Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan seiring perkembangan zaman, praktik keperawatan juga ikut semakin

berkembang. Perawat merupakan salah satu profesi yang jumlah tenaga kerjanya

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, masih adanya tumpang tindih

antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat lulusan

pendidikan tinggi terkadang masih bingung karena tidak adanya kejelasan tentang

peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat

dianggap sama pengetahuan dan keterampilannya, tanpa memperhatikan latar

belakang ilmiah yang mereka miliki.

Di Indonesia sendiri Undang-Undang yang mengatur tentang Keperawatan

baru disahkan pada tahun 2014. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dari negara-

negara lain, terutama tentang lemahnya regulasi praktik keperawatan, yang

berdampak pada sulitnya menembus globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan

mendapat pengakuan dari negara lain, sementara para perawat dari luar negeriakan

mudah masuk ke negara kita. Belum lagi sejak tahun 2016 Indonesia menyatakan

dirinya untuk mengikuti Program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang menurut

beberapa praktisi, perawat merupakan salah satu profesi dari 8 profesi yang akan

terkena dampak paling besar dari Program MEA ini. Tentu saja hal ini akan

menimbulkan dampak yang besar dimana tenaga keperawatan di Indonesia di

khawatirkan tidak dapat bersaing dengan tenaga luar negeri yang lebih terampil.

1
Apakah harus ada Undang Undang Praktik Keperawatan di bumi pertiwi ini?

Jawaban dari pertanyaan yang amat mendasar, apakah masyarakat Indonesia

mempunyai hak untuk menerima pelayanan keperawatan yang bermutu, adalah

jawaban untuk memastikan bahwa Undang Undang Praktik Keperawatan, terlalu

terlambat untuk disahkan, apalagi untuk dipertanyakan. Sementara negara negara

ASEAN seperti Fhilipina, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki Undang

Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang

lalu.Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk

menghadapi globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja

di negara lain terutama menghadapi persaingan pasar bebas pada Program MEA.

Pentingnya sebagai seorang calon perawat di Indonesia untuk mengetahui aspek-

aspek legal dalam praktik keperawatan, Undang-Undang keperawatan yang sudah

berlaku di Indonesia hingga permasalahan hukum dalam praktik keperawatan

sehingga nantinya akan tumbuh menjadi seorang perawat yang berkompeten dan

terampil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari aspek legal keperawatan?

2. Hukum apakah yang mengatur tentang praktik keperawatan?

3. Apa sajakah permasalahan hukum dalam praktik keperawatan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian aspek legal keperawatan.

2. Untuk mengetahui hukum yang mengatur tentang praktik keperawatan.

3. Untuk mengetahui permasalahan hukum dalam praktik keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aspek Legal Keperawatan

Aspek legal keperawatan adalah aturan dalam memberika asuhan

keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya sebagai

seorang perawat.

Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan yang berkaitan dengan

izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek,yaitu

kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material

diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi

(registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat (SIP). Aspek legal

keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan

kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat

yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin

Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau

berkelompok.yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan.

B. Hukum yang Mengatur Praktik Keperawatan

1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

 Pasal 23 ayat (1) : tenaga kesehatan berwenang untuk

menyelenggarakan praktik kesehatan.

 Pasal 23 ayat (3) : selama memberikan pelayanan

kesehatan, tenanga kesehatan wajib memiliki izin dari

pemerintah

3
2. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

 Pasal 12 ayat (1) : persyaratan sumber daya manusia

sebaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) yaitu rumah

sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputitenaga media

dan penunjang medis, tanaga keperawatan, tenaga

kefarmasian, tenaga manajemen rumah sakit, dan tenaga

non kesehaatan.

3. Undang-undang No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan

 Pasal 2 ayat (11) : Surat Ijin Praktik Perawat atau SIPP

adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah

kepada perawat sebagai pemberian kewenangan untuk

menjalankan praktik keperawatan.

 Pasal 18 ayat (1) : perawat yang menjalankan praktik

keperawatan wajib memiliki Surat Tanda registrasi atau STR

4. Permenkes No. 17 tahun 2013 tentang registrasi dan izin praktik

keperawatan

 Pasal 1 ayat (3) : Surat Izin Praktik Perawat yang

selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis pemberian

kewenangan untuk menjalankan praktik keperawatan di

fasilitas pelayanan kesehatan berupa praktik mandiri

 Pasal 1 ayat (3a) : Surat izin Kerja Perawat yang selanjutnya

disingkat SIKP adalah bukti tertulis pemberian kewenangan

4
untuk menjalankan praktik keperawatan di fasilitas

pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri.

 Pasal 2 ayat (1) : perawat dapat menjalankan praktik

keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

C. Permasalan Hukum dalam Praktik Keperawatan

1. Euthanasia

Euthansia berasal dari kata Yunani Euthanatos, mati dengan baik

tanpa penderitaan. Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter

Belanda), menyatakan Euthansia adalah dengan sengaja tidak melakukan

sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja

melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup

seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.

Menurut Kartono Muhammad, Euthanasia dapat dikelompokkan dalam

4 kelompok yaitu:

1. Euthanasia pasif, mempercepat kematian dengan cara menolak

memberikan/mengambil tindakan pertolongan biasa, atau menghentikan

pertolongan biasa yang sedang berlangsung.

2. Euthanasia aktif, mengambil tindakan secara aktif, baik langsung

maupun tidak langsung yang mengakibatkan kematian.

3. Euthanasia sukarela, mempercepat kematian atas persetujuan atau

permintaan pasien sering disebut juga sebagai merey killing.

4. Euthanasia nonvolountary, mempercepat kematian sesuai dengan

keinginan pasien yang disampaikan oleh atau melalui pihak ketiga, atau

atas keputusan pemerintah.

5
2. Malpraktik Keperawatan

Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktik

mempunyai arti pelaksanaan, sehingga malpraktik berarti pelaksanaan

yang salah. Meskipun definisi harfiahnya demikian, kebanyakan istilah

malpraktik digunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah

dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.

Sedangkan definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari

seorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk

mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam

mengobati dan merawat pasien yang lazim dipergunakan terhadap pasien

atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.

(Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,

California, 1956).

Menurut Hubert W. Smith tindakan malpraktik meliputi 4D, yaitu

timbulnya cedera (dutty) , adanya penyimpangan dalam pelaksanaan

tugas (dereliction), penyimpangan yang akan mengakibatkan kerusakan

(direct caution), dan sang dokter akan menyebabkan kerusakan (damage).

3. Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di

dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup

di dunia luar bila berat badannya telah mencapai lebih daripada 500 gram

atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu (Sastrawinata et al., 2005).

Abortus terbagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan abortus

provokatus. Abortus spontan merujuk kepada keguguran pada kehamilan

kurang dari 20 minggu tanpa adanya tindakan medis atau tindakan bedah
6
untuk mengakhiri kehamilan (Griebel et al., 2005). Sedangkan abortus

provokatus adalah abortus yang terjadi akibat tindakan atau disengaja,

baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat (Mochtar, 1998).

Abortus provokatus terbagi menjadi dua yaitu

a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis

atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu,

misalnya : penyakit jantung, hipertensi esential, dan karsinoma serviks.

Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter ahli

kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau psikolog.

b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah

pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang

yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.

4. Transplantasi Organ

Transplantasi organ adalah rangkaian tindakan media untuk

memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari

tubuh orang lain (homotransplantasi) atau tubuh sendiri (autotransplantasi)

dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh

yang tidak berfungsi dengan baik (pasal 1 butir 5 UUK). Transplantasi

organ yang dilakukan oleh tenaga keperawatan tentu saja merupakan hal

yang diperbolehkan namun jika hal tersebut didunakan untuk kegiatan

komersial tentu saja akan berubah menjadi perbuatan yang illegal karna

akan melanggar kode etik keperawatan.

7
BAB III

STUDI KASUS

A. Studi Kasus Euthanasia

Setiap manusia mempunyai hak-hak yang tidak boleh dilanggar oleh pihak

lain, termasuk pasien dalam hal menerima pelayanan kesehatan dan berhak

hidup serta mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf hidupnya.

Euthanasia sendiri adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk

memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk

memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien.

Kasus euthanasia ini pernah terjadi di Indonesia pada tahun 2004 di Rumah

Sakit Islam, Bogor. Kasus permohonan euthanasia ini diajukan oleh Panca Satrya

Hasan Kusumo selaku suami dari pasien Ny. Agian Isna Nauli Siregar (33 tahun)

yang menderita kerusakan saraf permanen di otak besar kanan dan kiri, otak kecil

kanan dan kiri, batang saraf dan pusat saraf di otak setelah menjalani perawatan

pasca melahirkan dan mengalami koma.

8
Permohonan euthanasia ini diajukan oleh Hasan karena tidak mampu lagi

menyediakan dana untuk pengobatan dan perawatan istrinya juga merasa

kasihan melihat penderitaan yang dialami oleh sang istri dimana kondisi

kesehatan sang istri sudah tidak bisapulih lagi. Hal inilah yang menjadi alasan

Hasan untuk mengajukan permohonan euthanasia aktif yaitu suntik mati kepada

dokter yang menangani istrinya agar penderitaan sang istri tidak berkepanjangan.

Tetapi permohonan suntik mati tersebut ditolak oleh dokter.

Posisi Dokter dalam kasus ini menjadi sangat dilematis, karena di

hadapannya terdapat pasien yang menderita sakit terus menerus, dan mendapat

suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Disini dokter akan berpikiran,

apakah dia akan merawat pasiennya tersebut semampunya, yang diketahui

olehnya bahwa pasien akan tersiksa oleh penyakit yang dideritanya tersebut

ataukah dengan segala pertimbangan yang mendalam, dokter akan mempercepat

kematian dari pasiennya tersebut agar pasien terbebas dari sakit yang teramat

sangat.

Namun masalah yang akan timbul yaitu apakah pasien yang mengalami sakit

yang berat dengan segala rasa sakit itu harus dibiarkan kesakitan terus menerus

dengan bantuan alat – alatmedis, ataukah dengan mempercepat kematiannya.

B. Studi Kasus Malpraktik

Malpraktik dapat diartikan sebagai setiap tindakan medis yang dilakukan oleh

dokter atau oleh orang-orang di bawah pengawasannya atau oleh penyedia jasa

kesehatan yang dilakukan terhadap pasiennya yang dilakukan secara melanggar

9
hukum, kepatutan, kesusilaan, dan prinsip-prinsip professional, baik dilakukan

secara sengaja atau ketidak hati-hatian yang menyebabkan kerugian dari pasien

dalam perawatannya.

contoh kasus malpraktik ini pernah terjadi di kota Bangkinang pada

Februari2014, yaitu seorang pasien datang berobat ke salah satu rumah sakit di

kota Bangkinang, namun karena dokter belum datang, seorang perawat langsung

mengambil alih pekerjaan si dokter, yaitu dengan cara memberi infus pada

pergelangan tangan bagian kanan sipasien. Setelah beberapa jam, ternyata tidak

ada perubahan atau penyembuhan yang berarti,perawatpun langsung

memindahkan infus tersebut ke pergelangan tangan kiri pasien, tetapi hal tersebut

malah menyebabkan tangan pasien menjadi hitam, hangus, dan terbakar.

Contoh kasus lain, yaitu kisah yang dialami oleh Hendri (25 tahun), ayah dari

bayi bernama Evan yang baru lahir satu malam di Rumah Sakit Fatmawati,

JakartaSelatan pada 19 Maret 2013 yang lalu. Evan mengalami bercak

kemerahan, kemudian panas tinggi setelah disuntik perawat dan akhirnya

meninggal. Seharusnya Evan tidak boleh diberikan suntikan karena merupakan

10
bayi yang barulahir secara prematur, tetapi perawat memberikan suntikan

imunisasi dengan menganggap bahwa tindakannya adalah benar.

Kedua contoh kasus di atasmelanggar ketentuan Pasal 30, 35, dan 38

Undang-Undang No. 38Tahun 2014 Tentang Keperawatan(selanjutnya disebut

dengan Undang-undang Keperawatan). Pasal 30 yang mengatur tentang

wewenang perawat, pada ayat (1) huruf h menyebutkan bahwa: “Dalam

menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya

kesehatan perorangan,Perawat berwenang memberikan konsultasi Keperawatan

dan berkolaborasi dengan dokter”.

C. Studi Kasus Abortus

Abortus atau aborsi adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup

di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Aborsi merupakan cara yang

paling sering digunakan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan. Di

Indonesia, angka kejadian aborsi sangatlah tinggi, bahkan setiap tahunnya dapat

meningkat.

Contoh kasus aborsi pernah terjadi pada bulan desember 2015, kasus ini

terjadi di Tegal. sepasang kekasih bernama Fajar Sutrisno (21 tahunApriliani


11
Wulandari (20 tahun) ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka oleh Aparat

Polres Tegal karena telah menggugurkan kandungan dengan menggunakan jamu

seduh pelancar haid selama satu minggu.4 Akibat dari perbuatan tersebut,

Apriliani mengalami pendarahan dan harus dirujuk ke rumah sakit di wilayah

Adiwerna, Tegal, Jawa Tengah .

Kasus lainnya terjadi pada awal bulan Januari 2016 di daerah Medan,

Sumatera Utara. Sepasang kekasih di Medan ditangkap oleh Aparat Polda

Sumatera Utara karena telah melakukan aborsi dan pembuangan bayi.7

Tersangka diketahui melakukan aborsi sendiri di dalam kamar mandi rumahnya,

setelah mengkonsumsi obat penggugur kandungan yang dibeli oleh kekasihnya

dari internet.

D. Studi Kasus Transplantasi Organ

Pada umumnya transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia diperoleh

oleh penerima dari keluarga terdekat. Sebagai seorang calon pendonor organ,

kedekatan sifat dasar kondisi kesehatan fisik dan kelayakan secara kesehatan

menjadi pertimbangan mengapa donor organ umumnya dilakukan antar keluarga

yang memiliki pertalian kekerabatan dengan harapan memiliki kesamaan

golongan darah dan kesamaan dalam sifat dan karakter antibodi/kekebalan tubuh

serta terkait masalah etika dan kemanusiaan.

12
Transplantasi organ yang paling sering terjadi adalah transplantasi ginjal,

transplantasi ginjal pertamakali dilakukan oleh Dr. Joseph Murray dan Dr. David

Hume, BrighamHospital, Boston, Massachussetts. Dr Joseph Murray dan timnya

mentransplantasikan ginjal dari Ronald Herrick kepada saudara kembarnya yang

sekarat Richard. Operasi tersebut menyelamatkan nyawa saudara kembarnya.

Ginjal biasanya didonorkan pada saat pendonor meninggal (in articulo mortis),

akan tetapi 1/3 biasanya pada saat pendonor hidup, dan pendonor ini dapat

melanjutkan kehidupannya hanya dengan satu ginjal.

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aspek legal keperawatan adalah aturan dalam memberika asuhan

keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya sebagai seorang

perawat. Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan yang berkaitan dengan

izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek ,yaitu

kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh

sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered

nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat (SIP).

Fungsi hukum dari aspek legal dalam praktik keperawatan merupakan suatu

pedoman atau kerangka dalam menjalankan praktik keperawatan. Dengan

hukum tersebut, perawat dapat menentukan batas – batas kewenangan serta

hak dan tanggung jawab sebagai perawat.

B. Saran

Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam memberikan asuhan

keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam

menyelesaikan masalah kesehatan dan kompleks, memberikan tindakan

keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam rangka

penyelesaian masalah keperawatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar

manusia dalam upaya memandirikan sistem klien, memberikan pelayanan

keperawatan disarana kesehatan dan tatanan lainnya, memberikan pengobatan

14
dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan

normal dan menulis permintaan obat, melaksanakan program pengobatan secara

tertulis dari dokter. Untuk menunjang kegiatan tersebut seorang perawat

diharapkan terdaftar pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non

pemerintah.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31675/Chapter%20II.pdf;jses

sionid=DF6B8F64E6090DAB930310DC21F51B18?sequence=4diakses pada jumat

8 september 2017 pukul 13.06

http://eprints.ung.ac.id>2013-2-74201-271 (diunduh pada 7 September 2017 pukul

17.17)

(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11885&val=873) (diakses

Kamis, 7 September 2017 pukul 23.35)

Kartono Muhammad, Tekhnologi Kedokteran Dan Tantangannya Terhadap Biotika.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1992. Hal 105.)

(www.hukor.depkes.go.id>produk_hukum/PMK) (di unduh 6 September 2017 pukul

21.00)

(http://www.kemenkopmk.go.id>files) (diunduh 6 september 2017 pukul 20.55

(www.depkes.go.id>download>peraturan>UU-No-25-th-2009 (diunduh 6 september

2017 pukul 20.50)

(http://sireka.pom.go.id>requirement.UU-30 (diunduh 6 september 2017 pukul 20.45)

(https://mustafatanjong.blogspot.co.id/2016/06/makalah-aspek-legal-

keperawatan.html) (diunduh 11 September 2017 pukul 21.00)

(http://azizahfifi1.blogspot.co.id/2014/10/makalah-aspek-legal-keperawatan.html)

(diunduh 11 September 2017 pukul 22.08)


16
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=vi

ew&typ=html&id=100208&ftyp=potongan&potongan=S1-2016-334406-

introduction.pdf

http://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/jm/article/download/45/34/

https://media.neliti.com/media/publications/34295-ID-tinjauan-yuridis-terhadap-

malpraktik-yang-dilakukan-oleh-perawat-pada-rumah-saki.pdf

https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/03/Contoh-NA-Transplantasi-Organ-

Manusia.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai