Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Nama : Ummu Muntamah


NIM : G6B 204 036
Tempat Praktik : Ruang Mata (A4) Rumah Sakit dr. Karyadi
Tgl Praktik : 31 Mei 5 Juni 2004
Nama & TTD : Eko Purnomo, SKp
Pembimbing
Saran Pembimbing : Baik :
Cukup :
Dilengkapi :

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2004
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Pengertian

OMSK ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa
nanah. (Nurbaiti, 1997)

Etiologi
Faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis :
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :
a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b. Obstruksi anatomik tuba eustachius parsial / total
2. Perforasi membran timpani yang menetap
3. Terjadinya metaplasia skuamosa/perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan
oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi (timpanosklerosis).
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum, atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.

Klasifikasi OMSK

OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :


1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)
Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi
terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom.
2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)
OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi terletak pada marginal
atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Sebagian
komplikasi yang berbahaya atau total timbul pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna.
Manifestasi Klinik

Perforasi pada marginal atau pada atik.

Abses atau kiste retroaurikuler (belakang telinga)

Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang verasal dari dalam telinga tengah.

Terlihat kolesteatom pada telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum).

Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom)

Terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid.

Komplikasi
Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasaifikasikan sebagai berikut :
A. Komplikasi di telinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi di telinga dalam :
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf
C. Komplikasi di ekstrasdural :
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat :
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis
Terapi
Terapi OMSK memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak langsung
cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa
keadaan :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan dengan
dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologi yang irreversibel dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higiene yang kurang.

Prinsip Terapi OMSK tipe Benigna

Ialah dengan konservatif atau medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberi obat
pencuci telinga berupa larutan H 2O2 3% selama 3 5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi
dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.

Bila sekret sudah kering tetapi perforasi masih ada, setelah diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya
dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara
permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat serta memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada atau terjadinya infeksi berulang, maka
sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya
adenoidektomi dan tensilektomi.

Prinsip Terapi OMSK tipe Maligna

Ialah pembedahan yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat
abses sub periosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum dilakukan
mastoidektomi.

Jenis Pembedahan Pada OMSK


Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis
kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :
1. Mastoidektomi Sederhana.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang pada pengobatan konservatif tidak sembuh.
Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya
ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.

2. Mastiodektomi Radikal.

Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas. Pada
operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding
batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga
daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi nin adalah untuk membuang semua
jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intra kranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan renang seumur hidup, pasien harus kontrol
teratur, pendengaran berkurang sekali. Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft)
pada rongga operasi serta membuat meatal / plasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering
permanen, tetapi terdapat cacat anatomi yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.

3. Mastiodektomi Radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum
timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan, dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan
operasi ialah, untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan
pendengaran yang masih ada.

4. Miringoplasti

Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti
tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ini ialah untuk mencegah
berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap. Operasi
ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya
disebabkan oleh perforasi membran timpani.

5. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe
benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini, selain rekonstruksi
membran timpani juga dilakukan rekonstruksi tulang pendengaran (timpanoplasti tipe II, II, IV, V
sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa
mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang, operasi ini terpaksa dilakukan 2
tahap dengan jarak waktu 6 12 bulan

6. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda ( Combined Approach Tympanoplasty)

Merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau benigna
dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastiodektomi radikal. Membersihkan kolesteatom
dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui 2 jalan ( combined Approach) yaitu melalui
liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior.

Fokus Intervensi

I. Pengkajian
Riwayat Kesehatan :
- OMA lebih dari 2 bulan
- Pengobatan OMA yang tidak tuntas
Data Subjektif :
- Telinga terasa penuh
- Vertigo
Data Objektif :
- Terdapat abses atau kite retroaurikuler
- Terdapat polip
- Terlihat Kolesteatoma pada epitimpano
- Ottorhoe
- Sekret terbentuk nanah dan berbau
Data Penunjang :
- Rontgen : Terlihat bayangan kolesteatoma pada rongga mastoid
- CT Scan : Diskontinuitas osikula
- Uji Fistula positif

II. Diagnosa Keperawatan

A. Pre Operasi
1. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo
Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri / trauma dengan :
- Mengurangi / menghilangkan vertigo / pusing
- Mengembalikan keseimbangan tubuh
- Mengurangi terjadinya trauma
Intervensi :
a. Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien
b. Observasi tanda vital
c. Beri lingkungan yang aman dan nyaman
d. Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi pusing
e. Penuhi kebutuhan pasien
f. Libatkan keluarga untuk menemani saat pasien bepergian
g. Kolaborasi pemberian analgetik
Evaluasi :
- Pusing berkurang
- Pasien tidak mengalami injuri
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan
OMA yang tepat.
Tujuan : Pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan OMA meningkat
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
b. Berikan informasi berkenaan dengan kebutuhan pasien
c. Susun bersama hasil yang diharapkan dalam bentuk kecil dan realistik untuk memberikan
gambaran pada pasien tentang keberhasilan
d. Beri upaya penguatan pada pasien
e. Gunakan bahasa yang mudah dipahami
f. Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya
g. Dapatkan umpan balik selama diskusi dengan pasien
h. Pertahankan kontak mata selama diskusi dengan pasien
i. Berikan informasi langkah demi langkah dan lakukan demonstrasi ulang bila mengajarkan
prosedur
j. Beri pujian atau reinforcement positif pada klien
Evaluasi :
- Pasien menyatakan pemahaman tentang pemberian informasi
- Pasien mampu mendemonstrasikan prosedur dengan tepat.
3. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
Tujuan : Kecemasan pasien berkurang / hilang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan pembedahan
b. Jelaskan pada pasien tentang apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah tindakan
pembedahan
c. Berikan reinforcement positif atas kemampuan pasien
d. Libatkan keluarga untuk memberikan semangat pada pasien
Evaluasi :
- Pasien tidak cemas
- Keluarga mau menemani pasien
B. Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi
Tujuan : Nyeri pasien berkurang
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri pasien
b. Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk menghilangkan nyeri
d. Anjarkan pada pasien untuk banyak istirahat baring
e. Beri posisi yang nyaman
f. Kolaborasi pemberian analgetik
Evaluasi : Nyeri hilang
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a. Kaji kemungkinan terjadi infeksi / tanda-tanda infeksi
b. Observasi pasien
c. Lakukan perawatan ganti balutan dengan teknik steril setelah 24 jam dari operasi
d. Kaji keadaan daerah poerasi
e. Ganti tampon setiap hari
f. Pasang pembalut tekan bila dilakukan insisi mastoid
g. Bersihkan daerah operasi setelah 2 3 minggu
h. Anjurkan pasien untuk kontrol
i. Kolaborasi pemberian antibiotik
Evaluasi :
- Infeksi tidak terjadi
- Luka operasi dalam kondisi baik

Anda mungkin juga menyukai