Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASPEK LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

- Diana Aulia ( pemateri )

- Nina Nurul Chasanah ( pemateri )

- Novi Rohmawati ( pemateri )

- Tomi Ihsan Muhaafidhin ( pemateri )

- Zindya Dwi Indah Mekarsari( pemateri )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KALTIM

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2017/2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah kami yang berjudul “Menerapkan Aspek Legal dalam Keperawatan”.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar

kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan

yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah

serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

untuk menyelesaikan makalah ini yaitu, dosen pembimbing kami Bapak Ns.

Parellangi, S.Kep., M.kep., M. H, kedua orang tua, dan teman-teman yang

telah memberikan bantuannya hingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca

makalah ini. Dan kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh

dari sempurna, baik dari segi penyusunan, pembahasannya, ataupun

penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan

dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan

datang.

Samarinda, 19 September 2017

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan seiring perkembangan zaman, praktik keperawatan juga ikut

semakin berkembang. Perawat merupakan salah satu profesi yang jumlah

tenaga kerjanya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, masih

adanya tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi

dan beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi terkadang masih bingung

karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal

ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan

keterampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka

miliki.

Di Indonesia sendiri Undang-Undang yang mengatur tentang

Keperawatan baru disahkan pada tahun 2014. Hal ini mengakibatkan kita

tertinggal dari negara-negara lain, terutama tentang lemahnya regulasi praktik

keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus globalisasi. Perawat

kita sulit memasuki dan mendapat pengakuan dari negara lain, sementara para

perawat dari luar negeri akan mudah masuk ke negara kita. Belum lagi sejak

tahun 2016 Indonesia menyatakan dirinya untuk mengikuti Program Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA), yang menurut beberapa praktisi, perawat merupakan

salah satu profesi dari 8 profesi yang akan terkena dampak paling besar dari

Program MEA ini. Tentu saja hal ini akan menimbulkan dampak yang besar
dimana tenaga keperawatan di Indonesia di khawatirkan tidak dapat bersaing

dengan tenaga luar negeri yang lebih terampil.

Apakah harus ada Undang Undang Praktik Keperawatan di bumi pertiwi

ini? Jawaban dari pertanyaan yang amat mendasar, apakah masyarakat

Indonesia mempunyai hak untuk menerima pelayanan keperawatan yang

bermutu, adalah jawaban untuk memastikan bahwa Undang Undang Praktik

Keperawatan, terlalu terlambat untuk disahkan, apalagi untuk dipertanyakan.

Sementara negara negara ASEAN seperti Fhilipina, Thailand, Singapore,

Malaysia, sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing

Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu. Mereka siap untuk melindungi

masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk menghadapi globalisasi perawat

asing masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain terutama

menghadapi persaingan pasar bebas pada Program MEA. Pentingnya sebagai

seorang calon perawat di Indonesia untuk mengetahui aspek-aspek legal dalam

praktik keperawatan, Undang-Undang keperawatan yang sudah berlaku di

Indonesia hingga permasalahan hukum dalam praktik keperawatan sehingga

nantinya akan tumbuh menjadi seorang perawat yang berkompeten dan

terampil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari aspek legal keperawatan?

2. Hukum apakah yang mengatur tentang praktik keperawatan?

3. Apa sajakah permasalahan hukum dalam praktik keperawatan?


Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian aspek legal keperawatan.

2. Untuk mengetahui hukum yang mengatur tentang praktik keperawatan.

3. Untuk mengetahui permasalahan hukum dalam praktik keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aspek Legal Keperawatan

Aspek legal keperawatan adalah aturan dalam memberika asuhan

keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya sebagai

seorang perawat.

Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan yang

berkaitan dengan izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan

memiliki dua aspek,yaitu kewenangan material dan kewenangan formal.

Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi

dan kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin

Perawat (SIP). Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya

adalah izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk

melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja

di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja

secara perorangan atau berkelompok.yang dikeluarkan oleh Departemen

Kesehatan.

B. Hukum yang Mengatur Praktik Keperawatan

1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

 Pasal 23 ayat (1) : tenaga kesehatan berwenang untuk

menyelenggarakan praktik kesehatan.

 Pasal 23 ayat (3) : selama memberikan pelayanan

kesehatan, tenanga kesehatan wajib memiliki izin dari

pemerintah
2. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

 Pasal 12 ayat (1) : persyaratan sumber daya manusia

sebaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) yaitu

rumah sakit harus memiliki tenaga tetap yang

meliputitenaga media dan penunjang medis, tanaga

keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen

rumah sakit, dan tenaga non kesehaatan.

3. Undang-undang No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan

 Pasal 2 ayat (11) : Surat Ijin Praktik Perawat atau SIPP

adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah

Daerah kepada perawat sebagai pemberian

kewenangan untuk menjalankan praktik keperawatan.

 Pasal 18 ayat (1) : perawat yang menjalankan praktik

keperawatan wajib memiliki Surat Tanda registrasi atau

STR

4. Permenkes No. 17 tahun 2013 tentang registrasi dan izin

praktik keperawatan

 Pasal 1 ayat (3) : Surat Izin Praktik Perawat yang

selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis


pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik

keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan berupa

praktik mandiri

 Pasal 1 ayat (3a) : Surat izin Kerja Perawat yang

selanjutnya disingkat SIKP adalah bukti tertulis

pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik

keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan di luar

praktik mandiri.

 Pasal 2 ayat (1) : perawat dapat menjalankan praktik

keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

C. Permasalan Hukum dalam Praktik Keperawatan

1. Euthanasia

Euthansia berasal dari kata Yunani Euthanatos, mati dengan baik

tanpa penderitaan. Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan

Dokter Belanda), menyatakan Euthansia adalah dengan sengaja

tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang

pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup

atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk

kepentingan pasien sendiri.

Menurut Kartono Muhammad, Euthanasia dapat dikelompokkan

dalam 4 kelompok yaitu:


1. Euthanasia pasif, mempercepat kematian dengan cara menolak

memberikan/mengambil tindakan pertolongan biasa, atau

menghentikan pertolongan biasa yang sedang berlangsung.

2. Euthanasia aktif, mengambil tindakan secara aktif, baik

langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan kematian.

3. Euthanasia sukarela, mempercepat kematian atas persetujuan

atau permintaan pasien sering disebut juga sebagai merey killing.

4. Euthanasia nonvolountary, mempercepat kematian sesuai

dengan keinginan pasien yang disampaikan oleh atau melalui pihak

ketiga, atau atas keputusan pemerintah.

2. Malpraktik Keperawatan

Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktik

mempunyai arti pelaksanaan, sehingga malpraktik berarti

pelaksanaan yang salah. Meskipun definisi harfiahnya demikian,

kebanyakan istilah malpraktik digunakan untuk menyatakan adanya

tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.

Sedangkan definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian

dari seorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan)

untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan

dalam mengobati dan merawat pasien yang lazim dipergunakan

terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran


dilingkungan yang sama. (Valentin v. La Society de Bienfaisance

Mutuelle de Los Angelos, California, 1956)

Menurut Hubert W. Smith tindakan malpraktik meliputi 4D, yaitu

timbulnya cedera (dutty) , adanya penyimpangan dalam pelaksanaan

tugas (dereliction), penyimpangan yang akan mengakibatkan

kerusakan (direct caution), dan sang dokter akan menyebabkan

kerusakan (damage).

3. Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup

di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru

mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai lebih

daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu

(Sastrawinata et al., 2005). Abortus terbagi atas dua golongan yaitu

abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan merujuk

kepada keguguran pada kehamilan kurang dari 20 minggu tanpa

adanya tindakan medis atau tindakan bedah untuk mengakhiri

kehamilan (Griebel et al., 2005). Sedangkan abortus provokatus

adalah abortus yang terjadi akibat tindakan atau disengaja, baik

dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat (Mochtar, 1998).

Abortus provokatus terbagi menjadi dua yaitu

a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus

artificialis atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk


kepentingan ibu, misalnya : penyakit jantung, hipertensi esential,

dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang

terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri,atau

psikolog.

b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah

pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh

orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.

4. Transplantasi Organ

Transplantasi organ adalah rangkaian tindakan media untuk

memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal

dari tubuh orang lain (homotransplantasi) atau tubuh sendiri

(autotransplantasi) dalam rangka pengobatan untuk menggantikan

organ atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik (pasal 1

butir 5 UUK). Transplantasi organ yang dilakukan oleh tenaga

keperawatan tentu saja merupakan hal yang diperbolehkan namun

jika hal tersebut didunakan untuk kegiatan komersial tentu saja akan

berubah menjadi perbuatan yang illegal karna akan melanggar kode

etik keperawatan.

BAB III
STUDI KASUS

A. Studi Kasus Euthanasia

Setiap manusia mempunyai hak-hak yang tidak boleh dilanggar oleh

pihak lain, termasuk pasien dalam hal menerima pelayanan kesehatan dan

berhak hidup serta mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf

hidupnya.

Euthanasia sendiri adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu

untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan

sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien.

Kasus euthanasia ini pernah terjadi di Indonesia pada tahun 2004 di

Rumah Sakit Islam, Bogor. Kasus permohonan euthanasia ini diajukan oleh

Panca Satrya Hasan Kusumo selaku suami dari pasien Ny. Agian Isna Nauli

Siregar (33 tahun) yang menderita kerusakan saraf permanen di otak besar

kanan dan kiri, otak kecil kanan dan kiri, batang saraf dan pusat saraf di otak

setelah menjalani perawatan pasca melahirkan dan mengalami koma.


Permohonan euthanasia ini diajukan oleh Hasan karena tidak mampu

lagi menyediakan dana untuk pengobatan dan perawatan istrinya juga

merasa kasihan melihat penderitaan yang dialami oleh sang istri dimana

kondisi kesehatan sang istri sudah tidak bisa pulih lagi. Hal inilah yang

menjadi alasan Hasan untuk mengajukan permohonan euthanasia aktif yaitu

suntik mati kepada dokter yang menangani istrinya agar penderitaan sang

istri tidak berkepanjangan. Tetapi permohonan suntik mati tersebut ditolak

oleh dokter.

Posisi Dokter dalam kasus ini menjadi sangat dilematis, karena di

hadapannya terdapat pasien yang menderita sakit terus menerus, dan

mendapat suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Disini dokter akan

berpikiran, apakah dia akan merawat pasiennya tersebut semampunya, yang

diketahui olehnya bahwa pasien akan tersiksa oleh penyakit yang dideritanya

tersebut ataukah dengan segala pertimbangan yang mendalam, dokter akan

mempercepat kematian dari pasiennya tersebut agar pasien terbebas dari

sakit yang teramat sangat.

Namun masalah yang akan timbul yaitu apakah pasien yang mengalami

sakit yang berat dengan segala rasa sakit itu harus dibiarkan kesakitan terus

menerus dengan bantuan alat – alat medis, ataukah dengan mempercepat

kematiannya.

B. Studi Kasus Malpraktik


Malpraktik dapat diartikan sebagai setiap tindakan medis yang dilakukan

oleh dokter atau oleh orang-orang di bawah pengawasannya atau oleh

penyedia jasa kesehatan yang dilakukan terhadap pasiennya yang dilakukan

secara melanggar hukum, kepatutan, kesusilaan, dan prinsip-prinsip

professional, baik dilakukan secara sengaja atau ketidak hati-hatian yang

menyebabkan kerugian dari pasien dalam perawatannya.

contoh kasus malpraktik ini pernah terjadi di kota Bangkinang pada

Februari 2014, yaitu seorang pasien datang berobat ke salah satu rumah

sakit di kota Bangkinang, namun karena dokter belum datang, seorang

perawat langsung mengambil alih pekerjaan si dokter, yaitu dengan cara

memberi infus pada pergelangan tangan bagian kanan si pasien. Setelah

beberapa jam, ternyata tidak ada perubahan atau penyembuhan yang

berarti, perawat pun langsung memindahkan infus tersebut ke pergelangan

tangan kiri pasien, tetapi hal tersebut malah menyebabkan tangan pasien

menjadi hitam, hangus, dan terbakar.


Contoh kasus lain, yaitu kisah yang dialami oleh Hendri (25 tahun), ayah

dari bayi bernama Evan yang baru lahir satu malam di Rumah Sakit

Fatmawati, Jakarta Selatan pada 19 Maret 2013 yang lalu. Evan mengalami

bercak kemerahan, kemudian panas tinggi setelah disuntik perawat dan

akhirnya meninggal. Seharusnya Evan tidak boleh diberikan suntikan karena

merupakan bayi yang baru lahir secara prematur, tetapi perawat memberikan

suntikan imunisasi dengan menganggap bahwa tindakannya adalah benar.

Kedua contoh kasus di atas melanggar ketentuan Pasal 30, 35, dan 38

Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan (selanjutnya

disebut dengan Undang undang Keperawatan). Pasal 30 yang mengatur

tentang wewenang perawat, pada ayat (1) huruf h menyebutkan bahwa:

“Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang

upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang memberikan konsultasi

Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter”.

C. Studi Kasus Abortus

Abortus atau aborsi adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat

hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Aborsi merupakan

cara yang paling sering digunakan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak

diinginkan. Di Indonesia, angka kejadian aborsi sangatlah tinggi, bahkan

setiap tahunnya dapat meningkat.


Contoh kasus aborsi pernah terjadi pada bulan desember 2015, kasus ini

terjadi di Tegal. sepasang kekasih bernama Fajar Sutrisno (21 tahunApriliani

Wulandari (20 tahun) ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka oleh

Aparat Polres Tegal karena telah menggugurkan kandungan dengan

menggunakan jamu seduh pelancar haid selama satu minggu.4 Akibat dari

perbuatan tersebut, Apriliani mengalami pendarahan dan harus dirujuk ke

rumah sakit di wilayah Adiwerna, Tegal, Jawa Tengah .

Kasus lainnya terjadi pada awal bulan Januari 2016 di daerah Medan,

Sumatera Utara. Sepasang kekasih di Medan ditangkap oleh Aparat Polda

Sumatera Utara karena telah melakukan aborsi dan pembuangan bayi.7

Tersangka diketahui melakukan aborsi sendiri di dalam kamar mandi

rumahnya, setelah mengkonsumsi obat penggugur kandungan yang dibeli

oleh kekasihnya dari internet.

D. Transplantasi Organ
Pada umumnya transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia

diperoleh oleh penerima dari keluarga terdekat. Sebagai seorang calon

pendonor organ, kedekatan sifat dasar kondisi kesehatan fisik dan kelayakan

secara kesehatan menjadi pertimbangan mengapa donor organ umumnya

dilakukan antar keluarga yang memiliki pertalian kekerabatan dengan

harapan memiliki kesamaan golongan darah dan kesamaan dalam sifat dan

karakter antibodi/kekebalan tubuh serta terkait masalah etika dan

kemanusiaan.

Transplantasi organ yang paling sering terjadi adalah transplantasi ginjal,

transplantasi ginjal pertamakali dilakukan oleh Dr. Joseph Murray dan Dr.

David Hume, Brigham Hospital, Boston, Massachussetts. Dr Joseph Murray

dan timnya mentransplantasikan ginjal dari Ronald Herrick kepada saudara

kembarnya yang sekarat Richard. Operasi tersebut menyelamatkan nyawa

saudara kembarnya. Ginjal biasanya didonorkan pada saat pendonor

meninggal (in articulo mortis), akan tetapi 1/3 biasanya pada saat pendonor
hidup, dan pendonor ini dapat melanjutkan kehidupannya hanya dengan satu

ginjal.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Aspek legal keperawatan adalah aturan dalam memberika asuhan

keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya sebagai

seorang perawat. Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan yang

berkaitan dengan izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki

dua aspek,yaitu kewenangan material dan kewenangan formal.

Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan

kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat

(SIP).

Fungsi hukum dari aspek legal dalam praktik keperawatan

merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam menjalankan praktik

keperawatan. Dengan hukum tersebut, perawat dapat menentukan batas –

batas kewenangan serta hak dan tanggung jawab sebagai perawat.

B. Saran

Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam

memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah

kesehatan dan kompleks, memberikan tindakan keperawatan

langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam rangka


penyelesaian masalah keperawatan melalui pemenuhan kebutuhan

dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem klien,

memberikan pelayanan keperawatan disarana kesehatan dan

tatanan lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan medik

terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal

dan menulis permintaan obat, melaksanakan program pengobatan

secara tertulis dari dokter. Untuk menunjang kegiatan tersebut

seorang perawat diharapkan terdaftar pada badan resmi baik milik

pemerintah maupun non pemerintah. 

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31675/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=DF6B8F64E6090DAB930310DC21F51B18?sequence=4
diakses pada jumat 8 september 2017 pukul 13.06

http://eprints.ung.ac.id>2013-2-74201-271 (diunduh pada 7 September 2017 pukul


17.17)

(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11885&val=873) (diakses Kamis, 7


September 2017 pukul 23.35)

Kartono Muhammad, Tekhnologi Kedokteran Dan Tantangannya Terhadap Biotika. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. 1992. Hal 105.)

(www.hukor.depkes.go.id>produk_hukum/PMK) (di unduh 6 September 2017 pukul


21.00)

(http://www.kemenkopmk.go.id>files) (diunduh 6 september 2017 pukul 20.55

(www.depkes.go.id>download>peraturan>UU-No-25-th-2009 (diunduh 6 september


2017 pukul 20.50)

(http://sireka.pom.go.id>requirement.UU-30 (diunduh 6 september 2017 pukul 20.45)

(https://mustafatanjong.blogspot.co.id/2016/06/makalah-aspek-legal-keperawatan.html)
(diunduh 11 September 2017 pukul 21.00)

(http://azizahfifi1.blogspot.co.id/2014/10/makalah-aspek-legal-keperawatan.html)
(diunduh 11 September 2017 pukul 22.08)
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?

mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&id=100208&ftyp=poto

ngan&potongan=S1-2016-334406-introduction.pdf

http://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/jm/article/download/45/34/

https://media.neliti.com/media/publications/34295-ID-tinjauan-yuridis-terhadap-

malpraktik-yang-dilakukan-oleh-perawat-pada-rumah-saki.pdf

https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/03/Contoh-NA-Transplantasi-Organ-

Manusia.pdf

Anda mungkin juga menyukai