Oleh
Dian Mauli
ABSTRAK: Hubungan dokter dan pasien berawal saat pasien datang untuk
meminta pertolongan di bidang kesehatan. Hubungan tersebut disebut kontrak
teraupetik. Sengketa medis antara dokter dan pasien muncul diantaranya karena
kesalahan dokter melakukan diagnosis. Permasalahan dalam penelitian adalah,
pertama Faktor apa saja yang mempengaruhi kesalahan diagnosis dan tanggung
jawab dokter terhadap kesalahan diagnosis? Kedua Apa dasar hukum tuntutan
terhadap dokter jika melakukan kesalahan diagnosis? Hasil penelitian: pertama,
langkah-langkah dalam menegakan diagnosis adalah anamnesis, pemeriksaaan
fisik, pemeriksaan penunjang dan diagnosis, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi kesalahan diagnosis adalah Sumber Daya Manusia dan kelengkapan
pemeriksaan penunjang. Jumlah dokter di Puskesmas rawat inap di Lampung Utara
belum sesuai dengan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas yaitu
minimal 2 orang, bahkan masih terdapat puskesmas rawat inap yang tidak
mempunyai dokter atau belum memiliki pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium. Kedua, ketika terbukti terjadi kesalahan diagnosis maka dasar hukum
tuntutan terhadap dokter adalah tanggung jawab etis berdasarkan Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI), Tanggung jawab disiplin Berdasarkan Pasal 69
Ayat (3) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran dan
tanggung jawab pidana Pasal 75-80 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran.
I. PENDAHULUAN
Ada dua jenis hubungan hukum antara pasien dan dokter dalam pelayanan
kesehatan, yaitu hubungan karena terjadinya kontrak terapeutik dan hubungan
karena adanya peraturan perundang-undangan. Kedua hubungan tersebut
melahirkan tanggung jawab hukum, tanggung jawab profesi dan tanggung jawab
etika dari seorang dokter.
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 39
Seorang dokter dituntut untuk bekerja sesuai dengan Kode etik, peraturan
perundang-undagan dan standar psofesi yang mereka miliki. Jika terjadi suatu
sengketa medik terhadap dokter yang memberikan pelayana maka perlu di telaah
kembali apakah seorang dokter sudah bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku
sehingg baru dikatakan seorang dokter melakukan melpraktek medis contohnya
kesalahan dalam mendiagnosis.
Sengketa medik adalah sengketa yang terjadi antara pasien dan keluarga pasien
dengan tenaga kesehatan atau antara pasien dengan rumah sakit / fasilitas
kesehatan. Biasanya yang dipersengketakan adalah hasil atau hasil akhir pelayanan
kesehatan dengan tidak memperhatikan atau mengabaikan prosesnya. Padahal
dalam hukum kesehatan diakui bahwa tenaga kesehatan atau pelaksana pelayanan
kesehatan saat memberikan pelayanan hanya bertanggung jawab atas proses atau
upaya yang dilakukan (Inspaning Verbinntenis) dan tidak menjamin / menggaransi
hasil akhir (Resultalte Verbinntenis), kemudian sengketa medik ini menjadi
permasalahan yang besar ketika diberitakan di media massa, ditambah lagi
pengetahuan hukum kesehatan dari aparat penegak hukum yang kurang,
21
Dalmy Iskandar, 1998, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien, Sinar Grafika, Jakarta, hlm
86
40 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017
penggunaan pasal yang tidak konsisten, menggeser kasus perdata ke ranah pidana
dan kesulitan dalam pembuktian fakta hukum.22
Akhir-akhir ini sering diberitakan di media massa adanya ketidakpuasan pasien atau
keluarga pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diterima, baik dari dokter
ataupun dari sarana pelayanan kesehatan lainnya. Kesalahan mendiagnosis pasien
mungkin saja terjadi, baik faktor kesengajaan ataupun kelalaian. Dokter adalah
manusia biasa yang tidak lepas dari sifat kesalahan sebagai sifat kodrati manusia
pada umumnya. Ketika telah terjadi kesalahan dalam mendiagnosis dan dapat
dibuktikan kesalahan tersebut tentunya seorang dokter harus
mempertanggungjawabkan terhadap kesalahan atau kekeliruan yang telah
dilakukan.
Adanya tuntutan hukum itu dapat membuat dokter menerapkan defensive medicine
yang pada akhirnya justru akan merugikan masyarakat. Namun sekali lagi,
pelayanan medis yang berimplikasi pada kematian atau kecacatan pasien belumlah
tentu kasus malpraktik.23
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan yaitu
penelitian terhadap data sekunder24, maka pendekatan yang akan digunakan adalah
pendekatan konseptual (conceptual approach) yaitu dengan cara meneliti teori-
teori dan asas-asas hukum serta pendekatan perundang-undangan (normative
approach) yang berkaitan dengan pertanggungjawaban dokter dalam hal kesalahan
diagnosis.
22
Makalah Dr. M. Nasser SpKK.D.Law. Sengketa Medis Dalam Pelayanan Kesehatan. 2011
23
Ari Yunanto & Helmi, 2010, Hukum Pidana Malpraktik Medik, Yogyakarta, Andi Offset, Hlm
3.
24
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Balai Aksara, Jakarta, 1985. Hlm 24
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 41
Rasio tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi per 100.000
penduduk di Kabupaten Lampung Utara selama 5 tahun terakhir masih jauh
dibawah target. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Lampung Utara untuk menambah tenaga medis (dokter)
guna memberikan dan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
1. Pengertian Diagnosis.
Diagnosis adalah identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau membedakan
satu penyakit atau kondisi dari yang lain 25 . Penilaian dapat dilakukan melalui
pemeriksaan fisik, tes laboratorium, atau sejenisnya, dan dapat dibantu oleh
program komputer yang dirancang untuk memperbaiki proses pengambilan
keputusan. Selain itu, diagnosis juga diartikan sebagai hasil dari evaluasi dan itu
mencerminkan temuan.
Diagnosis berfungsi untuk menentukan penyakit yang dialami oleh pasien, dengan
melalui tahapan-tahapan pemeriksaan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pasal 35 ayat (1) UU No 29 Tahun 2009 tentang Praktek
Kedokteran menyebutkan bahwa Dokter atau Dokter gigi yang telah memiliki surat
tanda registrasi mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai
dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas :
a. Mewawancarai pasien;
b. Memeriksa fisik dan mental pasien;
c. Menentukan pemeriksaan penunjang;
d. Menegakkan diagnosis;
e. Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
25
https://putririnriani.wordpress.com/2014/01/15/pengertian-diagnosis-prognosis-mendengar-dan-
mendengarkan/
42 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017
2. Kesalahan Diagnosis
1) Peraturan Perundang-Undangan:
26http://kamuskesehatan.com/arti/Salah-diagnosis/.
27
www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5203cbfe5f6aa/langkah-hukum-jika-dokter-salah-
diagnosis
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 43
Pasal 10: Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala
ilmu dan keterampilan nya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan
pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam
penyakit tersebut.
Pasal 11: dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau
dalam masalah lainnya.
Jadi dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter harus menjalankan tugas
dengan tiga peraturan diatas maka sekalipun dokter tersebut melakukan kesalahan
diagnosis, tindakan dokter tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan
malpraktek medik / kelalaian medik28.
28
ibid
44 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017
Senada dengan yang disebutkan oleh Bapak M. fakih dalam seminar nasionalnya
bahwa dikatakan peniadaan kesalahan medis jika terjadi hal-hal berikut ini29:
a) Risiko dalam pengobatan (Risk of Treatment) yaitu resiko yang melekat
(Inherent Risk), risiki akibat reaksi alergik, risiko komplikasi yang timbul
dalam tubuh pasien.
b) Kecelakaan medis (Mischap, accident, misadventure).
c) Kekeliruan dalam penilaian klinis (Error of Clinical Judgement).
d) Risiko besar yang sudah diketahui (volenti non fit Iniura)
e) Pasien melakukan kelalaian (Contributory negligence)
Untuk menilai apakah kesalahan diagnosis yang dilakukan oleh seorang dokter
termasuk kategori malpraktek medik atau kelalaian medik, dapat ditelaah melalui
standar di atas sebagai berikut30:
1) Dokter harus bekerja secara teliti dan seksama. Apabila memang kesalahan
diagnosis yang dilakukan oleh seorang dokter adalah akibat ketidaktelitiannya,
misalnya salah dalam membaca hasil pemeriksaan laboratorium pasiennya,
maka dokter yang bersangkutan telah memenuhi unsur kelalaian.
2) Dokter dalam mengambil tindakan harus sesuai dengan ukuran ilmu medik.
Apabila dokter tersebut telah melakukan tindakan medik sesuai dengan ukuran
ilmu medik dan terjadi kesalahan diagnosis, maka kesalahan dokter tersebut
tidak dapat dikategorikan sebagai malpraktek medik atau kelalaian medik.
3) Kemampuan rata-rata dibanding kategori keahlian medik yang sama.
4) Dalam situasi kondisi yang sama.
5) Sarana upaya yang sebanding dengan tujuan kongkrit tindakan medik tersebut.
Tidak gampang untuk mengetahui apakah seorang dokter telah melakukan suatu
kesalahan, kelalaian atau malpraktek medic karena untuk menguji apakah yang
dilakukan dokter dalam menjalankan profesinya itu merupakan suatu malpraktik
atau bukan, Leenen menyebutkan lima kriteria, seperti yang dikutip oleh Fred
Ameln31, yaitu:
1) Berbuat secara teliti/seksama (zorgvuldig hendelen) dikaitkan dengan kelalaian
(culpa). Bila seorang dokter bertindak onvoorzichteg, tidak teliti, tidak berhati-
hati, maka ia memenuhi unsur kelalaian; bila ia sangat tidak berhati-hati, ia
memenuhi unsur culpa lata;
2) Yang dilakukan dokter sesuai ukuran ilmu medik (volgens de medische
standard);
29
M. Fakih. 2017. Perlindungan Hukum Tenaga Kesehatan Dalam Melakukan Pelayanan
Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Seminar Nasional. UGM
30
(http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol10135/kesalahan-diagnosis-dokter-tergolong-
malpraktek-atau-kelalaian-medikkah)
31
Fred Ameln, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Jakarta: Grafikatama Jaya, 1991, hlm.87
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 45
Pada Pasal 35 (1) UU Praktek Kedokteran menyebutkan bahwa dokter atau dokter
gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang melakukan
praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang
terdiri atas:
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang;
d. menegakkan diagnosis;
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
32
http://www.medrec07.com/2014/12/pengertian-anamnesa-pemeriksaan-fisik-pemeriksaan-
penunjang-diagnosis-prognosis-terapi-tindakan-medis.html
46 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017
Faktor lain yang tak kalah penting dan dapat mempengaruhi dalam menegakan
diagnosis adalah pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang ini umumnya
dilakukan apabila langkah-langkah pemeriksaan penentuan diagnosis di atas belum
dapat dengan pasti mendiagnosis suatu penyakit yang diderita pasien sehingga
diperlukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis pasti penyakit. Suatu
pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi tertentu guna memperoleh
keterangan yang lebih lengkap.
Tanggung jawab menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Berkewajiban menanggung, memikul tanggung
jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung
akibatnya. Tanggung jawab Hukum adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja
Seorang Dokter dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya juga mempunyai
tanggung jawab dalam bidang hukum, yaitu13:
1) Karena Wanprestasi
Pengertian wanprestasi ialah suatu keadaan dimana seseorang tidak memenuhi
kewajibannya yang didasarkan pada suatu perjanjian atau kontrak.
Pada dasarnya pertanggungjawaban perdata itu bertujuan untuk memperoleh
ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh pasien akibat adanya wanprestasi
atau perbuatan melawan hukum dari tindakan dokter. Menurut ilmu hukum
perdata, seseorang dapat dianggap melakukan wanprestasi apabila: Tidak
melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan, melakukan apa yang
33
https://putririnriani.wordpress.com/2014/01/15/pengertian-diagnosis-prognosis-mendengar-dan-
mendengarkan/
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 47
dijanjikan tetapi terlambat dan melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak
sebagaimana dijanjikan serta melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak
boleh dilakukannya.
Dalam ilmu hukum dikenal 3 katagori dari perbuatan melawan hukum, yaitu
sebagai berikut:
Ada perbedaan penting antara tindak pidana biasa dengan ‘tindak pidana
medis’. Pada tindak pidana biasa yang terutama diperhatikan adalah
‘akibatnya’, sedangkan pada tindak pidana medis adalah ‘penyebabnya’.
Walaupun berakibat fatal, tetapi jika tidak ada unsur kelalaian atau kesalahan
maka dokternya tidak dapat dipersalahkan.
48 Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017
Peraturan yang mengatur tanggung jawab etis dari seorang dokter adalah Kode
Etik Kedokteran Indonesia dan Lafal Sumpah Dokter. Kode etik adalah
pedoman perilaku. Kode Etik Kedokteran Indonesia dikeluarkan dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan no. 434 / Men.Kes/SK/X/1983
Pelanggaran terhadap butir-butir Kode Etik Kedokteran Indonesia ada yang
merupakan pelanggaran etik semata-mata dan ada pula yang merupakan
pelanggaran etik dan sekaligus pelanggaran hukum. Pelanggaran etik tidak
selalu berarti pelanggaran hukum, sebaliknya pelanggaran hukum tidak selalu
merupakan pelanggaran etik kedokteran. Berikut diajukan beberapa contoh:
1) Menarik imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari
keluarga sejawat dokter dan dokter gigi.
Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 49
b. Pelanggaran etikolegal
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan terhadap penelitian tesis ini sesuai dengan pokok
bahasan antara lain:
1. Kabupaten Lampung Utara yang memiliki10 Puskesmas Rawat Inap perlu
menambah tenaga dokter dan melengkapi alat pemeriksaan penunjang agar
tahapan-tahapan diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan baik sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam mendiagnosis penyakit pasien
2. Seorang dokter harus bekerja sesuai peraturan perundang-undangan, kode etik
kedokteran, standar profesi dan standar prosedur operasional agar tidak terjadi
kesalahan diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Yunanto & Helmi, 2010, Hukum Pidana Malpraktik Medik, Yogyakarta, Andi
Offset.
Dalmy Iskandar, 1998, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien, Sinar Grafika,
Jakarta.
https://putririnriani.wordpress.com/2014/01/15/pengertian-diagnosis-prognosis-
mendengar-dan-mendengarkan/
http://kamuskesehatan.com/arti/Salah-diagnosis/.
http://www.medrec07.com/2014/12/pengertian-anamnesa-pemeriksaan-fisik-
pemeriksaan-penunjang-diagnosis-prognosis-terapi-tindakan-medis.html
Iskandar Dalmy, 1998. Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien, Sinar
Grafika, Jakarta