Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK

ISU LEGAL DALAM KESEHATAN KERJA

KELOMPOK 2

VERAWATY TALIKI (C01421223)


YUYUN NASIR (C01421227)
YULDA ANWAR (C01421226)
NURFATNI (C01421214)
NURHUDA HATTA (C01421215)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
T.A 2021/2022
PEMBAHASAN

1.Pengertian Isu Legal


Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau tidak
terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, social, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, hari kematian ataupun tentang
krisis.
Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang- undang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia).Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum
praktik keperawatan mengacu pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara.
Hukum bermaksud melindungi hak publik, misalnya undang-undang keperawatan
bermaksud melindungi hak publik dan kemudian melindungi hak perawatan.
Praktik keperawatan adalah Tindakan mandiri perawat professional melalui kerja
sama bersifat kolaboratif dengan pasien/klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Dengan demikian seseorang perawat profesional yang dalam memberikan praktik
asuhan keperawatan sudah sesuai dengan peraturan
 perundang-undangan/ hukum, maka dapat diartikan bahwa praktik asuhan keperawatan
tersebut legal.
Jadi, Issue legal dalam praktik keperawatan adalah suatu peristiwa atau kejadian
yang dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang dan Sah, sesuai
dengan Undang-Undang/Hukum mengenai tindakan mandiri
 perawat profesional melalui kerjasama dengan klien baik individu, keluarga atau
komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya, baik
tanggung jawab medis/kesehatan maupun tanggung

 jawab hukum.

Perawat perlu tahu tentang hukum yang mengatur prakteknya untuk:

1. Memberikan kepastian bahwa keputusan & tindakan perawat yang dilakukan


konsisten dengan prinsip-prinsip hukum
2. Melindungi perawat dari liabilitas
2.1.1. Peran Keperawatan Dalam Praktik Legal
Perawat bekerja di berbagai tempat di luar lingkungan perawatan yang
melembaga termasuk dalam lingkungan komunitas adalah tempat kerja
okupasional atau industri di mana perawat memberikan perawatan
 primer preventif dan terus menerus bagi pekerja, kesehatan publik atau komunitas,
dimana pelayanan preventif seperti imunisasi dan perawatan anak yang baik
diberikan di sekolah, rumah dan klinik dan perawatan kesehatan rumah, yang
memberikan pelayanan lanjutan setelah hospitalisasi. Klien juga dapat dirawat
dalam fasilitas perawatan jangka

 panjang.

Penting bahwa perawat, terutama mereka yang dipekerjakan dalam


lingkungan kesehatan komunitas, memahami hukum kesehatan
 publik. Legislatur Negara membuat undang-undang dibawah kode kesehatan,
yang menjelaskan laporan hukum untuk penyakit menular, imunisasi sekolah, dan
hukum yang diharapkan untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi resiko
kesehatan di komunitas. The center for disease control and prevention (CDC) the
occupational health and safety act (DHSA) juga memberikan pedoman pada
tingkat nasional untuk lingkungan komunitas dan bekerja dengan aman dan sehat.
Kegunaan dari hukum kesehatan publik adalah perlindungan kesehatan
 publik, advokasi untuk hak manusia, mengatur pelayanan kesehatan dan keuangan
pelayanan kesehatan dan untuk memastikan tanggung jawab
 professional untuk pelayanan yang diberikan.Perawat kesehatan komunitas
memiliki tanggung jawab legal untuk menjalankan hukum yang diberikan untuk
melindungi kesehatan public. Hukum ini dapat mencakup pelaporan
kecurigaan adanya penyalahgunaan dan
 pengabaian, laporan penyakit menular, memastikan bahwa imunisasi yang
diperlukan telah diterima oleh klien komunitas dan laporan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan lain diberikan untuk melindungi kesehatan public.
Issue Legal Dalam Keperawatan
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan
kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan
di beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya
 praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki
lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus
bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antarnegara bagian. Isu legal
aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dan sebagainya dalam kaitan telenursing
masih dalam perdebatan dan sulit

 pemecahannya.

Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan


kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi
prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan
informasi yang diberikan.Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan strategi dan
kebijakan pengembangan
 praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem
pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi
kesehatan/berbasis internet.
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif
yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak
memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk
membuat keputusan yang etis seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional
dan bukan emosional (Thomson & Thomson, 1985). Kerangka pemecahan dilema etik
pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/ pemecahan masalah secara
scientific.
Eutanasia berasal dari bahasa Yunani, eu (mudah, bahagia, baik) dan thanatos
(meninggal dunia) sehingga diartikan meninggal dunia dengan baik atau bahagia.
Menurut Oxfort English Dictionary eutanasia berarti tindakan untuk mempermudah
mati dengan tenang dan mudah.
Dilihat dari aspek bioetis, eutanasia terdiri atas eutanasia volunter, involunter,
aktif dan pasif. Pada kasus eutanasia volunter klien secara suka
cairan intravena, antibiotik dan narkotik disertai pesanan jangan diresusitasi (DNR).
Perawat menanyakan pesanan DNR tetapi mendapat
 jawaban “Tidak ada lagi yang dapat kami lakukan bagi dirinya”.

2. Pembahasan Kasus

Dari ilustrasi kasus di atas, terdapat aspek legal keperawatan, yang bisa diindentifikasi
dengan:

1. Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar


Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar yang terkait dengan kasus
meliputi orang yang terlibat yaitu pasien (Tn.G), secara tidak langsung keluarga
(isteri Tn. G), perawat, dan dokter. Tindakan yang menjadi dilema etik adalah antara
keinginan untuk tetap hidup dari pasien (Tn. G) dengan tidak dilakukannya resusitasi
sesuai dengan pesanan (dokter) pada saat operasi.

2. Mengidentifikasi munculnya konflik


Dari hasil pemeriksaan USG abdomen menunjukkan adanya massa kolon dan
kemungkinan perforasi. Konflik yang terjadi pertama adalah pasien (Tn.G) takut
akan kematian yang bisa menimpanya pada saat pembedahan dan berharap tidak ada
hal buruk yang terjadi. Kedua pesanan untuk
 perawat agar tidak melakukan resusitasi (DNR), dengan alasan tidak ada lagi yang
bisa dilakukan bagi pasien (Tn.G).

3. Menentukan tindakan alternative yang direncanakan


a. Mengupayakan segala hal demi keselamatan pasien sesuai dengan keinginan
dan harapan pasien dengan tetap melakukan resusitasi karena salah satu
kewajiban perawat ialah wajib menghormati hak

 pasien serta sebagai advokat. Konsekuensi: hak pasien terpenuhi bila

 pasien dapat bertahan hidup, namun hak pasien tidak terpenuhi jika tindakan
resusitasi sia-sia.
 b. Tidak melakukan resusitasi sesuai yang dipesankan. Karena jika dilakukan
resusitasipun juga tetap akan menimbulkan kematian pada
 pasien. Namun konsekuensinya adalah tidak menghormati hak pasien serta
tidak sesuai dengan prinsip etik keperawatan yaitu Avoiding Killing
(melindungi dan mempertahankan kehidupan pasien dengan
 berbagai cara), selain itu dokter juga merupakan staf rumah sakit yang tidak
berhak memutuskan kematian pasien.

4. Menentukan Siapa Pengambil Keputusan yang Tepat


Pada kasus Tn.G, yang dapat membuat keputusan adalah manajemen Rumah Sakit
dan pasien.

5. Menjelaskan Kewajiban Perawat


Kewajiban perawat disini adalah tetap menerapkan asuhan keperawatan sebagai
berikut: memenuhi kebutuhan dasar pasien sesuai harkat dan mertabatnya sebagai
manusia, mengupayakan support. Kewajiban yang lain adalah melakukan
pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan untuk menyelamatkan jiwa.
Perawat tetap mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim kesehatan yang terlibat
dalam perawatan Tn.G

6. Mengambil Keputusan yang Tepat


Sesuai dengan prinsip etik keperawatan Avioding Killing (melindungi dan
mempertahankan kehidupan pasien dengan berbagai cara) serta Autonomy (hak
untuk memilih) maka perawat perlu memepertimbangkan pendekatan yang paling
tepat dan menguntungkan untuk klien. Namun sebelum keputusan tersebut diambil
perlu diupayakan alternative tindakan yaitu merawat pasien dengan kewenangan
dan kewajiban perawat. Jika alternative ini tidak efektif maka melaksanakan
keputusan yang telah diputuskan oleh pihak manajemen Rumah Sakit bersama
pasien adalah Informed Consent.

Analisis Aspek terhadap Undang-Undang yang berlaku:

1. (DNR) / Do Not Resusitasion pada kasus ini merupakan tindakan Eutanasia. Di


Indonesia tindakan euthanasia ini tidak dibenarkan dalam Undang-Undang. Ini
dinyatakan dalam:

a. KUHP pasal 338 yakni: "Barang siapa yang sengaja menghilangkan


 jiwa orang lain, karena pembunuhan biasa, dihukum dengan hukuman

 penjara selama-lamanya 15 tahun"

 b. KUHP pasal 339 yakni: “Pembunuhan yang diikuti, disertai atau

didahului oleh suatu tindakan pidana, yang dilakukan dengan maksud


untuk mempersiapkan atau memepermudah pelaksanaannya, …..

diancam pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh

tahun”

c. KUHP pasal 345 yakni: “Barang siapa dengan sengaja membujuk orang lain
untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memeberi sarana
kepadanya untuk itu diancam pidana penjara paling lama empat tahun kalau
orang itu jadi bunuh diri”

d. KUHP pasal 359 yakni: “Barang siapa karena kesalahannya


(kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana

 penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu

tahun”
2. Aborsi

Aborsi (pengguguran kandungan) merupakan pemusnahan yang melanggar hokum


Atau menyebabkan lahir premature fetus manusia sebelum masa lahir secara alami.
Pelanggaran praktik aborsi tercantum dalam pasal 347-349.
Aborsi telah menjadi masalah internasional dalam berbagai pendapat telah di ajukan baik
yang menyetujui maupun menentang.

3. Informed Consent adalah keputusan yang sangat efektif untuk pasien memilih, dan
memutuskan hak pasien yang harus dipenuhi tenaga kesehatan sebagai standart
operational prosedur. Sesuai dengan Pasal 23 ayat 1 dalam Undang-Undang
Kesehatan No.36 tahun 2009 yang

 berbunyi: “Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan

 pelayanan kesehatan” bahwa perawat harus memenuhi ketentuan kode

etik, standart profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standart

 pelayanan dan standart operasional procedure


4.confidentialy
Adalah menjaga privasi atau rahasia klien, segala sesuatu mengenai klien boleh
diketahui jika digunakan untuk pengobatan klien atau mendapat ijin dari klien.
Sebagai perawat kita hendaknya menjaga rahasia pasien itu tanpa memberitahukannya
kepada orang lain maupun perawat lain.

Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi


dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait isu ini yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam merawat pasien adalah : jaminan
kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informsi kesehatan yang diberikan harus tetap
terjaga, individu yang menyalahgunkan kerahasiaan, keamanan, peraturan dan
informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

Anda mungkin juga menyukai