

Rizal Fadli. 2023. Sesak Nafas (Dyspnea). HaloDoc.


https://www.halodoc.com/kesehatan/sesak-napas.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai