Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS


PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN :
ASMA

DISUSUN OLEH :
ISELFIA MYATRIZKY
NIM.211133053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
TA. 2021/2022
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI

Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bersinergi, Bermutu dan Unggul


dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif
sebagai Rujukan Nasional Berkualitas Global.

MISI
1. Menyelenggarakan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi Pendidikan Ners
dibidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
berkualitas global.
2. Menghasilkan lulusan Ners yang berintelektualitas tinggi, berbudi luhur
dan mampu bersaing secara global.
3. Mengembangkan tata kelola perguruan tinggi dibidang keperawatan vokasi
dan Pendidikan Ners yang mandiri, transparan dan akuntabel.
4. Berperan aktif dalam kerjasama pengembangan dan peningkatan sistem
pendidikan Ners di tingkat global.
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN :
ASMA

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik


(Clinical Teacher) dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Telah disetujui

Mahasiswa,

Iselfia Myatrizky
NIM. 2111330053
Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ida Rosyada, S.ST,Ners


NIP. NIP. 197702212000032002
BAB I
KONSEP DASAR
A. Definisi
Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang
ditandai dengan sesak akibat peradangan dan penyempitan pada saluran
napas. Asma dapat diderita oleh semua golongan usia, baik muda maupun
tua. Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif
dibandingkan orang normal. Ketika paru-paru terpapar pemicu asma, maka
otot-otot di saluran pernapasan akan kaku sehingga membuat saluran
tersebut menyempit. Selain itu, produksi dahak juga meningkat.
Kombinasi dari kondisi tersebut membuat penderita mengalami gejala
asma (Padila, 2021). Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI di
tahun 2020, diperkirakan ada 2,4 persen dari seluruh penduduk Indonesia
yang menderita asma (Kemenkes, 2020). Sedangkan menurut data WHO
di tahun 2019, penderita asma di seluruh dunia mencapai 262 juta orang,
dengan angka kematian akibat asma mencapai 461.000 orang (WHO,
2020).

B. Etiologi
Adapun etiologi dari asma menurut Soedarti (2020), antara lain :
1. Kegiatan fisik (exercise)
2. Kontak dengan alergen dan irritan
Allergen dapat disebabkan oleh berbagai bahan yang ada di
sekitar penderita asma seperti misalnya kulit, rambut, dan sayap hewan.
Selain itu debu rumah yang mengandung tungau debu rumah (house
dust mites) juga dapat menyebabkan alergi. Hewan seperti lipas
(cockroaches, kecoa) dapat menjadi pemicu timbulnya alergi bagi
penderita asma. Bagian dari tumbuhan seperti tepung sari dan ilalang
serta jamur (nold) juga dapat bertindak sebagai allergen.
Irritans atau iritasi pada penderita asma dapat disebabkan oleh
berbagai hal seperti asap rokok, polusi udara. Faktor lingkungan
seperti udara dingin atau perubahan cuaca juga dapat menyebabkan
iritasi. Bau-bauan yang menyengat dari cat atau masakan dapat
menjadi penyebab iritasi. Selain itu, ekspresi emosi yang berlebihan
(menangis, tertawa) dan stres juga dapat memicu iritasi pada penderita
asma.
3. Akibat terjadinya infeksi virus
4. Penyebab lainnya. Berbagai penyebab dapat memicu terjadinya
asma yaitu:
a. Obat-obatan (aspirin, beta-blockers)
b. Sulfite (buah kering wine)
c. Gastroesophageal reflux disease, menyebabkan terjadinya rasa
terbakar pada lambung (pyrosis, heart burn) yang memperberat
gejala serangan asma terutama yang terjadi pada malam hari
d. Bahan kimia dan debu di tempat kerja
e. Infeksi
C. Klasifikasi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prayahara (2021), ada 3
jenis asma yaitu :

1. Asma alergenik atau ekstrinsik


Merupakan asma yang disebabkan karena terpapar oleh alergen seperti
debu, bulu, makanan, dan sebagainya. Asma jenis ini biasanya muncul
sejak anak-anak
2. Idiopatik atau non alergenik/intrinsik
Asma idiopatik merupakan asma yang disebabkan bukan karena
paparan alergi pada asma alergenik. Penyebab dari asma jenis ini yaitu
faktor seperti polusi, infeksi saluran pernafasan atas, aktivitas, dan
emosi. Asma non alergenik biasanya muncul pada saat dewasa atau
sekitar usia 35 tahun.
3. Asma campuran
Asma campuran merupakan gabungan dari dua jenis asma yang telah
disebutkan sebelumnya dan asma ini paling umum terjadi.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul yaitu hipoventilasi, dyspnea,
wheezing, pusing-pusing, sakit kepala, nausea, peningkatan nafas pendek,
kecemasan, diaphoresis, dan kelelahan. Hiperventilasi adalah salah satu
gejala awal dari asma. Kemudian sesak nafas parah dengan ekspirasi
memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus). Gejala utama yang
sering muncul adalah dipsnea, batuk dan mengi. Mengi sering dianggap
sebagai salah satu gejala yang harus ada bila serangan asma muncul
(Padila, 2021).

E. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita asma
diantaranya (Kurniawan Adi Utomo, 2022) :
1. Pneumonia
Adalah peradangan pada jaringan yang ada pada salah satu atau kedua
paru – paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi.

2. Atelektasis
Adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru – paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus).
3. Gagal nafas
Terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru –
paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan terjadi
pembentukan karbondioksida dalam sel – sel tubuh.
4. Bronkhitis
Bronkitis adalah kondisi dimana lapisan bagian dalam dari saluran
pernafasan di paru – paru yang kecil (bronkiolus) mengalami bengkak.
Selain bengkak juga terjadi peningkatan lendir (dahak). Akibatnya
penderita merasa perlu batuk berulang – ulang dalam upaya
mengeluarkan lendir yang berlebihan.
5. Fraktur iga
Adalah patah tulang yang terjadi akibat penderita terlalu sering bernafas
secara berlebihan pada obstruksi jalan nafas maupun gangguan ventilasi
oksigen
F. Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan pada penderita
asma diantaranya (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2021) :
1. Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer /
inhaler), positif jika peningkatan VEP / KVP > 20 %.
2. Sputum
Eosinofil meningkat.
3. RO dada
Yaitu patologis paru / komplikasi asma.
4. AGD
Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan
hipokapnia (PCO2 turun) kemudian pada fase lanjut normokapnia dan
hiperkapnia (PCO2 naik).
5. Uji alergi kulit, IgE.
Uji alergi kulit merupakan suatu prosedur tes alergi untuk
mengetahui apakah pasien memiliki reaksi alergi terhadap zat
atau benda tertentu. Tes alergi bisa dilakukan dalam bentuk tes
darah, tes kulit atau dengan diet eliminasi.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada asma menurut Padila (2021) yaitu:
a. Agonis adrenergik – beta 2 kerja – pendek.
b. Antikolinergik.
c. Kortikosteroid : inhaler dosis – terukur (MDI).
d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrien.
e. Metilxantin
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma (2021),
penatalaksaan keperawatan sebagai berikut:
a. Kaji status respirasi pasien dengan memonitor tingkat keparahan
gejala, suara nafas, oksimetri nadi, dan tanda – tanda vital.
b. Kaji riwayat reaksi alergi terhadap obat tertentu sebelum
memberikan medikasi.
c. Identifikasi medikasi yang tengah digunakan oleh pasien.
d. Beikan medikasi yang telah diresepkan dan monitor respon pasien
sesuai medikasi tersebut.
e. Berikan terapi cairan jika pasien mengalami dehidrasi.
f. Bantu prosedur intubasi, jika diperlukan.
g. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
BAB II
WOC (WEB OF CAUSATION)

- Alergen: debu, spora, bulu binatang - Infeksi saluran pernafasan Stres berlebihan
- Iritan: bahan kimia, polusi udara atas
- Obat-obatan. Peningkatan hormon
kortikosteroid
Peka rangsang
Reaksi antigen - antibodi

Produksi substansi vasoaktif


(Histamin, bradikinin, anafilatoksin)

 Kontraksi otot polos meningkat


 Oedema mukosa
 Sekresi mukus meningkat

ASMA

B1 B2 B3 B5 B6
(Breathing) (Blood) (Brain) (Bowel) (Bone)

Suplay O2
Kontraksi otot Permeabili- Sekresi sesak ke
polos tas kapiler mukus O2 ke jaringan sputum
jaringan
meningkat meningkat meningkat otak menurun menurun

Ventilasi kesulitan
Broncho Oedem Produksi terganggu
spasme mukosa mukus menelan kelemahan
meningkat Hipoxia
Saluran Difusi gas Suplai O2
pernafasan di alvioli Penyempit- ke seluruh
tubuh MK :
menyempit terganggu an saluran  Kesadaran
nafas berkurang Intolerasi
menurun
aktifitas
Ventilasi  Gangguan
terganggu Pertukaran keseimbang
O2 dan CO2 an
terganggu Ronchi intake
wheezing Mk : makanan
Perfusi menurun
 Dispnea MK :
perifer
 Tachipnea hipoksemia Risiko
tidak
 Penggunaan efektif jatuh
MK :
otot bantu
Bersihan MK : Defisit
nafas
MK : jalan nutrisi
Gangguan nafas
MK : Pola pertukaran tidak
nafas gas efektif
tidak
efektif
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Pasien
Identitas (pasien dan keluarga/penanggung jawab) meliputi: Nama,
umur,jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, dan hubungan pasien dengan keluarga/pengirim).
2. Primary Survey
a. Airway
1) Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau
kesadarannya menurun. Agitasi memberi kesan adanya hipoksia,
dan penurunan kesadaran memberi kesan adanya hiperkarbia.
Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh
kurangnya oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada
kuku-kuku dan kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan
penggunaan otot-otot napas tambahan yang apabila ada,
merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway. Airway
(jalan napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan
memperhatikan kontrol servikal, pasang servikal kollar untuk
immobilisasi servikal sampai terbukti tidak ada cedera servikal,
bersihkan jalan napas dari segala sumbatan, benda asing, darah
dari fraktur maksilofasial, gigi yang patah dan lain-lain. Lakukan
intubasi (orotrakeal tube) jika apnea, GCS (Glasgow Coma Scale)
< 8,pertimbangan juga untuk GCS 9 dan 10 jika saturasi oksigen
tidak mencapai 90%.
2) Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang
berbunyi (suara napas tambahan) adalah pernapasan yang
tersumbat.
3) Feel (raba)
b. Breathing
1) Mengkaji apakah pasien dapat bernafas dengan spontan atau tidak
2) Memperhatikan gerakan dada pasien apakah simetris atau tidak
3) Mengkaji irama nafas apakah cepat, dangkal atau normal
4) Mengkaji keteraturan pola nafas
5) Mendengarkan, mengamati, serta mengkaji suara paru apakah
terdapat wheezing, vesikuler, maupun ronchi
6) Mengkaji apakah pasien mengalami sesak nafas
7) Mengkaji respiratory rate pasien
c. Circulation
1) Mengkaji nadi pasien apakah teraba atau tidak, jika teraba hitung
berapa denyut nadi permenit
2) Mengkaji tekanan darah pasien
3) Mengamati apakah pasien pucat atau tidak
4) Menghitung CRT pasien perdetik
5) Menghitung suhu tubuh pasien dan rasakan akral pasien apakah
teraba dingin atau hangat
6) Mengamati apakah terdapat perdarahan pada pasien, dan kaji
lokasinya serta jumlah perdarahan
7) Mengkaji turgor pasien
8) Mengkaji adanya diaphoresis
9) Mengkaji riwayat kehilangan cairan berlebihan.
d. Disability
1) Mengkaji tingkat kesadaran pasien
2) Mengkaji nilai GCS pasien yang meliputi mata, verbal, dan
motoriknya
3) Mengkaji pupil pasien apakah isokor, unisokor, pinpoint, atau
medriasis
4) Mengkaji adanya reflek cahaya
e. Exposure
Mengkaji adanya cedera lain yang dapat mempengaruhi kondisi
pasien, seperti ada tidaknya laserasi, edema dan lainnya
f. Keluhan Utama
Pada pengkajian keluhan utama ini dibagi menjadi dua yaitu, keluhan
utama saat masuk rumah sakit dan keluhan utama saat pengkajian.
Pada pasien asma keluhan utama yang dirasakan adalah sesak nafas
pada saat belum diberikan oksigen (Nixson Manurung, 2020)
3. Secondary Assesment (re evaluasi)
1) Airway : apakah ada obstruksi jalan napas,bunyi napas stridor atau
tidak
2) Breathing : frekuensi napas klien, dan suara napas tambahan atau
tidak
3) Cirkulasi : frekuensi nadi klien cepat atau lambat, spo2 dan crt klien
4) Disability :menilai gcs klien
5) Exposure :apakah ada cedera pada tubuh klien
4. Riwayat Keperawatan (Nursing history)
a. A (Alergic) : mengkaji pakah klien memiliki riwayat alergi
b. M (Medication) : mengkaji apakah pasien/korban mengkonsumsi
obat-obatan, baik obat-obatan yang dikonsumsi secara teratur
(misalnya obat hipertensi pada penderita hipertensi), maupun obat
yang dikonsumsi terakhir kali (misalnya obat anti nyeri).
c. P (Past Health History) :mengkaji apakah pasien/korban memiliki
atau menderita penyakit, misalnya diabetes, epilepsy, penyakit
jantung, dsb. Kita juga mengkaji apakah pasien/korban pernah
kecelakaan/cidera sebelumnya atau pernah menjalani pembedahan.
d. L (Last Meal) :mengkaji makanan dan minuman yang dikonsumsi
oleh pasien/korban terakhir kali.
e. E (Even History) :mengkaji apa yang terjadi pada pasien
5. Observasi pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesi yang mengarah pada keluhan-
keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data
daripengkajian anamnesis. Meliputi pemeriksaan tanda tanda vital seperti
tekanan darah,respirasi,nadi dan suhu tubuh.
a. Kepala dan leher
Kepala. Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan
distribusi rambut kulit kepala), palpasi (keadaan rambut, tengkorak,
kulit kepala, massa, pembengkakan, nyeri tekan, Leher. Inspeksi
(bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan parut, massa), tiroid),
palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid, trakea), mobilitas leher.
b. Dada dan paru
1) Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan
kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi dada
dikerjakan baik pada saat dada bergerak atau pada saat diem,
terutama sewaktu dilakukan pengamatan pergerakan
pernapasan. Pengamatan dada saat bergerak dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui frekuensi, sifat dan ritme/irama
pernapasan.
2) Palpasi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit
pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan
ekspansi, dan tactil vremitus (vibrasi yang dapat teraba yang
dihantarkan melalui sistem bronkopulmonal selama seseorang
berbicara)
3) Perkusi. Perhatikan adanya hipersonor atau ”dull” yang
menunjukkan udara (pneumotorak) atau cairan (hemotorak)
yang terdapat pada rongga pleura.
4) Auskultasi. Berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang
trakeobronkeal dan untuk mengetahui adanya sumbatan aliran
udara. Auskultasi juga berguna untuk mengkaji kondisi paru-
paru dan rongga pleura.
c. Kardiovaskuler
Inspeksi dan palpasi. Area jantung diinspeksi dan palpasi secara
stimultan untuk mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau
dorongan (heaves). Palpasi dilakukan secara sistematis mengikuti
struktur anatomi jantung mulai area aorta, area pulmonal, area
trikuspidalis, area apikal dan area epigastrik
Perkusi. Dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung.
Akan tetapi dengan adanya foto rontgen, maka perkusi pada area
jantung jarang dilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat pada
hasil foto torak anteroposterior.
d. Ekstremitas
Beberapa keadaan dapat menimbulkan iskemik pada ekstremitas
bersangkutan, antara lain :
1) Cedera pembuluh darah.
2) Fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku.
3) Crush injury.
4) Sindroma kompartemen.
5) Dislokasi sendi panggul.
6. Sistem Tubuh
a. Pernapasan ( B1 : Breathing)
Perubahan pada sistem pernapasan bergantung pada gradasi blok
saraf parasimpatis klien mengalami kelumpuhan otot otot pernapasan
dan perubahan karena adanya kerusakan jalur simpatetik desending
akibat trauma pada tulangbelakang sehingga mengalami terputus
jaringan saraf di medula spinalis, pemeriksaan fisik dari sistem ini
akan didapatkan hasil sebagai berikut inspeksi umum didapatkan
klien batuk peningkatan produksi sputum, sesak napas.
b. Cardiovaskuler (B2 : Bleeding)
Dari hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah menurun nadi
bradikardi dan jantung berdebar-debar. Pada keadaan lainnya dapat
meningkatkan hormon antidiuretik yang berdampak pada
kompensasi tubuh.
c. Persyarafan (B3 Brain)
Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, pengkajian fungsi serebral
dan pengkajian saraf kranial. Pengkajian tingkat kesadaran : tingkat
keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator
paling sensitif untuk disfungsi sistem persyarafan. Pengkajian fungsi
serebral : status mental observasi penampilan, tingkah laku nilai
gaya bicara dan aktivitas motorik klien Pengkajian sistem motorik
inspeksi umum didapatkan kelumpuhan pada ekstermitas bawah,
baik bersifat paralis, dan paraplegia. Pengkajian sistem sensori
ganguan sensibilitas pada klien cedera kepala berat sesuai dengan
segmen yang mengalami gangguan.
d. Perkemihan eleminasi urinaria (B4 : Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna ,jumlah,dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
e. Pencernaan eleminasi alvi (B5 Bowel)
Pada keadaan syok spinal, neuropraksia sering didapatkan adanya
ileus paralitik, dimana klinis didapatkan hilangnya bising usus,
kembung,dan defekasi, tidak ada. Hal ini merupakan gejala awal dari
tahap syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu.
f. Tulang otot integumen (B6 Bone)
Paralisis motorik dan paralisis organ internal bergantung pada
ketinggian lesi saraf yang terkena trauma. Gejala gangguan motorik
sesuai dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena.disfungsi
motorik paling umum adalah kelemahan dan kelumpuhan.pada
saluran ekstermitas bawah. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan
turgor kulit.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik secara aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang
ditegakkan dalam masalah ini adalah masalah keperawatan yang dapat
muncul berdasarkan WOC dari diagnosa Asma. Diagnosa keperawatan yang
dapat muncul dalam buku SDKI yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
b. Penyebab
1) Fisiologis
a) Spasme jalan napas
b) Hipersekresi jalan napas
c) Disfungsi neuromuskuler
d) Benda asing dalam jalan napas
e) Adanya jalan napas buatan
f) Sekresi yang tertahan
g) Hiperplasia dinding jalan napas
h) Proses infeksi
i) Respon alergi
j) Efek agen farmakologia (mis. Anastesi)
2) Situasional
a) Perokok aktif
b) Perokok pasif
c) Terpajan polutan
2. Gangguan pertukaran gas
a. Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan membrane alveolus-kapiler
3. Pola nafas tidak efektif
a. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
b. Penyebab
1) Depresi Pusat Pernapasan
2) Hambatan Upaya Napas (Mis. Nyeri Saat Bernapas, Kelemahan
Otot Pernapasan)
3) Deformitas Dinding Dada
4) Deformitas Tulang Dada
5) Gangguan Neuro Muskular
6) Gangguan Neurologis (Mis. Elektroensefalogram (Eeg) Positif,
Cedera Kepala, Gangguan Kejang)
7) Imaturitas Neurologis
8) Penurunan Energi
9) Obesitas
10) Posisi Tubuh Yang Menghambat Ekspansi Paru
11) Sindrom Hipoventilasi
12) Kerusakan Inervasi Diafragma (Kerusakan Saraf C5 Ke Atas)
13) Cedera Pada Medulla Spinalis
14) Efek Agen Farmakologis
15) Kecemasan
4. Perfusi perifer tidak efektif
a. Definisi
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh.
b. Penyebab
1) Hiperglikemia
2) Penurunan konsentrasi gemoglobin
3) Peningkatan tekanan darah
4) Kekurangan volume cairan
5) Penurunan aliran arteri dan / atau vena
6) Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis.
merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam ,
imobilitas)
7) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis.
diabetes melittus, hiperlipidemia)
8) Kurang aktivitas fisik.
 
5. Intoleransi aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
6. Resiko defisit nutrisi
c. Definisi
Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
d. Faktor Risiko
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (mis. Stres, keenganan untuk makan)
7. Risiko jatuh
a. Definisi
Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat
terjatuh.
b. Faktor Risiko
1) Usia >65 tahun (pada dewasa) atau <2 tahun (pada anak).
2) Riwayat jatuh.
3) Anggota gerak bawah prostesis (buatan).
4) Penggunaan alat bantu berjalan.
5) Penurunan tingkat kesadaran.
6) Perubahan fungsi kognitif.
7) Lingkungan tidak aman (mis. Licin, gelap, lingkungan asing).
8) Kondisi pasca operasi.
9) Hipotensi ortostatik.
10) Perubahan kadar glukosa darah.
11) Anemia.
12) Kekuatan otot menurun.
13) Gangguan pendengaran.
14) Gangguan keseimbangan.
15) Gangguan penglihatan (mis. Glaukoma, katarak, ablasio, retina,
neuritis optikus).
16) Neuropati.
17) Efek agen farmakologis (mis. Sedasi, alkohol, anastesi umum).
H. Intervensi keperawatan
Menurut SIKI DPP PPNI, intervensi keperawatan adalah segala
treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan
dan penilaian krisis untuk mencapai luaran (outcome) yang di harapkan,
sedangkan tindakan keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik
yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimpementasikan intervensi
keperawatan. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia menggunakan
sistem klasifiksai yang sama dengan SDKI. Sistem klasifikasi diadaptasi
dari sistem klasifikasi international classification of nursing precite
(ICNP) yang dikembangkan oleh International Council of Nursing (ICN).
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif (I. Latihan Batuk Efektif (I.
nafas tidak (L.01001) 01006) 01006)
efektif Setelah dilakukan Observasi Observasi
(D.0001) intervensi keperawatan a. Identifikasi a. Batuk dapat
selama 1 x24 jam maka kemampuan batuk membantu
bersihan jalan napas b. Monitor adanya pengeluaran sputum
meningkat dengan retensi sputum b. Sputum dapat menjadi
kriteria hasil : c. Monitor tanda dan menjadi penyebab
a. Produksi sputum gejala infeksi saluran hambatan jalan napas
menurun napas c. Adanya infeksi pada
b. Mengi menurun d. Monitor input dan esofagus dapat
c. Wheezing menurun output cairan ( mis. menyebabkan
d. Mekonimum (pada jumlah dan pembekakkan dan
neonatus) menurun karakteristik) menghalangi jalan
Terapeutik napas
e. Atur posisi semi- d. Output cairan untuk
Fowler atau Fowler mengetahui status
f. Pasang perlak dan hidrasi
bengkok di pangkuan Terapeutik
pasien e. Memperluas ekspansi
g. Buang sekret pada paru
tempat sputum f. Mencegah bed tetap
Edukasi bersih
h. Jelaskan tujuan dan g. Menghindari
prosedur batuk efektif penularan dari sputum
i. Anjurkan tarik napas Edukasi
dalam melalui hidung h. Mengedukasi tujuan
selama 4 detik, dan prosedur batuk
ditahan selama 2 efektif
detik, kemudian i. Mempersiapkan otot
keluarkan dari mulut esofagus dalam batuk
dengan bibir mencucu efektif
(dibulatkan) selama 8 j. Mempersiapkan otot
detik esofagus dalam batuk
j. Anjurkan mengulangi efektif
tarik napas dalam k. Mengeluarkan sputum
hingga 3 kali Kolaborasi
k. Anjurkan batuk l. Membantu dalam
dengan kuat langsung mengeluarkan sputum
setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi Manajemen Jalan Nafas (I.
l. Kolaborasi pemberian 01011)
mukolitik atau Observasi
ekspektoran, jika perlu a. Mengetahui adanya
penyimpangan atau
gangguan napas
Manajemen Jalan Nafas (I. b. Mengetahui penyebab
01011) hambatan pernapasan
Observasi c. Mengetahui jenis
a. Monitor pola napas sputum
(frekuensi, kedalaman, Terapeutik
usaha napas) d. Mempertahankan jalan
b. Monitor bunyi napas napas
tambahan (mis. e. Memperluas ekspansi
Gurgling, mengi, paru
weezing, ronkhi f. Mempermudah
kering) pengenceran sputum
c. Monitor sputum g. Mentransfer sputum
(jumlah, warna, ke area jalan napas
aroma) h. Mengeluarkan
Terapeutik akumulasi cairan
d. Pertahankan i. Mempertahankan
kepatenan jalan napas saturasi O2
dengan head-tilt dan j. Mengeluarkan
chin-lift (jaw-thrust hambatan jalan napas
jika curiga trauma k. Memenuhi kebutuhan
cervical) oksigen
e. Posisikan semi-Fowler Edukasi
atau Fowler l. Anjurkan asupan
f. Berikan minum hangat cairan 2000 ml/hari,
g. Lakukan fisioterapi jika tidak
dada, jika perlu kontraindikasi.
h. Lakukan penghisapan m. Ajarkan teknik batuk
lendir kurang dari 15 efektif
detik Kolaborasi
i. Lakukan n. Kolaborasi pemberian
hiperoksigenasi bronkodilator,
sebelum penghisapan ekspektoran,
endotrakeal mukolitik, jika perlu.
j. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan Pemantauan Respirasi
forsepMcGill (I.01014)
k. Berikan oksigen, jika Observasi
perlu o. Monitor frekuensi,
Edukasi irama, kedalaman, dan
l. Anjurkan asupan upaya napas
cairan 2000 ml/hari, p. Monitor pola napas
jika tidak (seperti bradipnea,
kontraindikasi. takipnea,
m. Ajarkan teknik batuk hiperventilasi,
efektif Kussmaul, Cheyne-
Kolaborasi Stokes, Biot, ataksik0
n. Kolaborasi pemberian q. Monitor kemampuan
bronkodilator, batuk efektif
ekspektoran, r. Monitor adanya
mukolitik, jika perlu. produksi sputum
s. Monitor adanya
Pemantauan Respirasi sumbatan jalan napas
(I.01014) t. Palpasi kesimetrisan
Observasi ekspansi paru
a. Monitor frekuensi, u. Auskultasi bunyi
irama, kedalaman, dan napas
upaya napas v. Monitor saturasi
b. Monitor pola napas oksigen
(seperti bradipnea, w. Monitor nilai AGD
takipnea, x. Monitor hasil x-ray
hiperventilasi, toraks
Kussmaul, Cheyne- Terapeutik
Stokes, Biot, ataksik0 y. Atur interval waktu
c. Monitor kemampuan pemantauan respirasi
batuk efektif sesuai kondisi pasien
d. Monitor adanya z. Dokumentasikan hasil
produksi sputum pemantauan
e. Monitor adanya Edukasi
sumbatan jalan napas aa. Jelaskan tujuan dan
f. Palpasi kesimetrisan prosedur pemantauan
ekspansi paru Informasikan hasil
g. Auskultasi bunyi pemantauan, jika perlu
napas
h. Monitor saturasi
oksigen
i. Monitor nilai AGD
j. Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
k. Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
l. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
m. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
n. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2 Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi Observasi
pertukaran gas (L.01003) (I.01014) 1. Untuk mengetahui
(D.0003) Setelah dilakukan Observasi karakteristik
intervensi keperawatan a. Monitor frekuensi, pernapasan pasien
selama 1 x24 jam maka irama, kedalaman, dan 2. Untuk mengetahui
pertukaran gas upaya napas pola napas pasien
meningkat dengan b. Monitor pola napas 3. Untuk mengetahui
kriteria hasil : (seperti bradipnea, kesimetrisan paru
a. Dispnea menurun takipnea, paru
b. Bunyi nafas hiperventilasi, 4. Untuk mengetahui
tambahan menurun Kussmaul, Cheyne- kadar oksigen di
c. PCO2 membaik Stokes, Biot, ataksik0 dalam tubuh pasien
d. PO2 membaik c. Monitor kemampuan 5. Untuk mengetahui
e. pH arteri membaik batuk efektif nilai fungsi paru-paru
d. Monitor adanya dan mendeteksi
produksi sputum ketidakseimbangan
e. Monitor adanya asam basa
sumbatan jalan napas 6. Untuk mengetahui
f. Palpasi kesimetrisan hasil diagnosis pasien
ekspansi paru melalui pemantauan
g. Auskultasi bunyi tindakan ini di
napas beberapa bagian tubuh
h. Monitor saturasi Terapeutik
oksigen 7. Untuk memantau
i. Monitor nilai AGD perkembangan
j. Monitor hasil x-ray kondisi pasien
toraks 8. Untuk mengetahui
Terapeutik hasil dari pemantauan
k. Atur interval waktu yang dilakukan serta
pemantauan respirasi dapat meninjau
sesuai kondisi pasien kembali tindakan
l. Dokumentasikan hasil yang akan
pemantauan direncanakan untuk
Edukasi pasien
m. Jelaskan tujuan dan Edukasi
prosedur pemantauan 9. Agar pasien mengerti
n. Informasikan hasil maksud dan tujuan
pemantauan, jika perlu dari prosedur
pemantauan selama
perawatan
Terapi Oksigen (I.01026) Kolaborasi
Observasi 10. Pemenuhan
a. Monitor kecepatan kebutuhan oksigen
aliran oksigen pasien
b. Monitor posisi alat
terapi oksigen
c. Monitor aliran oksigen Terapi Oksigen (I.01026)
secara periodic dan Observasi
pastikan fraksi yang a. Memantau kecepatan
diberikan cukup aliran oksigen
d. Monitor efektifitas b. Memastikan alat terapi
terapi oksigen (mis. oksigen pada posisi
oksimetri, analisa gas yang tepat
darah ), jika perlu c. Memastikan
e. Monitor kemampuan pemasukan oksigen
melepaskan oksigen yang tepat dan sesuai
saat makan d. Meningkatkan
f. Monitor tanda-tanda efektifitas terapi
hipoventilasi oksigen (mis.
g. Monitor tanda dan oksimetri, analisa gas
gejala toksikasi darah ), jika perlu
oksigen dan e. Memastikan
atelektasis pemakaian oksigen
h. Monitor tingkat dengan mandiri
kecemasan akibat f. Mengetahui adanya
terapi oksigen pola nafas tidak
i. Monitor integritas normal
mukosa hidung akibat g. Menghindari
pemasangan oksigen terjadinya tanda dan
Terapeutik gejala toksikasi
j. Bersihkan secret pada oksigen dan
mulut, hidung dan atelektasis
trachea, jika perlu h. Terapi oksigen yang
k. Pertahankan tidak tepat dapat
kepatenan jalan nafas memberikan ansietas
l. Berikan oksigen i. Pemasangan oksigen
tambahan, jika perlu yang lama dapat
m. Tetap berikan oksigen menyebabkan
saat pasien keringnya mukosa
ditransportasi hidung
n. Gunakan perangkat Terapeutik
oksigen yang sesuai j. Mencegah adanya
dengat tingkat hambatan jalan nafas
mobilisasi pasien k. Mempertahankan jalan
Edukasi nafas
o. Ajarkan pasien dan l. Memberikan oksigen
keluarga cara sesuai keperluan
menggunakan oksigen m. Menghindari
dirumah terjadinya hipoksia
p. Kolaborasi n. Memudahkan
q. Kolaborasi penentuan mobilisasi pasien
dosis oksigen Edukasi
r. Kolaborasi o. Mengedukasi pasien
penggunaan oksigen dan keluarga cara
saat aktivitas dan/atau menggunakan oksigen
tidur dirumah
Kolaborasi
p. Menentukan tingkat
oksigen yang tepat
q. Menghindari
terjsdinya kekurangan
asupan oksigen

3 Pola nafas Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Nafas (I. Manajemen Jalan Nafas (I.
tidak efektif Setelah dilakukan 01011) 01011)
(D.0005) intervensi keperawatan Observasi Observasi
selama 1 x24 jam maka a. Monitor pola napas a. Mengetahui pola
pola napas membaik (frekuensi, kedalaman, napas (frekuensi,
dengan kriteria hasil : usaha napas) kedalaman, usaha
a. Dispnea menurun b. Monitor bunyi napas napas)
b. Penggunaan otot tambahan (mis. b. Mengetahui jenis
bantu menurun Gurgling, mengi, hsmbatan jalan nafas
c. Pemanjangan fase weezing, ronkhi c. Mengetahui jenis
ekspirasi menurun kering) penyebab sputun
d. Frekuensi nafas c. Monitor sputum Terapeutik
membaik (jumlah, warna, d. Mempertahankan jalan
e. Kedalaman napas aroma) nafas
membaik Terapeutik e. Memperluas ekspansi
d. Pertahankan jalan nafas
kepatenan jalan napas f. Mempermudah
dengan head-tilt dan pengeluaran sputun
chin-lift (jaw-thrust g. Membantu transfer
jika curiga trauma sputum ke esofagus
cervical) h. Mengurangi hambatan
e. Posisikan semi-Fowler jalan nafas
atau Fowler i. Menghindari hipoksia
f. Berikan minum hangat j. Membantu
g. Lakukan fisioterapi pengeluaran sumbatan
dada, jika perlu jalan nafas
h. Lakukan penghisapan k. Memberikan oksigen
lendir kurang dari 15 sesuai kebutuhan
detik Edukasi
i. Lakukan l. Membantu pemenuhan
hiperoksigenasi oksigen
sebelum penghisapan m. Mengeluarkan sputum
endotrakeal secara mandiri
j. Keluarkan sumbatan Kolaborasi
benda padat dengan n. Mempermudah
forsepMcGill pengeluaran sputum
k. Berikan oksigen, jika
perlu Pemantauan Respirasi
Edukasi (I.01014)
l. Anjurkan asupan Observasi
cairan 2000 ml/hari, 1. Untuk mengetahui
jika tidak karakteristik
kontraindikasi. pernapasan pasien
m. Ajarkan teknik batuk 2. Untuk mengetahui
efektif pola napas pasien
Kolaborasi 3. Untuk mengetahui
n. Kolaborasi pemberian kesimetrisan paru
bronkodilator, paru
ekspektoran, 4. Untuk mengetahui
mukolitik, jika perlu. kadar oksigen di
dalam tubuh pasien
Pemantauan Respirasi 5. Untuk mengetahui
(I.01014) nilai fungsi paru-paru
Observasi dan mendeteksi
a. Monitor frekuensi, ketidakseimbangan
irama, kedalaman, dan asam basa
upaya napas 6. Untuk mengetahui
b. Monitor pola napas hasil diagnosis pasien
(seperti bradipnea, melalui pemantauan
takipnea, tindakan ini di
hiperventilasi, beberapa bagian tubuh
Kussmaul, Cheyne- Terapeutik
Stokes, Biot, ataksik0 7. Untuk menuliskan
c. Monitor kemampuan waktu pemantauan
batuk efektif sesuai dengan kondisi
d. Monitor adanya pasien
produksi sputum 8. Untuk mengetahui
e. Monitor adanya hasil dari pemantauan
sumbatan jalan napas yang dilakukan serta
f. Palpasi kesimetrisan dapat meninjau
ekspansi paru kembali tindakan yang
g. Auskultasi bunyi akan direncanakan
napas untuk pasien
h. Monitor saturasi Edukasi
oksigen 9. Agar pasien mengerti
i. Monitor nilai AGD maksud dan tujuan
j. Monitor hasil x-ray dari prosedur
toraks pemantauan selama
Terapeutik perawatan
k. Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
l. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
m. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
n. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
4 Perfusi perifer Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi Perawatan Sirkulasi
tidak efektif (L.02011) (I.02079) (I.02079)
(D.0009) Setelah dilakukan Observasi Observasi
intervensi keperawatan a. Periksa sirkulasi a. Mengetahui keadaan
selama 1 x24 jam maka perifer(mis. Nadi sirkulasi perifer(mis.
perfusi perifer perifer, edema, Nadi perifer, edema,
meningkat dengan pengisian kalpiler, pengisian kalpiler,
kriteria hasil : warna, suhu, angkle warna, suhu, angkle
a. Denyut nadi perifer brachial index) brachial index)
meningkat b. Identifikasi faktor b. Mengetahui adanya
b. Warna kulit pucat resiko gangguan faktor resiko gangguan
menurun sirkulasi (mis. sirkulasi (mis.
c. Pengisian kapiler Diabetes, perokok, Diabetes, perokok,
membaik orang tua, hipertensi orang tua, hipertensi
d. Akral membaik dan kadar kolesterol dan kadar kolesterol
e. Turgor kulit tinggi) tinggi)
membaik c. Monitor panas, c. Mengetahui
kemerahan, nyeri, atau perkembangan
bengkak pada perubahan sensasi
ekstremitas pada ekstremitas
Terapeutik Terapeutik
d. Hindari pemasangan d. Menghindari
infus atau gangguan sirkulasi
pengambilan darah di e. Menghindari
area keterbatasan kesalahan pemeriksaan
perfusi dan hipoksia jaringan
e. Hindari pengukuran f. Menghindari
tekanan darah pada gangguan sirkulasi
ekstremitas pada g. Mencegah terjadinya
keterbatasan perfusi infeksi
f. Hindari penekanan dan h. Merileksasi
pemasangan torniquet ekstremitas perawatan
pada area yang cidera kaki dan kuku
g. Lakukan pencegahan i. Mencegah dehidrasi
infeksi Edukasi
h. Lakukan perawatan j. Merokok dapat
kaki dan kuku mengganggu sirkulasi
i. Lakukan hidrasi k. Memperlancar aliran
Edukasi darah
j. Anjurkan berhenti l. Menghindari kulit
merokok terbakar
k. Anjurkan berolahraga m. Membantu
rutin memperbaiki sirkulasi
l. Anjurkan mengecek n. Mengontrol tekakan
air mandi untuk darah
menghindari kulit o. Penggunaan obat
terbakar penyekat beta
m. Anjurkan p. Melembabkan kulit
menggunakan obat kering pada kaki
penurun tekanan q. Rehabilitasi vaskuler
darah, antikoagulan, r. Memperbaiki sirkulasi
dan penurun s. Informasikan tanda
kolesterol, jika perlu dan gejala darurat
n. Anjurkan minum obat yang harus dilaporkan
pengontrol tekakan
darah secara teratur Manajemen Sensasi
o. Anjurkan menghindari Perifer (I. 06195)
penggunaan obat Observasi
penyekat beta a. Mengetahui penyebab
p. Ajurkan melahkukan perubahan sensasi
perawatan kulit yang b. Mengetahui
tepat(mis. penggunaan alat
Melembabkan kulit pengikat, prostesis,
kering pada kaki) sepatu, dan pakaian
q. Anjurkan program c. Mengetahui perbedaan
rehabilitasi vaskuler sensasi tajam atau
r. Anjurkan program diet tumpul
untuk memperbaiki d. Mengetahui perbedaan
sirkulasi( mis. Rendah sensasi panas atau
lemak jenuh, minyak dingin
ikan, omega3) e. Mengetahui
s. Informasikan tanda kemampuan
dan gejala darurat mengidentifikasi
yang harus dilaporkan( lokasi dan tekstur
mis. Rasa sakit yang benda
tidak hilang saat f. Mengetahui terjadinya
istirahat, luka tidak parestesia, jika perlu
sembuh, hilangnya g. Mengetahui perubahan
rasa) kulit
MANAJEMEN SENSASI h. Mengetahui adanya
PERIFER (I. 06195) tromboflebitis dan
Observasi tromboemboli vena
a. Identifikasi penyebab Terapeutik
perubahan sensasi i. Menghindari
b. Identifikasi pemakaian benda-
penggunaan alat benda yang berlebihan
pengikat, prostesis, suhunya (terlalu panas
sepatu, dan pakaian atau dingin)
c. Periksa perbedaan Edukasi
sensasi tajam atau j. Menguji suhu air
tumpul k. Menghindari luka
d. Periksa perbedaan l. Menghindari
sensasi panas atau perlukaan
dingin Kolaborasi
e. Periksa kemampuan m. Mengurangi nyeri
mengidentifikasi n. Menghindari
lokasi dan tekstur perubahan suhu dan
benda infeksi
f. Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu
g. Monitor perubahan
kulit
h. Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Terapeutik
i. Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
(terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
j. Anjurkan penggunaan
termometer untuk
menguji suhu air
k. Anjurkan penggunaan
sarung tangan termal
saat memasak
l. Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi
m. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
n. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika
perlu

5 Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I. Manajemen energi (I.


aktivitas (L.05047) 05178) 05178)
(D.0056) Setelah dilakukan Observasi Observasi
intervensi keperawatan a. Identifkasi gangguan a. Mengetahui gangguan
selama 1 x24 jam maka fungsi tubuh yang fungsi tubuh yang
toleransi aktivitas mengakibatkan mengakibatkan
meningkat dengan kelelahan kelelahan
kriteria hasil : b. Monitor kelelahan b. Mengetahui kelelahan
a. Frekuensi nadi fisik dan emosional fisik dan emosional
meningkat c. Monitor pola dan jam c. Mengetahui pola dan
b. Keluhan lelah tidur jam tidur
menurun d. Monitor lokasi dan d. Mengetahui lokasi dan
c. Dispnea saat ketidaknyamanan ketidaknyamanan
aktivitas menurun selama melakukan selama melakukan
d. Dspnea setelah aktivitas aktivitas
aktivitas menurun Terapeutik Terapeutik
e. Sediakan lingkungan e. Mengurangi stimulus
nyaman dan rendah f. Menghindari atropi
stimulus (mis. cahaya, g. Mengurangi stressor
suara, kunjungan) h. Mempermudah
f. Lakukan rentang gerak berpindah atau
pasif dan/atau aktif berjalan
g. Berikan aktivitas Edukasi
distraksi yang i. Menghindari risiko
menyenangkan jatuh
h. Fasilitas duduk di sisi j. Aktivitas secara
tempat tidur, jika tidak bertahap
dapat berpindah atau k. Menghindari
berjalan ketidakefektifan terapi
Edukasi l. Untuk mengurangi
i. Anjurkan tirah baring kelelahan
j. Anjurkan melakukan Kolaborasi
aktivitas secara m. Meningkatkan asupan
bertahap makanan
k. Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala Terapi aktivitas (I.05186)
kelelahan tidak Observasi
berkurang a. Mengetahui deficit
l. Ajarkan strategi tingkat aktivitas
koping untuk b. Mengetahui
mengurangi kelelahan kemampuan
Kolaborasi berpartisipasi dalam
m. Kolaborasi dengan ahli aktivotas tertentu
gizi tentang cara c. Mengetahui sumber
meningkatkan asupan daya untuk aktivitas
makanan yang diinginkan
d. Mengetahui strategi
meningkatkan
Terapi Aktivitas (I.05186) partisipasi dalam
Observasi aktivitas
a. Identifikasi deficit e. Mengetahui makna
tingkat aktivitas aktivitas rutin (mis.
b. Identifikasi Bekerja) dan waktu
kemampuan luang
berpartisipasi dalam f. Mengetahui respon
aktivotas tertentu emosional, fisik,
c. Identifikasi sumber social, dan spiritual
daya untuk aktivitas terhadap aktivitas
yang diinginkan Terapeutik
d. Identifikasi strategi g. Meningkatkan
meningkatkan aktivitas sesuai
partisipasi dalam kemampuan
aktivitas h. Untuk meningkatkan
e. Identifikasi makna frekuensi dan rentang
aktivitas rutin (mis. aktivitas
bekerja) dan waktu i. Memilih aktivitas dan
luang tetapkan tujuan
f. Monitor respon aktivitas yang
emosional, fisik, konsisten sesuai
social, dan spiritual kemampuan fisik,
terhadap aktivitas psikologis, dan social
Terapeutik j. Pemilihan aktivitas
g. Fasilitasi focus pada sesuai usia
kemampuan, bukan k. Mengetahui makna
deficit yang dialami aktivitas yang dipilih
h. Sepakati komitmen l. Untuk menghadiri
untuk meningkatkan aktivitas, jika sesuai
frekuensi danrentang m. Menyesuaikan
aktivitas lingkungan untuk
i. Fasilitasi memilih mengakomodasikan
aktivitas dan tetapkan aktivitas yang dipilih
tujuan aktivitas yang n. Aktivitas fisik rutin
konsisten sesuai sesuai kebutuhan
kemampuan fisik, o. Aktivitas pengganti
psikologis, dan social saat mengalami
j. Koordinasikan keterbatasan waktu,
pemilihan aktivitas energy, atau gerak
sesuai usia p. Aktivitas motorik
k. Fasilitasi makna kasar untuk pasien
aktivitas yang dipilih hiperaktif
l. Fasilitasi transportasi q. Untuk memelihara
untuk menghadiri berat badan, jika
aktivitas, jika sesuai sesuai
m. Fasilitasi pasien dan r. Untuk merelaksasi otot
keluarga dalam s. Untuk pasien
menyesuaikan dimensia, jika sesaui
lingkungan untuk t. Libatkan dalam
mengakomodasikan permaianan kelompok
aktivitas yang dipilih yang tidak kompetitif,
n. Fasilitasi aktivitas fisik terstruktur, dan aktif
rutin (mis. ambulansi, u. Untuk menurunkan
mobilisasi, dan kecemasan
perawatan diri), sesuai v. Keluarga sebagai
kebutuhan orang terdekat dalam
o. Fasilitasi aktivitas aktivitas,
pengganti saat w. Mengembankan
mengalami motivasi dan
keterbatasan waktu, penguatan diri
energy, atau gerak x. Memantau
p. Fasilitasi akvitas kemajuannya sendiri
motorik kasar untuk untuk mencapai tujuan
pasien hiperaktif y. Aktivitas dalam
q. Tingkatkan aktivitas rutinitas sehari-hari
fisik untuk memelihara z. Penguatan positfi atas
berat badan, jika partisipasi dalam
sesuai aktivitas
r. Fasilitasi aktivitas Edukasi
motorik untuk aa. Menyesuaikan metode
merelaksasi otot aktivitas fisik sehari-
s. Fasilitasi aktivitas hari, jika perlu
dengan komponen bb.Cara melakukan
memori implicit dan aktivitas yang dipilih
emosional (mis. cc. Menjaga fungsi
kegitan keagamaan kesehatan
khusu) untuk pasien dd.Terlibat dalam
dimensia, jika sesaui aktivitas kelompok
t. Libatkan dalam atau terapi, jika sesuai
permaianan kelompok ee. Memberi penguatan
yang tidak kompetitif, positif atas partisipasi
terstruktur, dan aktif dalam aktivitas
u. Tingkatkan Kolaborasi
keterlibatan dalam ff. Memonitor program
aktivotasrekreasi dan aktivitas
diversifikasi untuk gg.Meningkatkan
menurunkan aktivitas sesuai
kecemasan ( mis. komunitas
vocal group, bola voli,
tenis meja, jogging,
berenang, tugas
sederhana, permaianan
sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan
teka-teki dan kart)
v. Libatkan kelarga
dalam aktivitas, jika
perlu
w. Fasilitasi
mengembankan
motivasi dan
penguatan diri
x. Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
y. Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari-
hari
z. Berikan penguatan
positfi atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
aa. Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
bb.Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
cc. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif,
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
dd.Anjurka terlibat dalam
aktivitas kelompok
atau terapi, jika sesuai
ee. Anjurkan keluarga
untuk member
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
ff. Kolaborasi dengan
terapi okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
gg.Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu

6 Resiko defisit Status nutrisi (L. 03030) Manajemen Gangguan Manajemen Gangguan
nutrisi Setelah dilakukan Makan (I.03111) Makan (I.03111)
(D.0032) intervensi keperawatan Observasi Observasi
selama 1 x24 jam maka a. Monitor asupan dan 1. Untuk mengetahui
status nutrisi membaik keluarnya makanan status nutrisi pasien
dengan kriteria hasil : dan cairan serta 2. Untuk mengetahui
a. Porsi makanan yang kebutuhan kalori riwayat alergi dan
dihabiskan Teraupetik intoleransi makanan
meningkat b. timbang berat badan pasien
b. Berat badan indeks secara rutin 3. Untuk mengetahui
massa tubuh (IMT) c. Diskusikan perilaku makanan yang disukai
membaik makan dan jumlah oleh pasien
aktivitas fisik 4. Untuk mengetahui dan
(termasuk olahraga) memberikan
yang sesuai kebutuhan kalori dan
d. Lakukan kontrak jenis nutrien pasien
perilaku (mis. Target 5. Untuk mengetahui
berat badan, apakah pasien
tanggung jawab memerlukan selang
perilaku) nasgosatrik
e. Damping ke kamar 6. Untuk memantau
mandi untuk jumlah asupan makan
pengamatan perilaku pasien
memuntahkan 7. Untuk memantau berat
kembali makanan badan pasien
f. Berikan penguatan Terapeutik
positif terhadap 8. Agar pasien merasa
keberhasilan target tertarik untuk makan
dan perubahan 9. Bertujuan untuk
perilaku memenuhi asupan
g. Berikan konsekuensi nutrisi pasien
jika tidak mencapi 10. Untuk menambah
target sesuai kontrak asupan nutrisi pasien
h. Rencanakan program Edukasi
pengobatan untuk 11. Bertujuan agar
perawatan di rumah makanan mudah untuk
(mis. Medis, dicerna
konseling) 12. Agar pasien
Edukasi mendapatkan diet
i. Anjurkan membuat yang sesuai dengan
catatan harian penyakitnya
tentang perasaan dan Kolaborasi
situasi pemicu 13. Kolaborasi ini
pengeluaran bertujuan untuk
makanan (mis. menentukan jumlah
Pengeluaran yang kalori dan jenis
disengaja, muntah, nutrien atau diet yang
aktivitas berlebihan) dibutuhkan oleh
j. Ajarkan pengaturan pasien
diet yang tepat
k. Ajarkan
keterampilan koping Manajemen Nutrisi (I.
untuk penyelesaian 03119)
masalah perilaku Observasi
makan a. Mengetahui status
Kolaborasi nutrisi
l. Kolaborasi dengan b. Mengetahui alergi
ahli gizi tentang dan intoleransi
target berat badan, makanan
kebutuhan kalori dan c. Mengetahui
pilihan makanan makanan yang
disukai
d. Mengetahui
Manajemen Nutrisi (I. kebutuhan kalori dan
03119) jenis nutrient
Observasi e. Mengetahui perlunya
a. Identifikasi status penggunaan selang
nutrisi nasogastrik
b. Identifikasi alergi f. Mengetahui
dan intoleransi perkembangan
makanan asupan makanan
c. Identifikasi makanan g. Mengetahui
yang disukai perkembangan berat
d. Identifikasi badan
kebutuhan kalori dan h. Mengetahui hasil
jenis nutrient pemeriksaan
e. Identifikasi perlunya laboratorium
penggunaan selang Terapeutik
nasogastrik i. Menjaga oral
f. Monitor asupan hygiene
makanan j. Mempermudah
g. Monitor berat badan menentukan
h. Monitor hasil pedoman diet (mis.
pemeriksaan Piramida makanan)
laboratorium k. Makanan yang
Terapeutik menarik dan suhu
i. Lakukan oral yang sesuai dapat
hygiene sebelum meningkatkan nafsu
makan, jika perlu makanan
j. Fasilitasi l. Memberikan makan
menentukan tinggi serat untuk
pedoman diet (mis. mencegah konstipasi
Piramida makanan) m. Mencukupi asupan
k. Sajikan makanan kalori dan protein
secara menarik dan n. Melengkapi
suhu yang sesuai kebutuhan nutrisi
l. Berikan makan tertentu
tinggi serat untuk o. Mempermudah
mencegah konstipasi pemberian makanan
m. Berikan makanan secara oral
tinggi kalori dan Edukasi
tinggi protein p. Mencegah aspirasi
n. Berikan suplemen q. Diet yang tepat
makanan, jika perlu sesuai pasien
o. Hentikan pemberian Kolaborasi
makan melalui r. Pemberian medikasi
selang nasigastrik yang harus diberikan
jika asupan oral sebelum makan
dapat ditoleransi s. Menentukan jumlah
Edukasi kalori dan jenis
p. Anjurkan posisi nutrient yang
duduk, jika mampu dibutuhkan, jika
q. Ajarkan diet yang perlu
diprogramkan
Kolaborasi
r. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
s. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
7 Resiko jatuh Tingkat Jatuh (L.14138) Manajemen Keselamatan Manajemen keselamatan
(D.0143) Setelah dilakukan Lingkungan (I.14513) lingkungan (I.14513)
intervensi keperawatan Observasi a. Mengetahui adanya
selama 1 x24 jam maka a. Identifikasi area lingkungan
status cairan membaik kebutuhan keselatan yang berpotensi
dengan kriteria hasil : fisik (mis. kondisi menyebabkan cedera
a. Jatuh dari tempat fisik, kogitif dan pada px untuk
tidur menurun riwayat perilaku) menentukan
b. Jatuh saat berdiri b. Monitor perubahan modifikasi
menurun status keselamatan lingkungan yang tepat
c. Jatuh saat duduk lingkungan b. Efek samping obat
menurun Terapetik juga dapat
d. Jatuh saat berjalan c. Hilangkan bahaya berpotensi
menurun keselatan lingkungan menyebabkan cedera
(mis. fisik, biologi, c. Memberikan aktivitas
dan kimia) yang tepat dan aman
d. Modifikasi dilakukan bagi px
lingkungan untuk d. Mengedukasi px dan
meminimalkan keluarga alasan
bahaya dan resiko pencegahan cedera
e. Sediaakan alat dapat memberikan
pegangan untuk efektivitas kooperatif
membantu keamanan keluarga dalam
(mis. commode chair membantu
dan menghindari cedera
f. Gunakan perangkat
pelindung (mis.
mengunci roda Pencegahan jatuh
tempat tidur, (i.14540)
menaikkan pagar Observasi
Edukasi a. Mengetahui adanya
g. Ajarkan individu, faktor resiko jatuh
keluarga, keluarga, (mis, usia >65 tahun,
kelompok risiko penurunan tingkat
tingi bahaya kesadaran, defisit
lingkungan kognitif, hipotensi
ortostatik, gangguan
Pencegahan Jatuh keseimbangan,
(I.14540) gangguan
Observasi pengeiatan,
a. Identifikasi faktor nepropati)
resiko jatuh (mis, b. Mengetahui adanya
usia >65 tahun, resiko jatuh
penurunan tingkat setidaknya sekali
kesadaran, defisit setiap shift atau
kognitif, hipotensi sesuai dengan
ortostatik, gangguan c. Mengetahui adanya
keseimbangan, faktor lingkungan
gangguan yang meningkatkan
pengeiatan, risiko jatuh (mis.
nepropati) Lantai licin,
b. Identifikasi resiko penerangan
jatuh setidaknya d. Mengetahui resiko
sekali setiap shift jatuh
atau sesuai dengan Terapetik
c. Identifikasi faktor e. Memperkenalkan
lingkungan yang ruangan pada pasien
meningkatkan risiko dan keluarga
jatuh (mis. lantai f. Menghindari terjatuh
licin, penerangan dari tempat tidur dan
d. Hitung resiko jatuh kursi roda
dengan g. Menghindari terjatuh
menggunakan skala dari tempat tidur
(mis. fall morse h. Mempermudah
scale, humpty ambulasi pasien
dumpty i. Mempermudah
Terapetik pemanggilan
e. Orientasikan perawat
ruangan pada pasien Edukasi
dan keluarga j. Menghindari
f. Pastikan roda tempat terjadinya jatuh
tidur dan kursi roda k. Alas kaki dapat
selalu dalam menjadi faktor risiko
keadaan terkunci jatuh
g. Pasang handdrail l. Menjaga
tempat tidur keseimbangan tubuh
h. Atur tempat tidur m. Mempermudah
mekanis pada posisi pemanggil untuk
terendah memanggil perawat.
i. Dekatkan bel
pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
j. Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah.
k. Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin
l. Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga
keseimbangan tubuh
m. Ajarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat.

I. Aplikasi pemikiran kritis dalam asuhan keperawatan pasien


Asma adalah suatu keadaan kondisi paru – paru kronis yang
ditandai dengan kesulitan bernafas, dan menimbulkan gejala sesak nafas,
dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam menjelang dini hari.
Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan penyempitan atau
peradangan yang bersifat sementara (Masriadi, 2020). Asma merupakan
penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas dan dikarakteristikkan dengan
hiperresponsivitas, produksi mukus, dan edema mukosa. Inflamasi ini
berkembang menjadi episode gejala asma yang berkurang yang meliputi
batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea. Penderita asma mungkin
mengalami periode gejala secara bergantian dan berlangsung dalam
hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner & Suddarth, 2021)
Terapi Diaphragmatic Breathing Exercise adalah suatu terapi pada
pernapasan pada penderita asma. Akibat dari terapi diaphragmatic
breathing exercise yaitu mengakibatkan karbondioksida keluar dari dalam
paru-paru, sehingga kerja pernapasan berkurang serta ventilasi mengalami
peningkatan. Peningkatan ini akibat adanya peningkatan perfusi sehingga
tekanan intraalveoli mengalami peningkatan serta pertukaran gas yang
efektif (Utoyo & Nugroho, 2021).
Hasil penelitian dari Utoyo & Nugroho, (2021) menunjukkan
sesudah diberikan obat asma dan Diaphragmatic Breathing Exercise rata
rata responden memiliki skor pengontrolan pernapasan yang baik. Latihan
pernapasan sangat berperan dalam mengembalikan fungsi pernapasan
pasien pada pasien asma yang sebelumnya mengalami hiperventilasi dan
menyebabkan kekurangan CO2 sehingga tubuh menyesuaikan diri dengan
menurunkan kadar oksigen di jaringan, hal ini yang menyebabkan
terjadinya penurunan saturasi oksigen perifer.
DAFTAR PUSTAKA

Black & Hawks. 2019. Cancer and Tumor Liver, A Pslychophysiologis Approach.
Sylvia Anderson Price, Ph D. R.N. dan L.Mc.Carty Wilson, Ph D. R.N, 2019.
Pathofisiologi proses-proses penyakit, edisi I, Buku ke empat.
Soeparman, 2020. Ilmu Penyakit Dalam, UI Pres Buku I, Edisi Ke 2
Doengus.RN,NSN.MA. Cs dan M.F. Moorhouse R. N. CCP.R.N. A.C. Geissler
R.N. R.N. BsN.CERN, 2020. Nursing Care Plans. Guideliner for Planing
and documenting Patien Care.
Dewiana, S. (2020). karakteristik faktor risiko terjadinya intracerebral hemorraghe
di rumah sakit dr. wahidin. 3, 54–67.
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf
Mulyandi. 2020. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan system
persyarafan. Jakarta : salemba medika
Utoyo, B., & Nugroho, I. A. (2021). Pengaruh Terapi Diaphragmatic Breathing
Exercise Terhadap Pengontrolan Pernapasan Pasien Asma Di Kecamatan
Sruweng. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 17(1), 86.
https://doi.org/10.26753/jikk.v17i1.516
Zulkarnain dan Sayuti. 2019. Panduan Diagnosa Keperawatan Gadar, Jakarta :
Prima Medika
Devi, S. (2019). Tatalaksana Cerebral Venous Sinus Thrombosis dengan
Alkoholik dan Perdarahan Intraserebral. Jurnal Neuroanestesi Indonesia,
7(1), 44–53.
Shan Jin, Quan Fu, Tu Wuyun. 2021. Management of post hepatectomy
complications. World Jourlnal of Gastroenterology : WJG.
Papi, A., et al. (2020). Treatment Strategies for Asthma: Reshaping the Concept
of Asthma Management. Allergy, Asthma, and Clinical Immunology :
Official Journal of the Canadian Society of Allergy and Clinical
Immunology, 16, pp. 75.
World Health Organization (2021). Newsroom. Asthma.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Laporan Nasional Riskedas 2018.
National Health Service UK (2021). Health A to Z. Asthma.
National Institute of Health (2021). MedlinePlus. Asthma.
National Institute of Health (2020). National Heart, Lung, and Blood Institute.
Asthma.
Cleveland Clinic (2021). Disease & Conditions. Asthma.
Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Asthma.
Holland, K. & Goldman, L. Healthline (2021). Asthma: Symptoms, Treatment,
and Prevention.
WebMD (2021). Asthma.
LAMPIRAN

PENGARUH TERAPI DIAPHRAGMATIC BREATHING EXERCISE


TERHADAP PENGONTROLAN PERNAPASAN PASIEN ASMA DI
KECAMATAN SRUWENG
Bambang Utoyo, Irmawan Andri Nugroho
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong, *e-mail:
mamas.bambang@gmail.com
Abstract
Salah satu intervensi pada pasien asma yang diterapkan untuk meningkatkan otot-otot
pada system pernapasan untuk memaksimalkan ventilasi paru yaitu dengan Terapi
Diafragmatic Breathing Exercise. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
terapi diaphragmatic breathing exercise terhadap pengontrolan pernapasan pasien
asma di Kecamatan Sruweng. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment
dengan pendekatan pre-test-post-test with control two group design. Populasi dalam
penelitian ini adalah 42 pasien asma. Sampel 32 pasien yang diambil secara
accidental sampling. Data dianalisa secara deskriptif dan komparatif menggunakan
uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh terapi diaphragmatic
breathing exercise terhadap pengontrolan pernapasan pasien asma di Kecamatan
Sruweng. p value: 0,000 (p <0.05). Kesimpulan penelitian ini yaitu terapi
diaphragmatic breathing exercise efektif meningkatkan pengontrolan pernapasan
pasien asma. Rekomendasi penelitain ini diharapkan kepada pelayanan kesehatan
untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai evidence base dalam praktik
keperawatan. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dalam menentukan kebijakan
dan dasar penyusunan standar operasional prosedur (SOP) diaphragmatic breathing
exercise pada pasien asma.
Keywords:
diaphragmatic breathing exercise, pengontrolan pernapasan, asma

Anda mungkin juga menyukai