Anda di halaman 1dari 12

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ACNE VULGARIS tepat
pada waktunya.
Makalah ini berkenaan dengan pemenuhan tugas dan disusun dari berbagai sumber
dan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.
Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah
membimbing kami dan kepada pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian tugas
malakah ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu segala kritikan dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan
dalam penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Denpasar, 14 November 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Acne merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai di masyarakat dan
bersifat kronis dan berulang.Walaupun bukan merupakan suatu penyakit yang
mengancam nyawa, namun acne dapat menyebabkan masalah psikologi yang
berbeda-beda, mulai dari perasaan rendah diri hingga stres. Selain itu tidak jarang
pula dapat terjadi scar yang permanen pada wajah. Menurut Kligman, tidak ada
seorangpun yang sama sekali tidak pernah menderita acne. Di Amerika Serikat,
tercatat lebih dari 17 juta penduduk yang menderita acne setiap tahunnya, di mana 75
hingga 95% di antaranya adalah usia remaja. Sedangkan pada satu studi prevalensi
acne yang dilakukan di kota Palembang, dari 5204 sampel berusia 14 sampai 21
tahun, didapatkan angka prevalensi acne vulgaris sebesar 68,2% (Suryadi, 2008).

1.2.

Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Acne Vulgaris?
2. Apa Etiologi dariAcne Vulgaris?
3. Bagaimana Patofisiologi dariAcne Vulgaris?
4. Bagaimana klasifikasi dari acne vulgaris ?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Acne Vulgaris?

1.3.

Tujuan
Tujuan Khusus Tujuan Khusus dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan definisi dari Acne vulgaris
2. Untuk mengetahui etiologi dari Acne vulgaris
3. Dapat memahami patofiologi dari Acne vulgaris
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari Acne vulgaris
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Acne vulgaris

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Definisi
Acne vulgaris (jerawat) adalah penyakit kronik akibat peradangan
kronikfolikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran
klinis berupa komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya
(Arif Mansjoer, dkk 2000)
Acne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai
pilosebasea (polikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka,
leher, serta bagian atas.
Acne vulgaris merupakan suatu keradangan kronis dari folikel pilosebasea
yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista dan pustul pada daerah-daerah
predileksi yaitu muka, bahu, lengan bagian atas, dada, dan punggung
(Zaenglein dkk., 2008).

2.2.

Etiologi
Penyebab acne bersifat multikultorial. Makanan tidak diyakini sebagai faktor
pemicu, keadaan yang mungkin menyebabkan acne meliputi peningkatan aktivitas
kelenjar sebasea dan penyumbatan duktus pilosebasea (folikel rambut). (Kowalak,
Jennifer P, dkk 2011) Faktor-faktor yang merupakan predisposisi acne meliputi :
1. Hereditas
2. Stimulasi hormon androgen
3. Obat-obat tertentu, termasuk kortikosteroid, kortikotropin (ACTH),
hormon androgen, preparat yodida, brodida, trimetadion, fenitoin
(dilantin), isoniazid (lanazid), litium (eskalith), halothan.
4. Iradiasi kobalt
5. Hiperalimentasi
6. Pajanan minyak berat, gemuk
7. Trauma gesekan karena pakaian yang ketat
8. Kosmetik
9. Stress emosi
10. Iklim tropis

2.3.

Patofisiologi

Hormon androgen menstimulasi pertumbuhan kelenjar sebasea dan produksi


sebum yang di sekresi kedalam folikel rambut yang melebar dan mengandung bakteri.
Bakteri yang biasanya berupa propionibacterium acne dan staphylococcus epidermis,
merupakan flora kulit normal yang menyekresi enzim lipase. Enzim ini berinteraksi
dengan sebum untuk menghasilkan asam lemak bebas yang memicu inflamasi. Folikel
rambut juga memproduksi lebih banyak keratin yang menyatu dengan sebum untuk
membentuk sumbat dalam folikel yang melebar tersebut. (Kowalak, Jennifer P, dkk
2011)
2.4.

Klasifikasi
acne vulgaris Klasifikasi acne (Menurut Plewig & Kligman):
1. Acne Komedonal : adalah nama ilmiah dari pori-pori yang tersumbat
(komedo hitam dan komedo putih) yaitu terdiri dari komedo terbuka
maupun tertutup
a. Komedo terbuka (blackhead) : terlihat seperti pori-pori yang
membesar dan menghitam (yang berwarna hitam itu bukan kotoran,
sebenarnya itu adalah penyumbat pori yang berubah warna karena
teroksidari dengan udara)
b. Komedo tertutup (whitehead) : memiliki kulit yang tumbuh diatas
pori-pori yang tersumbat, maka terlihat seperti tonjolan putih kecil-kecil
dibawah kulit)
2. Acne Papulopustuler ( papula dan Postula )lesi terdiri dari campuran lesi
beradang dan komedo
3. Acne konglobata & bentuk keras lainnya
4. Acne form eruption

2.5.

Penatalaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.

Hindari pemakain kosmetik yang berlebih


Diit rendah lemak dan kabohidrat
olahraga
Istirahat yang cukup
Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran

f. Hindari polusi atau debu


2.6.

Gejala Klinis
Lesi utama adalah komedo utama dan jika terdapat keradangan terlihat adanya
papule, pustule dan kista, nodule dan kista. Lokasi utama terdapat pada muka, dada
dan punggung. Lesi yang beradang terutama bentuk nodule-kistik dapat terasa gatal
dan nyeri tekan yang bila pecah dapat mengeluarkan pus. Sumbat akne dapat terlihat
sebagai :
1. Komedo yang tertutup atau whitehead (yang tidak menonjol keluar
dari folikel dan ditutupi oleh epidermis.
2. Komedo yang terbuka blackhead (yang menonjol keluar dari folikel
dan tidak ditutupi oleh epidermis, melanin atau pigmen pada folikel
menyebabkan warna hitam).
Ruptur atau kebocoran pada sumbat yang membesar sehingga isinya masuk kedalam
epidermis menyebabkan inflamasi, pustula acne yang khas, papula atau pada bentuk
yang lebih berat, kista atau abses (lesi kronis yang kambuhan sehingga membentuk
parut pada jerawat tersebut). Tanda dan gejala pada wanita dapat berupa peningkatan
intensitas acne sesaat sebelum haid atau selama haid, ketika kadar estrogen mencapai
tingkat terendah. (Jennifer P, dkk 2011)

2.7.

Penatalaksanaan
Pengobatan akne vulgaris dapat dilakukan dengan cara memberikan obat topical .
sistemik, dan pembedahan.
1. Pengobatan topical
Untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan
mempercepat penyembuhan lesi yang terdiri atas
a. Bahan iritan yang dapat mengelupas, misalnya sulfur, peroksida
bensoil, asam salisilat, asam vitamin A, asam aseleat , asam alfa
hidroksi (AHA), misalnya asam glikolat.
b. Antibiotika topical yang dapat mengurangi mikroba dalam folikel
yang berperan dalam etiopatogenesis akne vulgaris misalnya,
tetrasiklin , eritromisin dan lain-lain.
c. Anti peradangan topical, salap atau krim kortokosteroid kekuatan
ringan atau sedang atau suntikan intra lasi kortikosteroid kuat pada
lesi nodulokistik. 2.

2. Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktifitas jasad


renik disamping juga mengurangi reksi radang , menekan produksi sebun
dan keseimbangan hormonal.
a. Anti bakteri sistemik, tetrasiklin , eritromisi, doksiklin dan
trimetropin.
b. Estrogen antiandrogen sipriteron asetat.
c. Vitamin A dan retinoid oral
3. Bedah kulit Tindakan bedah kulit kadang diperlukan terutama untuk
memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris yang berat. Tindakan ini
dilakukan setelah akne vulgarisnya sembuh.
a. Bedah skapel dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut
yang menonjol
b. Bedah listrik dilakukan pada komedo tertutup untuk
mempermudah pengeluaran sebum.
c. Bedah kimia dengan asan triklor asetat untuk meratakan
jaringan parut yang berbenjol.
d. Dermabrasi untuk meratakan jaringan parit yang hipo dan
hipertrofi pasca akne yang lias
2.8.

Diagnosis
Diagnosis acne vulgaris ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Keluhan penderita dapat berupa gatal atau sakit, tetapi pada umumnya keluhan
penderita lebih bersifat kosmetik. Pada pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik
komedo terbuka maupun komedo tertutup. Adanya komedo diperlukan untuk
menegakkan diagnosis acne vulgaris (Wolff dan Johnson, 2009). Selain itu, dapat pula
ditemukan papul, pustul, nodul, dan kista pada daerah-daerah predileksi yang
mempunyai banyak kelenjar lemak. Secara umum, pemeriksaan laboratorium bukan
merupakan indikasi untuk penderita acne vulgaris, kecuali jika dicurigai adanya
hiperandrogenism (Zaenglein dkk., 2008).

2.9.

Pencegahan
Acne dapat dikendalikan dan sikatrik dapat dicegah, dengan terapi bijaksana yang
diteruskan sampai proses penyakit menghilang spontan, Ditujukan untuk mencegah
pembentukan mikrokomedo, melalui pengurangan hyperkeratosis folikel, produksi
sebum, populasi. Pengendalian awal memerlukan waktu paling sedikit 4-8 minggu
juga penting untuk memperhatikan pengaruh emosional berat pada acne antara lain :
a. Diit rendah lemak dan Karbohidrat.

b. Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran


c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

dan jasad renik.


Hidup sehat dan teratur
Cukup istirahat
Olahraga sesuai kondisi tubuh
Penggunaan kosmetik secukupnya
Hindari polusi debu
Hindari pemencetan
Memberikan informasi secukupnya pada penderita mengenai penyebab,
perjalanan penyakit dan lamanya pengobatan

2.10.

Komplikasi
Semua tipe acne berpotensi meninggalkan sekuele. Hampir semua lesi acneakan
meninggalkan makula eritema yang bersifat sementara setelah lesi sembuh. Pada
warna kulit yang lebih gelap, hiperpigmentasi post inflamasi dapat bertahan berbulanbulan setelah lesi acne sembuh. Acne juga dapat menyebabkan terjadinya scar pada
beberapa individu. Selain itu, adanya acne juga menyebabkan dampak psikologis.
Dikatakan 30 50% penderita acne mengalami gangguan psikiatrik karena adanya
acne (Zaenglein dkk., 2008)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1

Pengkajian
a. Kulit : dengan mengamati dan mendengarkan ,perawat dapat mengetahui
bagaimana persepsi klien tentang kulitnya
b. Kaji persepsi pasien tentang penyakitnya, orang muda yang satu mungkin
menganggap lesi yang kecil sebagai cacat yng tidak bisa dioleransi sementara
remaja yang lain memandang kelainan yang lebih luas sebagai hal yang normal.
Pada remaja dalam tahun tahun formatif perkembangan merupakan orang yang
rentan dan perlu didekati serta perhatian ketika mereka berupaya untuk mengatasi
akne.
c. Kaji kegiatan seksual dan metode kontrasepsi yang digunakan pada wanita usia
produktif khususnya jika pengobatan akne tersebut meliputi pemakaian
isotretinoin yang diketahui memiliki sifat-sifat teratogenik.

d. Kaji persepsi pasien tentang fektor-faktor yang memicu peningkatan intensitas


akne atau yang membuat lesi semakin parah, seperti makanan dan minuman,
gesekan dan tekanan dari pakaian , trauma akibat upaya untuk memijat keluar
komedo dengan tangan.
3.2.

Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi komedo : komedo yang tertutup tampak seperti papula kecil yang agak
menonjol, sedangkan komedo yang terbuka akan terlihat agak menonjol dengan
pemadatan bagian tengah folikel.
2. Palpasi : nyeri tekan pada daerah akne yang meradang.
3. Catat ciri-ciri lesi inflamatori seperti Papula, pustule, nodus dan kista

3.3.

Analisa Data
N
O
1

DATA
DS : Pasien mengatakan malu
dengan keadaannya dan kurang
percaya diri
DO :
1. Pasien menutupi wajahnya
2. Pasien menarik diri
3. Kurang bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar
DS : Pasien mengatakan nyeri dan
gatal di daerah wajahnya yang
berjerawat
DO :
1. Ada papula di derah wajah
pasien
2. Skala nyeri 3 ( 0-3 ringan )

ETIOLOGI
Lesi acne pada
wajah

MASALAH
Gangguan body
image

Kurang percaya
diri
Proses peradangan

Gangguan rasa
nyaman nyeri

3.4.

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan body image b.d rasa malu dan frustrasi terhadap tampilan diri.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses peradangan.
3. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit b.d kurang terpapar terhadap informasi

3.5.

Rencana Keperawatan
NO
DX
1

Tujuan dan KH
Tujuan : Setelah

Intervensi
1. Kaji persepsi

Rasional
1. Pasien yang

dilakukan tindakan

pasien dan

memandang acne

keperawatan selama 2

pandangannya

sebagai cacat kulit

x 24 jam pasien tidak

terhadap acne

biasanya tidak

malu dengan tampilan

toleransi terhadap

diri, dapat berinteraksi

penampilan diri,

yang normal dengan

sedangkan pasien

orang lain dengan

yang memandang

Kriteria Hasil :

acne sebagai

1. Pasien dapat

penyakityang

percaya diri
2. Dapat

normal dan
fisiologis dapat

bersosialisasi

menerima konsep

dengan

diri dan tidak

lingkungan

beresiko terhadap

sekitar
3. Pasien akan

konsep diri
2. Mengidentifikasi

mempertahank
an konsep diri
yang positif
selama dalam
perawatan

2. Perhatikan
perilaku menarik
diri,

kebutuhan untuk
intervensi

membicarakan
diri tentang hal
negatif
3. Dorong

3. Orang terdekat

pengungkapan

memulai

perasaan,

penerimaan

menerima apa

perubahan dan

yang di katakan
4. Berikan edukasi
pada pasien cara
menjaga

mengurangi ansietas
mengenai perubahan
citra diri
4. Semakin sering

kebersihan kulit,

membersihkan

pentingnya cuci

wajah maka tidak

muka

ada bakteri yang


menempel di kulit
wajah yang

Tujuan : Setelah

1. Kaji tipe, lokasi

dilakukan tindakan

nyeri, perhatikan

keperawatan selama 2

intensitas pada

x 24 jam pasien bebas

skala 0-10
2. Berikan waktu

nyeri, skala nyeri 0,


tidak ada tanda-tanda
peradangan Interfens
Kriteria Hasil :
Pasien akan
mempertahankan rasa

menyebabkan acne
1. Berguna dalam
intervensi
selanjutnya
2. Ekspresi masalah
atau rasa takut

untuk ekspresi

menurunkan

perasaan dalam

ansietas atau siklus

tingkat
kemampuan
berkomunikasi
3. Dorong

nyeri
3. Meningkatkan
relaksasi
memfokuskan

nyaman selama dalam

menggunakan

kembali perhatian

perawatan

teknik manajemen

dan dapat

Pasien tidak merasa

stress misalnya

meningkatkan

kesakitan

napas dalam
4. Kolaborasi
dengan tim medis
dengan pemberian
obat anti inflamasi

kembali
kemampuan koping
menghilangkan
nyeri
4. Anti inflamasi

dan analgesik

berguna untuk

sesuai indikasi

mengurangi radang
dan analgesik untuk
menghilangkan
nyeri

BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Acne vulgaris merupakan suatu keradangan kronis dari folikel pilosebasea
yang ditandai dengan adanya komedo, papule, kista dan pustule pada daerah-daerah
predileksi (pada muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada dan
punggung). Tanda dan gejala pada wanita dapat berupa peningkatan intensitas acne
sesaat sebelum haid atau selama haid, ketika kadar estrogen mencapai tingkat
terendah.

4.2.

Saran
1. Bagi Mahasiswa Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur
dalam pembuatan makalah agar dapat mengetahui cara berfikir.
2. Bagi Pendidikan Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan
yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.

3. Bagi Kesehatan Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan


khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar lebih mengerti tentang
pembuatan askep khususnya askep pada pasien Acne Vulgaris.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
.edisi 8, vol 3.EGC.Jakarta.2001
Kowalak, Jenifer P. 2011.Buku Ajar Patofisiologi Jakarta EGC
Masjoer,Arif.Kapita Selekta Kedokteran.edisi ketiga.Media Aesculapius Jakarta.2000
Pedoman Diagnosis dan Terapi,RSUD Soetomo.Surabaya.2002

Anda mungkin juga menyukai