Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
Mardani Banapon
Anindya Hidayaturrohma
Fenika Nikmatul Rizki
Fitrah Nurani Erba Putri
Panji Putro Pamungkas
(P27820714005)
(P27820714011)
(P27820714026)
(P27820714030)
(P27820714033)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan
menyusun makalah ini dengan tidak ada halangan dan tepat pada waktunya . Dalam
makalah ini saya membahas tentang Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Hordeolum. Makalah ini dibuat melalui bantuan beberapa pihak untuk
menyelesaikan tugas salah satu mata kuliah yaitu, Keperawatan Medikal Bedah II.
Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran dari pihak pembaca dan Ibu/Bapak pengajar yang bersangkutan, agar
makalah ini dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi seluruh pihak pembaca.
Akhir kata saya sebagai penyusun mengucapkan terimakasih sebesar- besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Anatomi dan Fisiologi Jantung..........................................................3
2. Klasifikasi.............................................................................................7
3. Etiologi.................................................................................................9
4. Patofisiologi ........................................................................................9
5. Manifestasi Klinis ...............................................................................10
6. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................10
7. Pentalaksanaan ..................................................................................16
8. Komplikasi ..........................................................................................20
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian...........................................................................................20
II. Diagnosa Keperawatan .....................................................................23
III. Intervensi .............................................................................................23
IV. Implementasi........................................................................................24
V. Evaluasi..................................................................................................24
ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN........................................25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa
lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena
kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin.Penyakit jantung bawaan ini
menempati urutan kedua penyakit jantung bawaan pada anak setelah Ventrikel
Septal Defect (VSD). Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang)
abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri.Kelainan
jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek
sekat atrium.Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi
jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat.
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada,
penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan. Di
amerika serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8 10 dari 1000
kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai kondisi
kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan
pertama kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di Indonesia pada tahun
2007, dengan populasi lebih dari 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup
2%, diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita (www.google//http.inside rate
of atrium septal defect.com) Berdasar data diatas maka penulis merasa tertarik
untuk menyusun tentang Atrium Septal Defect dam Ventrikel Septal Devect dan
asuhan keperawatannya.
Dampak penyakit jantung bawaan mengenai ASD+VSD terjadi
pembengkakan di kaki, perut dan daerah di sekitar mata, Sesak napas saat
menyusui, beban yang terlalu berat dari ventrikel menyebabkan hipertrofi dan
pembesaran jantung, dengan meningkatnya resistensi vascular paru, sering
terdapat dispneu dan infeksi paru, pertumbuhan bayi terganggu dan kesulitan
dalam asupan nutrisi.
Solusi dari penyakit tersebut bila diberi minum susu, bayi penderita
penyakit jantung bawaan mudah lelah, minumnya hanya sedikit. Disarankan
memberi susu bukan langsung dari botol tapi dengan sendok atau bisa juga
dengan pipet (alat untuk meneteskan obat ke mulut bayi). Jadi bayi dapat minum
lebih banyak tanpa harus banyak menguras tenaganya saat mengisap susu dari
botol.
Berdasarkan latar belakang diatas maka pada makalah ini akan diuraikan
mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan kasus ASD+VSD.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Atrial Septal Defect (ASD)?
2. Permasalahan yang timbul sehingga disusunnya asuhan keperawatan ini
adalah bagaimana seharusnya tindakan asuhan keperawatan pada kasus Atrial
Septal Defect (ASD)?
C. Tujuan
Tujuan disusunnya asuhan keperawatan ini adalah:
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi kegiatan belajar mengajar dari mata kuliah Kardiovaskuler
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran mengenai Atrial Septal Defect (ASD) dan
Ventrikel Septal Defect (VSD)
b. Mahasiswa mampu memahami penyebab ASD dan VSD
c. Mahasiswa mampu mengetahui gejala ASD dan VSD
d. Dapat memahami tentang konsep asuhan keperawatan pasien dengan
Atrium Septal Defect (ASD) dan Ventrikel Septal Defect (VSD)
D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Kegunaan Ilmiah
a. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa
b. Sebagai salah satu tugas akademik
2. Kegunaan Praktis
Bermanfaat bagi tenaga perawat dalam penerapan asuhan keperawatan pada
klien dengan Atrium Septal Defect (ASD) dan Ventrikel Septal Defect (VSD).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
I. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital
fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain,
apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap
organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung
adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup. Dinding jantung
terdiri dari tiga lapisan:
1. Epikardium, yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral.
2. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas
kemampuan kontraksi jantung.
3. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis
endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat
licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada pembuluh
darah lainnya.
Katup Jantung
Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan
antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan
katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal
dinamakan katup semilunar. Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid
yaitu katup yang menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan,
katup atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara
atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau
bicuspid. Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang
menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup
semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri
dengan asendence aorta yaitu katup aorta.
Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya
sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik.
Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat
kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang
bertekanan rendah.Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut
muskulus papilaris.
atrium
memiliki
bagian
luar
organ
masing-masing
yaitu
Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat diruang
atrium kanan yang menghubungkan vena cava superior dengan atrium kanan.
Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium
kanan yang menghubungkan vena cava inferior dengan atrium kanan.
Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang yang terdapat
di atrium kanan yang menghubungkan sistem vena jantung dengan atrium
kanan.
Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kiri
yang menghubungkan antara vena pulmonalis dengan atrium kiri yang
mempunyai 4 muara.
Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik
ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang mana bagian
lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh sel endotelium yang
kontak langsung dengan darah.Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel
yang berupa tonjolan-tonjolan yang tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua
otot atrium dan ventrikel dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga
membentuk katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain
adalah anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan
dan memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel.
Perlu diketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar dibandingkan
dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri menghadapi aliran
darah sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari beberapa organ tubuh
sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan dengan jantung kanan
yang hanya bertanggung jawab pada organ paru-paru saja, sehingga otot jantung
sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri lebih tebal dibandingkan otot
ventrikel kanan.
Semua katup jantung membuka jika tekanan dalam ruang jantung atau
pembuluh yang berada di atasnya lebih besar dari tekanan di dalam ruang
atau pembuluh yang ada di bawah.
Aliran keluar darah dari ventrikel kiri adalah menuju sebuah arteri
besar berotot yang disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta
melalui katup aorta. Darah di aorta disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik,
melalui arteri, arteriol, dan kapiler, yang kemudian menyatu kembali untuk
membentuk vena. Vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan darah ke
vena terbesar , vena cava inferior. Vena dari bagian atas tubuh
mengembalikan darah ke vena cava superior. Kedua vena cava bermuara di
atrium kanan.
b. Sirkulasi Paru
Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup AV
lainnya, yang disebut katup tricuspid. Darah keluar dari ventrikel kanan dan
mengalir melewati katup ke empat, katup pulmonalis, ke dalam arteri
pulmonalis. Arteri pulmonalis bercabang-cabang menjadi arteri pulmonalis
kanan dan kiri yang masing-masing mengalir ke paru kanan dan kiri
berturut-turut. Di paru, arteri pulmonalis bercabang berkali-kali menjadi
arteriol dan kemudian kapiler. Masing-masing kapiler memperfusi alveolus
yang merupakan unit pernafasan. Semua kapiler menyatu kembali untuk
menjadi venula, dan venula menjadi vena. Vena-vena menyatu untuk
membentuk vena pulmonalis besar. Darah mengalir di dalam vena
pulmonalis kembali ke atrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran darah.
KLASIFIKASI
Pada dasarnya kelainan jantung kongenital dikelompokkan atas dua
kelompok besar yaitu PJB tanpa sianosis dan yang disertai sianosis. PJB
sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan
hanya dapat ditangani dengan tindakan bedah. Sedangkan PJB non sianotik
umumnya memilki lesi (kelainan) yang sederhana dan tunggal, namun tetap
saja lebih dari 90 % di antaranya memerlukan tindakan bedah jantung terbuka
untuk pengobatannya. Sepuluh persen lainnya adalah kelainan seperti
kebocoran sekat bilik jantung yang masih mungkin untuk menutup sendiri
seiring dengan pertambahan usia anak.
asianosis yang banyak terjadi adalah Atrial Septal Defect (ASD) yang ditandai
dengan adanya lubang yang persisten pada septum antar atrial yang disebabkan
oleh karena kegagalan pembekuan sekat, yang menyebabkan adanya hubungan
antara atrium kanan dan atrium kiri.
Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
a. Ostium secundum: merupakan tipe ASD yang tersering. Kerusakan yang
terjadi terletak pada bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis, meskipun
sesungguhnya fosa ovalis merupakan septum primum.umumnya defek
bersifat tunggal tetapi pada keadaan tertentu dapat terjadi beberapa fenestrasi
kecil, dan sering disertai dengan aneurisma fosa ovalis
b. Ostium primum merupakan bagian dari defek septum atrioventrikular dan
pada bagian atas berbatas dengan fosa ovalis sedangkan bagian bawah
dengan katup atrioventrikular
c. Defek Sinus venosus, defek terjadi dekat muara vena besar (vena cava
superior), sehingga terjadi koneksi biatrial. Sering vena pulmonalis dari
paru-paru kanan juga mengalami anomali, dimana vena tersebut bermuara ke
vena cava superior dekat muaranya di atrium. Dapat juga terjadi defek sinus
venosus tipe vena cava inferior, dengan lokasi di bawah foramen ovale dan
bergabung dengan dasar vena cava inferior.
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Pada Atrial Septal Defect, aliran darah yang ada di atrium sinistra bocor
ke atrium dextra karena ada defect di septum interatrial-nya yang disebabkan
oleh gagalnya menutup sebuah septum maupun karena adanya gangguan
pertumbuhan. Karena tekanan di ventrikel sinistra yang notabene memompa
darah ke seluruh tubuh lebih besar maka darah dari atrium dextra tidak dapat
masuk ke atrium sinistra sehingga dapat dikatakan darah jalan dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah (dari Atrium Sinistra ke Atrium Dextra). Di atrium
dextra dan ventrikel dextra
terjadi
masuk ke arteri
pulmonalis melewati katup pulmonal, yang otomatis terlalu sempit untuk jalan
darah yang begitu banyak. Hal ini disebut stenosis pulmonal relative. Akibatnya
arteri pulmonalis menjadi dilatasi. Selanjutnya terjadi turbulensi disana yang
menyebabkan terjadinya bunyi murmur systole.
V.
MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar asimptomatik, terutama pada bayi dan anak kecil. Sangat
jarang ditemukan gagal jantung pada defek septum atrium. Bila pirau cukup
besar, pasien mengalami sesak napas, sering mengalami infeksi paru, dan berat
badan akan sedikit turun. Jantung umumnya normal, atau hanya sedikit
membesar.
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan pulsasi ventrikel kanan pada
daerah para sterna kanan, wide
walaupun tidak selalu ada, bising sistolik tipe ejeksi pada daerah pulmonal
pada garis sterna kiri atas, bising mid diastolik pada daerah tricuspid, dapat
menyebar ke apeks. Bunyi jantung kedua mengeras di daerah pulmonal, oleh
karena kenaikan tekanan pulmonal, dan perlu diingat bahwa bising-bising
yang terjadi pada DSA merupakan bising fungsional akibat adanya beban
volume yang besar pada jantung kanan. Sianosis jarang ditemukan, kecuali
bila defek besar atau common atrium, defek sinus coronarius, kelainan
vascular paru, stenosis pulmonal, atau bila disertai anomaly Ebstein.
b. Pemeriksaan Elektrokardiografi
EKG menunjukkan aksis ke kanan, blok bundel kanan, hipertrofi
ventrikel kanan, Interval PR memanjang, aksis gelombang P abnormal, aksis
ke kanan secara ekstrim biasanya akibat defek ostium primum.
Gambar 6. Perekaman pada anak umur 3 tahun dengan Atrial Septal Defect
(ASD)
c. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada penderita ASD adalah
1. Foto Thorax
10
mungkin
membesar.
Penentuan
CTR
yaitu
dengan
11
12
sisi kanan jantung baik terlihat dan dominasi volume overload ventrikel
kanan akan sering dilihat sebagai gerakan septum paradoxical. Ini
adalah gerakan anterior abnormal dari septum interventrikular selama
sistole ventricular.
Defek ostium primum
melengkapi informasi
diagnostik. Pemetaan
aliran warna sangat membantu dalam diagnosis dari setiap defek dan
anomali vena (Gambar 10.C). waktu akselerasi yang singkat dalam aliran
arteri pulmonal kadang-kadang bisa menunjukkan adanya hipertensi
pulmonal, seperti kecepatan tinggi jet pada regurgitasi trikuspid. Rasio
aliran sistemik untuk paru dapat dihitung menggunakan teknik dopler,
tetapi ini sangat memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan.
Sederhana dan lebih akurat penilaian dengan non invasif pada tingkat
shunting kiri ke kanan dapat dicapai dengan terlebih dahulu studi
radionuklide sebelumnya. Studi radionuklida sebelumnya juga membantu
pada anak yang lebih tua dengan kecurigaan ASD yang mana pencitraan
subkostal bukan sebuah diagnostik.
Transthoracis echocardiography, kadang-kadang ditambah dengan
transesophageal, merupakan diagnostic dalam kebanyakan kasus. Shunt
yang besar akan menyebabkan kelebihan volume ventrikel kanan dengan
pembalikan gerakan septum. Defek Ostium primum dan ostium
sekundum dapat dibedakan dengan mudah ; defek sinus venosus mungkin
sulit untuk digambarkan. Warna aliran dopler akan menunjukkan shunt
dan setiap regurgitasi katup. Kecepatan dari setiap regurgitasi tricuspid
akan memperkirakan tekanan arteri pulmonalis. Dengan pengalaman,
operator dapat menetapkan tambahan katup AV cordal pada cacat primum
dan mendeteksi anomaly drainase pembuluh darah lobus kanan atas untuk
SVC yang sering mempersulit defek sinus venosus dan terlihat sesekali
pada ASDs lainnya.
13
C
Gambar 11. (A). Modifikasi apikal echocardiogram empat ruang dari pasien
dengan ASD secundum. Ruang sisi kanan jauh diperbesar. (B). M-Mode
echocardiogram dari seorang pasien dengan ASD dan volume overload pada
ventrikel kanan. Ada gerakan paradoks dari Septum interventriculare (tanda
panah). (C). Studi aliran warna Doppler pada pasien dengan ASDs. Mengalir
melalui defek menuju katup tricuspid yang berwarna merah (arah transduser)
3. Katerisasi Jantung Dan Angiocardiografi
Diagnosis
echocardiographic
komprehensif
akan
sering
14
tentu umumnya terkait dengan bentuk lain dari penyakit jantung bawaan
yang mana diperlukan kateterisasi jantung untuk diagnosis.
Kateterisasi jantung sekarang jarang diindikasikan pada ASD
(kecuali untuk terapi intervensi), karena sebagian besar untuk diagnosis
telah beralih ke echocardiogrphy. Sebuah kateter dari pembuluh darah di
kaki biasanya lewat dari RA melalui ASD ke LA. Suntikan media kontras
ke LA akan menunjukkan shunt kiri-ke kanan atrium. Suntikan ke PA
akan menunjukkan shunt kiri-ke-kanan selama fase laevo. Sekali shunt
atrium telah dibuktikan, tidak mungkin untuk mengidentifikasi
distal
karena lokasi dari ASD seperti dalam ASD sinus venosus. TEE sering
digunakan pada saat mengevaluasi hipertensi pulmonal dengan etiologi
yang tidak jelas pada orang dewasa. Pemeriksaan TEE gambarannya
15
sangat dekat dengan jantung tanpa ada intervensi dari jaringan paru-paru,
dapat memberikan gambar yang sangat baik. Selain itu, jarak yang
pendek memungkinkan penggunaan frekuensi transduser yang lebih
tinggi dengan resolusi gambar yang lebih baik. Biasanya frekuensi
transduser yang lebih tinggi tidak dapat digunakan untuk TTE karena
kedalaman penetrasi ultrasound di frekuensi yang lebih tinggi pada orang
dewasa.
PENATALAKSANAAN
a. Non Bedah
Menutup ASD pada masa kanak-kanak bisa mencegah terjadinya
kelainan yang serius di kemudian hari.Pada beberapa anak, ASD dapat
menutup spontan tanpa pengobatan.Jika gejalanya ringan atau tidak ada
gejala, tidak perlu dilakukan pengobatan.Jika lubangnya besar atau terdapat
gejala, dilakukan pembedahan untuk menutup ASD. Pengobatan pencegahan
dengan antibiotik sebaiknya diberikan setiap kali sebelum penderita
menjalani tindakan pencabutan gigi untuk mengurangi risiko terjadinya
endokarditis infektif.
Pada ASD dengan rasio left to right shunt lebih besar dari 2:1 perlu
dilakukan tindakan operasi untuk mengkoreksi keadaan tersebut. Ada 2 jenis
16
tindakan operasi yang digunakan untuk melakukan koreksi pada ASD ini,
yaitu:
a) Bedah jantung terbuka
b) Amplatzer septal occlude (ASO)
ASO merupakan alat dengan cakram ganda yang dapat mengembang
sendiri (self expandable), terbuat dari kawat nitinol berdiameter 0,0040,0075 inci yang teranyam kuat menjadi dua cakram dengan pinggang
penghubung 3-4 mm. Di dalamnya terdapat lapisan dakron terbuat dari
benang
polyester
yang
dapat
merangsang
trombosis
sehingga
50%
atau
kurang
dari
tekanan
aorta,
tanpa
mempertimbangkan keluhan.
b) Adanya riwayat iskemik transient atau stroke pada DSA atau foramen
ovale persisten.
17
b. Pembedahan
- Kateterisasi Jantung
Prosedur dilakukan untuk memperbaiki ASD sekundum, namun untuk
ASD sekundum besar mungkin tidak dapat diperbaiki melalui
kateterisai jantung, dan mungkin memerlukan operasi jantung terbuka
- Operasi jantung terbuka
Prosedur ini adalah pengobatan pilihan untuk jenis ASD tertentu
(primum, venosus sinus dan sinus coroner), dan jenis-jenis cacat
atrium yang hanya dapat diperbaiki melalui operasi jantung terbuka
c. Terapi Medis
- Pemberian beta blocker untuk menjaga detak jantung agar tetap teratur
Misal: Lopressor
Dosis:
a) Hipertensi : awalnya 100-200 mg sebagai dosis tunggal atau dalam
2 dosisi terbagi. Pemberian dosis di atas 200 mg dibagi menjadi 2
kali pemberian dalam sehari
b) Angina pectoris : 2 x sehari 100-200 mg
c) Gangguan denyut jantung : 100-150 mg dalam 2-3 dosisi terbagi
18
19
VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi yang akan timbul jika tidak dilakukan penutupan defek
adalah pembesaran jantung kanan dan penurunan komplians ventrikel kanan,
aritmia, dan kemungkinan untuk menyebabkan penyakit vaskular paru
obstruktif. Sindroma eisenmenger adalah keadaan pirau kanan ke kiri parsial
atau total pada pasien dengan defek septum akibat perubahan vaskular paru.
Pada defek septum yang menyebabkan pirau dari kiri ke kanan, peningkatan
alirah darah ke paru menyebabkan perubahan histologis pada pembuluh darah
paru. Hal ini menyebabkan tekanan darah di paru meningkat, sehingga pirau
berbalik arah menjadi dari kanan ke kiri. Gejala yang timbul berupa sianosis,
dyspnea, lelah dan disritmia. Pada tahap akhir penyakit, dapat timbul gagal
jantung, nyeri dada, sinkop dan hemoptisis.
Beberapa komplikasi menyertai tindakan penutupan defek septum,
baik trans-kateter atau melalui pembedahan. Komplikasi mayor, yaitu
komplikasi yang perlu penanganan segera antara lain kematian, dekompensasi
hemodinamik yang mengancam nyawa, memerlukan intervensi bedah, dan
lesi fungsional atau anatomi yang permanen akibat tindakan kateterisasi.
Komplikasi yang dapat timbul dari tindakan pembedahan antara lain aritmia
atrial, blok jantung. Komplikasi lain yang berhubungan dengan alat-alat oklusi
transkateter adalah embolisasi yang kadang memerlukan pembedahan ulang,
aritmia, trombus. Komplikasi yang jarang terjadi adalah efusi perikardial,
transient ischemic attack,dansudden death.
dewasa.
Jenis Kelamin
Suku bangsa
Pekerjaan
Alamat
Tanggal MRS
Diagnosa medis
2. Keluhan Utama :
Nyeri pada dada, dispnea, pusing, tergantung tingkat keparahan ASD.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
20
Sesak napas, pusing, tubuh terasa lemah, BB turun, pasien terlihat pucat,
banyak keringat yang keluar, ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada
bertambah (terlihat benjolan dada kiri).
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Adanya faktor bawaan dari ibu sebelum lahir dan wanita yang hamil dengan
banyak mengkonsumsi obat-obatan, radiasi secara potensial menyebabkan
kelainan susunan jantung pada embrio/sejak lahir. Pernah menderita penyakit
jantung.
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung. Pada saat
kehamilan 2 bulan pertama menderita penyakit rubella/penyakit lainnya atau
ibu sering mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti talidomial, atau
terkena sinar radiasi.
6. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Aktivitas/Istirahat
Mengalami kelemahan fisik, letih, lelah.
b. Persepsi dan tata laksana hidup sehat
Tindakan medis dan perawatan dirumah sakit akan mempengaruhi
persepsi klien tentang kebiasaan merawat diri.
c. Pola nutrisi dan metabolisme
Terkadang mengalami anoreksia, mual, muntah
d. Pola eliminasi
Memerlukan bantuan karena keterbatasan aktivitas.
e. Pola tidur dan istirahat
Mengalami gangguan karena sesak.
f. Pola hubungan dan peran
Klien tidak mampu menjalani peran sebagaimana mestinya dan dapat
g.
h.
i.
j.
k.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya dilakukan
dengan tes
GCS demgan kriteria :
- 15 s/d 12 = komposmentis
21
- 11 s/d 8 = somnolen
- 7 s/d 4 = apatis
- 3
= koma
b. Sistem respirasi
Menunjukkan adanya ronkhi kering, kasar, mengi.
c. Sistem kardiovaskuler
Aktivitas ventrikel kanan jelas teraba parasternal kanan dan thrill (25%)
di sela iga II atau kiri, pada auskultasi didapatkan sistolis murmur II.
d. Sistem muskuloskeletas
Melakukan pemeriksaan kekuatan tonus otot.
e. Sistem penginderaan
Tidak ada gangguan penglihatan, pendenaran dan perasa.
f. Abdomen
Dilakukan dengan teknik bimanual untuk mengetahui adanya
hidronefrosis dan pyelonefrotis. Pada daerah supra simisfer pada keadaan
retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dark lien
akan merasa ingin miksi.
g. Ekstremitas
Pada ekstremitas superior dan inferior simetris kanan dan kiri dan tidak
ada kelemahan anggota gerak.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah b.d defek struktur.
2. Gangguan pertukaran gas b.d edema paru.
3. Intoleransi aktivitas b.d gangguan sistem transport oksigen.
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai O2
dan zat nutrisi ke jaringan.
5. Resiko tinggi infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
III. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d defek struktur.
Tujuan : klien menunjukkan perbaikan curah jantung.
Kriteria Hasil : - frekuensi jantung, tekanan darah dan perfusi perifer
normal.
- Keluaran urin adekuat
Intervensi :
a. Observasi TTV klien secara teratur
R/: memonitoring adanya perubahan sirkulasi jantung sedini
mungkin dan adanya takikardi-disritmia sebagai kompensasi
meningkatkan curah jantung.
b. Anjurkan klien untukk beraktivitas
R/: melatih kondisi fisik klien agar terbiasa beraktivitas.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk pemberian obat
diuretic.
R/: agar keluaran urine klien adekuat
2. Gangguan pertukaran gas O2 b.d edema paru
Tujuan : tidak terjadi gangguan pertukaran O2
Kriteria Hasil : - RR pasien normal
22
III. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah dibuat untuk mencapai hasil efektif. Dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh
setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan
demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai.
IV. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien dengan Atrium Septal Defect
(ASD)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
A. PENGKAJIAN
Tempat
No. Registrasi
Tanggal Pengkajian
Tanggal MRS
I. Data Subyektif
23
1. Biodata
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Alamat
e. Suku/bangsa
f. Status perkawinan
g. Agama
h. Pendidikan
i. Pekerjaan
j. Diagnosa Medis
: Ny. M
: 37 tahun
: Perempuan
: Tembus Mantuil, Banjarmasin, Kaltim
: Banjar/Indonesia
: Menikah
: Islam
: Tamat SMA
: Ibu Rumah Tangga
: ASD sekundum bidirectional shunt denim R to
L + PHT berat + post SVT unstable + post
Genogram :
Keterangan :
= Laki-laki
= Laki-laki meninggal
= Perempuan
= Perempuan meninggal
= Penderita
= Garis pernikahan
= Garis keturunan
= Tinggal serumah
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien mengatakan tinggal di perumahan yang lingkungannya bersih
dan jauh dari pabrik.
f. Riwayat Psikososial
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat gangguan psikososial.
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi pemeliharaan kesehatan
SMRS : Pasien mengatakan tidak pernah merokok, mandi 2x sehari,
sikat gigi 2x sehari pada pagi dan malam hari.
MRS
: Pasien mengatakan sejak masuk rumah sakit mandi hanya 2
hari sekali karena kondisi badan pasien yang lemas.
b. Pola Aktivitas dan Latihan
SMRS : Pasien mengatakan bahwa aktivitasnya sehari-hari adalah
sebagai ibu rumah tangga tanpa aktivitas tambahan.
MRS : Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena
pasien mudah lelah dan terkadang sesak.
c. Pola Nutrisi Metabolisme
SMRS : - Pasien mengatakan makan 1x sehari.
25
d. Pola Eliminasi
SMRS : BAB 1-2x sehari, warna kuning kecokelatan dengan
konsistensi
padat, bau khas feses. BAK 5-8 kali sehari, warna kuning
MRS
kali sehari, warna kuning jernih, bau khas urine menggunakan karteter
urine.
e. Pola Tidur Istirahat
SMRS : Pasien mengatakan dalam sehari pasien tidur dengan
frekuensi 6-8 jam perhari
MRS
: Pasien mengatakan lebih banyak tidur di RS karena tidak
banyak aktivitas yang dilakukan
f. Pola Hubungan dan Peran
SMRS : Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dengan
keluarganya, tetangga, maupun lingkungannya baik.
MRS
: Keluarga pasien mengatakan keluarga selalu menjaganya dan
hubungan pasien dengan pasien lain dan perawat juga baik.
g. Pola Sensori Kognitif
SMRS : Pasien mengatakan tidak punya gangguan pada mata dan
telinga
MRS
: Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada kognitif dan
sensorinya.
h. Pola Persepsi Konsep Diri
SMRS : Pasien mengatakan bersyukur atas keadaan fisiknya.
MRS
: Pasien terkadang merasa sedih dengan keadaanya sekarang
dan terkadang pasien menangis.
i. Pola seksual reproduksi
Pasien memiliki 2 anak semuanya berjenis kelamin laki-laki.
j. Pola mekanisme kopping stres
Pasien mengatakan belum memahami penyebab penyakit ASD yang
dideritanya, pasien sering bertanya kepada dokter dan perawat. Pasien masih bingung
tindakan apa yang akan dilakukan untuk mengobati penyakitnya, dan apakah
penyakitnya bisa sembuh.
k. Pola tata nilai kepercayaan
SMRS : Pasien mengatakan beragama Islam dan rutin menjalankan
sholat.
MRS
: Pasien beribadah dengan kondisi keterbatasan fisiknya.
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : lemas, lemah
2. GCS
: 456
3. Tanda-tanda vital
26
4.
5.
6.
7.
simetris.
8. Struktur tubuh dan mobilitas
Pasien dapat duduk dan berjalan dengan baik, tetapi pasien mudah lelah
ketika berjalan.
9. Perilaku
Kontak mata baik, kooperatif dengan orang baru, pasien tampak bersih
dan rapi, pasien terlihat cemas
10. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri di kepala, wajah
simetris, tidak adda edema, leher simetris, tdak ada pembesaran
kelenjar
b. Sistem Pengindraan
Mata : alis mata normal, tidak ada edema pada kelopak mata,
pembesaran tonsil
c. Sistem Integumen
Warna kulit putih dan bersih, rambut tebal agak rontok, kuku tidak
pucat, suhu normal, turgor kulit <2 detik
d. Sitem Respiratori
Thorax simetris, payudara simetris, iktus cordis teraba, tidak ada
retraksi otot bantu nafas, paru paru simetris
e. Sistem Kardivaskuler
Iktus cordis teraba, S1 tunggal S2 Ride fixed splitty
f. Sistem Gastrointestinal
Abdomen simetris, tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembesaran hati, terdapat bising usus
g. Sitem Genetalia
Tidak terpasang karteter urine, tidak ada kesulitan BAK
h. Sistem mukuloskletal
27
Ekstremitas normal, akral hangat, tidak ada edema, kaki mudah lelah
jika berjalan agak jauh
i. Sistem persarafan
Tonus otot normal, kekuatan otot 5, tidak ada kelainan saraf
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hasil Pemeriksaan Patologi Klinik
Tanggal : 1 Juni 2016
Pemeriksaan
HGB
Hasil Pemeriksaan
18,0
Nilai Normal
L = 13,3 - 16,6 g/dL
P = 11,0 - 14,7 g/dL
RBC
HCT
5,81
53,6
WBC
17,21
b. Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik
Tanggal : 1 Juni 2016
3,37 - 10 (10^3/uL)
Pemeriksaaan
Albumin
BUN
Hasil
3,8
17
Satuan
g/dL
mg/dL
Nilai Normal
3,4 5,0
7 18
Kreatinin serum
Glukosa
SGOT
SGPT
0,99
126
24
25
mg/dL
mg/dL
U/L
U/L
0,6 - 1,3
4041
38
Hasil
145
4,3
112
Satuan
mmol/L
mmol/L
mmol/L
Nilai Normal
136-144
3,8-5,0
97-103
Satuan
Nilai Normal
7,35-7,45
35-45
80-100
22,0-26,0
23-30
-3,50-200
Hasil
7,4
32,8
28,0
20,6
21,6
-4,4
53,9
28
mmHg
mmHg
mmol/L
mmol/L
mmol/L
ANALISA DATA
NO
PENGELOMPOKAN DATA
KEMUNGKINAN PENYEBAB
29
MASALAH
1.
Nyeri
tulang belakang
Leukiemia
Do : TD: 130/90 mmHg
N : 100 x/menit
CML
R : 20 x/menit
Skala nyeri : 6 dari (1-10)
Leukositopeni
Myloproliferasi
tempat tidur
Q :Nyeri seperti tertusuk-tusuk,
terasa perih
R : Nyeri terpusat di tulang
Retraksi reseptor
belakang
Nervus ending
T : Nyeri kadang-kadang
muncul dengan frekuensi rata
Intoleransi
Aktifitas
Do : - Konjungtiva anemis
-
30
Penekanan BM gangguan
pembentukan komponen darah
Anemia
Lemah
Ganngguan gerak dan aktifitas
31
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama/Umur
: Tn M / 55 Th
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri yang berhubungan dengan infiltrasi
sumsum tulang yang di tandai dengan
2015
13 Oktober
2015
32
NAMA
JELAS
33
RENCANA KEPERAWATAN
Nama/Umur
: Tn M / 55 Th
KEPERAWATAN
1.
TUJUAN
KRITERIA
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
Nyeri yang
HASIL
Tujuan:
berhubungan
Setelah dilakukan
dengan infiltrasi
asuahan keperawatan
intervensi,
sumsum tulang
mengindikasi
dari leukemia
terjadinya
berkurang
KH :
6 jam
komplikasi
2. Membantu
mengevaluasi
dan kefefektifan
berkurang menjadi
intervensi
3. Meningkatkan
3. Berikan lingkungan
dan mampu
beristirahat dengan
tepat
kebutuhan untuk
pernyataan verbal
1. Membantu mengkaji
istirahat dan
mningkatkan
kemampuan koping
batasi pengunjung
4. Tempatkan pada posisi
yang nyaman dan
sokong sendi,
ekstremitas dengan
4. Dapat menurunkan
ketidaknyamanan
tulang sendi
bantalan
5. Anjurkan teknik
manejemn nyeri,
relaksasi: tarik nafas
dalam
5. Memudahkan
relaksasi, terapi
farmakologi
tambahan dan
meningkatkan
6. Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
terapi obat Injeksi
34
kemampuan koping
6. Untuk mengurangi
rasa nyeri
ranitidine 2 x 2mg
(pukul 08.00 dan 20.00)
Injeksi ceftriaxone 1 x
1gr (pukul 08.00)
Ketorolax 2 x 10 mg
Obat oral
Asam folat 3 x 1 tablet
1mg
PCT 3 x 1 tablet 500mg
2. Membatasi aktivitas
2.
fisik
1. Untuk mengetahui
Intoleransi
Tujuan :
aktifitas
Setelah dilakukan
berhubungan
asuahan keperawatan
dengan anemia
N : 70-80 x/menit
yang di tandai
pasien tidak
S : 36,6-37,5C
dengan penurunan
mengalami tanda-
tanda perdarahan
pemberian tranfusi TC
10 bag
KH :
- TTV Normal
TD : 120/80mmHg
R : 16-20 x/menit
4. Berkolaborasi dalam
dan pendarahan
gusi
5. Pantau adanya
TD : 120/80 mmHg
pendarahan
2. Memaksimalkan
sediaan energi untuk
berktivitas atau
perawatan diri
3. Menghemat energi
untuk aktfitas dan
N : 70-80 x/menit
regenerasi seluler
S : 36,6-37,5C
atau penyambungan
R : 16-20 x/menit
jaringan
4. Tranfusi darah dapat
- Tidak terdapat
pendarahan
- Hb
L: 14-18 g/dL
meningktkan kadar
Hb didalam darah
35
P : 12-16 g/Dl
pasien.
5. Untuk mencegah
adanya pendarahan
kembali
36
PELAKSANAAN
NO
TANGGAL/
DIAGNOSA
JAM
TINDAKAN KEPERAWATAN
37
TANDA
TANGAN
13 Oktober 2015/
08.00
Memberikan injeksi:
a. Ceftriaxon 1 x 1g
b. Ranitidin 1 x 2mg
c. Ketorolax 1 x 10mg
09.30
TD : 120/80 mmHg
N : 100 x/menit
S
: 36,7C
: 20 x/menit
11.00
14 Oktober 2015/
14.30
15.30
38
relaksasi
3. Mengkaji tingkat nyeri
16.00
16.30
39
13 Oktober 2015/
08.30
09.00
09.30
10.00
10.30
11.00
12.00
:2
14 Oktober 2015/
15.30
1. Memberikan injeksi:
d. Cepriaxon
e. Ranitidin
f. Ceftriaxon
40
CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL
13 Oktober
NO.
Dx.KEP
Dx 1
2015
PERKEMBANGAN
S : Pasien mengatakan nyeri berada di skala 6
O : Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
N : 100 x/menit
S
: 36,7C
R : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6
Dx 2
2015
O : Konjungtiva anemis
Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 86 x/menit
S
: 36,5C
: 20 x/menit
Dx 1
: 36,3C
: 20 x/menit
41
PELAKSANA
Dx 2
N : 93 x/menit
S
: 36,3C
: 20 x/menit
42
PEMBAHASAN
Setelah mempelajari tinjauan pustaka dan melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien CML dengan masalah nyeri, maka akan dibahas mengenai:
A. Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian identitas, didapatkan klien berusia 55 tahun. Hal ini
biasanya penderita Cronik Mielositik Leukimia (CML) lebih sering ditemukan
pada anak anak(82%) dari usia dewasa (18%) dan lebih sering ditemukan pada
laki laki dari pada wanita. Hal inisesuaidenganteorithe leukimia and lymphoma
society (2009) amerikaserikat, Leukemia Limfoblastik akut (LLA) merupakan
leukemia dengan karakteristik proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari
sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali dan kegagalan organ. LLA
82% ditemukan pada anak-anak dan hanya 18% pada orang dewasa. Insiden LLA
mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anakanak dapat hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis.Maka dari itu tidak ada patokan
yang menyebutkan bahwa CML menyerang orang dewasa berdasarkan jenis
kelaminnya.
Berdasarkan hasil pengkajian riwayat penyakit pada klien CML dengan
masalah nyeri, klien pertama mengalami gelisah,susah tidur, tanda dan
gejaladangejala, penyakit cml antara lain adalah Umumnya gejala CML pada
anak-anak. Biasanya tidak spesifik, seperti fatigue, malaise dan penurunan berat
badan. Abdominal discomfort, yang di sebabkan oleh splenomegali. Gejala
biasanya tidak nyata dan diagnosa sering di tegakkan bila pemeriksaan darah di
lakukan atas alasan lain. Hipermetabolisme, termasuk kehilangan berat badan,
anoreksia dan keringat malam. Gejala leukostasis seperti gangguan penglihatan
atau priapismusjarang terjadi. Hal inisesuaidenganteori(Suriadi, & Rita yuliani,
2001 : 175).Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari
sumsum tulang yang ditandai oleh proliferasi selsel darah putih dengan
manifestasi adanya selsel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada
gangguan dalam pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam darah berfloreferasi
secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal. Oleh
karena proses tersebut fungsifungsi lain dari sel darah merah normal terganggu
hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik.Dari hasil
pengkajian tanda dan gejala yang di dapatkan, dapat diketahui bahwa gejala
penyakit CML yang mengalami nyeri antara lain adalah klien mengalami gelisah,
mengeringai.
43
44
keperawatan
yang
terjadipadaklienadalahnyeriberhubungandenganefek
fisologis,
halinisesuaidenganteori(Iman,
1997)yaituDepresisumsumtulangyangtakkanberdampakpadapenurunanlekosit,
eritrosit,
factorpembekuandanpeningkatantekananjaringan.Adanyainfiltrasipadaekstramed
ularakanberakibatterjadinyapembesaranhati,
limfe,
noduslimfe,
keperawatannyeri
yang
vital,
ciptakanlingkungan
yang
tenang,
ajarkanteknikdistraksidanrelaksasi,
aturposisipasiensenyamanmungkinsesuaikeinginanpasien,
dankolaborasidengandokteruntukpemberianobat-obat
anti
nyerisecarateratur.
45
46