Anda di halaman 1dari 9

A.

Latar belakang

Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu
tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan (askep) merupakan aspek
legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit
berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis
terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada
pasien/keluarga/kelompok/komunitas. Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan
saat ini. Edelstein (1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak
yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah menggambarkan secara
komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh tindakan yang
diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan tidak hanya
kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung jawaban anggota tim kesehatan lain
dalam pemberian perawatan. Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan
perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat (Fischbach, 1991).

Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan
kepada penerimanya untuk melakukan praktek profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di
suatu institusi dan Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP) bila bekerja secara perseorangan atau berkelompok.
Kewenangan itu, hanya di berikan kepada orang yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki
kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.

Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang di atur oleh Departement
Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu,
kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu di serahkan
kepada profesi masing-masing. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan
dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.

Tanggal 12 Mei adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, momentum tersebut akan digunakan
untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang- Undang Praktik keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan Undang-Undang akan
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan keperawatan dan profesi
perawat.

Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki Undang-Undang Praktik
Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam jumlah besar. Hal ini
mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama lemahnya regulasi praktik
keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan
mendapat pengakuan dari negara lain, sementara mereka akan mudah masuk ke negara kita.Sementara
negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki Undang Undang
Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu. Mereka siap untuk
melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing masuk
ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan legalisasi keperawatan

2. Apa yang di maksud Aspek legal praktik homecare di Indonesia

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang di maksud dengan legalisasi keperawatan

2. Mengetahui apa yang di maksud Aspek legal praktik homecare di Indonesia

ASPEK LEGAL

A. Legalisasi Keperawatan
Legislasi berarti suatu ketetapan atau ketentuan hukum yang mengtur hak dan kewajiban
seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan (Lieberman dalam Hamid, 2000).
Legislasi merupakan upaya agar suatu tindakan/aktivitas yang dilakukan oleh individu,
organisasi atau suatu profesi mendapatkan pengakuan legal dan dilindungi secara hukum
oleh pemerintah yang berwenang.
Legislasi merupakan salah satu bentuk perundangan yang diperlukan untuk mengatur dan
menetapkan serangkaian ketentuan yang dibuat untuk melindungi masyarakat terhadap
para praktisi keperawtan yang melakukan pelayanan secara tidak aman. Tujuan utama
dari legislasi praktik keperawatan adalah memberikan landasan hukum terhadap praktik
keperawatan untuk melindungi baik masyarakat maupun perawat.
Pelayanan keperawatan professional hanya dapat diberikan oleh tenaga keperawatan
profesional yang telah memiliki ijin dan kewenangan untuk melakukan tindakan
keperawatan yang dibutuhkan oleh sistem pasien. Pengaturan pemberian ijin dan
kewenangan diatur dalam suatu sistem regulasi keperawatan. Legislasi keperawatan
mencerminkan suatu hukum yang diberlakukan dalam bentuk undang-undang praktik
keperawatan.
Undang-undang praktik keperawatan dibuat untuk melindungi masyarakat terhadap para
praktisi keperawatan yang melakukan pelayanan secara tidak aman. Tujuan ini dicapai
dengan mendefinisikan praktik keperawatan, mengembangkan kriteria untuk memasuki
profesi keperawatan, menetapkan ketentuan dan peraturan yang melaksanakan,
mempertahankan, dan menegakkan standar praktik keperawatan (Vestal, 1995). Berkat
perjuangan yang gigih para perawat, pemerintah Republik Indonesia telah mengesahkan
Undang-undang no 38 tahun 2014 tentang Keperawatan yang disahkan pada tanggal 17
Oktober 2014. Undang-undang Keperawatan terdiri dari 13 bab, 66 pasal yang berisi
jenis perawat, pendidikan tinggi keperawatan, registrasi, ijin praktik, registrasi ulang,
praktik keperawatan, hak dan kewajiban, organisasi profesi perawat, kolegium
keperawatan, konsil keperawatan, pengembangan, pembinaan, dan pengawasan, sanksi
administrasif, ketentuan peralihan, ketentuan penutup.

B. Aspek Legal Praktik Homecare Di Indonesia


1. Aspek Legal dan Etik
a. Autonomy (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil
keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari
keunikan induvidu secara holistik. Pada kasus ini klien direncanakan akan
dilakukanvakumekstraksi perawat harus menghargai hak klien, apakah mau
dilakukan atau tidak tindakan tersebut.
b. Non Maleficence (Tidak menyebabkan bahaya bagi Klien)
Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian keperawatan. Bahaya dapat berarti
dengan sengaja membahayakan atau bahaya yang tidak disengaja.
c. Beneficence
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk
melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan
klien dan keluarga. Beneficence meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan klien
dengan cara menentukan cara terbaik untuk membantu pasien. Dalam hal ini,
perawat harus melakukan tugasnya dengan baik, termasuk dalam hal memberikan
asuhan keperawatan yang baik kepada klien, guna membantu mempercepat proses
penyembuhan klien, seperti memberi obat sesuai dosis dan tepat waktu.
d. Informed Consent
Informed Consent atau Persetujuan Tindakan Medis (PTM) merupakan
persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu yang terjadi. Ini
berdasarkan pemberitahuan tentang resiko penting yang potensial, keuntungan,
dan alternatif yang ada pada pasien. Persetujuan tindakan memungkinkan klien
membuat keputusan berdasarkan informasi penuh tentang fakta. Seseorang yang
dapat memberikan persetujuan jika mereka legal berdasarkan umur, berkompeten,
dan jika merekatelah diidentifikasi secara legal sebagai pembuat keputusan.
Setiap pasien mempunyai hak untuk diberi informasi yang jelas tentang semua
resiko dan manfaat dari perlakuan apapun, termasuk semua resiko dan manfaat
jika tidak menerima perlakuan yang dianjurkan atau jika tidak ada perlakuan sama
sekali. Semua orang dewasa mempunyai otonomi, hak membuat keputusan-
keputusan bagi dirinya sendiri selama keputusan keputusan itu tidak
membahayakan atau merugikan orang lain. Saat mengambil keputusan tentang
suatu terapi pembedahan atau terapi medik, setiap pasien punya hak untuk
menolak terapi yang demikian, atau untuk memilih terapi altematif. Pada kasus ini
klien akan dilakukan tindakan vakum ekstrasi, klien dapat mengambil keputusan
untuk dilakukan tindakan tersebut atau tidak.
e. Justice (perlakuan adil)
Perawat mengambil keputusan dengan rasa keadilan sesuai dengan
kebutuhan tiap klien.
Kejujuran, Kerahasiaan, dan Kesetiaan. Prinsip mengatakan yang sebenarnya
(kejujuran) mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan atau
menipu klien. Kejujuran tidak hanya berimplikasi bahwa perawat harus berkata
jujur, namun juga membutuhkan adanya sikap positif dalam memberikan.
informasi yang berhubungan dengan situasi klien.
Dalam hal ini, apabila klien bertanya apapun tentang kondisinya, menjawab
semua pertanyaan klien dengan jujur, perawat harus Prinsip kejujuran
mengarahkan perawat dalam mendorong klien untuk berbagi informasi mengenai
penyakit mereka. Kerahasiaan adalah prinsip etika dasar yang menjamin
kemandirian klien. Perawat menghindari pembicaraan mengenai kondisi klien
dengan siapa pun yang tidak secara langsung terlibat dalam perawatan klien.
Konflik kewajiban mungkin akan muncul ketika seorang klien memilih untuk
merahasiakan informasi tertentu yang dapat membahayakan klien atau orang lain.
Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang
dibuatnya pada klien. Ketika seseorang jujur dan memegang janji yang dibuatnya,
rasa percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk.
Dengan berkata jujur dan dapat menepati janji, diharapkan perawat dapat
mendapat kepercayaan dari klien sehingga memudahkan perawat dalam
melakukan intervensi. Selain dengan klien, perawat juga harus membina
hubungan saling percaya dengan anggota keluarga pasien sehingga akan
memudahkan perawat juga dalam pendekatan keluarga klien.

2. Landasan Hukum
a. Fungsi hukum dalam keperawatan:
1) Memberikan kerangka kerja untuk menentukan perawatan yang sah sesuai
dengan hukum yang berlaku
2) Memisahkan tanggung jawab keperawatan dari profesi lain
3) Membantu menetapkan batasan otoritas pemeliharaan independen
4) Membantu perawatan mempertahankan dengan standar meminta
pertanggungjawaban pengasuh di bawah hukum.
b. Landasan hukum:
1) UU Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
2) UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
3) UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
4) PP Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5) PP Nomor 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
6) PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi,
apoteker, ass.apoteker, pranata lab.kes. epidemiologi kes, entomology
kesehatan, sanitarian, administrator kesehatan, penyuluh kesmas, perawat
gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer, perekam medis, dan teknisi
elektromedis
7) SK Menpan Nomor 94/KEP/Μ.ΡΑΝ/11/2001 tentang jabatan fungsional
perawat.
8) Kepmenkes Nomor 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
9) Kepmenkes Nomor 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas.
10) Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional
11) Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap
reformasi kesehatan masyarakat
12) Permenkes Nomor 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
13) Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan keperawatan
penyelenggaraan praktik

3. Isu Legal
Secara legal perawat dapat melakukan aktivitas keperawatan mandiri berdasarkan
pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. Perawat dapat mengevaluasi klien untuk
mendapatkan pelayanan perawatan di rumah tanpa program medis tetapi perawatan
tersebut harus diberikan di bawah petunjuk rencana tindakan tertulis yang
ditandatangani oleh dokter. Perawat yang memberi pelayanan di rumah membuat
rencana perawatan dan kemudian bekerja sama dengan dokter untuk menentukan
rencana tindakan medis. Isu legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan
di rumah antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang
tinggi, seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah.
b. Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada klien seperti
pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga
karena kesalahan informasi dari perawat.
c. Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang
perawatan di rumah.
Karena biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk perawatan di rumah, maka
perawat yang memberi perawatan di rumah harus menentukan apakah pelayanan
akan diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang tidak adekuat. Seringkali,
tunjangan dari Medicare telah habis masa berlakunya sedangkan klien
membutuhkan perawatan yang terus-menerus tetapi tidak ingin atau tidak mampu
membayar biayanya. Beberapa perawat akan menghadapi dilema etis bila mereka
harus memilih antara menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan untuk klien
lansia, miskin dan klien yang menderita penyakit kronik. Perawat harus
mengetahui kebijakan tentang perawatan di rumah untuk melengkapi dokumentasi
klinis yang akan memberikan penggantian biaya yang optimal untuk klien.

4. Ijin dan Penyelenggaraan


Pasal krusial dalam Permenkes 148/2010 Tentang ijin dan penyelenggaraan praktik
keperawatan :
a. Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.
b. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter
c. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban:
1) Menghormati hak pasien.
2) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.
3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4) Memberikan informasi
5) Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
6) Melakukan catatan perawatan dengan baik
d. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.
e. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di
ruang praktiknya.
f. Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasang
papan praktik (sedang dalam proses amandemen)
g. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan
rumah.
h. Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:
1) Tempat praktik memenuhi syarat.
2) Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir
/buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan (Fatchulloh,
2015).

5. Perizinan dan akreditasi home care


a. Perizinan
Perizinan home care diatur dalam Kep. Menkes no 148 tahun 210 tentang izin dan
penyelenggaraan parktik perawat.dan permenkes 17/2013. Perizinan diatur SSI
peraturan yang ditetapkan pemerintah pusat maupun daerah (Fatchulloh, 2015).
Perizinan yang menyangkut operasional pengelolaan pelayanan kesehatan rumah
dan praktik yang dilaksanakan oleh tenaga profesional dan non profesional diatur
sesuai dengan peraturan yang ditetapkan, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
Home Care merupakan salah satu bentuk praktik mandiri keperawatan. Praktik
mandiri keperawatan telah diatur dalam berbagai sumber hukum. Hal ini berarti
praktik mandiri keperawatan dalam Home Care telah diizinkan. Adapun landasan
hukum praktek perawat ialah sebagai berikut:
1) UU Kesehatan No. 23 tn 1992 tentang kesehatan
2) UU Kesehatan No. 36 tn 2009 tentang kesehatan
3) UU No. 32 th 2004 tentang pemerintahan daerah
4) Kepmenkes No. 1239 tn 2001 tentang registrasi & praktik perawat
5) PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
6) Kep Dirjen YanMed RI. No. HK 00.06.5.1.311 th 2002 tentang penerapan
pedoman perawatan kesehatan di rumah
7) PP No. 25 th 2000 tentang pelimpahan kewenangan pusat ke daerah
8) Permenkes 920 th 1986 tentang pelayanan medik swasta
9) Kepmenkes No. 148 th 2010 ttg izin & penyelenggaraan praktik perawat
10) Permenkes 17/2013

Persyaratan perizinan :
1) Berbadan hukum yang ditetapkan di badan kesehatan akte notaris tentang
yayasan di badan kesehatan.
2) Mengajukan permohonan izin usaha pelayanan kesehatan rumah kepada
Dinas Kesehatan Kota setempat dengan melampirkan:
a) Rekomendasi dari organisasi profesi
b) Surat keterangan sehat dari dokter yang mempunyai SIP
c) Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d) Izin lingkungan
e) Izin usaha
f) Persyaratan tata ruangan bangunan melipti ruang direktur, ruang
manajemen pelayanan, gudang sarana dan peralatan, sarana
komunikasi, dan sarana transportasi
g) Izin persyaratan tenaga meliputi izin praktik profesional dan
sertifikasi pelayanan kesehatan rumah.
3) Memiliki SIP, SIK dan SIPP.
4) Perawat dapat melaksankan praktik keperwatan pada saran pelayanan
kesehatan, praktik perorangan dan/atau berkelompok
5) Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK
6) Perawat yang praktik perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP
7) Mendapatkan rekomendasi dari PPNI

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

legislasi keperawatan merupakan upaya untuk memberikan pengakuan legal dan


perlindungan hukum terhadap praktisi keperawatan, dengan tujuan utama melindungi
masyarakat dan perawat itu sendiri. Aspek legal dalam praktik homecare di Indonesia
mencakup prinsip-prinsip etika seperti otonomi, tidak berbuat jahat, kebaikan,
persetujuan yang diinformasikan, dan keadilan, serta didasarkan pada landasan hukum
yang kuat seperti undang-undang kesehatan, peraturan pemerintah, dan kebijakan
kesehatan nasional. Isu-isu legal dalam praktik homecare meliputi resiko pelaksanaan
prosedur medis rumah tangga, tanggung jawab terhadap informasi yang diberikan, dan
pemenuhan kebijakan Medicare. Untuk mendapatkan izin dan akreditasi homecare,
perawat perlu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan dan lembaga
terkait, termasuk memiliki lisensi yang sesuai dan memenuhi standar tata ruang dan
tenaga kerja yang ditetapkan.

Sementara itu, praktik homecare memungkinkan perawat untuk memberikan


asuhan keperawatan secara mandiri, namun dengan mengikuti petunjuk dan rencana
tindakan tertulis yang ditetapkan oleh dokter. Dalam menjalankan praktik homecare,
perawat juga harus memperhatikan aspek hukum terkait persetujuan pasien,
penggunaan prosedur medis yang tinggi risiko, serta kewajiban mengikuti kebijakan
Medicare dan peraturan pemerintah terkait perawatan di rumah. Dengan memperoleh
izin dan akreditasi yang sesuai, serta mematuhi landasan hukum dan etika yang berlaku,
praktik homecare dapat memberikan pelayanan yang aman dan terpercaya bagi
masyarakat.

B. Saran
Saya menyadari bahwa makalah kami mungkin masih memiliki kekurangan, oleh
karena itu, kami sangat menghargai kritik dan saran pembaca untuk membantu kami
memperbaiki makalah ini. Setiap masukan konstruktif dari pembaca akan sangat
berharga bagi kami dalam memperbaiki kualitas makalah ini dan menjadikannya lebih
informatif dan relevan. Kami berterima kasih atas waktu dan perhatian yang diberikan
untuk membaca dan memberikan masukan pada makalah kami

DAFTAR PUSTAKA :

Arinda.C 2022. Penerapan Etika Perawat Dalam Pelayanan Praktik Home Care

Rumiris.S. 2021. Buku Ajar Home Care Ulkus Diabetetikum

Ngesti.W. 2016. ETIKA KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

Anda mungkin juga menyukai