Lesi Non Neoplastik Laring
Lesi Non Neoplastik Laring
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 1/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
Table of contents
1. Definisi
2. Lesi Solid
2.1. Vokal nodul (singerʼs or screamerʼs nodes)
2.2. Vokal polip
2.3. Reinkeʼs edema
2.4. Ulkus kontak
2.5. Granuloma intubasi
2.6. Leukoplakia atau Keratosis
2.7. Tumor amyloid
3. Lesi kistik
3.1. Kista duktus
3.2. Laringocele
3.3. Kista saccular
4. Pemeriksaan
5. Penatalaksanaan
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 2/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
1. Definisi
Lesi non neoplastik laring bukanlah neoplasma sejati melainkan massa yang menyerupai tumor yang terbentuk sebagai hasil dari infeksi,
trauma atau degenerasi.
Terbagi atas; lesi solid (Vokal nodul, Vokal polip, Reinkeʼs edema, Ulkus kontak, Granuloma intubasi, Leukoplakia, tumor amiloid) dan lesi
kistik (Kista duktus, kista saccular, laringocele)
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 3/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
2. Lesi Solid
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 4/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 5/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 6/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 7/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 8/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 9/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 10/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 11/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
3. Lesi kistik
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 12/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 13/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
3.2. Laringocele
o Merupakan pembengkakan kista berisi udara akibat dilatasi dari sakulus.
o Sakulus laryngeal adalah kelenjar mucus yang terletak antara pita suara palsu dan kartilago tiroid. Sakulus ini juga merupakan kantong yang
keluar dari ventrikel laring dan meluas sebagai kantong posterolateral yang buntu dan meluas ke pinggir epiglotis pada bagian permukaan laring.
o Fungsi dari sakulus masih belum diketahui.
o Klasifikasi laringokel tergantung lokasinya. Dapat dibagi menjadi internal, eksternal dan kombinasi.
a. Internal; terbatas diantara laring dan muncul sebagai pita suara palsu dan lipatan aryepiglotik yang distensi.
b. Eksternal; yaitu herniasi sakulus yang distensi melalui membran thyroid dan muncul di leher; atau
c. Kombinasi atau campuran; dimana terdapat internal dan eksternal komponen yang terlihat.
o Laringocele muncul dari tekanan udara transglotik pada peniup terompet, peniup kaca atau pada orang yang sering mengangkat beban berat.
o Keluhan utama : suara serak/parau, batuk dan bila besar dapat mengobstruksi jalan nafas.
o Laringocele eksternal muncul sebagai bengkak yang hilang timbul yang bertambah ukurannya bila batuk atau melakukan perasat valsava.
o Diagnosa dapat dilakukan dengan laringoskopi indirect, dan foto xray jaringan lunak leher AP dan lateral dengan valsava. CT scan dapat
membantu memperlihatkan perluasan lesi.
o Terapi adalah eksisi bedah melalui insisi leher eksternal. Marsupialisasi dari laringocele internal dapat dilakukan dengan laringoskopi namun ada
kemungkinan rekurensi. Laringocele pada dewasa mungkin berhubungan dengan karsinoma.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 14/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 15/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
4. Pemeriksaan
b. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik: telinga, hidung dan tenggorok, daerah leher dan dada
2. Laringoskopia indirekta
3. Laringoskopia direkta
4. Fiber – Optic Laringoscopy (FOL)
5. Foto polos leher AP dan lateral
6. CT scan leher
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Stroboscope, Ro Thorak, pemeriksaan laboratorium.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 16/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
5. Penatalaksanaan
d. Penatalaksanaan
· Bedah Mikrolaring
Teknik operasi
1. Pasien tidur diatas meja operasi posisi supine
2. Dokter anestesi mengintubasi laring (jika ada penggunaan laser diantisipasi) diarahkan ke sisi kiri mulut
3. Bantalan ditempatkan dibawah bahu supaya dapat ekstensi kepala dan leher secara sempurna.
4. Meja ditempatkan di posisi tredelenburg terbalik agar didapatkan posisi yang nyaman untuk melihat laring melalui mikroskop.
5. Laringoskop dimasukkan seperti yang sebelumnya disebutkan.
6. Saat laring sudah tervisualisasi dengan adekuat, ujung dari laringoskop operator didekatkan ke midline sehingga jaringan yang patologi
terlihat.
7. Laringoskop dimasukkan, epiglotis diungkit, lalu laringoskop dimasukkan untuk mengevaluasi seluruh struktur anterior laring
8. Alat suspension apparatus disambungkan ke laringoskop lalu disambungkan ke Mayo stand atau direkatkan ke meja operasi. Laringoskop
yang tergantung dari meja yang menempel dari tempat tidur membuat pergerakan dari meja tanpa mengganggu posisi laringoskop.
9. Mikroskop didekatkan ke lapangan operasi dan laring divisualisasi dengan lensa pembesaran 400 mm. Instrumen laring dapat digunakan
dengan alat mikro sesuai indikasi (forsep yang sesuai dengan peruntukannya).
10. Bila menggunakan laser CO2 maka wajah harus ditutup dengan handuk yang lembab dan mata ditutup dengan penutup mata yang lembab.
Tidak satupun bagian dari wajah yang boleh terekspos. Petugas kamar operasi harus menggunakan pelindung mata.
11. Bila diperlukan pemeriksaan pada komisura posterior dan area ini tertutup oleh ETT, maka ETT dipindahkan dan ventilasi dilanjutkan dengan
menggunakan alat Venturi Jet. Venturi diletakkan pada saluran cahaya laringoskop dan diposisikan diatas inlet laryngeal. Saat posisi sudah
adekuat, pergerakan dinding dada dapat dilihat dengan baik tanpa obstruksi pada laring.
12. Instrumen kanul penghisap diletakkan di saluran cahaya dapat membantu menghisap asap yang dihasilkan dari prosedur laser. Hal ini
memungkinkan karena pencahayaan untuk prosedur ini dihasilkan dari mikroskop.
13. Di akhir dari prosedur, pasien dapat di intubasi ulang untuk pemulihan anestesi, hal ini dapat dilakukan dengan dua metode:
a. Laringoskop diangkat dan pasien diintubasi seperti biasa
b. Pasien di intubasi ulang dengan laringoskop masih pada posisi
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 17/18
18/03/2021 9. Lesi non neoplastik laring
14. Komplikasi:
1. Laringospasme
2. Edema glotik
3. Trauma gigi
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=87 18/18