Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Polewali, 05 januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian dari kasus
B. Patoflow keperawatan sesuai hasil pengkajian
C. Diagnosa keperawatan
D. Interpensi keperawatan
E. Evaluasi keperawatan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustka
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Prevalensi asma tertinggi di Surakarta sebesar 2,42 %. Terdapat beberapa faktor
yang berperan dalam menyebabkan keadaan asma tidak terkontrol. Diantaranya adalah
indeks massa tubuh berlebih. Penelitian yang dilakukan Atmoko dan kawan-kawan tahun
2009 di poliklinik asma RS Persahabatan Jakarta didapatkan 75% penderita asma tidak
terkontrol, hal ini berkaitan dengan indeks masa tubuh. World Health Organization
(WHO) memperkirakan 100- 150 juta penduduk di dunia adalah penderita asma dan
diperkirakan terus bertambah sekitar 180.000 orang setiap tahun (Rosamarlina et al,
2010). Prevalensi asma tertinggi di Surakarta sebesar 2,42 % (Dinas Kesehatan, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Atmoko dan kawan-kawan pada tahun 2009 di poliklinik
asma RS Persahabatan Jakarta didapatkan 75% merupakan penderita asma tidak
terkontrol, hal ini berkaitan dengan indeks masa tubuh (IMT) (Atmoko et al, 2011).
Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah padaa
makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penderita
penyakit asma.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. TUJUAN UMUM
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan
asuhan keperawatan kepada pasien penderita penyakit asma.
2. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus pada karya tulis ini adalah
a. Mengkaji pasien dengan penderita penyait asma.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan denagn penderita penyakit asma .
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien penyakit asma
d. Melaksanakan interpensi keperawatan pada pasien penyakit asma
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien penyakit asma .
BAB II

TINJAUN TEORI

A. Pengertian

Asma adalah gangguan pada bronkus dan trakhea yang memiliki reaksi berlebihan terhadap
stimulus tertentu dan bersifat reversibel (Padila, 2015). Definisi asma juga disebutkan oleh
Reeves dalam buku Padila yang menyatakan bahwa asma adalah obstruksi pada bronkus
yang mengalami inflamasi dan memiliki respon yang sensitif serta bersifat reversible. Asma
merupakan penyakit kronis yang mengganggu jalan napas akibat adanya inflamasi dan
pembengkakan dinding dalam saluran napas sehingga menjadi sangat sensitif terhadap
masuknya benda asing yang menimbulkan reaksi berlebihan. Akibatnya saluran nafas
menyempit dan jumlah udara yang masuk dalam paru-paru berkurang. Hal ini menyebabkan
timbulnya napas berbunyi (wheezing), batuk-batuk, dada sesak, dan gangguan bernapas
terutama pada malam hari dan dini hari (Soedarto. 2012).

B. Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan

asma, yaitu :

1) Faktor predisposisi yaitu genetik

2) Faktor Presipitasi yaitu alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja dan

olahraga.

Alergen dibagi menjadi 3 jenis, yaitu inhalan (yang masuk saluran pernapasan) seperti

debu, bulu binatang, serbuk bunga, dan polusi. Ingestan (yang masuk melalui mulut)

seperti makanan dan obat-obatan. Kontakan yang masuk melalui kontak dengan kulit
seperti perhiasan, logam dan jam tangan (Tanjung, 2003).

C. Patofisiologi
Kelainan utama dari asma diduga disebabkan karena adanya hipersensitivitas dari
cabang-cabang bronkus terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya. Munculnya
kerentanan ini disebabkan oleh adanya perubahan terhadap atau rangsangan yang
berlebih-lebihan dengan faktor-faktor lingkungan tertentu, seperti pemaparan bahan
alergen atau iritan (Qlintang,1997).
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara : alergen masuk ke
dalam tubuh dan membentuk antibodi Ig E abnormal yang melekat pada sel mast dalam
jumlah yang besar, serta menyebabkan reaksi alergi bila bereaksi dengan antigen
spesifiknya (Tanjung, 2003).

D. Gejala
Gejala klinis dari asma adalah kepekaan selaput lendir bronkhial, hiper-reaktif otot
bronkhial, peningkatan produksi mukus, spasme otot polos, dan penyempitan jalan napas.
Gejala asma yang utama adalah batuk, mengi (wheezing), pernapasan pendek dan rasa
sesak di dada (Qlintang, 1997). Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul
makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada,
takhikardi, dan pernapasan cepat dan dangkal. Serangan asma sering kali terjadi malam
hari (Tanjung, 2003).

E. Diagnosa

Penampilan klinik : pasien khas mempunyai riwayat bising pernafasan, batuk-batuk,


tidak dapat bernafas dan perasaan ketat pada dada. Keparahannya bervariasi dan keluhan
keluhan ringan intermiten yang tidak memerlukan terapi hingga keluhan-keluhan
gangguan pernafasan terus menerus yang menyebabkan pasien tak berdaya meskipun
telah diberikan terapi intensif (Anonim, 1995). Pemeriksaan fungsi paru : Hasil
pembacaan aliran puncak yang dilakukan 2 kali sehari pada saat bangun dan jam 5-6 sore
dapat memperlihatkan variabilitas atau suatu variasi diurnal yang lebih dari 20%. Variasi
yang demikian biasanya merupakan diagnosis bagi asma (Qlintang, 1997). Diagnosis
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan sputum dan
pemeriksaan darah, pemeriksaan penunjang meliputi radiologi, tes kulit,
elektrokardiografi, scanning paru, dan spirometri (Tanjung, 2003).

Angka kejadian asma bervariasi diberbagai negara,


tetapi terlihat kecendrungan bahwa penderita penyakit ini
meningkat jumlahnya, meskipun belakang ini obat-obatan asma
banyak dikembangkan. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dalam world health report 2000 menyebutkan, lima
penyakit paru utama merupakan 17,4 % dari seluruh kematian
di dunia, masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2 %, PPOK
(Penyakit Paru Obstruksi Kronis) 4,8%, Tuberkulosis 3,0%,
kanker paru/trakea/bronkus 2,1 %. Dan asma 0,3%. (Infodatin,
2017)

Anda mungkin juga menyukai