Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam garis-garis besar haluan negara tahun 1988 di tegaskan
bahwa tujuan program kb nasional adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak, dan mewujudkan keluarga kecil  bahagia
sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera
melalui  pengendalian kelahiran dalam upaya menjamin terkendalinya
pertumbuhan penduduk indonesia. Selain itu untuk mendukung usaha
tersebut, perlu ditingkatkan usaha-usaha pengembangan kualitas
sumberdaya manusia dalam kaitan dengan pembangunan jangka panjang
tahap kedua atau kebangkitan kb kedua. Dalam usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan bangsa, pemerintah telah dan sedang lakukan pembangunan
di segala bidang, termasuk usaha-usaha untuk mengatasi masalah
kependudukan.
Berbagai masalah kependudukan tersebut meliputi, antara lain
pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak
merata, penduduk usia muda yang besar, kualitas sumber daya manusia
yang masih relatif rendah. Pada dasarnya tujuan kb nasional mencakup
dua hal, yaitu kuantitatif dan kualitatif, tujuan kuantitatif adalah
menurunkan dan mengendalikan  pertumbuhan penduduk. Sedangkan
tujuan kualitatif adalah untuk menciptakan atau mewujudkan norma
keluarga kecil bahagia sejahtera.
.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari program KB ?
2. Apa tujuan dari program KB ?
3. Siapa sasaran dari program KB ?
4. Apa saja strategi-strategi program gerakan KB Nasional?
5. Apa saja prioritas penggarapan program KB ?

1
6. Bagaimana pola operasional program KB ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui, menguasai, dan mampu menjelaskan mengenai
Program Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Pembinaan Pos KB
Desa.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari program KB
b. Mengetahui tujuan dari program KB
c. Mengetahui sasaran dari program KB
d. Mengetahui strategi-strategi program gerakan KB nasional
e. Mengetahui prioritas penggarapan program KB
f. Mengetahui pola operasional program KB

D. Sistematika Penulisan
Makalah dengan bahasan utama mengenai Program Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat Pembinaan Pos KB Desa terdiri dari tiga sub-
bab secara garis besar yang terdiri atas bab pertama yang membahas
mengenai pendahuluan, bab kedua membahas mengenai tinjauan teori, dan
bab terakhir sebagai penutup.
Pada pembahasan makalah di bab I terdiri atas latar belakang yang
membahas mengenai Program Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat
Pembinaan Pos KB Desa secara garis besar dan memaparkan
permasalahan yang disusun lebih spesifik dan dipaparkan pada Rumusan
Masalah dengan memberikan pertanyaan seputar rumusan permasalahan
sesuai dengan RPS, dilanjutkan dengan tujuan pembahasan mengenai
Program Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Pembinaan Pos KB Desa.
Pada bab II memaparkan pembahasan mengenai Tinjauan Teori
yang berisi bahasan secara mendetail mengenai Program Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat Pembinaan Pos KB Desa dengan sub

2
pembahasan di awal mengenai definisi program KB, tujuan program KB,
sasaran program KB, strategi-strategi program gerakan KB nasional,
prioritas penggarapan program KB, hingga pola operasional program KB..
Pada bab III memaparkan mengenai penutup makalah yang
membahas mengenai kesimpulan dari keseluruhan bahasan mengenai
Program Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Pembinaan Pos KB Desa,
dan dilanjutkan dengan saran sebagai pembangun dalam pembuatan
makalah di kemudian hari.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Program KB
Undang-undang No.10 tahun 1992 membahas mengenai pengertian
dari Program KB sebagai upaya peningkatkan kepedulian masyarakat
dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera. Keluarga
Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha
untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
dengan memakai kontrasepsi. WHO (Expert Committe, 1970) mengartikan
Program KB tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk mendapatkan
objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

B. Tujuan Program KB
Dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa,
pemerintah telah dan sedang lakukan pembangunan di segala bidang,
termasuk usaha-usaha untuk mengatasi masalah kependudukan. Berbagai
masalah kependudukan tersebut meliputi, antara lain pertumbuhan
penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, penduduk
usia muda yang besar, kualitas sumber daya manusia yang masih relatif
rendah.
Untuk mengatasi salah satu masalah kependudukan tersebut,
pemerintah sejak Pelita I telah melakukan usaha mendasar melalui
Program Keluarga Berencana (KB), yang sejak Pelita V berkembang
menjadi gerakan KB nasional. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
tahun 1988 di tegaskan bahwa tujuan program KB nasional adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, dan mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang
sejahtera melalui pengendalian kelahiran dalam upaya menjamin

4
terkendalinya pertumbuhan penduduk indonesia. Selain itu untuk
mendukung usaha tersebut, perlu ditingkatkan usaha-usaha pengembangan
kualitas sumberdaya manusia dalam kaitan dengan pembangunan jangka
panjang tahap kedua atau kebangkitan KB kedua.
Pada dasarnya tujuan KB nasional mencakup dua hal, yaitu
kuantitatif dan kualitatif, tujuan kuantitatif adalah menurunkan dan
mengendalikan pertumbuhan penduduk. Sedangkan tujuan kualitatif
adalah untuk menciptakan atau mewujudkan norma keluarga kecil bahagia
sejahtera.
Tujuan gerakan KB diatas dapat dirinci sebagai berikut:
1. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh
lapisan masyarakat dan potensi yang ada.
2. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta
kualitas peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan
mantap dengan pelayanan bermutu.
3. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup,
menurunkan tingkat kematian bayi dan anak-anak dibawah usia
lima tahun serta memperkecil kematian ibu karena resiko
kehamilan dan persalinan.
4. Meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat terhadap masalah
kependudukan yang menjurus kearah penerimaan, penghayatan dan
pengalaman norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera
sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung jawab.
5. Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita, pria dan
generasi muda dalam pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan
masalah kependudukan.
6. Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta
keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB nasional
sehingga lebih mampu meningkatkan kemandiriannya di wilayah
masing-masing.

5
7. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumberdaya
manusia untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam mempercepat
pelembagaan nilai-nilai keluarga kecil.
8. Meratakan penggarapan gerakan KB ke seluruh wilayah tanah air
dan lapisan masyarakat perkotaan, pedesaan, transmigrasi, kumuh,
miskin dan daerah pantai.
9. Meningkatnya jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan
KB nasional yang mampu memberikan pelayanan KB yang dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat di seluruh pelosok tanah
air dengan kualitas dan kenyamanan yang memenuhi harapan.

C. Sasaran Program KB
Berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu pelembagaan
norma keluarga kecil yang bahagia sejahtera (NKKBS), maka dalam
penggarapan program diperlukan penentuan targer sasaran. Dalam hal ini
target sasaran yang akan dituju meliputi berbagai dimensi, antara lain:
1. Pasangang usia subur merupakan sasaran utama gerakan KB
nasional. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur
antara 15-49 tahun. Untuk mendapatkan dampak pada penurunan
fertilitas yang tinggi, sasaran PUS ditekankan pasa PUS dengan
Paritas (jumlah anak yang dimiliki) rendah (PUSPAR), khususnya
PUS yang berusia muda dan berparitas rendah (PUSMUPAR)
sebagai sasaran prioritas. Sasaran ini diarahkan untuk
menggunakan kontrasepsi efektif terpilih sehingga jumlah anak
yang dilahirkan dapat mendukung pelembagaan norma keluarga
kecil.
2. Nir PUS adalah semua anggota masyarakat selain PUS, seperti
anak-anak pra sekolah dan dalam usia sekolah, remaja, orang
dewasa yang belum menikah atau kelompok generasi muda dan
generasi yang lebih tua. Generasi muda disini sebagai sasaran

6
gerakan KB nasional, mempunyai makana dan nilai strategi dan
politis, juga berpotensi untuk menjadi motivator.
3. Sasaran institusional. Meliputi organisasi-organisasi, lembaga
kemayarakatan, instansi pemerintah dan instansi swasta, institusi-
institusi ini akan terus dibina dan dimantapkan peranannya
sehingga secara berangsur-angsur dapat melakukan alih peran
dalam pengelolaan gerakan KB nasional. Disamping itu institusi-
institusi ini diharapkan menjadi basis operasional di lini lapangan.
4. Sasaran wilayah. Diarahkan untuk dapat mencapai penggarapan
program wilayah paripurna, sesuai dengan kondisi pencapaian
program, kondisi potensi wilayah dan kondisi geografisnya, dengan
kata lain, sasaran wilayah ini diutamakan untuk peningkatan
pemerataan penggarapan program.

D. Strategi Strategi Program Gerakan KB Nasional


Dalam rangka mendukung kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut,
dimasa yang akan datang maka akan tetap diteruskan berbagai strategi
yang telah dikembangkan sebagaimana di uraikan dibawah ini:
1. Strategi Dasar Gerakan KB Nasional
Strategi dasar gerakan KB nasional diwujudkan dalam
pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan
program untuk menjamin pelaksanaan kebijaksanaan yang
meliputi:
i. Pendekatan Politis
Dalam rangka melibatkan masyarakat secara
langsung dalam kegiatan KB nasional, kesepakatan politis
baik dari masyarakat maupun pemerintah merupakan kunci
keberhasilan penting. Kesepakatan politis oleh masyarakat
dapat disalurkan melalui wakil-wakil yang duduk dalam
majelis permusyawaratan rakyat (MPR) tentang perlunya
keberhasilan pelaksanaan gerakan KB nasional yang

7
dituangkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara berupa
ketetapan-ketetapan yang wajib dilaksanakan oleh seluruh
rakyat Indonesia. Kesepakatan ini merupakan kesepakatan
politis pada tingkat nasional yang selanjutnya di jabarkan
secara operasional pada berbagai tingkat dan lapangan
(Provinsi, Kabupaten/Kotamadya, Kecematan dan Desa).
Penjabaran kesepakatan politis pada tingkat lapangan ini
sangat penting karena akhirnya pelaksanaan gerakan KB
nasional banyak dilaksananakan di lapangan terutama di
tingkat pedukuhan dan pedesaan hingga pada setiap
pasanagan suami istri (PUS).
Kesepakatan politis pada tingkat lapangan sangat di
tentukan oleh peranan pemerintah daerah (Gubernur,
Bupati/Walikota,Camat dan Kepala Desa) dalam upaya
memupuk dan menumbuhkembangkan partisipasi
masyarakat, institusi/instansi pemerintahan dan swasta yang
ada di wilayahnya. Dengan kesepakatan politik yang besar
ini gerakan KB nasional makin mendapat dukungan yang
lebih luas dari seluruh lapisan masyarakat.
ii. Pendekatan Integratif
Guna meletakkan posisi yang lebih mantap bagi
usaha pelembagaan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera dalam kontelasi pembangunan secara menyeluruh,
koordinasi fungsional dan keterpaduan penggarapan dengan
berbagai sektor pembangunan lainnya akan lebih
dikembangkan dan dimantapkan. Hal ini dimaksudkan
untuk lebih memperkuat kesepakatan-kesepakatan yang
diperlukan sebagai dukungan bagi keberhasilan gerakan kb
nasional. Strategi pengelolaan program semakin di
usahakan untuk penggarapan potensi lain yang ada pada
instansi atau lembaga fungsional yang relevan, sehingga

8
merupakan program terpadu yang menguntungkan semua
pihak.
iii. Pendekatan Kemasyarakatan
Pendekatan ini bertujuan menggalakkan partisipasi
masyarakat dalam gerakan KB nasional. Penggalangan ini
di lakukan melalui berbagai jalur sosial budaya, terutama
melalui peranan tokoh masyarakat, jaringan sosial budaya
di masyarakat serta pembinaan institusi masyarakat.
Dalam gerakan KB, tipe organisasi diharapkan
bergeser ke arah “management with the people”. Dengan
demikian organisasi akan berkembang menjadi lebih efektif
untuk menunjang gerakan yang bercirikan:
 Kemampuan untuk menyesuaikan diri, yaitu
mempunyai kemampuan untuk mencegah persoalan
dan menanggapi dengan luwes tuntutan perubahan
lingkungan.
 Kesadaran akan identitas, yaitu pengetahuan dan
pemahaman organisasi mengenai dirinya, apa tujuan
dan apa yang akan dikerjakan. Pertanyaan
sehubungan dengan hal di atas ialah sampai sejauh
mana tujuan itu dimengerti bersama oleh organisasi
itu. Sejauh mana serapan orang lain terhadap
organisasi itu sejalan dengan serapan anggota
terhadap organisasi tersebut.
 Kapasitas untuk menguji kebenaran kemampuan
organisasi untuk menelusuri, menyerap dengan
seksama dan menafsirkan dengan tepat sifat-sifat
yang mempunya relevansi bagi organisasi itu untuk
dapat berfungsi. Kekompakkan semua unsur yang
terlibat dalam organisasi masing-masing dan tidak
saling simpang siur dalam melakukan setiap

9
kegiatan.
iv. Pendekatan Wilayah Paripurna
Untuk lebih meningkatkan pemerataan hasil-hasil
gerakan KB nasional akan diperhatikan situasi dan kondisi
serta segmentasi kependudukan wilayah penggarapan
program. Pendekatan wilayah paripurna dimaksudkan untuk
lebih mengarahkan potensi dan cara-cara pelaksanaan
program dengan memberi kesempatan kepada masing-
masing daerah untuk mengembangkan program sesuai
corak dan keunikan segmentasi kependudukan serta hasil-
hasil program.
v. Pendekatan Desentralisasi Manajemen
Dalam rangka mempercepat proses serta
memberikan dukungan terhadap pengalihan tanggung jawab
pengelolaan program kepada masyarakat, manajemen
gerakan KB nasional harus lebih didekatkan kepada
sasaran. Pengelolaan ditingkat terendah, yaitu kecamatan
akan lebih dimantapkan. Sedangkan basis operasional akan
dialihkan ke tingkat bawah kecamatan.
vi. Pendekatan Koordinasi Aktif
Gerakan KB nasional yang dilaksanakan oleh
berbagai unsur pelaksana baik oleh kalangan pemerintah
maupun masyarakat lebih disinkronkan pelaksanaannya
melalui koordinasi aktif dengan turut langsung
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bukan merupakan
fungsi spesifik salah satu unsur pelaksana gerakan KB
nasional. Di samping itu, peran koordinasi aktif tersebut
ditingkatkan menjadi koordinasi aktif dengan peran ganda,
dimana selain sebagai “dinamisator” juga sebagai
fasilitator”. Disamping itu melalui koordinasi aktif
ditekankan pula prinsip-prinsip kemitraan antara unsur

10
pelaksana dan pengelola gerakan KB, sehingga terjalin
hubungan yang lebih harmonis.
vii. Pendekatan Kualitas
Dengan meningkatkan integrasi gerakan KB
nasional dengan sektor pembangunan lainnya, diperlukan
pendekatan kualitas yang diarahkan kepada peningkatan
kualitas petugas, sarana dan pelayanan secara profesional
dan komprehensif.
viii. Pendekatan Kemandirian.
Sebagai perwujudan dari dimensi pelembagaan dan
pembudayaan gerakan KB nasional, maka secara bertahap
pengelolaan program diarahkan kepada kemandirian
masyarakat dalam rangka mengoptimalakan kemanfaatan
sumber-sumber potensi yang ada dalam masyarakat.
Kemandirian dalam hal ini lebih ditekankan pada sikap dan
perilaku masyarakat dalam ber-KB. Kemandirian tersebut
ditempuh melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
i. strata satu, yaitu masyarakat yang kemandiriannya
memerlukan subsidi penuh atas sarana dan
pelayanan KB dari pemerintah.
ii. Strata dua, yaitu masyarakat yang kemandiriannya
dapat memenuhi sebagian saja dari sarana dan
pelayanan KB yang dibutuhkan.
iii. Strata tiga, yaitu masyarakat yang kemandiriannya
atas sarana dan pelayanan KB dilakukan atas upaya
sendiri.
2. Strategi Operasional.
Strategi operasional meliputi strategi panca karya dan catur
bhava utama.
a. Strategi Panca Karya.
Strategi panca karya melihat kelompok sasaran

11
dengan lebih tajam dan mengarahkan targetnya sebagai
berikut:
i. Karya I : Ditujukan untuk pasangan usia subur
(PUS) usia di bawah 30 tahun dan atau dengan
paritas di bawah dua orang, atau anak dibawah dua
orang, agar mereka puas dan bahagia dengan jumlah
dua orang saja, serta segera menerima KB dan
melaksanakannya dengan jumlah dua orang saja,
serta segera menerima KB dan melaksanakannya
dengan baik dan lestari. Kedua orang tuanya dituntut
untuk berperan serta dalam melestarikan KB dan
lebih-lebih dalam mendukung dua orang anaknya
menjadi sumber daya manusia yang tangguh. Karya
ini mengarah pada pola pelayanan kontrasepsi
rasional yang menggariskan pedoman pelayanan
dengan memperhatikan golongan usia di bawah 20
tahun, antara 20-30 tahun. Tempat-tempat dan
tenaga pelayanan kontrasepsi disediakan baik dari
unsur pemerintah maupun masyarakat yang
merupakan pelayanan bersama masyarakat sedekat
mungkin kepada sasaran dan memperhatikan situasi
dan kondisi masyarakat di sekitarnya, seperti adanya
daerah-daerah pedesaan dan perkotaan serta
kelompok-kelompok khusus. Di samping itu usaha
pengayoman bagi seluruh peserta KB lebih
ditingkatkan dengan pemantapan sistem jaringan dan
pelayanan kontrasepsi serta rujukan, setiap jenis
tempat pelayanan diarahkan kepada fungsi-fungsi
menurut tingkatnya.
ii. Karya II : Ditujukan untuk pasangan usia subur
(PUS) diatas usia 30 tahun dan atau paritas diatas

12
dua orang, atau anak lebih dari dua orang, agar
mereka puas dengan jumlah anak yang sudah ada
dan berusaha segera mengikuti KB, melanjutkan
pembangunan keluarga denngan sebaik-baiknya.
Para orang tua yang sudah terlanjur punya anak lebih
dari dua dituntut untuk ikut serta melestarikan KB,
biarpun mungkin kontribusinya tidak terlalu tinggi.
Namun demikian mereka dituntut untuk ikut serta
membangun sumber daya manusia yang tangguh,
yaitu mendidik anak-anaknya sebaik mungkin.
Karya ini berupaya agar informasi tentang proses
reproduksi sehat dan tentang nilai kehidupan
manusia dan persamaan nilai anak dalam keluarga
ditingkatkan penyebarluasannya.
iii. Karya III : Ditujukan kepada generasi muda dan
anak-anak, agar mereka dapat menerima dan
membudayakan sikap positif rasional sesuai dengan
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera atau
menerima sikap yang mendukung penerimaan norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS)
tersebut. Ini merupakan suatu proses sosialisasi
untuk menyiapkan subyek pembangunan gerakan
KB lebih lanjut. Penggarapan sasaran ditujukan
untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku yang
mendukung norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera. Prioritas sasaran ditujukan kepada
generasi muda, pasangan usia subur dengan paritas
tinggi. Prioritas sasaran ditujuan kepada generasi
muda, pasangan usia subur dengan umur muda dan
pasangan usia subur paritas tinggi. Prioritas sasaran
tadi dapat dicapai secara langsung maupun tidak

13
langsung melalui tokoh-tokoh masyarakat, instansi
masyarakat serta nilai dan norma yang hidup dalam
masyarakat.
iv. Karya IV : Karya ini ditujukan untuk mendorong
proses pelembagaan dan pembudayaan fisik, sosial
dan ekonomi sehingga lembaga-lembaga tersebut
dapat melanjutkan perjuangan melembagakan dan
membudayakan NKKBS. Karya ini merupakan
upaya untuk menanamkan kemampuan,
keterampilan serta percaya diri sehingga akhirnya
menjadi insan pembangunan yang mandiri,
menyebarluaskan informasi dan pelaksanaan upaya
edukasi sehingga setiap akseptor lestari dan anggota
masyarakat lainnya mau dan mampu menjadi
pelaksana gerakan KB nasional di kalangannya.
Selanjutnya meningkatkan juga peranan dan
tanggung jawab institusi masyarakat untuk secara
sadar melaksanakan upaya gerakan KB nasional
dalam lingkungannya, membantu institusi-institusi
masyarakat agar mampu melakukan kegiatan yang
produktif dalam gerakan KB nasional. Upaya lain
yang perlu ditingkatkan adalah membina dan
mengembangkan penguyuban KB menjadi
kelompok yang dinamis dan mengarah kepada
kelompok-kelompok yang bersifat sosial ekonomis.
Bersama sektor pembangunan lainnya
mengembangkan dan membina partisipasi sektor-
sektor pembangunan lainnya dan masyarakat dalam
program KB serta memperluas usaha untuk
mempercepat pengalihan tanggung jawab
pengelolaan pada pimpinan dan seluruh anggotanya.

14
v. Karya V : Untuk mempercepat proses pelembagaan
dan pembudayaan mental spriritual,
mengembangkan sikap mendukung lingkungan
budaya yang positif, sikap mandiri dengan semangat
dan motivasi yang tinggi serta pandangan masa
depan yang penuh dengan optimisme dalam
mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Karya ini merupakan upaya untuk
mendorong terciptanya ketenangan jiwa, kebahagian
dan keserasian hidup terutama dalam
menterjemahkan harkat dan nilai anak serta petuah
kehidupan reproduksi manusia.
b. Strategi Catur Bhava Utama
Strategi ini ditujukan untuk tersedianya dan
terlaksananya dukungan yang memadai dalam metoda,
tenaga, sarana dan dana melalui usaha-usaha sebagai
berikut:
i. Metode: Pengembangan, peningkatan dan
pemantapan sistem, sub sistem, mekanisme dan tata
kerja, pedoman-pedoman serta petunjuk-petunjuk
pelaksana yang meliputi bidang-bidang dan
komponen baik di tingkat pusat, propinsi,
kabupaten/kotamadya, kecamatan dan desa di
sesuaikan dengan cakupan kegiatan program, dan
tingkatan struktur organisasi.
ii. Tenaga: Peningkatan jumlah dan mutu tenaga, baik
tenaga pegawai maupun tenaga program sehingga
mencapai kondisi yang memadai untuk memenuhi
tuntutan gerakan KB nasional. Sostem
pengembangan dan pemanfaatan sumber daya
manusia perlu diciptakan untuk kepentingan gerakan

15
KB nasional yang merupakan rangkaian sistem
perencanaan, pengadaan, penempatan, pembinaan,
pendidikan, dan pelatihan serta pengembangan
karier.
iii. Sarana: Peningkatan jumlah dan mutu sarana dan
prasarana pelayanan gerakan KB nasional.sarana
dan prasarana kerja serta mobilitas untuk
meningkatkan produktifitas petugas program.
iv. Dana: Penyediaan dana yang memadai dan tepat
waktu dengan cara menggali dan mengembangkan
berbagai sumber dana serta mengarahkan
penggunaan agar berdaya guna berhasil guna.

E. Prioritas Penggarapan Program KB


Dalam pelaksanaan gerakan KB nasional, prioritas penggarapannya
dijabarkan dalam lima jurus prioritas utama yang dikembangkan sejak
1991/ 1992 (Repelita V), meliputi pemerataan, peningkatan kualitas,
pengembangan kemandirian, penggalangan generasi muda dan
pemantapan lini lapangan.
1. Pemerataan keberhasilan program
Upaya pelaksanaan gerakan KB nasional pada dekade
mendatang pada hakekatnya akan ditujukan pada pemerataan hasil-
hasil program, baik antar wilayah maupun antar kelompok
demografis masyarakat indonesia. Selanjutnya diharapkan gerakan
KB akan semakin meluas, merata dan intensif ke seluruh wilayah
antara tanah air dan lapisan masyarakat, termasuk masyarakat di
daerah pemukiman baru, daerah perkotaan, daerah pedesaan,
daerah transmigrasi, daerah terpencil, daerah kumuh dan miskin
serta daerah pantai. Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 masih
terlihat adanya disparitas pencapaian antar daerah dalam ukuran
tingkat kesetaan pasangan usia subur dalam program KB, maka di

16
masa dekat dan mendatang penekanan pada dimensi pertama dan
kedua, yakni perluasan jangakauan dan pembinaan peserta akan
masih menjadi prioritas utama.
Di pihak lain dalam pelaksanaan gerakan KB nasional akan
terus diupayakan penyediaan sarana pelayanan yang makain
meluas, dan dengan intensitas yang merata ke seluruh wilayah
tanah air dan kesemua lapisan masyarakat. Untuk ini, pendekatan
yang akan ditempuh adalah dengan menyediakan pelayanan yang
sedini mungkin bersifat terpadu sejalan dengan tujuan peningkatan
mutu sumber daya manusia. Dengan kata lain pelayanan tidak
hanya akan diberikan kepada pasangan usia subur akan tetapi untuk
setiap anggota keluarga pasangan usia subur. Sejalan dalam upaya
pemerataan sarana pelayanan dan pemertaan mutu kesertaan dalam
program, juga di perlukan pemertaan ketenagaan program di
seluruh pelosok tanah air. Pemerataan tenaga program ini tidak
hanya meliputi tenaga BKKBN, akan tetapi meliputi pula tenaga
seluruh jajaran pelaksana program, termasuk unit pelaksana
program.
2. Penigkatan Kualitas Program.
Upaya peningkatan kualitas program bertujuan untuk
meningkatkan jumlah peserta KB yang menggunakan alat
kontrasepsi terpilih dengan pelayanan dan pengayoman yang lebih
bermutu. Di samping itu diharapkan pula meningkatkanya kualitas
pengelolaan program di semua tingkatan dan semakin
berkembangnya usaha-usaha untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak dan memperpanjang harapan hidup,
serta mengembangkan usaha-usaha peningktan kualitas sumber
daya manusia.
Peningkatan mutu pelayanan akan dilakukan sejalan dengan
segmentasi sasaran sesuai dengan spesifikasi kebutuhan dan
kemampuan mereka. Peningkatan kualitas pelayanan juga akan

17
dilaksanakan secara menyeluruh, baik sarana swasta maupun yang
bersubsidi penuh, yakni dengan pelatihan dan orientasi yang cermat
kepada petugas pelayanan. Peningkatan mutu pelayanan
kontrasepsi diarahkan kepada pengguaan kontrasepsi yang lebih
efektif dan berjangka panjang seperti, IUD, implant (susuk KB)
dan kontrasepsi mantap. Selain itu dilakukan konseling alat
kontrasepsi dan pemantauan kualitas pelayanan kontrasepsi dalam
usaha pengayoman terhadap peserta KB.
Peningkatan kualitas pelayanan komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) di lakukan melalui penajaman sasaran kepada
pasangan usia subur (PUS), PUS paritas rendah dan generasi muda
melalui peningkatan mutu materi KIE yang menyangkut KIE
medis, kampanye reproduksi sehat dan kesejahteraan ibu dan anak.
3. Pengembangan Kemandirian
Pengembangan kemandirian dimaksudkan untuk
memantapkan kesadaran, tanggung jawab dan peran serta individu
dan masyarakat, serta meningkatkan hubungan dan peran serta
berbagai institusi masyarakat dengan berbagai potensi lainnya.
Citra kemandirian yang harus dikembangkan adalah agar
masyarakat secara sadar mengupayakan sendiri pemenuhan
kebutuhannya akan pelayanan KB, baik secara individu maupun
kolektif. Guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam KB mandiri
telah diupayakan penyediaan alat/obat kontrasepsi lingkaran biru
dan tempat-tempat pelayanan KB mandiri melalui pelayanan
swasta. Juga unsur terpenting yang perlu menjadi prioritas
pelaksanaan program adalah mobilisasi sumber daya masyarakat ke
arah melembagakan kemandirian komunitas ini.
Di pihak lain dalam rangka pemerataan pelayanan maka
akan diberikan kesempatan kepada para dokter dan bidan untuk
memberikan pelayanan KB mandiri dimana saja di seluruh
indonesia. Bahkan telah pula mendapat jaminan dari pimpinan

18
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) untuk ikut serta dalam
mengambil langkah-langkah konkrit agar pelayanan KB mandiri itu
dapat berjalan lancar di pusat-pusat pelayanan obat yang akan
diperluas penyebarannya. Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan
Bidan Indonesia (IBI) dan ISFI akan menjamin bahwa pelayanan
KB bukan saja pelayanan obat, akan tetapi lebih merupakan suatu
misi yang luhur untuk membangun suatu generasi Indonesia yang
handal, generasi pembangunan yang penuh cinta kepada keluarga,
anak cucu, bangsa dan negara.
Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan KB
mandiri sampai tingkat pedesaan, maka mulai dikembangkan pula
jalur-jalur distribusi kontrasepsi lingkaran biru melalui pos obat
desa, koperasi/KUD serta pengembangan pelayanan KB mandiri
melalui bidan desa yang dikelola oleh KUD.
4. Penggalangan Generasi Muda
Pemantapan komitmen generasi muda diarahkan untuk
meningkatkan pemahaman dan penghayatan terhadap perilaku
fertilitas yang rasional serta bertanggung jawab dan makin
tertanamnya sikap kemandirian. Selanjutnya diharapkan
meningkatnya keterlibatan nyata di dalam pengelolaan dan
pelaksanaan gerakan KB nasional. Keterlibatan generasi muda
dalam gerakan KB akan makin ditingkatkan dengan mengajak
mereka untuk terjun langsung dalam membantu dalam memperkuat
pelayanan KB dan dukungan di tingkat lapangan. Dengan demikian
diharapkan dapat ditumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar
untuk membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera, sekaligus
dapat ikut menjamin dikembangkan kecintaan dan kesayangan
akan kesejahteraan ibu dan anak. Berbagai kegiatan pendidikan
kependudukan dan KB diarahkan untuk meningkatkan mutu
mereka agar segera dapat membantu kelompok akseptor atau
posyandu yang ada dengan informasi.yang berbobot dan

19
masyarakat mendapat kepuasan yang maksimal.
5. Pemantapan Lini Lapangan.
Banyak daerah atau kelompok masyarakat yang tadinya
sangat jauh ketinggalan mulai dapat menyusul rekannya yang telah
maju lebih dahulu. Daerah-daerah yang ketinggalan ini telah dapat
mencari sebab kelemahan, sehingga dimasa kini dan mendatang
perhatian atas berbagai wilayah miskin dipertajam. Salah satu
kendala yang menonjol adalah lemahnya lini di lapangan di daerah
legok (daerah yang kurang maju program KB-nya). Dari segi
manajemen dalam rangkaian mendukung penyelesaian secara
menyeluruh, dari lima prioritas pokok gerakan KB nasional,
pengembangan lini lapangan akan mendapat perhatian utama.
Demikian pula para penyuluh lapangan akan mendapat
pendidikan dan latihan penyegar dan dilengkapi sarana yang makin
memadai dan diatur kenaikan pangkatnya sesuai dengan aturan
kredit yang harus dikumpulkan. Dengan demikian diharapkan
mereka mampu mendukung gerakan KIE (Komunikasi, Informasi
dan Edukasi) yang makin mandiri, gerakan TKBK (Tim KB
Keliling) dengan indikator keberhasilan yang jelas, sehingga setiap
gerakan KIE dan TKBK benar-benar memberikan dukungan
dicapainya target secara nasional untuk jangka yang lebih panjang.
Gerakan ini hendaknya pula mendorong kebersamaan dan
kemandirian masyarakat sendiri. Disamping itu, sebagian tenaga
PLKB medis yang telah dilatih untuk menjadi tenaga bidan
diharapkan dapat memperkuat tim bidan Departemen Kesehatan,
ABRI dan swasta lainnya dalam pelayanan KB yang makin
mandiri. Mereka dilengkapi dengan peralatan yang memadai agar
dengan bimbingan seniornya dapat langsung membantu gerakan
KB mandiri di desa dan tempat tugas mereka masing-masing.
Tujuannya adalah bahwa pusat pelayanan KB pedesaan makin
diperkuat dan ditingkatkan mutunya.

20
F. Pola Operasional Program KB
Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan target yang telah
ditetapkan dalam kebijaksanaan dan strategi gerakan kb nasional, maka
pola operasional diarahkan pada:
1. Peremajaan segmentasi sasaran
Berpijak dari ciri kependudukan Indonesia yang
mempunyai struktur umur penduduk muda, maka kebijaksanaan
dan strategi operasional harus searah dengan ciri kependudukan
yang ada tersebut. Struktur umur penduduk muda umumnya
mempunyai sifat yang dinamis yaitu mudah menerima berbagai
inovasi baru, tetapi sekaligus mereka mempunyai tingkat kesuburan
yang tinggi. Oleh karena itu pola operasional yang ditempuh
mendekati kepada ciri kependudukan tersebut yaitu mengarah pada
peremajaan segmentasi sasaran. Peremajaan segmentasi sasaran ini
mempunyai dua maksud yaitu:
a. Pengelompokan sasaran secara pra-PUS (generasi muda)
yang akan di dekati melalui kegiatan pendidikan KB, agar
mereka mempunyai sikap yang rasional terhadap masalah
kependudukan serta menghayati pengetahuan dan sikap
yang positif terhadap pendidikan reproduksi yang sehat. Hal
ini di maksudkan agar dapat mencegah terjadinya
kehamilan di bawah umur, yang sering mengandung resiko
kematian yang tinggi baik bagi bayi maupun ibu yang
melahirkan.
b. Pengelompokan PUS umur muda, yang didasarkan atas
fakta yaitu mempunyai tingkat fertilitas (ASFR) yang tinggi
khususnya pada tiga kelompok umur PUS 20-24, 25-29 dan
30-34 tahun. Penggarapan secara dini kepada tiga kelompok
umur PUS untuk mengatur dan selanjutnya mengakhiri
kelahiran pada jumlah anak dua, akan berpengaruh dan

21
bermakna pada penurunan tingkat fertilitas.

2. Pengembangan dan Pembinaan Institusi


Institusi masyarakat pada tingkat lapangan telah berhasil
mengantarkan tercapainya kesadaran yang tinggi, praktek dan
tingkah laku KB yang setia dalam membangun keluarga kecil pada
tahapan KB yang pertama. Peranan dan keikutsertaan institusi baik
yang berupa lembaga swadaya masyarakat maupun institusi yang
berada di pedesaan, dalam pengelolaan dan pelaksanaan KB sangat
di perlukan dan perlu makin diperkuat dalam rangka membina
peserta KB yang ada, mengajak PUS yang belum ber KB dan
mendorong keluarga menuju sejahtera yang mandiri melalui
kegiatan-kegiatan integrasi.
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan KB di
salurkan melalui pengembangan institusi masyarakat di tingkat
pedesaan dan pelembagaan kegiatan pada lembaga-lembaga
swadaya masyarakat. Pembinaan institusi masyarakat secara
khusus diarahkan untuk menumbuhkan institusi yang belum ada
dan mengembangkan institusi yang telah ada sehingga gerakan KB
di tempat itu menjadi lebih dinamis dan mantap. Pembinaan ini
meliputi aspek perseorangan, organisasi, dinamika program dalam
kelompok, kemandirian dan keluarga.
Sasaran pembinaan institusi masyarakat meliputi
perseorangan, PPKBD, sub PPKBD, kelompok Dasa Wisma dan
Panca Wisma, lembaga swadaya masyarakat, organisasi swasta,
organisasi profesi dan lain-lain. Pada tahap ke dua gerakan KB
nasional pemantapan pembinaan institusi masyarakat kelembagaan
sesuai dengan “sistem lima pola pembinaan” peserta KB, baik
dalam jumlah maupun mutunya.

3. Pembudayaan Keluarga Kecil Mandiri

22
Kemandirian merupakan perwujudan dari pembudayaan
NKKBS. Proses perubahan sikap dan tingkah laku masyarakat
dalam kegiatan KB perlu terus dikembangkan ke arah kemandirian.
Peran dan keikutsertaan masyarakat baik dalam ber-KB maupun
dalam penyediaan pelayanan kb secara mandiri menunjukkan
bentuk nyata dari gerakan kb mandiri.
Pemupukan dan pemantapan kemandirian komunitas
masyarakat serta perseorangan pada hakekatnya sejalan dengan
jiwa gotong royong. Citra kemandirian yang harus dikembangkan
adalah bahwa masyarakat secara sadar mengupayakan sendiri
pemenuhan kebutuhannya akan pelayanan KB baik secara
perseorangan maupun secara kolektif. Hal-hal positif yang telah
berkembang di masyarakat, misalnya arisan, jimpitan yang
merupakan embrio dari bentuk kemandirian masyarakat, perlu
dikembangkan lebih luas lagi. Unsur terpenting dalam prioritas
pelaksanaan program adalah mobilisasi daya masyarakat ke arah
kemandirian. Kemandirian perseorangan tetap tidak dapat
diabaikan. Kemandirian perseorangan akan lebih melembaga bila
perilaku mandirinya didukung dan diikuti oleh kemandirian
perseorangan/ keluarga serta terjangkaunya pelayanan yang sesuai
dengan kemampuannya.
Kegiatan KB mandiri lebih dimantapkan dan disebarluaskan
ke segala segmen masyarakat dan segenap wilayah penggarapan
program. Oleh karena itu, perlu diupayakan pemantapan proses
perubahan sikap, tingkah laku menuju kemandirian melalui
kampanye keluarga kecil mandiri.

4. Intensivikasi dan Ekstensivikasi


Penerimaan konsep keluarga kecil sudah menunjukkan hasil
yang cukup menggembirakan. Namun demikian dengan berbagai
keterbatasan yang ada, masih terdapat kelompok-kelompok

23
masyarakat yang memerlukan perhatian yang ada, masih terdapat
kelompok-kelompok masyarakat yang memerlukan perhatian dan
penggarapan yang intensif untuk mengatasi kesulitan-kesulitan/
hambatan dalam penerimaan konsep keluarga kecil.
Upaya tersebut mengarah kepada usaha memberikan
kesempatan kepada para ibu untuk meningkatkan kesehatan,
kesejahteraan ibu atau para isteri sebagai salah satu kekuatan
keluarga, sehingga dapat memberikan dukungan yang tinggi untuk
membangun keluarganya. Upaya ini berusaha merangsang,
mengajak dan mendidik untuk memperbaiki kesadaran yang salah
tentang bentuk dan struktur keluarga, memberikan pengetahuan
yang cukup tentang kapan suatu keluarga harus dibentuk, atau
kapan menikah, kapan melahirkan anak pertama yang terbaik,
mengatur jarak kelahiran. Dengan demikian upaya ini dilakukan
untuk membudayakan keluarga kecil dengan cukup dua anak,
membudayakan kurun reproduksi sehat, membudayakan menunda
kehamilan pertama sampai isteri berumur 20 tahun, membudayakan
agar setiap keluarga hanya mempunyai satu anak balita,
membudayakan ber-KB sedini mungkin dalam kurun waktu 5
tahun pertama serta membudayakan cara menyusui yang benar.
Sehingga upaya ini dapat memberikan kesempatan kepada para ibu
agar dapat terbebas dari hambatan dan ganjalan untuk maju
sehingga ibu mempunyai kesempatan membangun keluarga kecil
sejahtera. Kegiatan ini akan dilaksanankan melalui kampanye ibu
sehat sejahtera (KISS).

5. Peningkatan Mutu Manajemen dan Pelayanan KB


Manajemen yang berkualitas merupakan kunci sukses
operasional gerakan keluarga berencana nasional di lapangan.
Untuk itu berbagai kesepakatan politis dan operasional antar
instansi maupun dengan lembaga swadaya masyarakat baik di

24
tingkat pusat dan daerah perlu untuk tetap dikembangkan dan
dimantapkan. Secara konsisten tetap dikembangkan etos kerja keras
disiplin yang tinggi dengan senantiasa mengadakan pembinaan
ketenagaan yang berkelanjutan sehingga tercipta suatu iklim kerja
yang favorable.
Berbagai kesepakatan tersebut antara lain yang berkaitan
dengan tersedianya pelayana KIE, pelayanan kontrasepsi,
pendidikan KB, pelayanan penerangan motivasi serta pembinaan
institusi masyarakat. Apa yang telah diupayakan tersebut perlu
didukung oleh tersedianya tenaga yang berkualitas, sarana yang
memadai serta dana yang mencukupi.Untuk mendukung
tercapainya efisiensi dan efektivitas program antara lain sebagai
berikut:
a. Penempatan sejumlah tenaga penyuluh keluarga berenca
(PKB) yang berpendidikan sarjana di kecamatan-kecamatan
dan diprioritaskan untuk daerah perkotaan, industri dan
wilayah-wilayah perumahan baru khusunya dalam rangka
peningkatan mutu tenaga di tingkat lini lapangan.
Penempatan penyuluh keluarga berenca lulusan bidan
diprioritaskan untuk daerah legokan khususnya dalam
rangka peningkatan mutu KIE dan pelayanan kontrasepsi.
b. Melaksanakan berbagai kategori pelatihan baik yang
ditujukan kepada para pengelola, pelaksana gerakan KB
maupun tenaga-tenaga non—BKKBN dan masyarakat
dalam meningkatkan wawasan dan keterampilah teknis,
baik di dalam negri maupun luar negri. Mengembangkan
dan menyempurnakan pedoman-pedoman pelatihan,
pelayanan yang baku. Memanfaatkan forum-forum
komunikasi yang telah ada dan pengembangan forum
tersebut sesuai dengan tuntutan maupun kebutuhan program
serta pendayagunaan secara optimal.

25
c. Memberikan kewenangan dan tanggung jawab program
yang lebih besar kepada unit pelaksana dan lembaga
swadaya masyarakat secara bertahap serta meningkatkan
keterlibatan sektor pembangunan terkait dalam mengelola
pelaksana program secara fungsional. Melaksanakan
perencanaan, pelaksanaan dan pembinaan serta evaluasi dan
monitoring secara utuh dan terpadu.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

26
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
WHO mengartikan Program KB tindakan yg membantu individu/ pasutri
untuk mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Tujuan gerakan KB yaitu menurunkan tingkat kelahiran dengan


mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dan potensi yang ada,
meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta
kualitas peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan
mantap dengan pelayanan bermutu, memperpanjang harapan hidup,
menurunkan tingkat kematian bayi dan anak-anak dibawah usia lima tahun
serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan persalinan,
dan lain-lain.

Target sasaran yang akan dituju meliputi pasangang usia subur, nir
PUS, sasaran institusional, dan sasaran wilayah. Dalam rangka
mendukung kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut, dimasa yang akan
datang maka akan tetap diteruskan berbagai strategi yang telah
dikembangkan berupa strategi dasar gerakan KB nasional meliputi
pendekatan politis, pendekatan kemasyarakatan, pendekatan wilayah
paripurna, pendekatan desentralisasi manajemen, pendekatan koordinasi
aktif, pendekatan kualitas, serta pendekatan kemandirian. Selain itu
terdapat strategi operasional meliputi strategi panca karya dan strategi
catur bhava utama

B. Saran
Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dapat
memahami konsep program pelatihan pemberdayaan masyarakat

27
pembinaan pos KB desa sehingga dapat mengaplikasikan ke masyarakat
dengan baik dan benar. Sedangkan bagi masyarakat agar dapat
berpartisipasi aktif dalam program pelatihan pembedayaan masyarakat
pembinaan pos KB desa.

DAFTAR PUSTAKA

28
Putri, Rahmah. 2018. Pembinaan pos KB desa. Jakarta. 2018
Aini, Azita Nurul. 2016. Pemberdayaan Masyarakat. Surabaya. 2016

29

Anda mungkin juga menyukai