Oleh
Ni Luh Ryani Widiyanti
NIM: 08.321.0201
sampai alatalat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
(Saleha, 2009).
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai
masa nifas ini yaitu kirakira 68 minggu (Abidin, 2011).
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan
(Wiknjosastro, 2005).
Jadi yang dimaksud nifas adalah masa yang dimulai beberapa jam
sesudah lahirnya plasenta dan mencakup 6 minggu berikutnya. Sedangkan
yang dimaksud dengan masa nifas (Peurperium) adalah masa pulih kembali
yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir pada ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil berlangsung kira-kira 6
minggu atau 40 hari.
2. Periode Masa Nifas
Masa nifas dibagi dalam 3 periode :
a. Early post partum/Puerperium dini
Kepulihan dalam 24 jam pertama, dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
b. Immediate post partum/Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Late post partum/Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
9) Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari
volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari
aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum (V Ruth B, 1996:
230).
10) Sistem Hormon
a) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi
pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan
aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu
oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil
bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada
wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin dimana keadaan ini membantu
kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta
lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen
placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan
fisiologis pada ibu nifas.
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari
ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan
FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf,
ovulasi dan menstruasi (V Ruth B, 1996: 231).
c) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air
susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan
yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh
ibu yang baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi
bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar, kedua hormon ini mengerem LTH.
Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang
laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxitoxin yang
merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah
reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu
oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan
oxitocin yang menyebabkan payudara mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, payudara menjadi besar, keras dan
nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola
mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5
%, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta
makanan yang dikonsumsi ibu (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983:
318).
11) Perineum
Luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
Bila dilakukan episiotomy akan terjadi nyeri pada luka di perineum,
menyebabkan ibu takut BAB dan perih saat kencing
b. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
1) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak
memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
2) Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke-3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
3) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi (Persis Mary H, 1995).
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka
sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini
disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post
partum (Ibrahim C S, 1993: 50).
c. Tujuan Perawatan Masa Nifas
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan
pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun
setelah nanti keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi
dan perawatan bayi sehat.
4) Untuk mendapatkan kesehatan emosi.
d. Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk
pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana
perawatan post partum meliputi:
1) Mobilisasi Dini (Sungkar, ali, 2007)
Persalinan merupakan proses yang melelahkan. Itulah mengapa ibu
disarankan tak langsung turun dari tempat tidur setelah melahirkan karena
dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum
berjalan baik. Namun setelah istirahat 8 jam, mobilisasi sangat diperlu
agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu
bahkan mencegah terjadinya tromboemboli.
Mobilisasi sebaiknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan
gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya
cobalah untuk duduk di tepi tempat tidur. Kemudian, ibu bisa turun dari
tempat tidur dan berdiri. Khusus bagi ibu yang menjalani Caesar
dianjurkan untuk turun dari tempat tidur setelah beristirahat selama 24
jam. Setelah itu, ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu, sirkulasi
darah di tubuh akan berjalan dengan baik. Gangguan yang tak diinginkan
pun bisa dihindari.
Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor berikut
ini:
1. Mobilisasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan ibu
terjatuh. Khususnya jika kondisi ibu masih lemah atau memiliki
penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat dilakukan
juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ
tubuh, aliran darah tersumbat, terganggunya fungsi otot, dan lain-lain.
2. Yakinlah ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara bertahap.
3. Kondisi tubuh akan cepat pulih jika ibu melakukan mobilisasi dengan
benar dan tepat. Tidak hanya itu, sistem sirkulasi di dalam tubuh pun
bisa berfungsi normal kembali akibat mobilisasi. Bahkan, penelitian
menyebutkan early ambulation (gerakan sesegera mungkin) bisa
mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa
menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein
Thrombosis) dan bisa menyebabkan infeksi.
4. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena bisa membebani
jantung.
2) Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibu
lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI
sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin (Manuaba, 1998:
193).
a. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
b. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi: (Manuaba, 1998: 193)
Fisik : Tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uteri : Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
Payudara : Puting susu, pembengkakan, pengeluaran
ASI
Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia
serosa, lochia alba
Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi.
c. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah :
1. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran
dan buah-buahan.
2. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak
akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang
menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah
sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh
dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
3. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun
didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari
sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila
klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa
nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan
setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah
atau setelah BAB atau BAK, setiap kali cebok memakai sabun dan luka
bisa diberi betadin.
4. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post
partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita
sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi (Persis H, 1995: 288).
5. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum
terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat
laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma
(Persis H,1995: 288).
6. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena
sangat berguna untuk kesehatan bayi. Dan segera setelah lahir ibu
sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi
serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk
kekebalan tubuh bayi (Mac. Donald, 1991: 430).
a) Jika puting rata, sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting
susu. Ibu harus tetap menyusui agar putting selalu sering tertarik.
b) Putting Lecet, putting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau
perawatan payudara yang tidak benar dan infeksi monilia.
Penatalaksanaan dengan tehink menyusui yang benar, putting
harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin, monilia
diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila
lecetnya luas menyusui di tunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan
dengan tangan atau dipompa.
c) Payudara bengkak. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran
ASI yang tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui
atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaanya dengan menyusui
lebih sering, kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa
dan pemberian analgesic.
d) Mastitis. Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang
biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan.
Penetalaksanaan dengan kompres hangat/dingin, pemberian
antibiotic dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
e) Latihan senam dapat diberikan mulai hari ke 2 misalnya:
Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan diatruh di
atas dan menekan perut. Lakukan pernafasan dada lalu
pernafasan perut.
Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali.
Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot
seperti menahan miksi dan defekasi.
Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkan badan sambil
tangan berusaha menyentuh tumit.
f) Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit
diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian besar
kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
g) Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil
cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum
bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
h) Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau
menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode
KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2
minggu setelah melahirkan (Bari Abdul,2000:129).
6. Pemeriksaan Penunjang
5. Pertahankan 5. Mencegah
teknik septik kontaminasi silang
aseptik dalam terhadap infeksi.
merawat pasien
(merawat luka
perineum,
merawat
payudara,
merawat bayi).
Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Menyusui tidak Setelah diberikan 1. Beri kesempatan ibu 1. Meningkatkan
efektif berhubungan asuhan keperawatan, untuk melakuakn kemandirian ibu dalam
dengan kurangnya diharapkan perawatan bayi secara perawatan bayi.
pengalaman ditandai pengalaman pasien mandiri.
dengan ibu bertambah tentang
mengatakan bayi cara merawat 2. Libatkan suami dalam 2. Keterlibatan bapak/suami
tidak mau payudara dan perawatan bayi. dalam perawatan bayi
menghisap putting menyusui bayi akan membantu
susu dengan baik, dengan criteria : meningkatkan keterikatan
ASI belum ibu dapat batih ibu dengan bayi.
keluar,putting susu merawat
besar. payudara secara 3. Latih ibu untuk 3. Perawatan payudara
mandiri dan perawatan payudara secara teratur akan
dapat menyusui secara mandiri dan mempertahankan
bayinya dengan teratur. produksi ASI secara
baik. kontinyu sehingga
kebutuhan bayi akan ASI
tercukupi.
3. Libatkan 3. Keterlibatan
suami dalam bapak/suami dalam
perawatan bayi. perawatan bayi akan
membantu
meningkatkan
keterikatan batih ibu
dengan bayi.
DAFTAR PUSTAKA